PENDAHULUAN
1
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi
kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil Riskesdas (2013), menunjukkan prevalensi hipertensi secara
nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar
15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah
mereka yang menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu.
Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita
hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih
berat (Tarigan dkk, 2018).
Kesehatan provinsi sumatera selatan pada tahun januari 2016 penyakit
hipertensi menduduki peringkat pertama di urutan dua puluh penyakit tidak
menular, data yang di tunjukan oleh dinas kesehatan palembang bahwa data
penderita hipertensi pada wanita mencapai 382 kasus baru dan pada laki-lagi 465
kasus baru (Dinkes, 2016). Pada tahun 2017 hipertensi menurun menjadi urutan
ke-dua dari 10 penyakit terbesar pada bulan januaru 2017 kunjungan menjadi
3982 kunjungan (Dinkes, 2017).
rata-rata tekanan darah penderita hipertensi pada kelompok eksperimen
sebelum dilakukan pijat refleksi telapak kaki untuk sesi pagi diperoleh tekanan
darah sistolik sebesar 156,5 mmHg dan diastolik sebesar 98,05 mmHg sedangkan
untuk sesi sore diperoleh tekanan darah sistolik sebesar 151,5 mmHg dan tekanan
darah diastolik sebesar 93,3 mmHg. Pada kelompok kontrol rata-rata tekanan
darah pengukuran awal penderita hipertensi untuk sesi pagi diperoleh tekanan
darah awal sistolik sebesar 150,85 mmHg dan tekanan darah awal diastolik
sebesar 95,94 mmHg sedangkan untuk sesi sore diperoleh tekanan darah awal
sistolik sebesar 146,11 mmHg dan tekanan darah diastolik awal sebesar 91,91
mmHg, Setelah dilakukan pijat refleksi telapak kaki untuk sesi pagi diperoleh
tekanan darah sistolik sebesar 151,9 mmHg dan diastolik sebesar 95,5 mmHg,
sedangkan untuk sesi sore diperoleh tekanan darah sistolik sebesar 143,5 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 88,8 mmHg.
Pada kelompok kontrol rata-rata tekanan darah pengukuran akhir penderita
hipertensi untuk sesi pagi diperoleh tekanan darah akhir sistolik sebesar 149,1
2
mmHg dan tekanan darah akhir diastolik sebesar 94,6 mmHg sedangkan untuk
sesi sore diperoleh tekanan darah akhir sistolik sebesar 143,9 mmHg dan tekanan
darah diastolik akhir sebesar 90,3 mmHg (Arianto dkk, 2018).
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji paired t test untuk
tekanan darah sistolik dan uji Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik pada sesi
pagi dan sore menunjukan bahwa masing-masing memiliki nilai p value = (0,00 <
0,050) sehingga H1 diterima yang artinya terapi pijat refleksi telapak kaki
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di RT 06
RW 07 Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang.(Arianto dkk, 2018)
1.2 Manfaat Study Kasus
1.2.1 Bagi pasien/keluarga
3
1.4.2.1 Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang penyakit hipertensi dengan masalah nyeri
kepala dan cara mengatasinya di wilayah kerja puskesmas 23
ilir palembang tahun 2019.
1.4.2.2 Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang cara mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi nyeri pada klien di wilayah kerja puskesmas 23 ilir
palembang tahun 2019.
1.4.2.3 Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang cara merawat klien hipertensi denggan
masalah nyeri kepala di wilayah kerja puskesmas 23 ilir
palembang tahun 2019.
1.4.2.4 Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang cara modifikasi lingkunggan yang sesuai
(aman, nyaman) untuk klien penderita hipertensi dengan
masalah nyeri kepala di wilayah kerja puskesmas 23 ilir
palembang tahun 2019.
