Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata
lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung,
pernafasan, pencernaan, dan urinaria dikontrol oleh sistem saraf. Sistem saraf juga
mengatur aliran darah, dan konsentrasi osmotik darah.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem
organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi
rangsangan.Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan
diolah di otak.Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang
bersangkutan.
Sistem Pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kantung empedu.
Sistem pencernaan adalah organ yang seringkali mudah terkena gangguan
sehingga timbul berbagai masalah penyakit pencernaan. Gangguan pencernaan adalah
semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan
besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan
ketiga, jejunum, ileum, kolon,kolon sigmoid, dan rektum. Gangguan pencernaan yang
mulanya ringan dapat berdampak fatal apabila kita tidak mengerti diagnosa penyakit dan
cara penanganan yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui
berbagai seluk beluk hingga penanganan penyakit pencernaan.

B. Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yakni :
1. Apa pengertian sistem pencernaan?
2. Jelaskan tentang alat-alat sistem pencernaan?

1
3. Jelaskan tentang gangguan pada sistem pencernaan?
4. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan fisik sistem pencernaan?
5. Apa pengertian dari sistem saraf?
6. Jelaskan fungsi dari sistem saraf?
7. Jelaskan struktur sel saraf?
8. Jelaskan tentang klasifikasi neuron?
9. Jelaskan tentang hubungan antar sel saraf ?
10. Jelaskan tentang mekanisme penghantar impuls ?
11. Jelaskan tentang pembagian sistem saraf ?
12. Jelaskan tentang kelainan-kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatkannya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian sistem pencernaan
2. Untuk mengetahui alat-alat sistem pencernaan
3. Untuk mengetahui gangguan pada sistem pencernaan
4. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik sistem pencernaan
5. Untuk mengetahui pengertian sistem saraf
6. Untuk mengetahui fungsi saraf
7. Untuk mengetahui struktur sel saraf
8. Untuk mengetahui klasifikasi neuron
9. Untuk mengetahui hubungan antar sel saraf
10. Untuk mengetahui mekanisme penghantar impuls
11. Untuk mengetahui pembagian sistem saraf
12. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan
1. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, pada dasarnya sistem
pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya
adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian,
proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus.
Gangguan pencernaan adalah istilah awam yang sering digunakan jika terjadi
gangguan yang berhubungan dengan perut atau lambung atau dengan kata lain
gangguan pada pencernaan adalah terhalangnya fungsi pencernaan atau kegagalan
perut dalam mencerna makanan (Bangun, 2004).
Gangguan pencernaan juga merupakan kondisi dimana lambatnya pergerakan
makanan dalam saluran cerna seseorang, jika pergerakan makanan dalam saluran
cerna menjadi lambat maka akan mengakibatkan kerusakan otot lambung dan usus
besar. Kerusakan tersebut terjadi karena lambung dan usus sudah tidak bisa
berfungsi secara normal.
Gangguan pencernaan adalah salah satu dari masalah kesehatan yang paling
sering dikeluhkan dan berhubungan dengan kerja gilir. Dikatakan bahwa 20-30%
pekerja gilir menderita gangguan pencernaan. Banyak bukti yang menunjukkan
bahwa kerja gilir dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Pekerja gilir dapat
menderita kurang nafsu makan dan gangguan pencernaan lainnya. Beberapa
penyebabnya adalah terlalu banyak minum kopi, banyak makan makanan berlemak,
jarang makan pada siang hari tapi banyak makan pada malam hari, makan dengan
terburu-buru, dan kurang olahraga. Biaya secara ekonomi dan social akibat
gangguan pencernaan sangat besar. Gejalanya dapat sangat mengganggu kehidupan
sehari-hari termasuk dalam bekerja dan lebih lanjut dapat menyebabkan stress
(Desdiani, 2004).

2. Alat-Alat Sistem Pencernaan


Alat-alat dari system pencernaan, terdiri atas:
a. Rongga mulut yang terdiri dari gigi, lidah, langit-langit dan kelenjar air liur.

3
b. Faring, bagian penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan, pada bagian
ini terdapat persimpangan antara saluran pencernaan dan pernapasan, dengan
lambung atau ventrikel.
c. Lambung yang merupakan bangunan pembesaran saluran pencernaan yang
membentuk kantong.
d. Usus halus atau intestium tenue, terdiri atas dua belas jari atau duodenum,
usus kosong atau jejenum, usus penyaerapan atau ileum.
e. Usus buntu atau isekum.
f. Usus besar atau krasum, terdiri atas usus tebal atau kolon dan poros usus atau
rektum.
g. Rektum dan anus atau lubang pelepasan.

Gambar.1 Sistem Pencernaan

3. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan


a. Rongga Mulut (Cavum Oris)
Pada rongga mulut, makanan dicerna pertama kali, baik secara mekanik
ataupun kimiawi. Proses pencernaan dilakukan oleh gigi dan lidah secara
mekanis, sedangkan kelenjar air liur (glandula salivalis) mencerana secara
kimiawi, dihasilkan kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis yang
mengandung enzim amilase (ptyalin).
1) Gigi

4
Gigi manusia dibedakan menjadi dua yaitu gigi susu pada saat anak-
anak dan gigi tetap pada dewasa, gigi terdi dari:
a) Gigi seri (insisivum) berfungsi untuk memotong makanan.
b) Gigi taring (caninus) berfungsi untuk mencabik-cabik makanan
c) Gigi geraham (premolare) berfungsi untuk mengoyak makanan.

Gambar.2 Gigi

Sturuktur gigi terdiri darisebagai berikut:


a) Mahkota gigi (korona)
b) Akar gigi (radiks)
c) Leher gigi (kolum)

2) Lidah (lingua)
Lidah yang terdapat di dalam rongga mulut mempunyai berbagai
fungsi penting, yaitu:
a) Membantu mengaduk makanan di rongga mulut.
b) Membantu membersihkan mulut.
c) Membantu bersuara.
d) Membantu mendorong makanan waktu menelan.
e) Sebagai indra pengecap.

3) Kelenjar air liur (glandula salivales)


Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang kelenjar air liur atau
kelenjar ludah, ketiga pasang air liur itu adalah:

5
a) Glandula parotis, kelenjara air liur dekat telinga yang menghasilkan
getah berbentuk air dan lender serta serta enzin ptyalin.
b) Glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas, yang
menghasilkan ludah yang berupa air atau lender.
c) Glandula sublingualis atau kelenjar bawah lidah, menghasilkan ludah
yanga berupa air dan lendir.
Kelenjar ludah selain menghasilkan air lir yang mengandung enzim
amilase/ptialin juga menghasilkan enzim lisosim yang berfungsi untuk
membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan dalam rongga
mulut. Fungsi air liur adalah untuk:
a) Memudahkan menelan dan mencerna makanan.
b) Mencerna makanan secara kimiawi, dengan enzim-enzim yang
dihasilkan.

b. Faring (tekak)
Pharynx adalah bagian dari saluran pencernaan yang menerima makanan
dari mulut anda. Bercabang dari pharynx adalah kerongkongan (esophagus), yang
memawa makanan ke lambung, dan trachea atau pipa angin (windpipe), yang
membawa udara ke paru-paru.
Tindakan menelan terjadi pada pharynx sebagian sebagai suatu refleks dan
sebagian dibawah kontrol secara sukarela. Lidah dan langit-langit mulut yang
halus mendorong makanan kedalam pharynx, yang menutup trachea. Makanan
kemudian masuk ke kerongkongan (esophagus).
Esofagus merupakan saluran yang memghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya 25cm. Mulai dari faring sampai mulai masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam sampai keluar: lapisan selaput lender
(mukosa), lapisan submakosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot
memanjang longitudinal.
Esophagus terletak dibelakang trakea dan di depan tulang pungung setelah
melalui thorax menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dalam lambung.

c. Lambung (Ventrikulus)

6
Dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Lambung terletak di dalam
rongga tubuh di bawah tulang rusuk agak ke arah kiri. Alat ini merupakan
kantung besar yang dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut:
1) Kardiak (bagian yang dekat dengan hati).
2) Fundus (bagian tengah yang mengantug).
3) Pylorus (bagian bawah dekat dengan usus halus).
Jaringan otot dinding lambung terdiri atas beberapa lapis. Ada yang
melingkar,memanjang, dan menyeronf. Kalau otot yang berkontraksi secara
bergantian memyebabkan makanan di dalam lambung teraduk sehingga saling
bergesekan dan terbentuklan bubur kang disebut kim (chime), bagian dalam
dinding lambung menghasilkan lendir, sedangkan di daerah fundus menghasilkan
getah lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat, misalnya air,
ion-ion garam organik, musin atau lendir yang tersusun atas zat HCl atau asam
lambung, dan enzim pencernaan seperti enzim rennin (enzim yang mampu
menggumpal kasein/sejenis protein dalam susu) dan pepsinogen.

Gambar.3 Struktur Lambung

Pada dinding lambung juga terdapat kelenjar buntu yang menghasilkan


hormone gastrin. Hormone gasterin dilepaskan ke darah dan akan kembali ke
lambung untuk memacu getah lambung. Fungsi HCl atau asam klorida adalah:
1) Untuk mengubah pH ruangan dalam lambung sehingga lebih asam atau pH-
nya turun 1-3. Hal itu dapat menyebabkan terbunuhnya kuman yang masuk
bersama makanan, mengaktifkan enzim yang dihasilkan oleh getah lambung,
misalnya pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin sehingga dapat berfungsi
untuk memecah protein-protein menjadi pepton.

7
2) Mengatur membuka dan menutupnya klep antara lambung dan usus dua belas
jari.
3) Merangsang sekresi getah usus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah lambung antara lain


banyak nya makanan yang masuk dan emosi. Bila makanan yang masuk ke
lambung sedikit. Produksi HCl sedikit pula. Bila makanan yang masuk ke
lambung banyak maka HCl yang diproduksi banyak pula. Bila keadaan emosi
atau strees dapat terjadi jumlah makanan yang masuk sedikit, tetapi HCl yang
diproduksi banyak. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan selaput lendir lambung,
yaitu menyebabkan radang atau ulkus. Pada bayi yang masih menyusu, kelenjar
lambungnya menghasilkan enzim rennin. Fungsi enzim itu adalah untuk
mengendapkan kasein yang terdapat di dalam susu.
Antara lambung dan usus dua belas jari terdapat sepang klep. Klep yang
dekat dengan lambung membuka bila terangsang oleh asam dan akan menutup
bila teransang basa. Sebaliknya, klep yang dekat dengan usus halus akan
membuka bila teransang basa dan akan menutup bila terangsang asam,
mekanisme semacam itu akan sangat erat kaitannya dengan pengaturan
pengeluaran makanan dari lambung ke duodenum. Dengan demikian, pengeluran
makanan berjalan dikit demi sedikit.

d. Usus Halus (Intestinum Teneu)


Panjang usus lebih kurang 8,25 m yang terbagi atas tiga bagian, yaitu
sebagai berikut:
1) Usus dua berlas jari atau duodenum, panjangnya kira-kira 0,25 m.
2) Usus kosong atau jejenum, panjangnya kira-kira 7 m.
3) Usus penyerap atau ileum, panjangnya kira-kira 1 m.

