Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengue haemorragic fever adalah penyakit yang cukup tinggi terjadi

di indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit akut yang disebabkan oleh

nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah juga bukanlah

penyakit baru karena penyakit ini terjadi pada hampir setiap tahun seiring

dengan perubahan musim, yaitu dari musim penghujan ke musim kemarau (dr.

Yekti Mumpuni & Widayati Lestari, 2015).

Hipertemi yang terjadi pada demam berdarah merupakan gejala utama

yang paling sering timbul dan paling banyak dikeluhkan biasanya memburuk

setelah 2 hari pertama sehingga angka kematian cukup tinggi. Demam yang

disebabkan oleh penyakit DHF ini bersifat mendadak dan berlangsung selama

5-7 hari. Biasanya terlihat lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri

pada daerah bola mata, punggung dan persendian. Timbul pula bercak-bercak

merah pada tubuh terutama didaerah dada. Gejala lanjut yang terjadi adalah

timbulnya keriput kulit dikening, lengan paha, dan anggota tubuh lainnya

(Suriadi, 2010)

Penyakit Dengue Haemorragic fever atau lebih dikenal dengan DBD

merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menular dan

vektr nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini banyak menimbulkan kematian

didaerah tropis dan subtropis sertaa merupakan ancaman kesehatan bagi dunia

karena lebih dari 100 negara terjangkit penyakit ini (Ranjit,2011). Dalam 30

tahun teeakhir, sebanyak > 5 juta kasus DHF terjadi di Amerika (Branco, et
al., 2014). Sementara itu, negara asia termasuk wilayah endemik Demam

berdarah yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan timur leste. Serangan

demam berdarah ini menyebar dibeberapa derah di Indonesia, misalnya

Kalimantann Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta,

Surabaya, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lainnya (Sidiek,

2014). Penyebaran penykit ini sangat cepat, sehingga perlu dilakukan tindakan

pencegahan agar tidak terjadi endemik.

Dengue haemorragic fever disebabkan oleh virus dengue yang

utamanya ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Setelah itu

penularan melalui gigitan nyamuk, virus dengue akan terinkubasi selama 3-15

hari. Virus Dengue ini kemudian dapat menyebabkan sakit flu, nyeri, demam

tinggi, kehilangan napsu makan, sakit kepala dan ruam. Jadi sudah jelas

bahwa Aedes Aegypty adalah penyebab demam berdrah yang utama. Demam

berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty . nyamuk Aedes

Aegypty tersebut dapat mengundang viremia. Selanjutnya virus ini

berkembang biak dalam waktu 8-10 hari, sebelum ditularkan lagi kepada

manusia. Virus dengue yang telah masuk ke tubuh manusia akan

menimbulkan viremia. (dr. Yekti Mumpuni & Widayati Lestari 2015)

Peran perawat dalam mengatasi penyakit Dengue Haemorragic Fever

(DHF) dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Promotif yaitu

memberi pnyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit Dengue

Hemorragic Fever (DHF) dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari

contohnya : tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, menjaga

kebersihan lingkungan dan penampungan air, serta mengkomsumsi minuman


yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurmaa, jus jambu, dan lain

lain. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien di

Rumah Sakit khususnya pada klien yang mengalami hipertermi dengan cara

menurunkan demam klien dengan cara kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat antipiretik, dan menganjurkan klien untuk banyak minum

1500-2000 ml per harinya, memberikan kompres air hangat kepada klien,

menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

dan apabila sudah diperbolehkan pulang klien diberikan health education dan

apabila demam kambuh lagi dianjurkan untuk minum banyak air putih untuk

mengganti cairan tubuh yang keluar karena demam dan mengompres dengan

air hangat untuk memberikan pengeluaran panas secara konduksi. Kompres

air hangat dengan menggunakan suhu 260 C- 340 C. Disamping itu lingkungan

luar yang hangat akan akan membuat pembuluh darah tepi kulit melebar akan

mengalami vasodilator, dan juga akan membuat pori-pori kulit terbuka

sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

1.2 Batasan masalah

Banyaknya masalah yang terjadi pada kasus DHF seperti hipertermia,

ketidakefektifan pola napas, nyeri akut, kekurangan volume cairan, resiko

syok, maka peneliti membatasi masalah : Asuhan keperawatan anak dengan

masalah keperawatan hipertermi pada diagnosa medis Dengue haemorragic

fever (DHF) di rumah sakit .....