1.4.2.5 Mahasisiwa mampu melakukan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dalam pengobatan klien
hipertensi dengan masalah nyeri kepala di wilayah kerja puskesmas
23 ilir palembang tahun 2019.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
melakukan olahraga secara teratur beberapa kali dalam seminggu, dan
diperlukan dukungan sosial keluarga untuk mencegah dan mengontrol
hipertensi (Sustrani et al 2005, h. 9) dalam (Nizmah dkk, 2016).
2.1.2 Etiologi
6
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volume, 4.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah prifer untuk oksigenasi, dan 5. Meningkatnya
resistensi prifer untuk oksigenasi. (Nanda NIC-NOC, 2015)
7
2.1.4 Patofisiologi
Pathway Hipertensi
Umur Jenis
kelamin Gaya hidup Obesitas
Elastisitas
arterioklerosis
Hipertensi
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Perubahan
struktur
8
Perubahan
struktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Penuru Fati-
Respon RAA
nan que
curah Intoleransi
Rangsang jantung aktifitas
aldosteron
Retina RA
Kelebihan
volume cairan
(Nasa Rico,2010)
9
2.1.5 Manifesrasi Klinis
2.1.6 Penatalaksanan
10
higroton, lasix. Beta bloker seperti propanol. Alfa bloker seperti
phentolamin, prozazine, nitroprusside catapril. Simphatolitic seperti
hidralazine, diazoxine. Antagoobatan kalsium seperti nefedipine (adalat).
2.1.7 Komplikasi
11
yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, HDL, LDL, dan
pemeriksaan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
12
1. Bailon dan maglaya (1997), keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, pekawinan, atau
adopsi, hidup dalam saturumah tangga, berinteraksi satu sama lainnya dalam
peranya dan menciptakan dan mempertahankan satu budaya dalam Susanto
(2012).
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
13
peran serta keluarga dalam mengingatkan derajat kesehatan maka perawat
perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Friedman dkk, 2003).
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,
orang tua kakek-nenek, keponakan, dll.
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir
pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
14
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi,
telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian
atau ditinggal mati
2. Non-Tradisional
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah
c. Commune family
15
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
g. Group-marriage family
i. Foster family
j. Homeless family
k. Gang
16
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
17
menjadi empat elemen, yaitu pola komunikasi, peran keluarga, nilai dan
norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti sender, chanel-media, massage, environment dan
receiver. Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkuler (Wright
& Leaher, 2000). Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu
dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih,atau
marah diantar para anggota keluarga. Pada komunikasi verba individu dalam
keluarga dapat mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui kata-kata
yang dapat diiringi dengan adanya komunikasi non verbal yang dapat
berupa gerakan tubuh dalam penekanan sesuatu hal yang diucapkan dalam
keluarga. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah
dalam keluarga, misalnya apa bila istri marah pada suami, maka suami akan
melakukan klarifikasi kepada istri tentang sesuatu yang membuat istri marah
kepada suami ( Wright & Leahey. 2000)
18
keluarga sekarang ini terjadiperubahan. Peran di dalam keluarga dapat juga
terjadi peran ganda sehinga anggota keluarga dapat menyesuaikan peran
tersebut. Peran didalam keluarga dapat fleksibel sehingga anggota keluarga
dapat berhadaptasi terhadp perubagan yang terjadi.
19
harapan yang akan diterima), coercive power (pengaruh yang dipaksakan
sesuai keinginannya), informational power (pengaruh yang dilalui
melaluipersuasi), affective power (pengaruh yang diberikan melalaui
manipulasi cinta kasih misalnya hubungan seksual). Hasil dari kekuatan
tersbut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga seperti konsesus, tawar menawar atau akomondasi,
kompromi atau de facto, dan paksaan.
20
dalam Friendman, Bowden, & Jones (2003). Adaptar merupakan suatu
proses penyesuayan terhadap perubahan yang dapat positif atau negatig
yang dapat mempengaruhi meningkat atau menurunnya kesehatan keluarga
(Burgess dalam Friedman, Bowden, & Jones (2003).
a. Mekanisme pertahanan
b. Strategi koping
c. Penguasaan
21
2.2.5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut :
22
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
23
perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya (Muhlisin, 2012).