Pencernaan di dalam mulut dan lambung adalah pencernaan secara


mekanis dan secara kimiawi, sedangkan di dalam usus terjadi hanya kimiawi saja,
yaitu pencernanan dengan bantuan enzim. Makanan berbentuk enzim (kim) yang
keluar dari lambung mengandung HCl, jadi bersifat asam. Adanya HCl
mengakibatkan teranasangnya getah-getah usus dengan meneluarkan hormon-
hormon sekretin dan kolestokinin. Hormon tersebut selanjutnya akan ikurt

8
peredaran darah. Hormon sekretin memacu kelenjar pangkreas untuk
mengsekresikan getah sel-sel kelenjar atau kelenjar liberkunse dan kolestokinin
merangsang empedu untuk mengsekresikan bilus. Bilusnya ditampung di dalam
kantung empedu (vesika felea) adalah hasil perombakan hemoglobin dari eritrosis
oleh hati. Bilus mengadung garam-garam empedu dan bilirubin atau zat warna
empedu. Zat itu berfungsi untuk mengemulsikan lemak dalam keadan emulsi
inilah lemak dapat dihidrolisis oleh enzim lipase. Karena rangsangan hormon
sekretin, pangkereas mengsekresikan getahnya melalui getah pangkereas menuju
duodenum. Sebelum sampai duodenum, saluran pangkereas bersatu dengan
saluran empedu. Getah pankreas mengandung trisinogen, karbohidrase
pangkereas dan garan NaHCO.
1) Tripsinogen akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi enzim tripsin. Enzim
itu berfungsi untuk menghidrolisis pepton menjadi asan amino.
2) Disakaridase berfungsi menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida.
Disakade yang penting adalah maltase, sukrose dan lactase. Enzim-enzim
tersebut berfungsi sebagai berikut:
a) Maltase menghidrolisis maltosa menjadi glucosa dan glucosa.
b) Sukrose menghidrolisis sucrosa menjadi glucosa dan fructosa.
c) Lactase menghidrolisis laktosa menjadi glucosa dan galaktosa.
Lipase pankreas atau strepsin menghidrolisis emulsi lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. garamNaHCO3 memberikan lingkungan getah
pangkereas aktif dalam lingkungan basa.

Getah usus bersifat basa, mengandung bermaca-macam enzim. Enzim-


enzim tersebut adalah eripsinogen, disakaridase, dan lipase usus. Erepsinogen
merupakan proteinase yang belum aktif dan oleh enterokinase, erepsinogen
diaktifkan menjadi erepsin, yang berfunsi untuk menghidrolisis pepton menjadi
asam amino. Disakaridase (sukrase, lactase, dan maltase) berfungsi untuk
menghidrolisis dasakrida menjadi monodisakarida. Lipase usus, yang merupakan
enzim pencerna lemak berfunsi untuk menghidrolisis emulsi lemak asam lemak
dan gliserol. Pada jejenum, makanan diubah menjadi sari makanan yang Sian
diserap oleh jenjot (villus) ileum. Ileum ini mempunyai permukaan yang berlipat-
lipat sehingga amat efektif untuk penyerapan zat.

9
1) Penyerapan lemak
Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, asam lemak
dan gliserol diserap oleh pembuluh getah bening usus atau pembuluh hill
mekanisme penyerapan lemak agak kompelek, yaitu sebagai berikut:
a) Asam lemak disekresikan dengan garam karbonat mebuntuk senyawa
sabun. Senyawa sabun dyserap oleh sel jenjot usus.
b) Gliserol dapat langsung diserap oleh sel jenjot usus.
c) Di dalam sel jenjot usus, garam karbonat dilepaskan, menjadi asam dan
gliserol bergabng kembali menjadi lemak. Selanjutnya, lemak diangkut
oleh pembuluh kill atau pembuluh getah bening usus menuju ke bawah
selangka.

2) Penyerapan Protein
Protein diserap dalam bentuk asam amino oleh kapiler darah usus.
Dari usus, asam amino diangkut ke hati. Di dalam hati asam amino akan
dibongkar untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan sitoplasma akan
disintesis menjadi enzim dan hormone untuk mendukung metabolisme dan
pertumbuhan.

e. Usus Besar (Intestium Crassum)


Sisa bahan makanan yang tidak dapat diserap oleh ileum masuk ke dalam
usus besar, yaitu ke dalam kolon. Sisa makanan akan dibusukan oleh bakteri
escherichia colli menjadi H2S, NH4, indole, skatole, pgenol dan vitamin k. di
samping itu, pada kolon terjadi pengaturan kadar air mulalui proses penyerapan
dan kalsium. Dengan gerakan perastaltik, makanan terdorong sedikit demi sedikit
menuju kerektum atau poros usus. Bila lambung terisi makanan maka akan
menimbulkan rangsangan untuk buang air besar atau defekasi. Rangsangan yang
diteruskan ke kolon disebut rangsangan gastrolik.
Antara usus halus dan usus besar terdapat saluran buntu yang disebut usus
buntu. Pada usus buntu, terdapat bagunan tambahan yang disebut umbai cacing
atau apendik. Bila ada bahan makanan yang masuk ke usus buntu atau apendik
dapat menyebabkan infeksi pada bagian itu. Untuk mencegah makanan ke usus
buntu, maka pada lubang yang menuju ke usus buntu terdapat klep cincin yang
disebut empang buahini.

10
f. Rektum
Rektum adalah suatu ruang delapan inch yang menghubungkan usus besar
ke dubur (anus). Rektum:
1) Menerima feces dari usus besar.
2) Membiarkan seseorang mengetahui ada feses yang harus dikeluarkan.
3) Menahan feces sampai pengeluaran terjadi.

Ketika apa saja (gas atau feces) datang kedalam rektum, sensor-sensor
mengirim suatu pesan ke otak. Otak kemudian memutuskan apakah isi rektum
dapat dilepaskan atau tidak. Jika mereka dapat, sphincters mengendur dan rektum
berkontraksi, mengeluarkan isi-isinya. Jika isi-isinya tidak dapat dikeluarkan,
sphincters berkontraksi dan rektum menampung sehingga sensasinya hilang untuk
sementara.

g. Anus
Lubang anus merupakan muara akhir dari saluran pencernaan, disebut
lubang pelepasan dinding anus. Ia terdiri dari otot-otot yang melapisi pelvis
(pelvic floor muscles), lapisan yang langsung membatasi lubang anus terdiri atas
otot lurik, sedangkan disebelah dalamnya terdiri atas otot polos dan dua otot-otot
lain yang disebut anal sphincters (internal dan eksternal).
Pelvic floor muscle menciptakan suatu sudut antara rektum dan dubur
yang memberhentikan feces untuk keluar ketika ia tidak diharapkan keluar. Anal
sphincters menyediakan kontrol feces yang baik. Internal sphincter selalu ketat,
kecuali ketika feces masuk kedalam rektum. Ia mempertahankan kita continent
(tidak melepaskan feces) ketika kita tidur atau jika kita tidak sadar akan kehadiran
feces. Ketika kita mendapat suatu keinginan untuk membuang air besar, kita
mempercayakan pada external sphincter kita untuk menahan feces sampai kita
dapat pergi ke toilet.

h. Gangguan Pada Sistem Pencernaan


Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola
makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara

11
gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik,
sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).

1) Mulut
a) Keracunan makanan.
Umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam makanan.
Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun
yang membahayakan tubuh. Geajala-gejala keracunan makanan meliputi
muntah-muntah, diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam.
b) Parotis/gondong, yaitu infeksi virus pada kelenjar parotis, kelenjar ludah
yang terletak dibawah telinga.
c) Xerostomia, produksi air lliur yang sangat sedikit. Produksi air liur
sehari secara normal 1 liter sehari.

2) Lambung
a) Tukak lambung (ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung
enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan
bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan
ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan
berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga
perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri
jenis tertentu.
b) Kolik adalah lambung sakit yang salah satunya disebabkan
mengkonsumsi alkohol atau cabai sehingga menyebabkankontraksi otot
lambung berulang-ulang.
c) Gastritis.
d) Diflagia, yaitu kerusakan lambung yang disebabkan oleh racun.
e) Kanker lambung.
Gejala-gejala permulaan dari kanker lambung hampir sama dengan
gejala-gejala yang disebabkan gangguan lain pada alat pencernaan,
antara lain merasa panas, kehilangan nafsu makan, ketidaksanggupan
mencerna (salah cerna) berlangsung terus menerus, sedikit rasa muak,

12
rasa gembung dan rasa gelisah sesudah makan, dan kadang-kadang
timbul rasa nyeri pada lambung.
f) Maldigesti, terlalu banyak makan atau minum suatu zat yang
merangsang lambung.

3) Usus
a) Radang usus buntu (apendikitis).
Bila usus buntu (umbai cacing) meradang, membengkak dan
terisi oleh nanah. Kondisi ini disebut radang usus buntu atau apendistis.
b) Entritis, peradangan pada usus halus atau usus besar karena infeksi
bakteri.
c) Kolitis peradangan usus besar sampai menyebabkan pendarahan pada
usus.
d) Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka
defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak
air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas
(stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding
usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-
garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.dapat ditimbulkan karena
adanya iritasi pada selaput dinding kolon oleh bakteri disentri, diet yang
jelek, zat-zat beracun, rasa gelisah, atau makanan yang dapat
menimbulkan iritasi pada dinding usus.
e) Konstipasi (sembelit)
Sembelit yang kronis bila defekasi terlambat, usus besar
mengabsorpsi air secara berlebihan dari feses dan menyebabkan feses
menjadi kering dan keras. Bila hal ini terjadi, pengeluaran feses menjadi
sulit. Menahan buang air besar pada waktu-waktu yang normal dapat
menyebabkan sembelit. Semebleit dapat juga disebabkan emosi seperti
rasa gelisah, cemas, takut atau stress. Sembelit ini disebabkan karena
kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan
banyak mengkonsumsi daging.
f) Peritonitis

13
Merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang
merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa
nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan
lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak
teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada
lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan
pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi
peradangan yang disebut apendisitis.
g) Radang hati yang menular (Hepatitis)
Merupakan infeksi virus pada hati, sering meluas melalui air atau
makanan yang terkontaminasi oleh virus.
h) Hemaroid
Hemaroid adalah pembengkakkan vena didaerah anus. Hemaroid
cenderung berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk terus
menerus atau pada orang yang menderita sembelit. Hemaroid juga sering
terjadi pada wanita hamil dan orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-
gejala hemaroid meliputi rasa gatal-gatal, nyeri dan pendarahan.

B. Penyebab Gangguan Pencernaan


Ada berbagai penyebab gangguan pencernaan, antara lain: pola makan, jenis
makanan, stress, dan obat-obatan (Gondosari, 2010).
1. Makan tidak teratur atau makan terlambat
Makan menjadi kebutuhan manusia untuk mendapatkan asupan yang akan
diubah menjadi energi untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Normalnya tubuh
kita bekerja selama 10 hingga 12 jam setiap hari. Jika pola makan tidak teratur maka
tubuh yang terus bekerja akan terganggu. Dengan tiadanya asupan makanan yang
masuk, maka tidak akan ada yang dikonsumsi, padahal sistem pencernaan tetap akan
bekerja. Dampaknya sistem pencernaan tersebut akan melukai organ pencernaan
sendiri.
Penyakit yang sering muncul jika pola makan tidak teratur adalah maag. Hal
ini disebabkan oleh organ lambung kita tidak bekerja sesuai dengan waktunya.

14
Lambung akan sangat tidak terbiasa dengan pola makan yang terus berganti-ganti.
Akibatnya lambung tidak bisa menyesuaikan waktu kerjanya, sehingga dapat
merusak bagian lambung itu sendiri.
Selain itu, pola makan yang tidak teratur seperti makan pada tengah malam
akan berhubungan dengan peningkatan kadar lemak darah. Makan pada titik rendah
irama sirkadian berhubungan dengan kacaunya respon metabolisme.
Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap hari. Secara
alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011). Pola
makan yang tidak teratur membuat lambung menjadi sensitive bila asam lambung
meningkat. Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan
pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada epigastrum.
Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang
tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan perdarahan pada lambung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteraturan makan merupakan faktor
risiko kejadian gastritis dengan nilai OR = 1,85. Dimana risiko kejadian gastritis
untuk responden yang makan tidak teratur 1,85 kali lebih besar menderita gastritis
dibandingkan dengan yang makan teratur.