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

yaitu “ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan masalah


keperawatan hipertermi pada diagnosa medis Dengue haemorragic fever

(DHF) di rumah sakit .....

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Tujuan ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada anak Tujuan

khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penulisan ini adalah:

1) Melakukan pengkajian keperawatan anak dengan masalah

keperawatan Hipertermi pada pasien yang mengalami Dengue

Hemorragic fever (DHF) di Rumah sakit ...

2) Menetapkan diagnosis keperawatan anak yang dengan masalah

keperawatan Hipertermi pada pasien yang mengalami Dengue

Hemorragic fever (DHF) di Rumah sakit ...

3) Menyusun perencanaan keperawatan anak yang dengan masalah

keperawatan Hipertermi pada pasien yang mengalami Dengue

Hemorragic fever (DHF) di Rumah sakit ...

4) Melaksanakan tindakan keperawatan anak yang dengan masalah

keperawatan Hipertermi pada pasien yang mengalami Dengue

Hemorragic fever (DHF) di Rumah sakit ...

5) Melakukan evaluasi keperawatan anak yang dengan masalah

keperawatan Hipertermi pada pasien yang mengalami Dengue

Hemorragic fever (DHF) di Rumah sakit ...


1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Karya tulis ilmiah dengan desain studi kasus “ Asuhan Keperawatan Anak

Dengan Masalah Hipertermi Pada Diagnosa Medis Dengue Haemorragic

fever (DHF) Di Ruang ..... disusun untuk pengembangan ilmu keperawatan

didunia pendidikan kesehatan.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan pembelajaran dan

pertimbangan terhadap pemberian Asuhan Keperawatan Anak Dengan

Masalah Hipertermi Pada Diagnosa Medis Dengue Haemorragic fever

(DHF) di ruang .....

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi penulis

Penulis dapat memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami Dengue Haemorragic Fever

dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis kesamaan

dan perbedaan antara teori dan pengalaman nyata.

2) Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan kajian untuk perbaikan dan peningkatan mutu

pelayanan dirmah sakit terutama pada pelayanan hipertemi pada anak

dengan DHF.
3) Bagi pasien

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan untuk memahami tentang

DHF pada anak dan mengaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar DHF

2.1.1 Definisi

DHF (Drngue Haemorragic Fever) atau sering disebut dengan

DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus

(arthropod-borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes

Aegypty dan Aedes albopictus seta penyebarannya sangat cepat (Marni ,

2016).

Demam dengue (DHF) adalah suatu sindrom yang bersifat akut

dan disebabkan oleh arbovirus yang ditandai dengan demam, nyeri otot

atau sendi, dan ruam pada kulit. Infeksi sekunder oleh virus dengue

dengan serotype berbeda merupakan faktor resiko atas tmbulnya demam

berdarah atau Dengue haemrragic fever, dimana penyakit ini berlangsung

berat dan dapat terjadi bentuk yang dikenal sebagai sindrom renjatan

dengue atau Dengue shock syndrom (DDS) yaitu disertai dengan

kegagalan fungsi sirkulasi, kehilangan protein, dan dapat berakibat fatal.

(Widagdo, 2012).

Demam berdarah adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh

virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Virus ini dapat menyebabkan

demam, sakit kepala, ruam, dan nyeri diseluruh tubuh. Sebagian besar
kasus demam berdarah yang ringan sembuh dengan sendirinya setelah satu

minggu (Rika Setriana Oktani, 2017).

2.1.2 Klasifikasi

Untuk memudahkan batasannya dibagi menjadi 4 tingkatan menurut

derajat keganasan/beratnya penyakit (Tatik Lestari, 2016)

1) Derajat 1 : demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji

turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.

2) Derajat II : terdapat seluruh manisfestasi DHF derajat 1 disertai

perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.

3) Derajat III : kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit

dingin lembab dan gelisah.

4) Derajat IV :Renjatan berat, denyut nadi , dan tekanan darah tidak dapat

diukur, yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom.

