Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Leukimia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,

ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal dalam

darah tepi1. Leukimia akut dibagi atas leukemia limfoblastik akut (ALL) dan leukemia

mieloblastik akut (AML). ALL merupakan kasus leukemia akut terbanyak dengan 83% dari

seluruh kasus leukemia, AML 17% sementara leukemia kronik mencapai 3% dari keseluruhan

kasus, laki – laki lebih beresiko dibandingkan perempuan, dimana puncak kejadian pada usia 2-5

tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan angka kejadian ALL mencapi 3,7-4,9 kasus per 100.000

anak usia 0-14 tahun dengan usia tersering 2-5 tahun dan diperkirakan terdapat lebih dari 1000

kasus baru setiap tahunnya terjadi di Negara – Negara berkembang yang diperkirakan terus

meningkat.

Hiperleukositosis di definisikan sebagai jumlah leukosit darah tepi yang melebihi

100.000 /uL. Leukemia merupakan penyebab utama kedaruratan ini. Peningkatan kekentalan

darah serta agregasi leukosit di pembuluh darah kecil, sebagai akibat meningkatnya jumlah sel

leukosit di dalam darah, menimbulkan statis aliran darah yang dapat menimbulkan komplikasi

berat terhadap sistem neurologik, pulmonal serta gastrointestinal. Keadaan ini ditemukan pada 9-

13% anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL), 5-22% anak dengan Leukemia non

Limfoblastik Akut (LNLA) dan hampir semua anak dengan leukemia mielositik kronik

(LMK).1,2

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : NY. SL

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Ambulu

Status : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku : Madura

Agama : Islam

Status Pelayanan : NPBI

No. RM : 183590

Tanggal MRS : 16 Januari 2018

Tanggal pemeriksaan : 18 januari 2018

Tanggal KRS : 19 januari 2018

2
2.2 Anamnesis

Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien dan suami pasien pada

tanggal 18 januari 2018 di Ruang Adenium RSD dr.Soebandi Jember.

2.2.1 Keluhan Utama

Pucat dan lemas

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 3hari yang lalu. Sebelumnya pasien dikeluhkan

mengalami perdarahan pada gusi selama 3hari kemudian perdarahan berhenti pada hari ke 4.

Pasien juga dikeluhkan mengalami menstruasi selama 3minggu dan tidak berhenti sampai

sekarang, menurut pasien darah yang keluar berupa gumpalan kecoklatan tapi semenjak 3hari

belakangan pasien kuantitasnya tidak seperti sebelumnya. Karena pucat dan lemas serta pasien

tidak bisa makan pasien kemudian dibawa ke IGD dr.Soebandi.

Pasien mengalami mual muntah sejak H3MRS, mual muntah dirasakan setiap hari dan

paling berat ketika pasien akan makan. Sehari pasien muntah sebanyak 3x, pasien selalu

memuntahkan makanan yang dimakan. BAB (+), bak(+), demam (-), nyeri kepala (+), nyeri

perut (-). Menurut keluarga pasien sudah 8 kali dirawat inap karena keluhan yang sama.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

7 bulan yang lalu pada bulan agustus 2018 pasien mengatakan sering mengalami pusing

dan mudah lelah. Kemudian dibawa ke dokter keluarga dinyatakan vertigo, setelah diberi obat

tidak membaik dan pasien merasa semakin lemas akhirnya pasien dibawa ke puskesmas. Di

puskesmas pasien di periksa darah lengkap, dan didaptkan Hb rendah (menurut suami pasien

3
dikatakan pada saat itu Hb pasien 5). Kemudian pasien dirujuk ke RS dr.Soebandi untuk

dilakukan tranfusi, sampai di RS pasien ditranfusi. Menurut keluarga Hb pasien sempat naik

kemudian rendah kembali sampai pasien di tranfusi sebanyak 10 kali, sampai akhirnya pasien

dilakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang (BMA) dan didapatkan hasil bahwa pasien

menderita ALL (Akut limfoblastik leukemia)