2. Jenis Makanan
Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen makanan, jenis
makanan yang dimaksudkan adalah makanan yang bersifat asam, makanan tinggi
lemak dan gorengan serta makanan pedas. Mengonsumsi makanan berisiko, salah
satunya makanan yang pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,
terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Bila kebiasaan mengonsumsi
makanan tersebut lebih dari satu kali dalam seminggu dan dibiarkan terus-menerus
akan menyebabkan iritasi pada lambung.
Makanan asam dapat menyebabkan tubuh mengalami nyeri ulu hati, saluran
usus dan esophagus. Hal ini dapat mengakibatkan asam pada lambung berlebih dan
dampak yang dihasilkan adalah mulas.Makanan asam memicu gas berlebih dalam
tubuh. Sementara itu makanan tinggi lemak atau digoreng bisa memicu respon
negatif pada perut, misalnya saja panas perut (heartburn) atau asam refluks.

15
Selain itu, menurut seorang ahli pencernaan dari Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD mengatakan bahwa
Mengkonsumsi masakan pedas secara kontinu akan menyebabkan rapuhnya
permukaan lambung serta dapat membuat lambung anda terluka. Penyakit yang akan
timbul adalah maag atau gastritis akibat terkikis dan terjadinya peradangan dari
lapisan lambung. Lambung yang kena makanan pedas secara berkala menyebabkan
lapisan lambung menipis dan rentan terkena infeksi sehingga terjadi maag.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan merupakan faktor risiko
kejadian gastritis dengan nilai OR = 2,42. Risiko kejadian gastritis untuk responden
yang sering mengonsumsi jenis makanan berisiko antara lain jenis makanan yang
mengandung gas, makanan yang pedas, makanan bersantan, dan makanan yang
melemahkan klep kerongkongan bawah, berisiko 2,42 kali menderita gastritis
dibandingkan dengan yang tidak sering mengonsumsi jenis makanan berisiko.

3. Minum dengan minuman yang bersifat asam misalnya: soft drink, kopi, atau jus
asam.
Jika kita meminum kopi pada saat perut kosong atau belum makan, hal ini
akan merangsang asam klorida dimana asam klorida ini seharusnya ada hanya pada
saat perut mencerna makanan. Dengan salahnya keberadaan asam klorida tersebut
bisa mengakibatkan efek buruk bagi percernaan.
Selain itu, air kopi lebih bersifat asam, ini bisa meniritasi lambung dan usus.
Jika tidak diselingi oleh air mineral yang cukup akan membahayakan pencernaan.
Dampak kecilnya seperti Kram perut, kejang, sembelit, dan diare, merupakan tanda-
tandanya.
Orang yang mengidap penyakit maag mempunyai asam lambung yang
sensitif. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat proses terbentuknya asam lambung.
Hal ini membuat produksi gas dalam lambung berlebih dan membuat perut terasa
kembung.
Sementara itu, minuman bersoda Mengandung CO2 yang menyebabkan
lambung tidak bisa menghasilkan enzim yang sangat penting bagi proses
pencernaan, yang demikian itu terjadi jika mengkonsumsinya bersamaan dengan
makan, atau setelahnya. Juga menyebabkan peniadaan fungsi enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh lambung, yang selanjutnya terganggunya proses
pencernaan dan pengambilan sari-sari makanan.

16
4. Stress karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga memacu asam lambung.
Menurut praktisi kesehatan dari Universitas Indonesia, Stres yang kerap
muncul akibat pekerjaan bisa memicu gangguan lambung, tepatnya pada usus dua
belas jari. Gangguan lainnya bisa menyerang bagian usus besar yang apabila
dibiarkan akan muncul peradangan atau infeksi. secara teknis rasa cemas akibat
pekerjaan menyebabkan saraf simpatis bekerja lebih aktif menstimuli
hormon cathecholamin. Alhasil hormon tersebut akan meningkat dan menyebabkan
sekresi asam lambung melonjak pula. Ketika stress, lambung akan mengeluarkan
asam lambung tiga kali lebih banyak dibandingkan dalam kondisi normal.
Penelitian pusat studi survey epidemiologi gizi dan kesehatan nasional pada
4500 orang di Amerika Serikat menemukan bahwa stress dapat menyebabkan
gangguan pencernaan dengan peningkatan kadar asam lambung dan timbulnya
gastritis.
Selain itu dalam penelitian Ho-Seob Lihm et al didapatkan bahwa terdapat
hubungan antara stres kerja yang dialami di tempat kerja dan penyakit lambung.
Dimana dari 25.536 responden dilaporkan dilaporkan bahwa di antara subjek laki-
laki (15.178), 11,2% (1.699) memiliki refluks esofagitis, 4,2% (632) memiliki ulkus
lambung, 2,8% (421) memiliki ulkus duodenum, dan 0,33% (50) menderita kanker
lambung.
Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan
produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan
mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam lambung.

5. Kebiasaan Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang merokok lebih besar
kemungkinannya untuk terkena ulkus. Jika seorang penderita ulkus tetap merokok,
ulkusnya mungkin tidak akan sembuh; atau kalaupun sembuh, membutuhkan waktu
lebih lama. Penderita ulkus peptikum mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
sembuh jika berhenti merokok dibandingkan mereka yang berobat tetapi tetap
merokok. Merokok juga meningkatkan risiko infeksi bakteri Helicobacter pylori dan
meningkatkan risiko ulserasi oleh alkohol dan obat pereda nyeri yang dijual bebas.

17
Rokok mengandung ± 4000 bahan kimia, asap yang terkandung dalam rokok
mengandung berbagai macam zat yang sangat reaktif terhadap lambung. Nikotin dan
kadmium adalah dua zat yang sangat reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada
lambung. Ketika seseorang merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai
pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi
asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat
mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan sekresi getah yang berguna
untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung. Jika sel pelindung tidak
mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan timbul gejala dari
penyakit gastritis.
Penyebab-penyebab gangguan pencernaan tersebut telah sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Angerbach dalam tesis Dr. Desdiani pada 640
pekerja di pabrik industry kimia pada tahun 1980 yang menemukan bahwa Factor
risiko yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan adalah salah cerna/indigestion
akibat pola makan yang tidak teratur seperti terlambat makan, makan terburu-buru,
makan makanan yang telah dingin, jenis makanan fast food, berminyak, kadar lemak
tinggi. Selain itu konsumsi kopi, alcohol dan merokok juga dapat memperburuk
kesehatan.

C. Pencegahan Gangguan Pencernaan


Seperti yang disebutkan bahwa gangguan pencernaan bermacam-macam dan
penyebabnya pun berbeda-beda namun untuk melakukan tindakan pencegahan agar
penyakit pencernaan dapat dihindari, yaitu:
1. Menjaga waktu makan tidak terlalu berdekatan agar makanan dapat dicerna dengan
sempurna
2. Meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan serat. Seperti buah alpukat,
pisang, kacang-kacangan, gandum, bayam, kentang serta labu.
Serat tidak hanya berfungsi mencegah gangguan pencernaan tetapi juga
penting bagi kesehatan tubuh secara umum. Memudahkan pergerakan makanan
dalam saluran cerna, meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus , dan Mencegah
terjadinya infeksi maupun peradangan pada usus besar yang bisa menimbulkan rasa
sakit pada perut.
3. Makanan yang dikonsumsi hendaknya dikunyah dengan baik karena akan
mempermudah proses pencernaan selanjutnya.

18
4. Memperhatikan komposisi seimbang antar lemak, karbohidrat, dan protein dengan
mengkombinasikan makanan, lauk pauk, serta buah dengan baik.
5. Menghindari makanan atau minuman yang terlalu panas atau dingin karena dapat
mengiritasi lapisan dinding lambung.
6. Menghindari makanan yang dapat mengakibatkan iritasi. Seperti makanan yang
pedas ataupun asam.
7. Membatasi makanan atau minuman yang dapat memicu gangguan pencernaan
seperti fastfood, makanan yang mengandung kolesterol tinggi, minuman beralkohol,
dan bersoda.
8. Memperbanyak mengkonsumsi air putih.
Air berfungsi untuk membasahi makanan dalam saluran pencernaan,
membantu memecah mineral, vitamin dan nutrisi sehingga mempermudah proses
penyerapan dan menjaga kecukupan air agar terhindar dari masalah konstipasi.
9. Olahraga teratur dan menghindari stress.
Olahraga, sebagai bagian dari gaya hidup sehat, bisa membantu mencegah
masalah pencernaan. Sebuah penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal clinical
Gastroenterology and Hepatology, seperti yang dikutip situs askmen menemukan,
aktivitas fisik bisa mengurangi banyak gangguan pencernaan. Dalam studi ini, para
peneliti menemukan hubungan antara obesitas, kurang olahraga, rasa sakit di perut,
diare, dan gejala-gejala gangguan usus. Di sisi lain, stres juga berpengaruh buruk
terhadap sistem pencernaan. Tubuh akan merespon stres dengan cara mengurangi
aliran darah ke perut dan menurunkan produksi enzim-enzim pencernaan, serta
memperlambat proses pencernaan. Akibatnya, perut terasa kembung dan juga
memicu konstipasi.
10. Yang terpenting adalah selalu menjaga pola hidup sehat dan melakukan pola makan
sehat agar terhindar dari berbagai penyakit gangguan pencernaan.
11. Selain itu, Pengobatan infeksi adalah strategi yang lebih baik untuk mencegah
penyakit ulkus peptikum pada pekerja gilir karena pemberantasan H.pylori cukup
mudah hanya membutuhkan terapi antibiotic selama 1 minggu.dan pengobatan yang
berhasil memiliki kemungkinan yang kecil untuk kambuh kembali. Pencegahan ini
tidak selalu memerlukan perubahan dalam jadwal kerja karena meskipun ada factor
lain, perkembangan ulkus peptikum secara praktis tidak mungkin muncul tanpa
adanya infeksi H.pylori. dengan demikian disarankan untuk melakukan prosedur
skrining untuk pekerja gilir yang terinfeksi H.pylori.

19
D. Pengkajian Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien
gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:
a. Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk
meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran
gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif.
Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga
mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
b. Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan
biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual
(nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering
mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian
manasaja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang
lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari
pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal
membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus
gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.
c. Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan
sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens), yaitu
pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat
dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon
dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh
dengan gas.
d. Ketidaknyamanan Abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan
gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain
tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena

20
lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat.
Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan
penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang
berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien
dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan
gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat
menghilangkan nyeri.
e. Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang
disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi
adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus
oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syokhipovolemik dan kelainan
elektrolit.
f. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi
defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan
dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang.
Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi
apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda
sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses
berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses
dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan
makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih
besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang
saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari –harinya jarang
bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

21
2. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara
untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari
pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan
masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan
pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah
kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal, yaitu rongga mulut,
esofagus, lambung, intestinal, anus dan feses, serta organ aksesori.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan
semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan
keluhannya dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap
keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa
lama dan apakah terdapat perubahan berat badan. Pengkajian ini akan
memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam
pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien
apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan
warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta
untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya.
Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai
kondisi yang emberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat
MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan
obat2 dan adanya alergi.
c. Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya. Apabila ada, maka
perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama
dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal.
Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung
empedu, kolitis,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran
intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan.
Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data -

22
data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya,
serta data-data diagnostik dan pembedahan.

3. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum
terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian
anamnesis.
a) Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan
perawat di klinik dimana k nsentrasi biliribin dalam darah mengalami
peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera
dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan. Ikterus
akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum
melampaui 2-2,5 mg/dl. P ningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus
dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau
ekskresi bilier.
b) Kaheksia dan atrofi
Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis
dapatmenyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat
kurus dan lem ah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput
pada kulit yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan
berat badan yang belum lama terjadi.
c) Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan
pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris,
daerah -daerah yang tertekan, dan mulut
d) Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak
terkonpensasi (gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut)
merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada
etiologi dan faktor-faktor presipitasinya. Pada kondisi klinik pasien pada kondisi
ensefalopati hepatik akan mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor,

23
kemudian koma. Kombinasi kesussakn hepatoseluler dan shunting forto
sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan
intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan
dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal.
Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam
rantai pendek, dan a in. Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan
bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.
1.) Bibir
Bibir dikaji terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta
adanya lesi.Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke
ujung. Normalnyabibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus.
Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang
pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh
masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat
berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
2.) Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus
dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring.
Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga
mulut. Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka
mulut,kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari
bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan
kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa.
Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan
pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk
menginspeksi adanya interik atau pucat.
3.) Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih
dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat
mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan
untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh,
dapat terlihat adan ya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan,lidah berada digaris

24
tengah. Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah
akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda
khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk
menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak denganbebas. Dengan
menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi,
tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau
merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang
tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular.
Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-area yang umumnya
terkena lesi kanker oral. Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan
trauma mandibula akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula

4. ) Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis
untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga
otot masseter dapt teraba; kelenjar arotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan
didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar
itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas
alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.
4. Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan
agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi
terhadap abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat
mengubah frekuensi dan karakter bising usus.
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati
dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas
garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya),
striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh da rah vena (obstruksi vena
kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

25
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
d. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
e. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g. Perhatikan juga gerakan pasien: Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi
usus. Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata. Pasien
sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi →adanya
peritonitis. Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat
nyeri →adanya pankreatitis parah.

AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic
usus dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltik usus. Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding
abdomen, lalu dipindahkan keseluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat
adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
a. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
b. Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih
tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
c. Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
d. Suara usus terdengar tidak ada
e. Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
f. Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:

26
a. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
b. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak
melakukan tenekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
c. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan menekan
daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus
relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus
pernapasan, itu adalah spasme sejati.
e. Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.
f. Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan
cepat tangal ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga
organ atau massa umor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan
penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
g. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada
kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara
mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati
dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung
costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya digambar.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa
berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya
udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani
(organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah h ati (redup; organ yang padat).

27
INSPEKSI
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh
berbaring pada sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut
dengan posisi lateral kiri. Perawat yang mengenakan sarung tangan dan
mulai melakukan inspeksi pada anus dan daerah perianal dengan
menyisihkan kedua belah pantatnya.

PALPASI
Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari
telunjuk yang terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada
an us. Pasien diminta bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks.
Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah
bawah sampai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini dimasukkan
perlahan -lahan kedalam rectum. Palpasi dinding anterior dari rectum
dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada pria dan serviks wanita.
Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus dua dengan
lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang
bertambahdan akan menjadi sangat keras bila terdapat karsinoma
prostat. Massa di atas prostat atau serviks dapat menunjukkan adanya
metastatic.
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding
lateral kanan, dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat
dipalpasi secara berurutan. Kemudian jari dimasukkan sedalam
mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik keluar menyusuri dinding
rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip,
lebih mungkin teraba dengan cara ini Setelah jari ditarik keluar, sarung
tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar atau melena, mucus atau
pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba kecuali
mengalami thrombosis. Timbulnya nye i yang nyata selama pemeriksaan
menunjukkan kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid
eksternal yang baru mengalami thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi
anal. penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:

28
2. SISTEM PERSYARAFAN
A. Pengertian Persyarafan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel
saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.

B. Fungsi sistem saraf


Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktifitas tubuh manusia
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi, pengendali atau pengatur
kerja, dan pusat pengendali tanggapan.
1. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh. Hal ini
dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit.

29
Karena ada indera, dengan mudah kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi di
luar tubuh kita.
2. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga dapat bekerja
serasi sesuai dengan fungsi masing-masing.
3. Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap perubahan
keadaan di sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali kerja alat tubuh maka
jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh.

C. Struktur Sel Saraf (Neuron)


Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan
badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi
sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
3. Akson (Neurit)
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran
sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput
mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan
yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit.
Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan.
Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan
nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

30
D. Klasifikasi Neuron
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi
3 macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf
intermediet (asosiasi).
1. Sel Saraf Sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula
spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet).
2. Sel Saraf Motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke
otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap
rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel Saraf Intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel
saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf
lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet
menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

E. Hubungan Antar Sel Saraf


Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini
banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang
dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf yang
satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit.
Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat
kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut
berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

F. Mekanisme Penghantar Impuls

31
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui
sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara
tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada
waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa
rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan
perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi)
terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengan 120 m
per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya
selubung myelin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut
saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial
kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi
kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang
dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang
maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang
kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode
waktu tertentu daripada impuls yang lemah.

2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis


Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron
pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada

32
ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran
pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter
berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang
terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik,
dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang
terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim
asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

G. Pembagian Sistem Saraf


Sistem Saraf terdiri atas dua :
1. Sistem Saraf Pusat.
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf
pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan
yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan
dihantarkan melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh
tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang. Kedua organ tersebut dilindungi juga
oleh selaput yang terdiri dari jaringan ikat meninges.
Sistem Saraf Pusat terbagi atas 2 yaitu :
1. Otak
Bagian-bagian dari otak adalah :
a. Otak besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua
belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Belahan kiri mengatur
tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan kanan mengatur tubuh bagian kiri.
Otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks) yang berisi badan
neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit.
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama.

33
Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis
(daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir. Lobus temporalis (daerah
pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah
belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat.
Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin,
panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat
pendengaran.
b. Otak tengah
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak
tengah berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata,
refleks penyempitan pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu :
Jembatan Varol (pons Varolli)
Jembatan Varol berisi serabut yang menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak
kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan korteks otak besar.
d. Otak kecil (serebelum),
Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang. Otak kecil berperan
sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka.
e. Sumsum lanjutan (medula oblongata).
Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat
pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu
tubuh, gerak alat pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.
Ketiga bagian otak belakang ini membentuk batang otak.

f. Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu
lanjutan dari medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas
tulang pinggang kedua (canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls
sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor.
Di dalam tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.

2. Sistem Saraf Tepi

34
Sistem Saraf tepi terbagi atas 2 bagian juga yaitu :
a. 12 serabut saraf otak ( saraf kranial).
b. 31 pasang serabut saraf sum - sum tulang belakang.
Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) adalah lanjutan dari neuron yang
bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.
Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu
:

3. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar
atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Contohnya yaitu gerak
jalan.
Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sistem saraf kepala (kranial).
b. Sistem saraf tulang belakang (spinal).

4. Sistem saraf Tak Sadar


Sistem saraf yang gerakannya tanpa koordinasi dengan saraf pusat.
Contohnya yaitu gerak refleks. Alur impuls dimulai dari reseptor sebagai
penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum tulang
belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan dikirim
oleh saraf motorik menuju ke efektor.
Berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Saraf Simpatik
Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang
tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang.
Saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat
proses pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh
arteri, memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan
kantung kemih.
b. Saraf Parasimpatik
Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan
dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf parasimpatik
dapat memperlambat denyut jantung, mempercepat proses pencernaan,

35
menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri,
memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung
kemih.
Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama
tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat
antagonis

H. Gangguan Pada Sistem Saraf


Gangguan pada sistem saraf akan berakibat pada pola gerak
maupun memori seseorang. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh
ketuaan, bakteri, virus atau kerusakan akibat kecelakaan.contoh penyakit
akibat gangguan sistem saraf adalah:
1. Gangguan pada serebrum.
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan
serebro-vaskuler pada otak, tergantung dari daerah dan neuron yang terserang.
· Paralis motorik jenis spastik, dengan gejala kaku-otot dan refleks-meninggi
merupakan akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Hemiplegis hanya dapat
menyerang lengan dan tungkai sebelah saja, sedang otot wajah, kepala, leher dan
badan kendati badan tidak terkena,
· Paralis sensorik, sebagai akibat dari cedera pada halur sensorik. Gerak refleksi tidak
normal, ketidaknormalan ini melibatkan juga refleks organik pupil mata yang
mengalami kontrasi atau tidak dapat berkontraksi.
2. Ganglion Basalis.
Penyakit parkison, paralisis agitans diduga disebabkan oleh degenerasi ganglion-
ganglion basalis.

3. Batang otak,pons dan medula oblongata.


Pusat-pusat vital pengendalian pernapasan dan tekanan darah terletak di sini, sehingga
suatu kerusakan pada daerah ini akan menyebabkan kematian. Jumlah jalur saraf yang
berpusat disini sedemikian banyaknya, sehingga suatu cedera kecil sekalipun yang
terjedi di situ dapat menyebabkan kelemahan dan hilangnya perasaan.
4. Kerusakan pada sumsum tulang belakang.

36
Seringkali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah cedera serius yang dapat
berakibat menyeluruh atau sebagian. Apabila cedera itu mengenai daerah servikal
pada lengan, badan dan tungkai maka penderita itu tidak tertolong. Apabila saraf
frenikus tidak terserang cedera maka diafragma mungkin tidak terserang, sebaliknya
bila saraf frenikus terserang maka dibutuhkan pernapasan buatan.
5. Spastisitas dan kekakuan.
Pada saat keadaan paralia lemas berlalu, otot mendapat kembali tonusnya, kendati
masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi spastik dan kaku. Gerak refleks
terjadi khususnya pada bagian yang mempunyai hubungan dengan kelompok otot
flexor dan abduktor, walaupun tidak terdapat pengendalian sadar atas gerakan ini.
Kemampuan pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi
deformitas.
6. Terputusnya serabut saraf campuran
yang lazim terjadi pada kecelakaan lalu lintas, dapat menyebabkan daerah-daerah
yang dilayaninya kehilangan kemampuan bergerak, oleh karena ini merupakan cedera
neuron motorik bawah yang menyebabkan hilangnya perasaan.
7. Neuritis
adalah istilah gabungan yang digunakan dengan dengan adanya gangguan pada saraf
tepi, entah itu karena peradangan, keracunan, seperti pada neuritis alkohol maupun
karena tekanan. Simptom yang timbul karena peradangan ada macam-macam
biasanya berupa rasa sakit yang justru menghebat pada malam hari, dan tidak
berkurang kendati si penderita beristirahat. Jenis-jenis neuritis dinamakan sesuai
dengan plexus atau urat saraf yang terserang, misalnya :
a. Neuritis plexus brakhialis yang mungkin disebabkan infeksi, cedera ataupun
tekanan.
b. Neuritis nervus radialis, dapat cidera apabila lengan dibiarkan bergelantungan
pada sisi alat pengusung atau meja operasi.
c. Tekanan pada nervus ulnaris, dapat timbul karena bertelekan pada siku pada
saat berbaring.
d. Kompresi nervus medianus dalam saluran karpal.

8. Neuritis siatika atau lebih dikenal dengan siatika


Timbulnya siatika sering kali diduga disebabkan tekanan yang berasal dari prolapsus
diskus intervertebralis atau karena cedera lain pada bagian bawah kolumna vertebra.

37
Nervus popliteus lateralis apabila tungkai dibalut gips, dapat tertekan pada saat gips
itu melingkari kepala fibula.
9. Ensefaliatis
Adalah peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi virus.
10. Meningitis
Adalah peradangan pada selaput otak.
· Bedah saraf adalah cabang atau jenis pembedahan yang sangat khusus serta
berkembang pesat. Termasuk kedalamnya adalah semua pembedahan yang dilakukan
terhadap otak, sumsum tulang belakang dan saraf tepi.
· Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila terdapat
tumor, darah atau gumpalan darah ataupun fraktur pada kubah yang dapat menekan
otak.

