PENDAHULUAN
Leukimia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal dalam
darah tepi1. Leukimia akut dibagi atas leukemia limfoblastik akut (ALL) dan leukemia
mieloblastik akut (AML). ALL merupakan kasus leukemia akut terbanyak dengan 83% dari
seluruh kasus leukemia, AML 17% sementara leukemia kronik mencapai 3% dari keseluruhan
kasus, laki – laki lebih beresiko dibandingkan perempuan, dimana puncak kejadian pada usia 2-5
tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan angka kejadian ALL mencapi 3,7-4,9 kasus per 100.000
anak usia 0-14 tahun dengan usia tersering 2-5 tahun dan diperkirakan terdapat lebih dari 1000
kasus baru setiap tahunnya terjadi di Negara – Negara berkembang yang diperkirakan terus
meningkat.
100.000 /uL. Leukemia merupakan penyebab utama kedaruratan ini. Peningkatan kekentalan
darah serta agregasi leukosit di pembuluh darah kecil, sebagai akibat meningkatnya jumlah sel
leukosit di dalam darah, menimbulkan statis aliran darah yang dapat menimbulkan komplikasi
berat terhadap sistem neurologik, pulmonal serta gastrointestinal. Keadaan ini ditemukan pada 9-
13% anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL), 5-22% anak dengan Leukemia non
Limfoblastik Akut (LNLA) dan hampir semua anak dengan leukemia mielositik kronik
(LMK).1,2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : NY. SL
Umur : 24 tahun
Alamat : Ambulu
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku : Madura
Agama : Islam
No. RM : 183590
2
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien dan suami pasien pada
Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 3hari yang lalu. Sebelumnya pasien dikeluhkan
mengalami perdarahan pada gusi selama 3hari kemudian perdarahan berhenti pada hari ke 4.
Pasien juga dikeluhkan mengalami menstruasi selama 3minggu dan tidak berhenti sampai
sekarang, menurut pasien darah yang keluar berupa gumpalan kecoklatan tapi semenjak 3hari
belakangan pasien kuantitasnya tidak seperti sebelumnya. Karena pucat dan lemas serta pasien
Pasien mengalami mual muntah sejak H3MRS, mual muntah dirasakan setiap hari dan
paling berat ketika pasien akan makan. Sehari pasien muntah sebanyak 3x, pasien selalu
memuntahkan makanan yang dimakan. BAB (+), bak(+), demam (-), nyeri kepala (+), nyeri
perut (-). Menurut keluarga pasien sudah 8 kali dirawat inap karena keluhan yang sama.
7 bulan yang lalu pada bulan agustus 2018 pasien mengatakan sering mengalami pusing
dan mudah lelah. Kemudian dibawa ke dokter keluarga dinyatakan vertigo, setelah diberi obat
tidak membaik dan pasien merasa semakin lemas akhirnya pasien dibawa ke puskesmas. Di
puskesmas pasien di periksa darah lengkap, dan didaptkan Hb rendah (menurut suami pasien
3
dikatakan pada saat itu Hb pasien 5). Kemudian pasien dirujuk ke RS dr.Soebandi untuk
dilakukan tranfusi, sampai di RS pasien ditranfusi. Menurut keluarga Hb pasien sempat naik
kemudian rendah kembali sampai pasien di tranfusi sebanyak 10 kali, sampai akhirnya pasien
dilakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang (BMA) dan didapatkan hasil bahwa pasien
Disangkal
Asam folat 3x 1
Pasien adalah seorang istri yang tidak bekerja. Pasien tinggal bersama istri dan seorang
anaknya. Dari riwayat lingkungan, pasien tinggal disebuah rumah yang luasnya 45 meter persegi,
berdinding tembok dan berlantai plester yang terdiri dari 3 kamar tidur dengan ventilasi kurang,
1 kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Pasien tidur dikasur ranjang. Sumber air berasal dari
sumur ddan dimasak. Suami pasien bekerja sebagai pekerja serabutan dengan penghasilan
4
2.2.7 Riwayat Sanitasi Lingkungan