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

2.2.5 Riwayat pengobatan

Asam traneksamat 3x500mg

Asam folat 3x 1

Riwayat Tranfusi berulang

2.2.6 Riwayat Sosial Lingkungan Ekonomi

Pasien adalah seorang istri yang tidak bekerja. Pasien tinggal bersama istri dan seorang

anaknya. Dari riwayat lingkungan, pasien tinggal disebuah rumah yang luasnya 45 meter persegi,

berdinding tembok dan berlantai plester yang terdiri dari 3 kamar tidur dengan ventilasi kurang,

1 kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Pasien tidur dikasur ranjang. Sumber air berasal dari

sumur ddan dimasak. Suami pasien bekerja sebagai pekerja serabutan dengan penghasilan

perbulan tidak menentu.

Kesan: Riwayat sosial lingkungan ekonomi bawah.

4
2.2.7 Riwayat Sanitasi Lingkungan

pasien menggunakan air sumur untuk kebutuhan mandi dan mencuci dan sebagai sumber

air untuk di konsumsi. Air minum sehari – hari yang berasal dari sumur selalu dimasak hingga

mendidih sebelum dikonsumsi. Untuk kebutuhan kakus, pasien dan keluarga menggunakan

kamar mandi sendiri. Kamar mandi menggunakan jamban cemplung yang terlerak dibagian

belakang rumah dengan lantai plester.

Kesan: Riwayat sanitasi lingkungan kurang

2.2.8 Riwayat Gizi

Sehari pasien makan 2-3 kali. Rata- rata menu setiap harinya adalah nasi, tempe, tahu,

sayur, umbi-umbian, terkadang ikan dan ayam.

BB : 45 kg

TB: : 158 cm

BMI : 18 kg/m2

Kesan: Status gizi kurang

2.2.9 Anamnesis Sistem

- Sistem serebrospinal : pusing(+),penurunan kesadaran (-), kejang (-), badan

gemetar (-)

- Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-), palpitasi (-)

- Sistem pernapasan : sesak (-), batuk (-), mengi (-)

5
- Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun

(+), nyeri perut (-), BAB normal

- Sistem urogenital : BAK lancar,tidak ada keluhan

- Sistem integumentum : turgor kulit normal, pucat (+), gatal (-), jpurpura (-),

ptekie (-)

- Sistem muskuloskeletal : edema (-), atrofi (-), deformitas (-)

2.2 Pemeriksaan fisik

2.2.1 Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6

Vital sign : TD : 80/60 mmHg

Nadi : 84 x/menit, regular, kuat angkat

RR : 20 x/menit

Suhu Aksila : 36,7o C

Pernapasan : sesak (-), batuk (-)

Kulit : turgor kulit normal, purpura (-), ptekie (-), pucat (+)

Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Otot : edema (-), atrofi (-)

Tulang : deformitas (-),kalsifikasi (-)

6
Status gizi : BB : 45 kg

TB : 158 cm

BMI : 18 kg/m2

2.2.2 Pemeriksaan Khusus

a. Kepala

- Bentuk :bulat lonjong, simetris

- Rambut : hitam, lurus, pendek

- Mata :konjungtiva anemis : +/+

sklera ikterus : -/-

edema palpebra : -/-

refleks cahaya : +/+

- Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)

- Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)

- Mulut : sianosis (-), bau (-)

b. Leher

- KGB : tidak ada pembesaran

- Tiroid : tidak membesar

- JVP : normal

c. Thorax

1. Cor :

- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

7
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S

- Perkusi : redup di ICS IV PSL D s/d ICS V MCL S

- Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)

2. Pulmo :

Ventral Dorsal

Inspeksi: Inspeksi:

 Simetris  Simetris

 Retraksi -/-  Retraksi -/-

 Ketinggalan gerak -/-  Ketinggalan gerak -/-

Palpasi: P: Palpasi:

 Fremitus raba  Fremitus raba

N N N N

N N N N

N N N N

Perkusi : Perkusi :

S S S S

S S S S

S S S S

S S S S S S S S

S S S S

8
Ventral Dorsal

Auskultasi : Auskultasi :