B. Pengkajian Keperawatan Gangguan Sistem Persyarafan


A. Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan pada system persarafan
merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat.
Pengkajian dneurologis dimulai saat pertemuan pertama, percakapan dengan klien dan
kelurga adalah sumber yang amat penting dari data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi fungsi system persyarafan secara keseluruhan anamnesis secara umum
meliputi pengumpulan informasi tentnag status kesehatan klien menyeluruh mengenai
fisik, fisik, psikologi budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
Pengkajian umum neurologis meliputi identitas umum, keluhan utama riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga yang
berhubungan dengan gangguan neurologis klie. Perawat perlu memahami proses
pengkajian tersebut dengan baik/
1. Identitas klien
Identitiask klien mencakup nama, usia (Pada masalah disfungsi neurologis
kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan
afama, suku bangsa, tanggal dna jam masuk rumah sakit.
2. Keluahan utama
Keluhan utama pada klien gangguan system persyarafan biasanya akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis, keluhan yang sering didapatkan meliputi

38
kelemahan anggota gerak sebelah badan bicara pelp tidak dapat berkomunikasi.
Konvulasi kejang sakit kepala yang hebat nyeri otot, kaku duduk, sakit punggung
tingkat kesadaran menurun (GCS < 15) akral dingin dan ekspresi rasa takut
3. Riwayat penyakit
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali
masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat
kesehatan kesehatan klien
Riwayat yang mendukung keluhan utama perlu dikaji agar pengkajian lebih
kompherensif juga mendukung terhaap keluhan yang paling actual dirasakan klien
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara yang
dilakukan perawat untuk menggali permasalahan klien dari timbulnya keluhan
utama pada gangguan system persyarafan sampai pada saat pengkajian.
Pada gangguan neurologis riawayat penyakit sekarang yang mungkin
didapatkan meliputi adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak,
lumpuh pada saat klien sedang melakukan aktivitas, keluhan pada
gastrointestinal seperti mual dan muntah bahklan kejang sampai tidak sadar di
gleisah, latarfi, lelah apatis, perubahan pupil, pemakaian obat-obat sedative,
antipsikotik, perangsang saraf) dan lain-lain
b. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalah yang
mendukung masalah saat ini pada klien dengan deficit neurologi adalah sangat
pentung.
Beberapa pertanyaan yang mengarah pada riwayat penyakit dahulu dalam
pengkajian neurologi adalah
a) Apakah klien menggunakan obat-obat seperti analgesic, sedative, hipnotis,
antipsikortik, anti depresi atau perangsang system persyarafan
b) Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang, tremor
pusing, vertigo, kebas atau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan nyeti
atau perubahan dalam bicara masa lalu
c) Bila klien telah mengalami salah satu gejala diatas, gali lebih detail
d) Diskusikan dengan pasangan klien atau anggota keluarga dan teman klien
mengenai perubahan prilaku klien akhir-akhir ini

39
e) Perawat sebaiknya bertanya mengenai riwayat perubahan penglihatan
pendengaran, penghidu, penegcapan, perabaan
f) Riwayat trauma kepala, atau batang spinal, meningitis, kelainan congenital
penyakit neurologism atau konseling psikiatri
g) Riwayat peningkatan kadar gula darha dan tekanan darah tinggi
h) Riwayat tumor baik yang ganas, maupun jinak pada system persyarafan
perlu ditanyakan karena kemungkinan ada hubungan nya dengan keluhan
yang sekarang yg dapat memberikan metastasis ke system persyarafan
pusat dengan segala komplikasinya
c. Riwayat penyakit keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus yang memberikan hubungan dengan beberapa masalah
disfungsi neurologis seperti masalah stroke haemorafik dan neuropati perifer
4. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif
dan perilaku klien
Pengkajian status emosiolan dan mental secara fisik lebih banyak termasuk
pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran klien, prilaku kdan
penampilan bahasa dan fungsi intelektual termasuk ingatan, pengetahuan
kemampuan berpikir abstrak asosiasi dan penilaian sebagian besar pengkajian ini
dapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan klien dalam
melaksanakan pengkajian lain dengan memebri pertanyaan dan tetap melakukan
pengawwasan sepanjang waktu unutk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan
pikiran
a. Kemampuan koping normal.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga sera masyarakat dan respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ktakutan
akan kecacatan rasa cemas, rasa ketidakmampuan utnuk melakukan aktivitas
secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah gangguan citra
tubuh

40
b. Pengkajian sosiekonomispritual
Oleh Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji
apakah keadaan ini member dampak pada status ekonomi klien sebab biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga
melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan
neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif
keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan peran social
klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan
neurologis didalam system dukungan individu
B. Pemeriksaan Fisik Neurologis
Secara Umum pemeriksaan fisik pada system persarafan ditujukan terhadap area
fungsi utama berikut :
 Pengkajian tingkat kesadaran
 Pengkajian fungsi serebral
 Pengkajian saraf kraniak
 Pengkajian system motorik
 Pengkajian respons reflex
 Pengkajian system sensorik
1. Pengkajian tingkat kesadaran
Kesadaran mempunyai arti yang halus, kesadaran dapat didefinisikan sebagai
keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen
keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut output susunan saraf pusat
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan yaitu aksi dan
reaksi terhadap apa yang diserap bersifat sesuai dan tepat. Keadaan saat suatu aksi
sama sekali tidak dibalas dengan suatu reaksi dikenal sebagai koma. Kesadaran
terganggu dapat menonjolnya kedua seginya yaitu unsur tingkat dan unsure
kualitasnya
Apabila terjadi gangguan sehingga tingkat kesadaran menurun sampai tingkat yg
terendah maka koma yang dihadapo dapat terjadi akibat neuron pengemban
kewaspadaan sama sekali tidakberfungsi yang disebut koma diensefalik yang
dapat bersifat supratentorial atau infantentorial (Priguna Sidartha, 1985)

41
Kualitas kesadaran yang menurun tidak senantiasa menurunkan juga tingkat
kesadaran. Tetapi tingkat kesadaran yang menurun senantiasa menggangu kualitas
kesadaran. Oleh karena itu fungsi mental yang ditandai oleh berbagai macam
kualitas kesadaran sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran.
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan penting
yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan.
Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan. Istilah-istilah seperti letargi, stupor, dan
semikomatosa adalah istilah yang umum digunakan dalam berbagai area. Dapat
dilihat pada table berikut.

Tabel 2.1. Responsivitas Tingkat Kesadaran


Tingkat Responsivitas Klinis
Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya
atau sedikit bingung saat pertama
kali terjaga, tetapi berorientasi
sempurna ketika bangun.
Letargi Mengantuk tetapi dapat mengikuti
perintah sederhana ketika
dirangsang
Stupor Sangat sulit untuk dibangunkan,
tidak konsisten, dapat mengikuti
perintah sederhana atau berbicara
satu kata atau frase pendek.
Semikomatosa Gerakan
bertujuan
Koma ketika
dirangsang;
tidak
mengikuti
perintah atau

42
berbicara
koheren.
Dapat berespons dengan postur
secara reflex ketika distimulasi
atau dapat tidak berespons pada
setiap stimulus.

Pada keadaan perawatan sesungguhnya, ketika waktu mengumpulkan data untuk


penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas, Skala, Glasgow (Glasgow Coma Scale
– GCS) dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. Skala tersebut
memungkinkan pemeriksa membuat peringkat 3 respons utama klien terhadap
lingkungan seperti respons membuka mata, verbal dan motorik.

Pada setiap kategori respons yang terbaik mendapatkan nilai. Nilai total
maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3
menandakan klien tidak memberikan respons. Nilai total 8 atau kurang
menandakan adanya Koma dan jika bertahan pada waktu yang lama dapat menjadi
satu predictor buruknya pemulihan fungsi.

System penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk mengevaluasi dengan


cepat klien yang sakit kritis atau klien yang cedera sangat berat yang status
kesehatannya dapat berubah dengan cepat.
Respon
Respon verbal Membuka
Motorik
terbaik mata
Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Bingung 4
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap 3
Fleksi 3 dimengerti 2 Panggilan
abnormal 2 Hanya suara 1 2
Ekstensi 1 Tidak ada Terhadap
Tidak ada nyeri 1

Tidak dapat

43
2. Pengkajian Fungsi Serebral
a. Status mental
Status mental merupakan keadaan kejiwaan yang dimiliki seseorang. Secara
ringkas prosedur pengkajian status mental klien dapat dilakukan meliputi:
1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara
berpakaian klien, kerapihan, dan kebersihan diri.
2. Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan
aktifitas motorik semua ini sering memberikan informasi penting tentang
klien.
3. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran juga diobservasi.
4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal ?
5. Apakah klien sadar dan berespons atau mengantuk dan stupor
Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat terdapat pada
table berikut
PENILAIAN RESPONS
Perhatian Rentang
perhatian ke
depan dan ke
belakang
Daya ingat - Jangka
pendek:
mengingat
kembali tiga
item setelah 5
menit
- Jangka
panjang :
mengingat
nama depan

44
ibunya,
mengingat
kembali menu
makanan pagi,
kejadian pada
hari
sebelumnya.
Perasaan - Amati
(efektif) suasana hati
yang tercermin
pada tubuh,
ekspresi tubuh
- Deskripsi
verbal efektif
- Verbal
kongruen,
indicator tubuh
tentang
suasana hati.
Bahasa - Isi dan
kualitas ucapan
spontan
- Menyebutkan
benda-benda
yang umum,
bagian-bagian
dari suatu
benda
- Pengulangan
kalimat
- Kemampuan
untuk
membaca dan

45
menjelaskan
pesan-pesan
singkat pada
surat kabar,
majalah.
- Kemampuan
menulis secara
spontan, di-
dikte.
Pikiran - Informasi
dasar
(misalnya
presiden
terbaru, 3
presiden
terdahulu)
- Pengetahuan
tentang
kejadian-
kejadian baru.
- Orientasi
terhadap orang
tempat dan
waktu.
- Menghitung :
menambahkan
dua angka,
mengurangi
100 dengan 7.
Persepsi - Menyalin
gambar :
persegi, tanda
silang, kubus,

46
tiga dimensi.
- Menggambar
bentuk jam
membuat peta
ruangan.
- Menunjuk ke
sisi kanan dan
kiri tubuh.
-
Memperagakan
: mengenakan
jaket, meniup
peluit,
menggunakan
sikat gigi.

b. Fungsi Intelektual
Penilaian fungsi intelektual akan menggungkapkan banyak informasi tentang
kerusakan pada otak. Fungsi intelektual mencakup kegiatan yang mencakup
kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan memanfaatkan pengalama.
Seluruh otak ikut serta saling berhubungan dalam mengembangkan aktivitas
intelektual. Lesi serebral yang bersifat bilateral dan difusi sangat menentukan
pelaksanaan intelektual umum sedangkan lesi yang bersifat fokal dapat
menimbulkan aktivitas intelektual yang khusus
c. Daya Pikir
a) Apakah pikiran klien bersifat spontal, alamiah, jernih, relevan dan masuk
akal?
b) Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan dan keasykan
sendiri?
c) Apa yang menjadi pikiran klien?
d. Status emosional
Secara ringkas pengkajian status emosional klien yang dapat dilakukan
perawat meliputi

47
a) Apakah tingkah laku klien alamiah, datar peka, pemarah, cemas, apatis,
atau euphoria ?
b) Apakah alam perasaan klien berubah-ubah secara normal atau iramnya
tidak dapat diduga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?
c) Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isus dari
pikirannya
d) Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan komunikasi non
verbal?
e. Kemampuan bahasa
Pengkajian fungsi serebral yang terakhir adalah kemampuan bahasa. Orang-
orang dengan fungsi neurologis normal mampu menegerti dan berkomunikasi
dalam pembicaraan dan bahasa tulisan pada pengkajian ini perawat mungkin
menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a) Disfasia
b) Disartria
c) Disfonia
Table 2.4. Pengkajian Klien Disfasia / Afasia
Bicara Lancar Bicara tidak lancer
(Disfasia Reseptif, Konduktif (Afasie Ekspresif
atau Nominal)
Menyebut nama-nama benda. Menyebutkan nama-nama
Klien dengan afasia nominal, benda sulit dilakukan tetapi
konduktif atau reseptif sulit lebih baik dari pada bicara
menyebutkan nama-nama benda spontan