pasien menggunakan air sumur untuk kebutuhan mandi dan mencuci dan sebagai sumber
air untuk di konsumsi. Air minum sehari – hari yang berasal dari sumur selalu dimasak hingga
mendidih sebelum dikonsumsi. Untuk kebutuhan kakus, pasien dan keluarga menggunakan
kamar mandi sendiri. Kamar mandi menggunakan jamban cemplung yang terlerak dibagian
Sehari pasien makan 2-3 kali. Rata- rata menu setiap harinya adalah nasi, tempe, tahu,
BB : 45 kg
TB: : 158 cm
BMI : 18 kg/m2
gemetar (-)
5
- Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun
- Sistem integumentum : turgor kulit normal, pucat (+), gatal (-), jpurpura (-),
ptekie (-)
RR : 20 x/menit
Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptekie (-), pucat (+)
6
Status gizi : BB : 45 kg
TB : 158 cm
BMI : 18 kg/m2
a. Kepala
b. Leher
- JVP : normal
c. Thorax
1. Cor :
7
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S
2. Pulmo :
Ventral Dorsal
Inspeksi: Inspeksi:
Simetris Simetris
Palpasi: P: Palpasi:
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi : Perkusi :
S S S S
S S S S
S S S S
S S S S S S S S
S S S S
8
Ventral Dorsal
Auskultasi : Auskultasi :
DS DS
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Rhonki Rhonki
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Wheezing Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
9
- - - -
d. Abdomen
- Inspeksi : Flat
Palpasi : soepel,hepar, permukaan rata, tepi lancip, nyeri ketok ginjal (-) bilateral,
- Perkusi : timpani
e. Ekstremitas
Pemeriksaan laboratorium
HEMATOLOGI LENGKAP
Gula Darah
FAAL GINJAL
10
Kreatinin Serum 0,6 mg/dL 0,5-1,1mg/dL
BUN 12 mg/dL 6-20 mg/dL
FAAL HATI
HEMATOLOGI LENGKAP
11
Leukosit 120,2x109/L 4,5-11 x109/L
HEMATOLOGI LENGKAP
12
2. Pemeriksaan Bone Marrow Aspirasi
Leukimia)
13
2.5 Resume
Anamnesis
- Pasien Perempuan usia 24 tahun. Pasien datang dengan keluhan badan cepat lelah,
lemah , wajah pucat, nyeri kepala, mual muntah dan menstruasi selama 3 minggu.
Pemeriksaan fisik
- Didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, TD 80/60 mmHg,
konjungtiva anemis.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
Prolimphocytic Leukimia)
14
2.7 Penatalaksanaan
- Laboraturium Hematologi
- Istirahat cukup
komplikasi
- Elektroforesis Hemoglobin
15
2.8 Prognosis
2.9 Follow up
H1MRS H2MRS
N: 82x/mnt N: 80x/mnt
K/L:a/i/c/d:+/-/-/- K/L:a/i/c/d:+/-/-/-
Thorax: Thorax:
Cor Cor
P: ictus cordis teraba di ICS VMCLS P: ictus cordis teraba di ICS VMCL
P:redup S
16
I : simetris, retraksi -/- /-
Ext: AH (+) & edema (-) di kedua Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel,
Cek HLT- hasil terlampir Ext: AH (+) & edema (-) di kedua
Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga
Hb> 10 Hb> 10
17
Kamis 18 Januari 2018 Jumat, 19 januari 2018
H3MRS H4MRS
N: 72x/mnt N: 80x/mnt
K/L:a/i/c/d:+/-/-/- K/L:a/i/c/d:-/-/-/-
Thorax: Thorax:
Cor Cor
P: ictus cordis teraba di ICS VMCL S P: ictus cordis teraba di ICS VMCL
P:redup S
18
nyeri ketok ginjal (-) bilateral A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Ext: AH (+) & edema (-) di kedua Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel,
Monitoring :
Trombositopeni
Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga
Hb> 10 Hb> 10
19
Textbook Pasien
Akut Limfoblastik Leukimia
Anamnesis
Mudah lelah +
Mual +
Muntah +
Perdarahan +
Pucat +
Pemeriksaan fisik
Ptechie, +
-
Ekimosis
+
Perdarahan gusi
-
Hematuria -
Perdarahan saluran cerna -
Splenomegali +
Nyeri tulang dan nyeri sternum -
Hepatomegali -
Anemis +
Pemeriksaan Penunjang
Leukositosis +
Trombositopenia +
Anemia +
BMA +
20
BAB III
PEMBAHASAN
penunjang. Dari anamnesis terdapat keluhan berupa demam, muncul perdarahan, perdarahan