DS DS

V V V V

V V V V

V V V V

V V V V V V V V

V V V V

Rhonki Rhonki

- - - -

- - - -

- - - -

- - - - - - - -

- - - -

Wheezing Wheezing

- - - -

- - - -

- - - -

- - - - - - - -
9

- - - -
d. Abdomen

- Inspeksi : Flat

- Auskultasi : bising usus (+), 15 x/menit

Palpasi : soepel,hepar, permukaan rata, tepi lancip, nyeri ketok ginjal (-) bilateral,

hepatomegali (-), splenomegali (+) schufner 3

- Perkusi : timpani

e. Ekstremitas

- Superior : akral hangat +/+, edema-/-

- Inferior : akral hangat +/+, edema-/-

2.2.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan laboratorium tgl 16-01-2018 H1MRS

HEMATOLOGI LENGKAP

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hemoglobin 2,6gr/dL 12,0-16,0gr/dL

Leukosit 117,9x109/L 4,5-11 x109/L

Hematokrit 7,8 41-53%

Trombosit 88x109/L 150-450 x109/L

Gula Darah

Glukosa Sewaktu 114 mg/dL <200 mg/dL

FAAL GINJAL
10
Kreatinin Serum 0,6 mg/dL 0,5-1,1mg/dL
BUN 12 mg/dL 6-20 mg/dL

UREA 26 mg/dL 12-43 mg/dL

FAAL HATI

Bill Direk 0,39 mg/dL 0,2-0,4 mg/dL

Bil Total 0,68 mg/dL <1,2 mg/dL

SGOT 11 U/L 10-35 U/L

SGPT 18 U/L 9-43 U/L

Kesan: Anemia dengan leukositosis dan Trombositopenia

b. Pemeriksaan laboratorium tgl 18-01-2018 H3MRS

HEMATOLOGI LENGKAP

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hemoglobin 6,7 gr/dL 12,0-16,0gr/dL

11
Leukosit 120,2x109/L 4,5-11 x109/L

Hematokrit 20,4 41-53%

Trombosit 80x109/L 150-450 x109/L

Kesan: Anemia dengan leukositosis dan Trombositopenia

c. Pemeriksaan laboratorium tgl 19-01-2018 H4MRS

HEMATOLOGI LENGKAP

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Hemoglobin 8,9 gr/dL 12,0-16,0gr/dL

Leukosit 117,5x109/L 4,5-11 x109/L

Hematokrit 27,4 41-53%

Trombosit 68x109/L 150-450 x109/L

Kesan: Anemia dengan leukositosis dan Trombositopenia

12
2. Pemeriksaan Bone Marrow Aspirasi

Interpretasi: Sesuai gambaran Leukimia Prolimfositik Akut (Akut Prolimphocytic

Leukimia)

13
2.5 Resume

 Anamnesis

- Pasien Perempuan usia 24 tahun. Pasien datang dengan keluhan badan cepat lelah,

lemah , wajah pucat, nyeri kepala, mual muntah dan menstruasi selama 3 minggu.

Diserta penurunan nafsu makan.

- Pasien memiliki riwayat ALL dan rutin melakukan transfusi

 Pemeriksaan fisik

- Didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, TD 80/60 mmHg,

konjungtiva anemis.

 Pemeriksaan penunjang :

 Laboratorium :

 DL : Anemia, Leukositosis, penurunan hematocrit, trombositopeni

 Faal hati : dalam batas normal

 SI dan TIBC : dalam batas normal

 Hasil BMA : Sesuai gambaran Leukimia Prolimfositik Akut (Akut

Prolimphocytic Leukimia)