Repetisi klien dengan afasia


konduktif dan resptif tidak dapat Repetisis mungkind dapat
mengulangi pesan bahasa dilakukan dengan usaha yang
keras repetisi frasa kurang
Komprehensi. Hanya klien baik
dengan afasia reseptif yang
tidak dapat mengikuti perintah Komprehensi normal
(verbal dan tertulis) (perintah tertulis dan verbal

48
dapat diikuti )
Membaca. Klien dengan lesi
posterior dan area wernickle
menderita disleksia
Tulisan, disgrafia dapat
Menulis klien afasia konduktif ditemukan
sulit menulis (Disgrafia)
sedangkan klein dengan afasia
reseptif isi tulisannya abnormal Hemiparesis lengan lebih
klien dengan lesi lobus frontal sering terkena dari pada
dominan dapat juga menderita tungkai
disgrafai
3. Pengkajian Saraf Kranial
Pemeriksaan saraf cranial dimuali dengan mengatur posisi klien sehingga duduk
ditepi tempat tidur bila memungkinkan perhatian kepala wajah dan leher klien.
Catat apakah terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitifa terbalik)
atau akromegali.
a. Saraf cranial I
b. Saraf Kranial II
a) Tes ketajaman Fisik
b) Tes konfrontosi
c) Pemeriksaan Fundus
c. Saraf III dan IV
d. Saraf Kranial V
e. Saraf Kranial VII
f. Saraf cranial VIII
g. Saraf cranial IX dan X
h. Saraf cranial XI
i. Saraf cranial XII
4. Pengkajian Sistem Motorik
Pemeriksaan yang teliti pada sistem motorik meliputi inspeksi umum (postur,
ukuran otot, gerakan abnormal, dan kulit), fasikulasi, tonus otot, kekuatan otot,
reflex koordinasi dan keseimbangan. Pada peemriksaan system sensorik nilai
persepsi nyeri, temeperatur, vibrasi dan motorik halus.
49
Inspeksi umum
perawat mundur sebentar dan perhatikan adanya postur yang abnormal misalnya
pada klien dengan hemiplegia akibat stroke pada pemeriksaan ini anggita badan
atas dalam posisi refleksi dan lengan dalam posisi aduksi dan pronasi sedangkan
anggota badan bawah dalam posisi ekstensi kemudian indentifikasi artrofi otot
yang menunjukan adanya denervasi otot, penyakit otot primer atau kelainan atrofi.
Anggota badan atas
Secara umum pemeriksaan dimulai dari jabat tangan dengan klien dan perkenalan
diri anda. Klein yang tidak dapat melepaskan genggaman tangannya merupakan
tanda-tanda menderita miotonia, penyebab dari kelainan penyakit otot yang peling
sering ini adalah distrofia miotonika. Setelah memelepaskan tangan dari
genggaman klien dan setelah melakukan inspensi umum sekilas sangat penting,
klien diminat melepaskan pakaianya sehingga lengan dan gelang bahu terbuka
selurhnya
Fasikulasi
Kelainan ini merupakan kontraksi bagian-bagian kecil dari otot yang tidak regular
yang tidak mempunyai pila yang ritmis. Fasikulasi dapat bersifat kasar atau halus
dan terlihat pada waktu isitirahat, tetapi tidak terjadi selama gerakan volunteer.
Jika tidak ditemukan fasikulasi. Ketuk otot brakiordialisis dan biseps dengan palu
reflex dan amati lagi. Tindakan ini dapat menstimulasi fasikulasi. Jika fasikulasi
terjadi bersama-sama dengan kelumpuhan dan atrofi maka fasikulasi menunjukan
degenerasi dari LMN. Penyebab=peneyebab fasikulasi meliputi penyakit saraf
mototrik, kompresi radiks motorik, neuropati mototrik (Misalnya keganasan),
miopati auisita (misalnya polimiositis, tirotoksikosis)

Tonus Otot
Pada waktu lengan bawah digerak-gerakkan pada sendi siku secara pasif, otot-otot
ekstensordan fleksor lengan membiarkan dirinya ditarik dengan sedikit tahanan
wajar. Jika semua unsure saraf disingkirkan dari otot (Denervasi) maka tahanan
tersebut sama sekali lenyao. Tahanan itu disebut sebagai tonus otot yang

50
merupakan manifestari dari resultan gaya saraf (baik motorik maupun sensorik)
yang berada di otot dalam keadaan sehat

Kekuatan otot
Kekeuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan pemeriksa dengan
kemampuan untuk melawan tahanan otot volunteer secara penuh dari klien untuk
menentukan apakah kekuata normal, maka umum klien, jenis kelamin, dan bentuk
tubuh harus dipertimbangkan.
Fungsi otot atau kelompok otot klien dievaluasi dengan cara menempatkan otot
pada keadaan yang tidak menguntukngkan. Sebagai contoh otot kuadrisep adalah
otot yang secara penuh bertanggung jawab untuk meluruskan kaki pada saat kaki
dalam keadaan lurus, pengkaji sulit sekali membuat fleksi pada lutu sebaiknya jika
lutut dalam keadaan fleksi dan klien diperintahkan untuk meluruskan kaki dengan
diberi tahanan, maka akan menghasilkan ketidakmampuan unutk meluruskan
kakinya. Walaupun kurang sensitive pembagian kekuatan otot berdasarkan tingkat
dapat dijadikan panduan bagi perawat untuk melakukan penelitian
5. Pengkajian Refleks
Refleks adalah respons terhadap suatu rangsang. Gerakan yang timbul disebut
gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit
untuk menyesuaikan diri baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunteer
maupun untuk membela diri. Gerakan reflektorik tidak saja dilaksanakan oleh
anggota gerak akan tetapi setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflektorik.
Selain itu rangsangan tidak saja terdapat di permukaan tubuh, akan tetapi semua
impuls perseptif dapat merangsang gerakan reflektorik, termasuk impuls panca
indra. Setiap suatu rangsangan yang direspons dengan gerakan, menandakan
bahwa antara daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik itu
terdapat hubungan. Lintasan yang rnenghubungkan reseptor dan efektor
itu.dikenal sebagai busur refleks.
Reseptor di kulit mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan
Jikirim melalui serabut radiks dorsalis ke sebuah saraf di substansia grisea medula
spinalis. Atas kedatangan impuls tersebut, neuron itu merangsang saraf motorik di
kornu anterioq yang pada gilirannya menstimulasi serabut otot untuk berkontraksi.

51
Reseptor serabut aferen, interneuron di substansia grisea, saraf motorik, serta
aksonnya berikut otot yang dipersarafinya merupakan busur refleks yang
segmental. Sebagian besar refleks spinal adalah refleks segmental.
Refleks-refleks yang melibatkan kegiatan pancaindra dan kebanyakan reflex
superfisial terjadi dengan perantara busur refleks segmental yang dilengkapi juga
dengan iintasan suprasegmental. Refleks-refleks yang dibangkitkan dalam
pemeriksaan klinis dapat bersifat refleks profunda dan refleks superfisial. Refleks
profunda berarti refleks'terjadi sebagai respons atas perangsangan terhadap otot,
sedangkan refleks superfisial adalah refleks vang terjadi akibat perangsangan
permukaan kulit atau mukosa.
Tendon rerpengaruh langsung dengan palu refleks atau secara tidak langsung
melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan merekat pada tendon. uji
refleks ini nremungkinkan orang yang menguji dapat rnengkaji lengkung refleks
yang tidak disadarri, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen. sinaps
signal, serabut eferen motorik, dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang
bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi.

a. Pemeriksaan Refleks Profunda


Gerakan reflekrorik yang timbul akibat perangsangan terhadap otot dapat
dilakukan dengan melakukan ketukan pada tendon, ligamentum atau
periosreum. Oleh karena itu, refleks profunda disebut juga refleks tendon dan
refleks periosteum. Hasil pemeriksaan refleks tersebut merupakan informasi
penting yang sangar nrenentukan. Oleh karena itu, rangsangan dan penilaian
yang dilakukan harus repar. Penilaian ini selalu berarti penilaian secara
banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respons terhadap suatu rangsang
bergantung pada intensitas pengerukan. Oleh karena itu, refleks tendon atau
periosteunl kecuali bagian tubuh yang dapat dibandingkan harus merupakan
hasil perangsangan yang berintensitas sama. Selain itu, posisi anggota gerak
yang sepadan pada saat perangsangan dilakukan harus sama. Oleh karena itu
teknik untuk membangkitkan refleks tendon harus sempurna. Pokok-pokok
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
b. Teknik Pengetukan.

52
Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras. Gagang palu refleks dipegang
dengan ibu jari dan jari telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat diayun
secara bebas. Pengetukan tidak boleh dilakukan seperti gerakan memotong
atau menebas kayu, melainkan menjatuhkan secara terarah kepala palu refleks
ke tendon atau periosteum (Gambar 2.1,9). Dalam hal ini, gerakan pengetukan
berpangkal pada sendi pergelangan tangan. Tanganlah yang mengangkat palu
refleks, bukan lengan. Kemudian tangan menjatuhkan kepala palu refleks
dengan tepat ke tendon atau periosteum. Refleks tendon harus benar-benar
berarti bahwa yang diketuk adalah tendon. Untuk menjamin hal itu.
pengetukan hendaknya dilakukan secara tidak langsung ,yang berarti bahwa
yang diketuk oleh palu refleks adalah jari pemeriksa .vang ditempatkan di
tendon yang bersangkutan.
Metode perkusi tidak langsung ini dilakukan jika tendon yang bersangkutan
tidak ditopang pada topangan yang cukup keras. Dalam hal ini, respons
terhadap pengetukan pada tendon yang tidak ditopang pada topangan yang
keras adalah lemah atau kurang nyata, sehingga metode tersebut dipakai untuk
merangsang refleks tendon biseps brakialis dan femoris.
c. Pemeriksaan Refleks Patologis
Refleks superfisial adalah gerakan reflektorik yang timbul sebagai respons atas
stimulasi terhadap kulit atau mukosa. Berbeda dengan refleks profunda, reflex
supervisulal tidak saja mempunyai busur refleks yang segmental, melainkan
mempunvai komponen supraspinal juga. Oleh karena itu, refleks superficial
dapat menurun atau hilang jika terdapat lesi di busur refleks segmentalnya atau
jika komponen supraspinal mengalami kerusakan.
d. Pemeriksaan Refleks Patologis
Refeks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada
orang-orang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan
merupakan gerakan reflektorik defensif atau postural yang jika pada orang
dewasa yang sehat diatur dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidal.
Anak kecil berusia antara 4-5 tahun masih belum memiliki susunan
piramidal yang bermielinisasi sempurna, sehingga aktivitas susunan
piramidalnya masih belum sernpurna. Oleh karena itu, gerakan reflektorik
yang dinilai sebagai refleks patologis pada orang dewasa, tidak selamanya

53
patologis jika diiumpai pada anak-anak kecil. Akan tetapi pada orang dewasa
refleks patologis selalu merupakan tanda terjadinya lesi UMN.
Refleks-refleks patologis sebagian bersifat refleks profunda dan sebagian
lainnva bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan oleh reflex
parologis itu sebagian besar adalah sama, akan tetapi mendapat julukan yang
bermacam-macam, karena cara membangkitkannya berbeda-beda.

