BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang
(spinal cort/medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra
meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun
Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi
sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu oarang
menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena
cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria
tempat yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan
Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari
medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain pada
tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi. Transaksi juga disebut cidera Akibat medula
spinalis lengkap. Quadriplegi terjadi pada pasien yang cidera pada salah satu segmendari
servikal Akibat medula spinalis. Pada tingkat awal semua cidera Akibat medula spinalis
belakang terjadi periode fleksi paralise dan hilang semua reflek dibawah lagi. Fungsi
sensori dan autonom juga hilang, medula spinalis juga bisa menyebabkan gangguan
sistem perkemihan, disrefleksi otonom atau hiperefleksi juga fungsi seksual juga dapat
terganggu
Perawatan awal setelah terjadi cidera kepala medula spinalis ditujukan pada
pengembalian kedudukan tulang dari tempat yang patah atau dislokasi. Langkah-
langkahnya terdiri dari immobilisasi sederhana, traksi skeletal, tindakan bedah untuk
tubuh dipertahankan lurus dan kepala rata. Kantong pasir mungkin diperlukan untuk
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk pemahaman asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula spinalis.
2. Tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Medula spinalis terletak di dalam kanalis neural dan kolumna vertebrata,
dua. Sepasang saraf spinal berada di antara perbatasan veterbrata sepanjang kolumna
veterbrata. Dibawah ujung tempat medula spinalis berakhir kanalis neura terisi oleh saraf
ruang lebih kecil dalam kanal pada lubal yang lebih rendah, disinilah medula mungkin
motorik desenden, badan sel saraf dan dendrit somatik sekunder (Volunteer), serta motor
neurons otonom utama. Area sentral medula spinalis merupakan massa abu-abu yang
mengandung badan sel saraf dan neuron internunsial( seperti : sel saraf
Saraf spinal mengandung serabut motorik dan sensorik. Setiap saraf spinal
melekat pada medula spinalis dengan radiks dorsal dan ventral. Radiks dorsalis
merupakan tempat dari badan sel saraf dan serabut neuron sensorik. Serabut-serabut
motorik ( yang badan sel saraf terletak dalam massa abu-abu) menyilang radiks ventral
sehingga kerusakan pada satu radiks dapat merusak sensorik tanpa merusak fungsi
motorik atau sebaliknya. Cedera pada saraf spinal dapat merusak fungsi sensorik dan
fungsi motorik.
Medula spinalis berfungsi sebagai pusat reflek spinal dan juga sebagai jaras
konduksi impuls dari atau ke otak. Medula spinalis terdiri dari Subtansia Alba (serabut
saraf bermielin) dengan bagian dalam terdiri dari Subtansia Grisia ( jaringan saraf tak
bermeilin).
Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra,
dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
Trauma medula spinalis adalah trauma yang bersifat kompresi akibat trauma
B. Etiologi
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industi
Menurut Arif Muttaqin (2005, hal. 98-99) terdapat enam mekanisme terjadinya
Cedera Medula Spinalis yaitu : fleksi, fleksi dan rotasi, kompresi vertikal, hiperekstensi,
fleksi lateral, dan fraktur dislokasi. Lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini:
a) Fleksi.
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada
vertebra.
Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi.
e) Fleksi lateral.
menyebabkan fraktur pada komponen lateral, yaitu pedikel, foramen vertebra, dan
sendi faset.
f) Fraktur dislokasi.
Menurut Arif Mutaqim, (2005, hal. 99) jenis-jenis trauma pada sumsum
Transeksi tidak total disebabkan oleh trauma fleksi atau ekstensi karena terjadi
pergeseran lamina di atap dan pinggir vertebra yang mengatami fraktur di sebelah
bawah. Selain itu, dapat terjadi perdarahan pada sumsum tulang yang disebut
hematomielia.
2. Transeksi total.
Transeksi total terjadi akibat suatu trauma yang menyebabkan fraktur dislokasi. Fraktur
tersebut disebabkan oleh fleksi atau rotasi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi
dibawah batas luka, hilangnya sensasi dibawah batas luka, hilangnya reflek-reflek
spinal dibawah batas luka, hilangnya tonus vaso motor (Hipotensi),Tidak ada keringat
dibawah batas luka, inkontinensia urine dan retensi feses berlangsung lama
hiperreflek/paralisis spastic
simetrisnya hilangnya reflek dibawah batas luka, beberapa sensasi tetap utuh dibawah
1. Anterior
2. Central
Terjadi akibat trauma pada bagian anteror dan posterior pada satu sisi
4. trauma
D. Komplikasi
Kerusakan medula spinalis dari komorsio sementara (dimana pasien sembuh
sempurna) sampai kontusio, laserasi, dan komperensi substansi medula ( baik salah satu
atau dalam kombinasi ), sampai transaksi lengkap medula ( yang membuat pasien
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami herniasi nukleus
pulposus. Kandungan air diskus berkurang bersamaa dengan bertambahnya usia. Selain
itu,serabut-serabut itu menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu
terjadinya perubahan kearah hernia nukleus pulposus melalui anulus,dan menekan radiks
saraf spinal.