2.1.3 Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Virus Dengue. Di

Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus

dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne virus (arbovirus), yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes

Aegypty yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.(Tatik

Lestari,2016)

.
2.1.4 Patofisiologi

Virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypty masuk ke tubuh

manusia, infeksi yang pertama kali masuk dapat memberikan gejala sebagai

demam dengue. Apabila orang tesebut terrinfeksi virus dengue berulang kali maka

akan menimbulkan reaksi yang berbeda, terutama konsistensi Retikoloindotel dan

kulit secara homogen, tubuh akan membentuk kompleks virus antibodi dalam

sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat

dilepaskannya Anapilaktosin sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah

akan meningkat(Tatik Lestari, 2016).

2.1.5 Mnisfestasi klinis

Masa inkubasi Virus dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan

gejala klinis:

1. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak spesifik

seperti anoreksia dan amlaise.

2. Manisfestasi perdarahan : uji torniquet positif atau Ruple Leed positif,

perdarahan gusi, ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.

3. Pembesaran hati, nyeri tekan pda ikterus.

4. Terjadi renjatan.

5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan

trombosit ( trombositopenia 100.00/mm atau kurang.

6. Pada foto rontgen : pulmonary vaskuler kongestion dan plural efusion

pada paru kanan.


2.1.6 Pemeriksaan diagnostik

a. Darah

1. Pada Demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga

2. Pada Demam berdarah terdapat Trombositopenia dan Hemokonsentrasi

3. Pada pemeriksaan kimia darah : Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,

SGOT, ureum dan PH darah mungkin meningkat.

b. Air Seni

mungkin ditemukan albuminuria ringan.

c. Sumsum Tulang

pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke

5 dengan gangguan maturasi sedangkan padaa hari ke 10 biasanya sudah kembali

normal.

4. Serologi

Uji serologi untuk infeksi virus dengue dapat dikategorikan menjadi :

1. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada

masa akut dan konvalesen.

2. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengan blood yang

mengukur antibodi.

2.1.7 penatalaksanaan

1. Beri anak minum sebanyak mungkin.

2. Batasi aktivitas anak.

3. Observasi ketat tanda tanda vital (nadi, pernapasan, suhu, dan tekanan

darah) dan awasi tanda tanda perdarahan.

4. Kompres dingin bila suhu meningkat.


5. Beri anak obat antipiretik bila ada.

6. Bila anak tidak mau minum dan keadaan tidak membaik segera bawa

ke rumah sakit (biasanya anak di infus dan dilakukan pemeriksaan

laboratorium darah untuk melihat trombosit dan hematokrit). (sudarti

2011)

2.2 Konsep Dasar Hipertermi

2.2.1 Definisi Hipertermi

Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari

biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit(muhammad 2013). Salah satu

alternativ tindakan yang paling cepat menurut teori muhammad adalah dengan

cara mengompres hangat.

2.2.2 Penyebab Hipertermi

1. Usia.

Usia saat lahir, bayi akan meninggalkan lingkungan yang hangat dan yang

relativ konstan masuk kedalam lingkungan yang suhunya berfluktasi

dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap

perubahan suatu lingkungan. Pakaian harus cukup terhdap paparan suhu

yang ekstrim harus dihindri. Bila terlindung dari lingkungan yang ekstrim,

suhu pada bayi dipertahankan pada suhu 35,5o C- 39oC. Produksi panas

akan meningkat seirng dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak

anak. Perbedaan secara individu 0,25o C-0,5oC adalah normal. Regulasi

suhu tidak stabil sampai anak anak hingga pubertas tentang suhu normal

dan turun secara berangsur sampai seseorang mendekati lansia.


2. Aktivitas.

Dalam olahraga , aktivitas otot mengeluarkan peningkatan suplai darah

dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan

metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat

meningkatkan produksi panas dan akibatnya meningkatkan suhu tubuh.

Seperti lari jarak jauh juga dapat meningkatkan suhu tubu sementara

sampai 41oC.

3. Kadar Hormon.

Secara umum, wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar

dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi juga dapat

menyebabkan fruktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron juga dapat

meningkatkan dan menurunkan secara bertahap selama masa menstruasi.