2.6 Diagnosis Kerja

Akut Lymphoblastic Leukimia + Leukositosis+ Trombositopeni

14
2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Planning Terapi

- Inf. Aserin 20 Tpm

- Inj. Ceftriaxone 2x1 g

- Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga Hb> 10

- Inj. Ranitidin 2 x1 amp

- Inj. Antrain 3 x1 amp k/p

- Inj. Ca Gluconas 2x1

- Inj. Asam traneksamat 3x 500mg

2.7.2 Planning Monitoring

- Laboraturium Hematologi

- Kadar SI dan TIBC

2.7.3 Planning Edukasi

- Istirahat cukup

- Menjelaskan tentang penyakit yang di derita kepada pasien, keluarga pasien,

perjalanan penyakit, perawatan, prognosa komplikasi serta usaha pencegahan

komplikasi

2.7.4 Palning Diagnostik

- Hapusan Darah tepi

- Elektroforesis Hemoglobin

- Bone Marrow Aspiration

- Pemeriksaan faal Hati

15
2.8 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

2.9 Follow up

Selasa, 16 Januari 2018 Rabu, 17 Januari 2018

H1MRS H2MRS

S Lemas seluruh badan, mual muntah Badan lemas

O KU: Lemah KU: cukup

Kes: compos mentis Kes: compos mentis

TD: 80/60mmHg TD: 90/60mmHg

N: 82x/mnt N: 80x/mnt

RR: 20x/mnt RR: 18x/mnt

Tax: 36,5oC Tax: 36,9oC

K/L:a/i/c/d:+/-/-/- K/L:a/i/c/d:+/-/-/-

Thorax: Thorax:

Cor Cor

I: ictus cordis tidak tampak I: ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis teraba di ICS VMCLS P: ictus cordis teraba di ICS VMCL

P:redup S

A: S1S2 tunggal, reguler, e/g/m : -/-/- P:redup

Pulmo : A: S1S2 tunggal, reguler, e/g/m : -/-

16
I : simetris, retraksi -/- /-

P: fremitus raba +/+ Pulmo :

P: sonor +/+ I : simetris, retraksi -/-

A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/- P: fremitus raba +/+

Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel, P : sonor +/+

nyeri ketok ginjal (-) bilateral A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Ext: AH (+) & edema (-) di kedua Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel,

ekstremitas atas dan bawah V, nyeri ketok ginjal (-) bilateral

Cek HLT- hasil terlampir Ext: AH (+) & edema (-) di kedua

ekstremitas atas dan bawah

A ALL + Leukositosis+ Trombositopeni ALL + Leukositosis+Trombositopeni

P Inf. Aserin20 tpm Inf. Aserin20 tpm

Inj. Ceftriaxone 2x1 g Inj. Ceftriaxone 2x1 g

Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga

Hb> 10 Hb> 10

Inj. Ranitidin 2 x1 amp Inj. Ranitidin 2 x1 amp

Inj. Antrain 3 x1 amp k/p Inj. Antrain 3 x1 amp k/p

Inj. Asam traneksamat 3x 500mg Inj. Asam traneksamat 3x 500mg

17
Kamis 18 Januari 2018 Jumat, 19 januari 2018

H3MRS H4MRS

S Badan lebih enak, lemas berkurang Badan sudah segar

O KU: Lemah KU: cukup

Kes: compos mentis Kes: compos mentis

TD: 100/70mmHg TD: 110/70mmHg

N: 72x/mnt N: 80x/mnt

RR: 18x/mnt RR: 18x/mnt

Tax: 36,8oC Tax: 36,9oC

K/L:a/i/c/d:+/-/-/- K/L:a/i/c/d:-/-/-/-

Thorax: Thorax:

Cor Cor

I: ictus cordis tidak tampak I: ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis teraba di ICS VMCL S P: ictus cordis teraba di ICS VMCL

P:redup S

A: S1S2 tunggal, reguler, e/g/m : -/-/- P:redup

Pulmo : A: S1S2 tunggal, reguler, e/g/m : -/-

I : simetris, retraksi -/- /-

P: fremitus raba +/+ Pulmo :