1. Pendarahan Mikroskopik
korda.Peningkatan tekanan menekan saraf dan menghambat aliran darah sehingga terjadi
hipoksia dan secara drastis meningkatkan luas cidera korda.Dapat timbul jaringan ikat
Pada cidera spinal yang parah, sensasi,kontrol motorik, dan refleks setingg dan
dibawah cidera korda lenyap. Hilangnya semua refleks disebut syok spinal.
Pembengkakan dan edema yang mengelilingi korda dapat meluas kedua segen diatas
kedua cidera. Dengan demkian lenyapnya fungsi sensorik dan motorik serta syok spinal
dapat terjadi mulai dari dua segmen diatas cidera. Syok spnal biasanya menghilang
sendiri, tetap hilangnya kontor sensorik dan motorik akan tetap permanen apabila korda
3. Syok Spinal
Syok spinal adalah hilangnya secara akut semua refleks-refleks dari dua segme
diatas dan dibawah tempat cidera. Repleks-refleks yang hilang adalah refleks yang
mengontrol postur, fungsi kandung kemih dan rektum, tekanan darah, dan pemeliharaan
suhu tubuh. Syok spinal terjadi akibat hilangnya secara akut semua muatan tonik yang
secara normal dibawah neuron asendens dari otak, yang bekerja untuk mempertahankan
fungsi refleks.Syok spinl biasanya berlangsung antara 7 dan 12 hari, tetapi dapat lebih
lama. Suatu syok spinal berkurang dapat tmbul hiperreflekssia, yang ditadai oleh
4. Hiperrefleksia Otonom
Kelainan ini dapat ditandai oleh pengaktipan saraf-saraf simpatis secar refleks,
yang meneyebabkan peningkatan tekanan darah. Hiper refleksia otonom dapat timbul
setiap saat setelah hilangnya syok spinal. Suatu rangsangan sensorik nyeri disalurkan
kekorda spnalis dan mencetukan suatu refleks yang melibatkan pengaktifan sistem saraf
Pada orang yang korda spinalisnya utuh,tekanan darahnya akan segera diketahui
jantunhg melambat,demikian respon saraf simpatis akan terhenti dan terjadi dilatasi
vasodilatasi diatas tempat cedera,namun saraf desendens tidak dapat melewati lesi korda
sehngga vasokontriksi akibat refleks simpatis dibawah tingkat tersebut terus berlangsung.
Pada hiperrefleksia otonom, tekanan darah dapat meningkat melebihi 200 mmHg
5. Paralisis
korda spinal,paralisis bersifat permanen.Paralisis ekstremitas atas dan bawah terjadi pada
transeksi korda setinggi C6 atau lebih tinggi dan disebut kuadriplegia.Paralisis separuh
bawah tubuh terjadi pada transeksi korda dibawah C6 dan disebut paraplegia.Apabila
hanya separuh korda yang mengalami transeksi maka dapat terjadi hemiparalisis.
a) Autonomic Dysreflexia
b) Fungsi Seksual
seksual berubah
E. Penatalaksanaan medis
belakang yaitu :
refleks.
b) Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta kifosis yang menandakan adanya
fraktur dislokasi.
a) Resusitasi klien.
d) Mencegah dekubitus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia muda), jenis
kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat mengendarai motor tanpa
pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah
alvi, nyeri tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada
daerah trauma.
3. Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang akibat
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon atau
bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur chance), dan
paralisis (dimulai dari paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas secara total dan
melemah/ menghilangnya refleks alat dalam) ileus paralitik, retensi urine, dan
hilangnya refleks-refleks.
5. Riwayat kesehatan keluarga. Untuk mengetahui ada penyebab herediter atau tidak
7. Riwayat penyakit dahulu. Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
osteoartritis.\Pengkajian psikososiospiritual.
8. Pemeriksaan fisik.
a) Aktivitas isteraha
Tanda : kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada/ dibawah
b) Sirkulasi
bergerak.
c) Eliminasi
Tanda : inkontinensia defekasi dan berkemih. Retensi urine. Distensi abdomen,
d) Integritas Ego
e) Makanan/ Cairan
f) Higyene
g) Neurosensori
flaksid/spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi, tergantung pada area
h) Nyeri/kenyamanan
i) Pernapasan
ronki,pucat, sianosis.
j) Keamanan
k) Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan Kaji nyeri yang
dialami klien
2. Resti injuri / cedera korda spinalis b/d kompres korda sekunder dari cedera spinal
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan Kaji nyeri yang
dialami klien
2. Resti injuri / cedera korda spinalis b/d kompres korda sekunder dari cedera spinal
Monitor tiap jam akan adanya syok spinal pada fase awal cedera selama 48 jam.
Lakukan Teknik Pengangkatan cara log rolling atau long back boord pada setiap
transportasi klien.
Imobilisasi leher terutama pada klien yang mengalami cedera spinal tidak stabil.
Pemeriksaan radiologi
Anjurkan kepada klien untuk memberi tahu perawat atau keluarga kalau terasa
BAB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang
(spinal cort/medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra
meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun
dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
Trauma medula spinalis adalah trauma yang bersifat kompresi akibat trauma
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industi
DAFTAR PUSTAKA
http://online-ners.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-cedera-medula.html
http://irsalcimura.blogspot.com/2012/11/askep-cedera-medula-spinalis.html
http://ahmadnrj92.blogspot.co.id/2015/12/asuhan-keperawatan-trauma-medula.html