Bila keadaan progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah

kadar batas. Selama ovulasi jumlah progesteron yang lebih besar

memasuki sistem sirkulasi dan meningkatkan suhu tubuh sampai kadar

batas lebih tinggi. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita selama

menopause (penghentian menstruasi). Wanita yang sudah berhenti

menstruasi dapat mengalami periode panas dan berkeringat banyak, 30

detik-5 menit. Hal tersebut karena control vasomotor yang tidak stabil

dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.

4. Irama sirkadian.

Suhu tubuh berubah secara normal 0,5oC sampai 1oC selama periode 24

jam. Suhu merupakan irama yang paling stabil pada manusia. Suhu tubuh

biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. Sepanjang
hari suhu tubuh naik, sampai pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada

dini hari. Pola suhu tidak secara otomatis berubah pada orang yang bekerja

pada malam hari dan tidur pda siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk

perputaran tersebut bisa berubah. Secara umum iama suhu sirkadia tidak

berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah

dini hari pada lansia.

5. Sterss.

Stress fisik dan emosi juga dapat meningkatkan suhu tubuh melalui

stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut

meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat masuk rumah sakit atau

tempat praktek dokter, suhu tubuhnya lebih tinggi dari normal.

6. Lingkungan.

Lingkunga juga bisa mempengaruhi suhu tubuh, jika suhu tubuh dikaji

dalam ruangan yang sangat hangat, pasien mungkin tidak mampu

meregulasi uhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu

tubuh akan naik. Jika pasien berada dilingkungan yang efektif dan

peengeluaran panas yanag kondusif. Bayi dan lansia paling sering

dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu kurang efisien.

2.2.3 Mekanisme pengeluaran panas

Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan,

pengeluaran panas normal melalui :

1. Radiasi : perpindahan panas dari permukaan suatu obyek ke obyek yang

lain tanpa keduanya bersentuhan. Contoh: melepaskan pakaian dan

selimut.
2. Konduksi : perpindahan panas dari obyek ke obyek yang lain dengan

kontak langsung. Contoh: memberikan kompres es atau memandikan

pasien dengan air yang dingin.

3. Konveksi : perpindahan panas karena gerakan udara. Contoh: kipas angin,

AC dan pendingin udara.

2.2.4 Ciri-ciri Hipertermi

Perubahan suhu tubuh diatas normal, kulit kemerahan, laju pernapasan

meningkat, hipertensi, kejang, pucat dan penurunan suhu tubuh dibawah normal.(

Ackle&Ladwig, 2011)

Termogulasi terbukti dengan adanya indikasi: temperatur suhu badan,

temperatur kulit. Perubahan warna kulit . normalnya suhu tubuh berkisar 36oC

sampai 37oC. Suhu tubuh juga dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas

yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ

tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal

dengan mekanisme yang tertentu. Produksi panas juga dapat meningkatkan atau

menurunkan yang dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit stress.

2.2.5 Kompres hangat

1) Pengertian kompres hangat

Kompres hangat adalah metode penanganan demam secara fisik yang

meyakinkan tubuh kehilangan konveksi yaitu pelepasan panas melalui penguapan

dari kulit (Djuwariyah, 2011)

2) Macam macam kompres

Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya yang

menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat
kering, kompres dingin basah, kompres dingin kering, bantal selimut listrik,

lampu penyinran, busur panas (Djuwariyah, 2011).

3) Manfaat kompres hangat

Cara sederhana yang efekif untuk mnurunkan demam adalah dengan

mengompres. Pemberian kompres yang disepakati sat ini adalah pemberian

kompes dengan air suam-suamm kuku (air hangat). Karena kompres hangat cara

yang paling efektif untuk menurunkan demam dibanding dengan kompres lainnya

seperti kompres denag air es atau alcohol. Karena air es yang dapat menyebabkan

anak menggigil, alcohol dapat menyebabkan keracunan.

4) Langkah- langkah pemberian kompres hangat

a. Basahi kedua handuk dengan air hangat, peras hingga handuk lembab.

b. Lakukan handuk di kedua ketiak, kurang lebih 5 menit.

c. Ganti secara bergilir handuk setelah suhu dingin.

d. Lakukan prosedur secara teratur 2-4 kali

e. Hentikan prosedur setelah suhu mendekati normal.

(Nursalam, 2011).