P : sonor +/+ I : simetris, retraksi -/-

A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/- P: fremitus raba +/+

Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel, P : sonor +/+

18
nyeri ketok ginjal (-) bilateral A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Ext: AH (+) & edema (-) di kedua Abd: flat, BU (+) N, timpani, soepel,

ekstremitas atas dan bawah nyeri ketok ginjal (-) bilateral

Monitoring : Ext: AH (+) & edema (-) di kedua

Cek HLT– hasil terlampir ekstremitas atas dan bawah

Monitoring :

Cek HLT,– hasil terlampir

Pasien rencana KRS

A ALL + Leukositosis+ Trombositopeni ALL + Leukositosis+

Trombositopeni

P Inf. Aserin20 tpm Inf. Aserin20 tpm

Inj. Ceftriaxone 2x1 g Inj. Ceftriaxone 2x1 g

Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga Transfusi PRC 2 kolf perhari hingga

Hb> 10 Hb> 10

Inj. Ranitidin 2 x1 amp Inj. Ranitidin 2 x1 amp

Inj. Antrain 3 x1 amp k/p Inj. Antrain 3 x1 amp k/p

Inj. Asam traneksamat 3x 500mg Inj. Asam traneksamat 3x 500mg

Inj. Ca Gluconas 2x 1 Inj. Ca Gluconas 2x 1

19
Textbook Pasien
Akut Limfoblastik Leukimia
Anamnesis
 Mudah lelah +
 Mual +
 Muntah +
 Perdarahan +
 Pucat +
Pemeriksaan fisik
 Ptechie, +
-
 Ekimosis
+
 Perdarahan gusi
-
 Hematuria -
 Perdarahan saluran cerna -
 Splenomegali +
 Nyeri tulang dan nyeri sternum -
 Hepatomegali -
 Anemis +
Pemeriksaan Penunjang
 Leukositosis +
 Trombositopenia +
 Anemia +
 BMA +

20
BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis ALL ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Dari anamnesis terdapat keluhan berupa demam, muncul perdarahan, perdarahan

tidak berhenti, nyeri kepala, lemas dan pucat, kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan

konjungtiva anemis, perdarahan pada gusi. Pemeriksaan darah rutin pertama kali menunjukkan

anemia, hiperleukositosis dan trombositopenia, serta ditemukan sel blast pada gambaran darah

tepi, dengan hasil BMP sesuai dengan ALL1.

Pada pasien ALL terjadi proliferasi berlebih dari sel prekursor limfoid ganas di sumsum

tulang sehingga menekan proses hematopoietik dalam membentuk sel darah normal akibatnya

terjadi anemia dan trombositopenia.21 Anemia akan menyebabkan penurunan pengantaran

oksigen ke jaringan sehingga tubuh kekurangan energi.22 Pembentukan sel leukosit normal juga

terganggu pada pasien dengan ALL sehingga sering terjadi neutropenia dan pasien akan mudah

mengalami infeksi sehingga muncul gejala demam berulang. Penekanan pembentukan sel

trombosit akan menyebabkan mudah terjadinya perdarahan secara spontan pada pasien dengan

ALL.22

Pada pasien ditemukan hiperleukosistosis, dengan leukosit saat masuk yaitu

117,5x109./ul. Hiperleukosistosis adalah peningkatan jumlah leukosit sel darah tepi melebihi

100.000/uL5. Hal ini timbul akibat kegagalan sumsum tulang dalam pengaturan jumlah leukosit

yang beredar dalam sirkulasi.6 Hiperleukositosis merupakan keadaan kedaruratan onkologi,

dimana hal ini menyebabkan peningkatan viskositas darah terjadi agregasi serta trombus sel blast

pada mikrosirkulasi keadaan ini dikenal dengan leukostasis dan tumor lisis sindrom.5,7 Pada

21
leukostasis organ tubuh yang paling sering mengalami hal ini adalah susunan saraf pusat dan

paru. Leukostasis akan menyebabkan hipoksia, metabolisme anaerob dan asidosis laktat. Jika hal

ini terjadi pada sistem saraf pusat akan menimbukan penglihatan kabur, delirium dan perdarahan

intrakanial.23,24 Penanganan pada leukostasis dengan leukoforesis diikuti pemberian sitostatika.9