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga ( KK ).
2) Alamat dan telepon.
3) Pekerjaan kepala keluarga.
4) Pendidikan kepala keluarga.
5) Komposisi keluarga dan genogram.
6) Tipe keluarga.
7) Suku bangsa.
8) Agama.
9) Status sosial ekonomi keluarga.
10) Aktifitas rekreasi keluarga . ( Padila, 2012 )
b. Genogram
24
Gambar 2.4
Pisah Cerai
Kembar Meninggal
Sumber: Harmoko, 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga,
hal.108
25
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti mulai dari
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan dan
pengalaman pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehtan pada keluarga dari
pihak suami istri ( Padilah, 2012 ).
d. Pengkajian lingkungan
1). Karakteristik rumah
1.1) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa
kamar, kontrak atau lainnya)
1.2) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan
eksterior. Interior rumah meliputi : jumlah dan tipe kamar (kamar
tamu, kamar tidur), penggunaan–penggunaan kamar tersebut,
bagaimana kamar tersebut diatur, bagaimana kondisi dan
kecukupan perabot, penerangan, ventilasi, laintai,tangga rumah,
susunan, dan kondisi bangunan tempat tinggal. Termasuk
perasaan perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka.
1.3 ) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
apakah ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
1.4 ) kamar mandi, santiasi , air, fasilitas toilet, ada tidaknya
sabun dan handuk.
1.5 ) Kamar tidur. Bagaimana pengaturan kamarr tidur.
Apakah memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan
usia mereka , hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka
lainnya.
26
1.6) kebersihan dan sanitasi rumah , apakah banyak serangga-
serangga kecil (khususnya di dalam) dan amsalah-masalah
sanitasi yang disebabkan akibat binatang-binatang peliharaan
lainnya seperti ayam, kambing, kerbau, dan hewan peliharaan
lainnya.
1.7 ) pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan
keluarga terhadap pengaturan privasi rumah mereka atau tidak.
Termasuk bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau
lingkungan.
1.8 ) perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau
penataan rumah mereka.
2). Karakteristik lingkungan dan tempat tinggal.
2.1 ) tipe lingkungan tempat tinggal komunitas desa atau kota.
2.2 ) tipe tempat tinggal (hunian, industry,campuran hunian, dan
industri kecil, agraris).
2.3 ) keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak,
dalam perbaikan, atau lainnya).
2.4 ) sanitasi jalan dan rumah. bagaimana cara kebersihannya,
cara penanganan sampahnya, dan lain lain .
2.5 ) adakah jenis jenis industri dilingkungan rumah
(kebisingan, polusi air dan udara)
2.6 ) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni
2.7 ) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada
dalam lingkungan dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan
keadaan kegawatdaruratan, kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
2.8 ) Kemudahan pendidikan dilingkungan dan komunitas,
apakah mudah diakses, dan bagaimana kondisinya.
2.9 ) Fasilitas rekreasi yang dimiliki oleh komunitas tersebut.
2.10 ) fasilitas ekonomi, warung,toko, apotek, pasar, wartel, dll
2.11 ) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas
tersebut dapat diakses.
2.12 ) kejadian tingkat kejahatan dilingkungan dan komunitas .
27
3) Mobilitas ggeografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, lama keluarga
tinggal didaerah tersebut, apakah memiliki kebiasaan berpindah-
pindah tempat tinggal.
4 ) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga meliputi :
a) Jumlah anggota yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan.
b) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.
c) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga
(Mubarak dkk, 2012)
e. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat termasuk sistem
pendukung keluarga.
2) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi pada antar anggota keluarga
3) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan dan
mempengarui orang lain untuk mengubah perilaku.