tidak berhenti, nyeri kepala, lemas dan pucat, kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis, perdarahan pada gusi. Pemeriksaan darah rutin pertama kali menunjukkan
anemia, hiperleukositosis dan trombositopenia, serta ditemukan sel blast pada gambaran darah
Pada pasien ALL terjadi proliferasi berlebih dari sel prekursor limfoid ganas di sumsum
tulang sehingga menekan proses hematopoietik dalam membentuk sel darah normal akibatnya
oksigen ke jaringan sehingga tubuh kekurangan energi.22 Pembentukan sel leukosit normal juga
terganggu pada pasien dengan ALL sehingga sering terjadi neutropenia dan pasien akan mudah
mengalami infeksi sehingga muncul gejala demam berulang. Penekanan pembentukan sel
trombosit akan menyebabkan mudah terjadinya perdarahan secara spontan pada pasien dengan
ALL.22
117,5x109./ul. Hiperleukosistosis adalah peningkatan jumlah leukosit sel darah tepi melebihi
100.000/uL5. Hal ini timbul akibat kegagalan sumsum tulang dalam pengaturan jumlah leukosit
dimana hal ini menyebabkan peningkatan viskositas darah terjadi agregasi serta trombus sel blast
pada mikrosirkulasi keadaan ini dikenal dengan leukostasis dan tumor lisis sindrom.5,7 Pada
21
leukostasis organ tubuh yang paling sering mengalami hal ini adalah susunan saraf pusat dan
paru. Leukostasis akan menyebabkan hipoksia, metabolisme anaerob dan asidosis laktat. Jika hal
ini terjadi pada sistem saraf pusat akan menimbukan penglihatan kabur, delirium dan perdarahan
Pada sindroma lisis tumor terdiri dari beberapa kelainan metabolik seperti hiperurisemia,
hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hipokalsemia, keadaaan ini harus segara dilakukan tindakan
hidrasi yang agresif, alkalinisasi urin dan pemberian allopurinol. Hidrasi dengan menggunakan
cairan parenteral glukosa 5% dalam 0,225 normal salin, sebanyak 2-3 kali kebutuhan cairan
rumatan atau 2-3 L/m2/hari untuk mendapatkan diuresis minimal 3 cc/kgbb/hari. Alkalinisasi
urin dilakukan dengan menambahkan sodium bikarbonat kedalam cairan parenteral sebanyak 40-
60 meq/ L untuk mempertahankan Ph urin dalam rentang 7,0 s/d 7,5 bertujuan untuk mencegah
pembentukan kristal asam urat. Pada pasien ini dilakukan hidrasi dilakukan dengan cairan Asering
sebanyak 3150 cc/hari. Hal ini berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan rumatan pasien adalah
1575 cc/hari kemudian dikalikan 2 dari kebutuhan cairan rumatan. Selain terapi untuk mencegah
terjadinya leukostatis dan sindrom lisis tumor yang dapat terjadi. Pada pasien ini juga diberikan
ceftriaxon 2x1 gram. Antibiotik pada pasien dengan ALL bertujuan untuk terapi profilaksis
terhadap infeksi karena neutropenia biasa terjadi pada pasien dengan ALL sehingga lebih rentan
terhadap terjadinya infeksi.22 Pada pemeriksaan darah rutin pasien didapatkan anemia dan
trombositopenia, oleh karena itu diperlukan prosedur transfusi sebagai persiapan tindakan
kemoterapi. Hb optimal untuk pemberian obat sitostatika adalah >10 mg/dL hal ini bertujuan
untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat, karena obat sitostatika akan berefek
pada penurunan produksi sel darah lain seperti eritrosit, trombosit maupun leukosit terutama
neutrofil.22 Selain itu, sebelum tindakan kemoterapi nilai trombosit harus diatas 30.000/L
22
terutama untuk prosedur intratekal, karena nilai trombosit yang rendah akan memperbesar resiko
terjadinya komplikasi neurologis akibat perdarahan spinal. Lebih lanjut dapat membuat sel
leukemia dalam darah akan berpindah ke cairan serebrospinal dan memperburuk prognosis pasien.25
23
DAFTAR PUSTAKA
24
12. Tomlison D, Kline NE. Pediatric Oncology Nursing, Advanced Clinical Handbook 2nd
Edition. New York Springer Heidelberg. 2010.