Pada sindroma lisis tumor terdiri dari beberapa kelainan metabolik seperti hiperurisemia,

hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hipokalsemia, keadaaan ini harus segara dilakukan tindakan

hidrasi yang agresif, alkalinisasi urin dan pemberian allopurinol. Hidrasi dengan menggunakan

cairan parenteral glukosa 5% dalam 0,225 normal salin, sebanyak 2-3 kali kebutuhan cairan

rumatan atau 2-3 L/m2/hari untuk mendapatkan diuresis minimal 3 cc/kgbb/hari. Alkalinisasi

urin dilakukan dengan menambahkan sodium bikarbonat kedalam cairan parenteral sebanyak 40-

60 meq/ L untuk mempertahankan Ph urin dalam rentang 7,0 s/d 7,5 bertujuan untuk mencegah

pembentukan kristal asam urat. Pada pasien ini dilakukan hidrasi dilakukan dengan cairan Asering

sebanyak 3150 cc/hari. Hal ini berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan rumatan pasien adalah

1575 cc/hari kemudian dikalikan 2 dari kebutuhan cairan rumatan. Selain terapi untuk mencegah

terjadinya leukostatis dan sindrom lisis tumor yang dapat terjadi. Pada pasien ini juga diberikan

ceftriaxon 2x1 gram. Antibiotik pada pasien dengan ALL bertujuan untuk terapi profilaksis

terhadap infeksi karena neutropenia biasa terjadi pada pasien dengan ALL sehingga lebih rentan

terhadap terjadinya infeksi.22 Pada pemeriksaan darah rutin pasien didapatkan anemia dan

trombositopenia, oleh karena itu diperlukan prosedur transfusi sebagai persiapan tindakan

kemoterapi. Hb optimal untuk pemberian obat sitostatika adalah >10 mg/dL hal ini bertujuan

untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat, karena obat sitostatika akan berefek

pada penurunan produksi sel darah lain seperti eritrosit, trombosit maupun leukosit terutama

neutrofil.22 Selain itu, sebelum tindakan kemoterapi nilai trombosit harus diatas 30.000/L

22
terutama untuk prosedur intratekal, karena nilai trombosit yang rendah akan memperbesar resiko

terjadinya komplikasi neurologis akibat perdarahan spinal. Lebih lanjut dapat membuat sel

leukemia dalam darah akan berpindah ke cairan serebrospinal dan memperburuk prognosis pasien.25

23
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Editor: Permono B, Sutaryo, Ugrasena I,


Windiastuti E, Abdulsalam M. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2005.
2. Emedicine.medscape.com [homepage on internet]. New York. WebMD. Jain R, Bansal
D. Hyperleucocytosis: emergency management. [diakses pada 22 April 2017]. Tersedia
di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23180411.
3. Cancer.gov [homepage on internet]. National cancer institute. Childhood Acute
Lymphoblastic Leukemia Treatment (PDQ)-Health Profesional version. Updated: Oct
12,2016 [diakses pada 22 April 2017]. Tersedia di :
https://www.cancer.gov/types/leukemia/hp/child-all-treatment-pdq. 32
4. Emedicine.medscape.com [homepage on internet]. New York. WebMD. Kanwar S V.
Paediatric Acute Lymphoblastic Leukemia [diakses pada 22 April 2017]. Tersedia di :
http://emedicine.medscape.com/article/990113-overview#a2.
5. Niemeyer CM. Sallann SE. Acute Lymphoblastic Leukemia. Dalam : Nathan D, Oski F,
Penyunting. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-4. Philadelphia: WB
Saunders: 1993. Hal 1249 – 74.
6. Taylor DS. Oncologyc Emergencies. Emedicine J. 2002 March; 3(3). [ diakses pada 23
April 2017]. Didapat dari : URL/http/www.emedicine.journal.htm.
7. Windiastuti E, Mulawi C. Gangguan metabolik pada leukemia limfoblastika akut dengan
hiperleukositosis. Sari Pediatri. Vol 4 (1). Juni 2002; 31-5. www.bloodjournal.org
[homepage on internet].
8. Rollig C, Ehninger G. How I Treat Hyperleucocytosis in acute myeloid leukemia.
[diakses pada 23 April 2017]. Tersedia di :
http://www.bloodjournal.org/content/125/21/3246?ssochecked= true#sec-3.
9. Irken G, Oren H, Oniz H, Cetingul N. Hyperleucocytosis in childhood acute
lymphoblastic leukemia: complications and treatment outcomes. Turk J Hematol.
2006.23:142-146.
10. Rudolph MA, Iie H, CD Rudolph. Leukemia in Rudolph’s Pediatrics 20th Edition: Hal
1269 – 1278.
11. Parmono B, Sutaryo, Ugrasena IDG. Leukemia Akut : Kegawatdaruratan Onkologi Anak
Dalam Buku Ajar Hematologi – Onkologi Anak 2010: Hal 236 –325.