4) Struktru peran
Menjelaskan peran masing masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
5) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan dalam
28
keluarga, serta bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Yang dikaji ialah bagaimana interaksi dalam keluarga , sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh manakeluarga menyediakan makanan ,
pakaian, pelindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh mana pemahaman anggota keluarga terhadap sehat
sakit,kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan, menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia .
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji adalah :
4.1) Berapa jumlah anak?
4.2) Apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
4.3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah :
5.1 ) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan?
5.2 ) sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang yang
ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga?
g. Stressor dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
1.1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memeerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
29
1.2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dakam
waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stessor jika dikaji
sejauh mana keleiarga berespons terhadap stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bial
menghadapi masalah .
4) Strategi atau disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptas disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
i. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada. ( Padila, 2012 )
30
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstruksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia.
3. Kelebihan volume cairan.
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan , ketidak seimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak .
7. Risiko cedera.
8. Defisiensi pengetahuan.
9. Ansietas ( NANDA, 2015 ).
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu :
a. Diagnosis actual ( terjadi devisit atau gangguan kesehatan )
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan , mana masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi dan faktor
tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kategori :
1. Patofisiologi (biologi)
2. Tindakan yang berhubungan.
3. Situasional (lingkungan, personal).
4. Maturasional .
Secara umum factor-faktor yang berhubungan atau etiologi
dari diagnosis keperawatan keluarga adalah:
1. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan , pemahaman, dan
kesalahan persepsi).
2. Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3. Ketidakmauan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik
31
financial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis.
b. Diagnosis resiko tinggi (Ancaman kesehatan)
Diagnosis resiko tinggi terjadi apabila suudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah actual apabila tidak mendapatkan bantuan pemecahan dari
tim kesehatan dan keperawatan.
c. Diagnosis Potensial
Suatu keadaan apabila keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. ( Harmoko, 2012 )
Diagnosa yang mukin muncul pada keluarga yang menderita
hipertensi sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstruksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia.
3. Kelebihan volume cairan.
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
5. Ketidakefektifan koping.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak .
7. Risiko cedera.
8. Defisiensi pengetahuan.
9. Ansietas. ( NANDA, 2015 )
Adapun diagnosis hipertensi dalam keperawatan keluarga sebagai
berikut :
32
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal penyakit hipertensi.
N S Bo
Kriteria
o. kor bot
1 Sifat masalah:
- Tidak atau kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
- Dengan mudah 2
2
- Hanya Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
1
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani
1
- Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Sumber: Baylon & Maglaya dalam Harmoko.2012. Hal. 91
33
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan
cara berikut ini :
𝑆𝑘𝑜𝑟
= 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2.3.3. Intervensi
34
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat
melakukannya.
2) Intervensi Fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan
keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial,
transportasi, dan pelayanan kesehatan dirumah.
3) Intervensi perkembangan.
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan
tanggung jawab pribadi. ( Feeman dalam Friedman dalam
Padila, 2012).
2.3.4 Pelaksanaan
35
menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, dan
mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menentukan cara membuat
lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber
yang dapat di gunakan keluarga dan melakukan perubahan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara menegnalkan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan dengan cara menggunakan fasilitas
tersebut(Harmoko, 2012).
2.3.5 Evaluasi
36
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon keluarga . (
Padila,2012)
a. Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah
pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan. Evaluasi kuantitatif sering
digunakan dengan evaluasi kualitatif. Pada evaluasi kualitatif jumlah
kegiatan dianggap dapat memberikan hasil yang memuaskan.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat
difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang terkait .
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. (Dodi,
2018)
37
a. Struktur yang sensitif nyeri,yaitu kulit kepala, otot, jaringan
subkutan, arteria ekstra kranial periosteum tulang tengkorak, mata, telinga,
cavum nasal, gigi, oropharynx, sinus kranial, sinus vena intrakranial, dan
cabang-cabang vena, bagian dura yang terdapat pada dasar otak dan arteria
dalam dura, saraf kranial trigeminus, fasialis, vagus, dan glossofaringeus,
serta saraf saraf servikal (C1, C2 dan C3).