13. American Cancer Society. Children and Cancer: Information and Resources. 2010.
[diunduh pada 23 April 2017].
14. Savage E, Riordan AO, Hughes M. Quality of Life in Children With Acute
Lymphoblastic Leukemia: A Sistemic Review. European Journal of Oncology Nursing
2008. 30 Hal 1 – 13.
15. Mostert S, Sitaresmi MN, Gundy CM, et al. Influence of Socioeconomic Status on
Chilhood Acute Lymphoblastic Leukemia Treatment in Indonesia. American Academy of
Pediatrics: 2006. hal 1600 – 1006. 33
16. Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG. Hematologi – Onkologi Anak. Cetakan ke- 2.
Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2006.
17. Berhman RE, Kliegman RM, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi ke-15. Volume
3. Jakarta: EGC ;2002. Hal 1769- 1779
18. Fianza PI. Leukemia Limfoblastik Akut. Sudoyo AR, Editors, in : Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II 5th ed. Jakarta: Interna Publishing :2009. Hal 1266-1275
19. Rudolph M, Abraham. Leukemia Limfoblastik Akut. Buku Ajar Pediatrik Rudolph.
Edisi ke-20.Jakarta: EGC: 2006. Hal 1310-1313.
20. Greer JP. Wintrobe’s Clinical Hematology.12th Philadelphia: Ppindott Williams &
Wilkins: 2009. Hal 1889 – 1931.
21. Emedicine.medscape.com [homepage on internet]. New York. WebMD. Selter K.. Acute
lymphoblastic leukemia (ALL). [diakses pada 25 April 2017]. Tersedia di : https://www.
http://emedicine.medscape.com/article/207631-overview.
22. Leukaemia Foundation. Acute lymphoblastic leukaemia (ALL) in children. July 2015
[document on the Internet]. [diakses pada 27 April 2017]. Tersedia di :
http://www.leukaemia.org.au/blood-cancers/leukaemias/acute-lymphoblasticleukaemia-
all
23. Sinniah D, Bunin NJ. Hyperleukocytosis. Dalam: D’angio GJ, Sinniah D, Meadow AT,
Evans AE, Pritchard J, penyunting. Practical Pediatric Oncology,ed. New York:Wiley-
Liss, 1992. h. 37-39
25
24. Lange B, O’Neill JA, Goldwein JW, Packer RJ, Ross IIIAJ. Oncologic emergencies.
Dalam: Pizzo PA, PoplackDG, penyunting. Principles and Practices of
PediatricOncology. Edisi ke-3, Philadelphia: Lippincott-Raven;1997. h. 761- 798.
25. Ruell J, Karuvatil R, Wynn R, Will A. Platelet count has no influence on traumatic and
bloody lumbar puncture in children undergoing intrathecal chemotherapy. British Journal
of Haematology. 2006: 347.
26