e. Refleks Plantar.
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki akan menimbulkan plantar fleksi kaki
dan fleksi semua jari kaki pada kebanyakan orang yang sehat. Respons yang
abnormal terdiri atas ekstensi serta pengembangan jari-jari kaki dan elevasi ibu
jari kaki. Respons ini disebut respons ekstensor plantar yang lebih dikenal
dengan refleks Babinski positif
Respons patologis ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan
terjadinya lesi di susunan piramidal.
f. Gerakan Sekutu.
Gerakan sekutu (associated ntouements) adalah gerakan tidak volunter dan
reflekrorik yang selalu timbul pada setiap gerakan volunter. Gerakan-gerakan
tersebut mengatur sikap dan mengiringi gerakan voluntet agar ketangkasan
dan efektivitas gerakan volunter lebih terjamin. Dalam keadaan patologis,
gerakan sekutu bisa hilang atau bangkit secara berlebihan. Gerakan sekutu
lenyap pada penyakit ekstrapiramidal. Oleh karena adanya proses patologis di
susunan piramidal, gerakan sekutu tidak akan ditemukan pada orang-orang
sehat. Oleh karena itu, gerakan sekutu disebut gerakan sekutu abnormal atau
patologis. Jika sebelurn mengalami kerusakan, gerakan sekuru fisiologis tidak
hilang, akan tetapi sinkronisasinya dengan gerakan volunter hilang, sehingga
gerakan volunter memperlihatkan kejanggalan. Gerakan volunter yang
terganggu ini dikenal sebagai gerakan tidak koordinatif. Gerakan sekutu
patologis dapat timbul pada anggota gerak yang paretic sewaktu gerakan
volunter teftentu dilakukan. Dengan demikian, gerakan sekutu patologis dapat
dianggap sebagai gerakan reflektorik pada anggota gerak paretic yang timbul
akibat stimulasi otot-otot tertentu yang normal secara volunter. Gerakan Tidak
Volunter (Involunter). Gerakan involunter merupakan gerakan yang tidak
sesuai dengan kemauan, ddak dikehendaki, dan tidak bertujuan. adapun

54
gerakan involunter yang sering dijumpai, meliputi gerakan tremotis spasmus,
serta diskinesia dan distonia.
 Tremor. Tremor rnerupakan suatu gerarkan y'ang tidak dikehendaki dan tidak
bertujuan yang terdiri atas satu seri gerakan bolak balik secara ritmik sebagai
manifestasi kontraksi berselingan kelompok otot yang fungsinya berlawanan.
Istilah awam ,yang terkenal adalah gemetar. Tremor dapat diklasifikasikan
menurut frekuensi tremor (tremor cepat atau lambat), menurut amplitr.rdonya
(tremor halus atau kasar), merurut sikap bagian tubuh yang memperlihatkan
tremor (tremor posturai, statik, dan intensional), dan seterusnya. Akan tetapi
pembagian tremor dengan rujukan praktik klinik adalah sesuai dengan klasifikasi
tremor menurut penyebabnya, meliputi: tremor fisiologis, tremor esensial
heredofamilial tremor penyakit Parkinson, tremor iatrogenic dan tremor
metabolic.
 Tic. 'Tic' adalah istilah Prancis yang telah sesuai dengan standar
internasional. 'Tic'merupakan suatu gerakan otot involunter yang berupa kontraksi
otot setempat, sejenak, namun berkali-kali, dan kadang kala selalu serupa atau
berbentuk majemuk. Menurut gerakan otot involunter yang timbul. pengqolongan
'ric' diberi tambahan sesuai lokasi kontraksi otot serempat. Dengan demikian
dikenal 'tic' fasialts, yang mengenai otot pror wajah, 'tic'orbikularis oris, dan'tic'
orbikularis okuli. Dalam hal ini. otot yang berkontraksi secara involunter adalah
otot orbikularis oris, orbikularis okuli, dan zigomatikus mayor, atau otot fasial
lainnya.
 Spasme. Spasme adalah kejang otot setempat yang mengenai sekelompok atau
beberapa kelornpok otot, yang timbul secara involunter. Adanya kejang otot
disebabkan oleh gangguan otot atau karena gangguan saraf
Gangguan pada sistem persarafan bisa terjadi di tingkat perifer atau di pusat.
Dalam klinik dikenal keiang otot yang dinamakan (1) kram muskulorum, (2)
spasme tetani, (3) spasme fasialis, (4) krisis okulogirik, (5) singultus, dan (6)
spasme profesi di antaranya yang paling sering di jumpai adalah writer cramp.
Kram muskulorum pada otot betis pernah dialami oleh semua orang yang telah
mengeluarkan banyak tenaga, seperti berenang, lari-lari, main tennis, dan
sebagainya. Pemberian garam seperti kalsium glukonat, KCI, atau NaCl dapat

55
rnencegah timbulnya kembali kram muskulorum pada orot betis, otot latisimus
dorsi, atau otot-otot jari.
Spasme tetani merupakan spasme akibat tetanus. Hipokalsemia dan
alkalosis sering kali menimbulkan spasme tetanik. Spasme tetanik paling sering
dijumpai pada jari-jari tangan. Fenomena tersebut dikenal sebagai tanda trousseau.
Juga pada keadaan hipoksemia otot wajah mudah mengalami kejang jika saraf
diketuk-ketuk pada bagian yang berada didaerah glandula parotis. Fenomena
tersebut dikenal sebagai tanda chevostek
Krisis okulogirik terjadi apabila kedua bola mata melirik ke salah satu sisi
biasanya selama beberapa menit, tetapi adakalanya dapat berlangsung sarnpai
beberapa jam. Selama krisis, klien berada dalam keadaan tegang karena mendapat
seperti menghadapi maut atau berhalusinasi menakutkan. Krisis okulogirik hanya
timbul pada penderita Parkinson akibat efensilitas. Tetapi sekarang, banyak orang
non parkinsonism mengalami kritis tersebut akibat efek obat psikotropik
Spasme profesi, sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam melakukan
pekerjaan. Bila spasme tersebut tirnbui pada otot-otot jari atau otot lengan, nutka
bergantung pada pekerjaan, spasmus tersebut dapat dicabut spasmus iuru ketik,
spasmus penulis, atau spasmus tukang separu,dan lain sebagainya. Diskinesia dan
distonia. Diskinesia dan distonia merupakan suatu gerakan involunter yang
menunjukan gerakan yang berbelit-belit dengan tonus otot meningkat dan
menurun secara tidak teratur
6. Pengkajian Sistem Sensorik
Sistem sensorik lebih kompleks dari sistem motorik karena model dari system
sensorik mempunyai perbedaan traktus,lokasi pada medula spinalis. Pengkajian
sensorik merupakan pengkajian subjektif, luas, serta membutuhkan kerja sama
klien. Penguji dianjurkan mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari
medula spinalis. Di dalam praktik klinis, ada lima jenis sensibilitas (sensori) yang
perlu diketahui perawat dan menjiadi objek pemeriksaan. Adapun kelima jenis
sensasi
itu adalah:
1) Sensasi kbusus atar sensasi pancaindra, seperti sensasi penciuman atau sensasi
olfaktorik, sensasi visual, perasaan auditorik, pengecapan gustatorik, dan
sebagainya.
2) Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik.

56
a. Sensasi raba
Hilangnya sensasi raba disebut anestesia. Menurunnya sensasi raba dikenal
sebagai hipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut hiperestesia.
b. Sensasi nyeri
Hilangnya sensasi nyeri disebut aralgesla. Berkurangnya sensasi nyeri disebut
hipalgesia. Sensasi nyeri secara berlebihan disebur hiperalgesia.
c. Sensasi suhu
Hilangnya sensasi suhu disebut termoanetesia, berkurangnya sensasi suhu
disebut termohipestesia, terasanya sensasi suhu secara berlebihan disebut
termohiperestesia
d. Sensasi abnormal di permukaan rubuh
Kesemutan disebut juga parestesia. Nyeri-panas-dingin yang terus menerus
disebut sebagai disestesia-hiperpasia.
3) Sensasi propriosefsi,yaitu sensasi gerak, getar, sikap, dan tekan. Perasaan
eksteroseptif dan proprioseptif sering diklasifikasikan juga sebagai somastesia,
yaitu sensasi yang bangkit akibat rangsangan sensasi di jaringan yang berasal dari
somatopleura. Sensasi gerak dikenal juga sebagai kinestesia, sensasi sikap dikenal
juga sebagai state tesia sensasi getar dikenal juga sebagai palestesra, sensasi tekan
dikenal juga sebagai barestesia.
4) Sensasi interoseptif atau uiseroestesia, yaitu sensasi yang bangkit akibat rangsang
sensasi di iaringan yang berasal dari viseropleura (usus, paru, limpa, dan
sebagainya).
5) Sensasi diskriminatif atau sensasi multintodalitas, yaitu sensasi yang
sekaligus memberikan pengenalan secara banding.
Penurunan sensorik yangada merupakan akibat dari neuropati perifer dan sesuai
dengan keadaan anatomi yang rerganggu. Kerusakan otak akibar lesi yang luas
mencakup hilangnya sensasi, yang mempengaruhi seluruh sisi tubuh lain neuropati
berhubungan dengan penggunaan alkohol dengan penyebaran seperti sarung tangan
dan kaos kaki. Pengkajian sistem sensori mencakup tes sensasi raba, nyeri superfisial,
ian posisi rasa (propriosepsi).
Keseluruhan pengkaiian sensori dilakukan dengan mata klien terturup. jikaa sama
klien didukung dengan petuniuk sederhana dan dengan menenangkan klien bahwa
penguji tidak menyakiti dan mengejutkan klien. Sensasi taktil dikaji dengan
menventuh lembut gumpalan kapas pada masing-masing sisi tubuh. Sensitivitas

57
ekstremitas bagian proksimal dibandingkan dengan bagian distal. Sensasi nyeri dan
suhu ditransmisikan bersama di bagian lateral medulla spinalis. Sehingga, tidak perlu
menguji sensasi suhu dalam keadaan ini. Nyeri superfisial dapat dikaji dengan
menentukan sensitivitas klien terhadap objek yang tajam. Klien diinstruksikan
memejamkan mata dan membedakan antara ujung yang tajam dan tumpul dengan
menggunakan lidi kapas yang dipatahkan arau spatel lidah. Demi keamanan, hindari
penggunaan peniti karena dapat mcnrsak integritas kulit. Kedua sisi objek tajanm dan
tumpul digunakan dengan inrensitas yang salah pada semua pelaksanaan dan kedua
sisi diuji dengan simetris
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada sistem persarafan dilakukan untuk melengkapi
pengkajian setelah melakukan pengkajian umum dan perneriksaan fisik system
persarafan. Perkembangan teknologi ,yang begitu cepat dengan semakin modernnya
jenis-jenis alat pemeriksaan dalam penegakan diagnosis perlu disikapi oleh perarwat
dengan turut mengenal jenis pemeriksaan terbaru dan menilai seberapa jauh implikasi
keperawatan yang akan diberikan pada klien' Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik
untuk menilai gangguan pada system persarafan memerlukan persiapan dan
memberikan implikasi keperawatan yang perlu dipersiapkan oleh perawat. Perarvat
harus mempertimbangkan kondisi klien dengan perlunya jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan. Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan untuk penegakan diagnostik
sistem persarafan tersebut, meliputi foto rontgen, CT Scan, PET, MRI, angiografi
serebral, EEG, mielografi, elekrroensefalografi, lumbal pungsi dan pemeriksaan
cairan serebrospinal, serta pemeriksaan laboratorium klinik,
1. Foto Rontgien
Foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis sering kali digunakan untuk
mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan abnormalitas tulang lainnya,
terurama dalam penatalaksanaan trauma akut. Selain itu, foto rontgen polos
mungkin menjadi diagnostik bila kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan
letak terlihat pada hasil foro rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang
adanya SOL (space occupring lesion) Adanya udara dalam tulang tengkorak juga
merupakan suatu indikasi adanya fraktur kepala terbuka, seperti fraktur tengkorak
frontal atau basilar, yang mungkin tidak tampak secara jelas dari luar. Foto
rontgen polos kepala juga dapat memperlihatkan adanya infeksi atau neoplasma
yang ditandai oleh perubahan kepadatan tulang atau kalsifikasi inrrakranial

58
lainnya. Prosedur pembuatan foto polos kepala dan medula spinalis mengharuskan
klien dalam yang cermat dan secara relatif tidak menimbulkan nyeri. Peran
perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan yang digunakan selama
prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasiyang berhubungan dengan posisi
klien dan lamanya prosedur.
Pemeriksaan foto rontgen di tempat lainnya iuga diperlukan jika terdapat kelainan
pada pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah pada system pernapasan, yang
memerlukan Pemeriksaan rontgen torak atau jika ada trauma pada ekstremitas,
pemeriksaan foto rontgen di lokasi tempat trauma harus dilakukan.
2. Computed Temography
Computed tomography (CT) merupakan suatu teknik diagnostik dengan
digunakan sinar sempit dari sinar-x untuk memindai kepala dalam lapisan
berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari
otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala,
korteks, struktur subkortikal, dan ventrikel. Gambaran yang jelas masing-masing
bagian atau "irisan" otak, pada bayangan akhir merupakan proporsi dari derajar
sinar-x diabsorpsi. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau monitor TV dan
difoto.
Lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari
jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan
adanya masa tumor, infark otak perpindahan ventrikel, dan atrofi kortikal. CT
scan keseluruhan tubuh memberikan gambaran bagian dari medulla spinalis.
Pennyuntikan zat kontras iodin ke dalam ruang subaraknoid melalui fungsi dapat
memperbaiki visualisasi isispinaldan intrakranial sebagai prosedur diagnostik
untuk mendiagnosis hernia diskus lumbal.
CT scan selalu dilakukan pertama tanpa zat kontras dan jika dengan zat
kontras. maka zar kontras dimasukkan melalui intravena. Klien berbaring ditas
meja yang dapat disesuaikan dengan kepala pada posisi terfiksasi, sementara
pemindaian berputar di sekitar kepala klien, (klien diam sebagai pusat dan mesin,
yang berputar sekitar pusat, yang menghasilkan gambaran potongan melintang)
Klien harus dibaringkan dengan kepala pada posisi yang sangat mantap dan
dengan hati-hati unruk tidak bicara dan menggerakkan wajah, karena gerakan
kepala menyebabkan penyimpangan pada bayangan.