1.Migraine
38
struktur kranial
edition)
39
b. Waktu nyeri
40
terhadap terapi yang diberikan. Jika pasien mengalami disleksia , autism,
atau geriatri yang demensia maka ini bukan metode yang cocok.
41
d. Berikan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
2018)
42
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : Keadaan
penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya).
Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. Keberadaan fasilitas
yang dibutuhkan untuk perawatan. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan
financial, fasilitas fisik, psikososial). Sikap keluarga terhadap yang sakit.
masyarakat
43
tahun 2012 prevalensi hipertensi di Puskesmas Kesesi I berjumlah 329
orang, tahun 2013 prevalensi hipertensi berjumlah 419 orang dan pada tahun
2014 prevalensi hipertensi berjumlah 534 orang. Berdasarkan data yang
didapatkan dari studi dokumen sebagian besar orang dengan hipertensi
tersebut mengkonsumsi obat anti hipertensi. (Dwi, 2016)
44
BAB III
1. Penyuluhan kesehatan
tentang penyakithipertensi
dengan masalah nyeri
kepala.
Sesak nafas 2. Penyuluhan kesehatan
tentang cara mengambil
keputusan yang tepat.
Nyeri pada
hipertensi 3. Penyulihan kesehatan
kepala
tentang cara merawat
keluarga.
Gelisah
4. Penyuluhan kesehatan
tentang memodifiasi
Intoleransi lingkungan yang sesuai
aktifitas bagi keluarga.
5. Penyuluhan kesehatan
tentang manfat penggunaan
pelayanan kesehatan
keluarga.
45
3.3 Definisi istilah
46
Subyek dalam penelitian implementasi keperawatan ini akan melakukan
penelitian pada dua orang yang berbed dengan kasus yang sama dengan hipertensi
nyeri di bagian kepala dan ketetapan tekanan darah diatas 140/90 mmhg dan ada
angota keluarga usia diatas 16 tahun untuk melanjutkan implementasi
keperawatan.
a. Wawancara
c. Tindakan
47
d. Dokimentasi hasil dari pengkajian
48
Peneliti terlebih dahulu mengajukan proposal penelitian untuk
mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing sebelum melakukan
penelitian. Setelah mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing,
selanjutnya peneliti mengajukan ijin kepada pihak rumah sakit serta kepada
partisipan untuk mendapatkan persetujuan menjadi partisipan penelitian.
Setelah mendapatkan perijinan dan persetujuan partisipan terpenuhi, maka
peneliti melakukan penelitian menggunakan aspek etika sebagai berikut.
49
lain guna melindungi kerahasian dan jawaban tersebut. Peneliti berusaha
untuk menjaga kerahasiaan responden melalui penggunaan inisial saja dan
menyatakan kepada responden dan saksi dari rumah sakit bahwasanya data
ini hanya akan di gunakan sebagai penelitian saja.
4. Veracity
Peneliti menjelaskan secara jujur mengenai manfaat, efek, dan
apapun yang akan didapatkan oleh klien jika terlibat dalam penelitian
tersebut. Penjelasan ini harus disampaikan karena responden memiliki hak
guna mengetahui segala informasi kesehatannya secara periodik.
5. Justice
Penelitian yang dilakukan dijelaskan dengan jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan tentang tujuan, manfaat dan apa yang
didapat partisipan dilibatkan dalam penelitian tersebut. Penjelasan tersebut
harus disampaikan kepada partisipan karena mempunyai hak untuk
mengetahui segala informasi dari peneliti. Prinsip keadilan menekankan
sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara
merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas
masyarakat. Pada penelitian ini peneliti memilih partisipan sesuai dengan
kriteria inklusi dan menjelaskan tujuan, manfaat dengan jujur dan
menanyakan pertanyaan dengan hati-hati supaya tidak menyinggung
perasaan partisipan. (Yunita, 2017)
50