24
12. Tomlison D, Kline NE. Pediatric Oncology Nursing, Advanced Clinical Handbook 2nd
Edition. New York Springer Heidelberg. 2010.
13. American Cancer Society. Children and Cancer: Information and Resources. 2010.
[diunduh pada 23 April 2017].
14. Savage E, Riordan AO, Hughes M. Quality of Life in Children With Acute
Lymphoblastic Leukemia: A Sistemic Review. European Journal of Oncology Nursing
2008. 30 Hal 1 – 13.
15. Mostert S, Sitaresmi MN, Gundy CM, et al. Influence of Socioeconomic Status on
Chilhood Acute Lymphoblastic Leukemia Treatment in Indonesia. American Academy of
Pediatrics: 2006. hal 1600 – 1006. 33
16. Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG. Hematologi – Onkologi Anak. Cetakan ke- 2.
Jakarta: Badan penerbit IDAI. 2006.
17. Berhman RE, Kliegman RM, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi ke-15. Volume
3. Jakarta: EGC ;2002. Hal 1769- 1779
18. Fianza PI. Leukemia Limfoblastik Akut. Sudoyo AR, Editors, in : Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II 5th ed. Jakarta: Interna Publishing :2009. Hal 1266-1275
19. Rudolph M, Abraham. Leukemia Limfoblastik Akut. Buku Ajar Pediatrik Rudolph.
Edisi ke-20.Jakarta: EGC: 2006. Hal 1310-1313.
20. Greer JP. Wintrobe’s Clinical Hematology.12th Philadelphia: Ppindott Williams &
Wilkins: 2009. Hal 1889 – 1931.
21. Emedicine.medscape.com [homepage on internet]. New York. WebMD. Selter K.. Acute
lymphoblastic leukemia (ALL). [diakses pada 25 April 2017]. Tersedia di : https://www.
http://emedicine.medscape.com/article/207631-overview.
22. Leukaemia Foundation. Acute lymphoblastic leukaemia (ALL) in children. July 2015
[document on the Internet]. [diakses pada 27 April 2017]. Tersedia di :
http://www.leukaemia.org.au/blood-cancers/leukaemias/acute-lymphoblasticleukaemia-
all
23. Sinniah D, Bunin NJ. Hyperleukocytosis. Dalam: D’angio GJ, Sinniah D, Meadow AT,
Evans AE, Pritchard J, penyunting. Practical Pediatric Oncology,ed. New York:Wiley-
Liss, 1992. h. 37-39

25
24. Lange B, O’Neill JA, Goldwein JW, Packer RJ, Ross IIIAJ. Oncologic emergencies.
Dalam: Pizzo PA, PoplackDG, penyunting. Principles and Practices of
PediatricOncology. Edisi ke-3, Philadelphia: Lippincott-Raven;1997. h. 761- 798.
25. Ruell J, Karuvatil R, Wynn R, Will A. Platelet count has no influence on traumatic and
bloody lumbar puncture in children undergoing intrathecal chemotherapy. British Journal
of Haematology. 2006: 347.

26

Anda mungkin juga menyukai