59
CT scan dilakukan noninvasif, tidak nyeri, dan memiliki derajat sensitivitas untuk
mendeteksi lesi atau luka. Kemudian jenis pemindaian yang baru berkembang dan
semakin banyaknya orang-orang yang berpengalaman menginterpretasi hasil
pemindaian CT sehingga iumlah penyakit dan cedera yang lain dapat didiagnosis
serta kebutuhan prosedur diagnostik invasif berkurang.
3. PET
Possitron emissiontomograplry PET) adalah teknik pencitraan nuklir berdasarkan
komputer yangdapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara aktual. Klien
menghirup gas radioaktif atau diinjeksi dengan zat radioaktif yang memberikan
partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi dengan elektronelektron
bermuatan negatif (normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gama
dapat dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun
dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua dimensi
pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh komputer dan
memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak.
4. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetik untuk
mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto magnetic (nukleus
hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet kecil di dalam medan magnet.
Setelah pemberian getaran radiofrekuensi, foto memancarkan Sinyal-sinyal, yang
diubah menjadi bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi
keadaan abnormalserebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik
lainnva. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia dalam sel,
juga memberikan informasi kepada dokter dalam memantau
respons tumor terhadap pengobatan. Pemindaian MRI tidak menyebabkan radiasi
ion.
Pemindaian MRI memberikan gambaran grafik dari struktur tulang, cairan, dan
jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detail
anatomi dan dapat membantu seseorang mendiagnosis tumor yang kecil atau
sindrom infrak dini.
Implikasi Keperawatan
1) Pemeriksaan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang sebelumnya
menjalani tindakan pembedahan yaitu tertanam klip hemostatik atau
aneurisme. Medan magnet yang sangat kuat menyebabkan klip seperti ini

60
berubah posisinya, sehingga membuat klien berisiko mengalami hemoragik
atau perdarahan.
2) Beritahukan kepada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising.
3) Lakukan tindakan kewaspadaan bila klien nrengalami klaustrofobi.
4) Kontraindikasi lainnya pada klien dengan pemakaian benda logam dalam
tubuh seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan, fragmen bullet,
pinortopedik, alat intrauterin.
5) Klien (dan setiap pemberi asuhan keperawatan di ruang tersebut) harus
menyingkirkan semua benda-benda dengan karakteristik magnetic 1 misalnya
gunting, stestoskop).
6) Sebelum klien dimasukkan ke dalam ruang MRI, semua benda-benda Logam
(anting, cincin kawin, jam tangan, jepitan rambut, dan lain-lain) dilepaskan,
demikian pula kartu kredit (medan magnet dapat menghapus data dalam kartu
kredit).
7) Benda-benda ini harus dibuka. Benda tersebut bila dibiarkan terpasang dapat
menyebabkan gangguan fungsi, dapat keluar atau menjadi panas karena
mengabsorpsi energi.

5. Angiografi Serebral
Angiografi serebral adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x
terdap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke dalam arteri yang
angiografi serebral adalah alat yang digunakan untuk menyelidiki penyakit
menular, aneurisma, dan malformasi arteriovena. Hal ini sering dilakukan sebelum
klien menjalani kraniotomi sehingga arteri dan vena serebral terlihat untuk dan
menentukan letak, ukuran, dan proses patologis. Digunakan untuk rnengkaji
keadaan yang baik dan adekuarnya sirkulasiserebral' Angiografi merupakan
pilihan terakhir iika dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, didiagnosis masih
belum bisa ditegakkan
Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukan kateter:
melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju pembuluh darah
bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan tusukan langsung pada arteri
karotis atau arteri vertebral atau dengan suntikan mundur ke dalam arteri brakialis
dengan zat kontras. Metode pemeriksaan dengan memasukkan zat warna kontras
ke struktur sirkulasi serebral. Jaras pembuluh diperiksa untuk mengetahui

61
kepatenan, penyempitan, oklusi, dan abnormalitas struktur (aneurisma),
pergeseran pembuluh (tumor dan edema), dan perubahan aliran darah (tumor,
malformasi AV).
6. Mielogram
Mielogram adalah sinar-x yang digunakan untuk melihat ruang subarknoid spinal
dengan menyuntikkan zat kontras atau udara ke ruang subaraknoid spinal '
melalui fungsi spinal. Mielogram menggambarkan ruang subaraknoid spinal dan
menunjukkan adanyapenyimpangan medula spinalis dan sakus dural spinal yang
disebabkan oleh tumor, kista, hernia diskus vertebral, atau lesi lain.
Implikasi keperawatan
Banyak klien mempunyai kesalahpahaman tentang prosedur ini, perawat harus
dapat menjarvab pertanyaan dan mengklarifikasi penjelasan yang diberikan
dokter. Klien harus diberi tahu bahwa meja sinar-x dapat dimiringkan dalam
beberapa variasi posisi selama tindakan. Makanan yang dapat dimakan sebelum
prosedur berupa makanan normal. Sedatif dapat dipertimbangkan untuk
membantu klien menjalani pengujian yang cukup lama.
7. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan
meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan pengkajian
fisiologis aktivitas serebral. EEG adalah uji yang bermanfaat untuk mendiagnosis
gangguan kejang seperti epilepsi dan merupakan prosedur pemindaian untuk klien
koma arau mengalami sindrom otak organik. EEG juga bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut otak, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan.
8. Lumbal Fungsi Dan Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Lumbal pungsi dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam ruang subaraknoid
untuk mengeluarkan CSS yang berfungsi untuk diagnostik atau pengobatan.
Tujuan memperoleh CSS adalah menguji, mengukur, dan menurunkan tekanan
CSS: menentukan ada atau tidak adanya darah di dalam CSS mendeteksi
sumbatan subarakanoid spinal dan pemberian antibiotik intratekal yaitu ke dalam
kanal spinal pada kasus infeksi. Jarum biasanya dimasukkan ke dalam ruang
subaraknoid di antara tulang belakang area lumbal ketiga dan keempat atau antara

62
lumbal keempat dan kelima Oleh karena medula spinalis terbagi dalam sebuah
berkas saraf pada tulang belakang bagian lumbal yang pertama, iarum ditusukkan
di bawah tingkat ketiga tulang belakang daerah lumbal, untuk mencegah medula
spinalis tertusuk
Lumbal pungsi yang berhasil. memerlukan klien dalam keadaan rileks. kecemasan
yang memrbuat klien tegang dan peningkatan kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan pada saat hasil identifikasi. Jarak normal tekanan cairan
spinal dengan posisi rekumben adalah 70 sampai 200 mmHr tekanan sampai 200
mmH. dikatakan abnormal. Lumbal pungsi sangar berbahaya jika dilakukan pada
lesi intrakranial, karena tekanan intracranial ditentukan melalui pengeluaran CSS,
herniasi otak akan sampai tentorium dan foramen magnum normalnya, tekanan
CSS meningkat dengan cepat akibat penenkanan pada vena jugularis dan menurun
cepat sampai normal jika penekanan dikurangi. Penurunan tekanan merupakan
indikasi adanya hambatan sebagian perubahan penekanan sebuah lesi pada jalur
subarakhnoid spinal. Jika tidak ada perubahan tekanan, hal ini merupakan indikasi
adanya hambatan total. Tes ini digunakan jika dicurigai ada lesi intrakranial.
Implikasi Keperawatan
Tes Ini merupakan kontraindikasi pada klien dengan dugaan peningkatan tekanan
intrakranial karena reduksi mendadak tekanan dari bawah dapat menyebabkan
struktur otak, menyebabkan kematian. Dalam mempersiapkan pemeriksaan ini,
baringkan klien dengan posisi miring, dan lutut serta kepala fleksi. Jelaskan
kepada klien bahwa sebagian tekanan mungkin teraba bersamaan dengan jarum yg
dimasukan dan jangan bergerak atau batuk mendadak. Setelah prosedur ini,
pertahankan klien tetap berbaring datar selama 8 sampai 10 jam untuk mencegah
sakit kepala dan dianjurkan untuk memperbanyak asupan cairan
9. Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal yang rutin untuk dilaksanakan
sebagai media utuk menonton reaksi pengobatan dan dampak klinis yang
memerlukan penanganan lanjut. Tujuan pemeriksaan laboratorium klinik .sebagai
berikut.
1) Membantu menegakkan diagnosis berbagai macam penyakit serebral.
2) Melakukan kontrol untuk klien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
penyakit serebral (misalnya pemeriksaan kolesterol darah).

63
3) Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat memengaruhi prognosis klien
gangguan serebral.
4) Mengkaii derajat proses inflamasi.
5) Mengkaji kadar serum obat.
6) Mengkaii efek pengobatan (misalnya efek diuretik osmotik seperti manitol).
7) Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik.
8) Skrining terhadap setiap abnormalitas. Oleh karena terdapat berbagai metode
pengukuran yang berbeda, maka nilai normal dapat berbeda antara satu tes
laboratorium dengan tes lainnya.
9) Menentukan hal-hal yang dapat memengaruhi upaya intervensi (misalnya
diabetes melitus, gangguan keseimbangan elektrolit).

64
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsang atau tanggapan. Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu sitem saraf pusat
dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf perifer terdiri dari sitem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Kelainan-
kelainan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf antara lain Alzheimer,
ataksia, dan amnesia.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, pada dasarnya sistem pencernaan
makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran
makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses
penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian, proses pengeluaran
sisa-sisa makanan melalui anus.
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini
adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu
(apendisitis).

B. Saran
Penulis mengharapkan pembaca dapat mengembangkan dan
memperluar pengetahuan tentang isi makalah yang telah di tulis oleh
pembaca, bnyak-
banyaklah membaca agar kita bias bersaing dengan pesaing yang
tanggu “ jadilah
pemenang diatas pemenang”.

65
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume


3.Jakarta:EGC
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta :
EGC
Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan.Jakarta :Salemba Medika
Rae-Dupree, J. and Pat. 2007. Anatomy and Physiology for Dummies.
Wiley Publishing Inc., Indiana.
Anonim.https://www.google.com/search?q=sel+saraf+dan+bagianbagian
nya&client=fir efoxa&rls=org.mozilla:en-US:official&channel.
(Tanggal akses: 20 maret 2014)
https://dokumen.tips/download/link/pengkajian-keperawatan-gangguan-
sistem-persyarafan

66

Anda mungkin juga menyukai