2.4 Konsep Tumbuh Kembang

2.4.1 Definisi Pertumbuhan dan Pengembangan

Pertumbuhan adalah perubahan dalm besar, jumlah, ukuran, atau dimensi

tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,

pon, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang, dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dalam nitrogen tubuh).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks daalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Dian Adriana, 2013).

1. Parameter pertumbuhan

a. Panjang badan

Penentuan tinggi badan neonatus menggunakan istilah panjang badan,

pemahaaman bahwa metode pengukuran tinggi badan dilakukan

dengan neonatus dalam posisi berbaaring. Rata-rata panjang badan

bayi yang baru lahir adalah 50cm.

NO UMUR UKURAN TINGGI BADAN

1 1 tahun 1,5 x tinggi badan lahir

2 4 tahun 2 x tinggi badan lahir

3 6 tahun 15 x tinggi badan 1 tahun

4 13 tahun 3 x tinggi badan lahir

5 Dewasa 3,5 x TB lahir (2xtinggibadan2tahun)

NO UMUR UKURAN TINGGI BADAN

1 Baru lahir 50 cm

2 1 tahun 75 cm

3 2-12 tahun Umur (tahun) x 6 + 77


Rata-rata kenaikan tinggi badan anak prasekolah adalah 6-8 pertahun.

Pada umur 13-15 tahun, terjadi pcu tumbuh (ekselerasi) yang disebut pacu tumbuh

adolesens. Pacu tumbuh adolesens pada anak laki-laki berbeda dengan anak

perempuan, seperti halnya berat badan. Anak perempun umunya memulai pacu

tumbuh tinggi badan pada umur 10,5 tahun dan mencapai puncaknya pada 12

tahun.

b) Berat badan

Bayi baru lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali

pada hari ke-10. Kenaikan berat badan bayi jika mendapatkan gizi

yang baik diperkirakan sebagai berikut.

a. 700-1.000 gram/bulan pada triwulan I

b. 500-600 gram/bulan pada triwulan II

c. 350-450 gramm/bulan pada triwulan III

d. 250-350 gram/bulan pada triwulan IV

NO UMUR PERKIRAAN BERAT BADAN

1 5 bulan 2 x berat lahir

2 1 tahun 3 x berat lahir

3 2 bulan 4 x berat lahir

Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg pertahun.

Perumbuhan konstan mulai berakhir dan mulai pre-adolescence groeth

spurt (pacu tumbuh pra-adolesens) dengan kenaikan berat badan 3-3,5

kg/tahun, kemudian dilanjutkan dengan anak anak laki-laki pacu tumbuh

anak perempuan di mulai lebih cepat, yaitu pada umur 8 tahun,

sedangkan pada anak laki-laki baru pada umur 10 tahun. Namun,


pertumbuhan anak perempuan lebih cepat nerhenti daripada anak laki-

laki. Anak perempuan pada umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi,

sedangkan pada anak laki-laki baru berhenti pada umur 20 tahun.

c) Lingkar kepala

Lingkar kepala ada waktu lahir rat-rata 34cm, besarnya lingkar kepala

lebih besar daripada lingkar dada.

NO UMUR UKURAN LINGKAR KEPALA

1 6 bulan 44 cm

2 1 tahun 47 cm

3 2 tahun 49 cm

4 Dewasa 54 cm

d) Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas merupakan cerminan dari tumbuh kembang jaringan

lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan ditubuh

dibandingakan dengan berat badan. Lingkar lengan atas digunakan untuk

menilai gizi atau tumbuh kembang pada kelompok usia prasekolah. Laju

tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada usia 1

tahun, selanjutnya tidak berubah selama 1-3 tahun.

2) Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa

serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2009).


NO PERIODE SUB PERIODE WAKTU

1 Masa prenatal a. Embrio Konsepsi-8 minggu

b. Fetus 9 minggu-kelahiran

2 Masa postnatal a. Neonatus Lahir-28 minggu

b. Bayi 1-12 minggu

3 Awal masa anak a. Toddler 1-3 tahun

b. Pra sekolah 3-6 tahun

4 Pertengahan Usia sekolah 6-12 tahun

masa anak

5 Akhir masa anak a. Pubertas a. Perempuan (10-11

tahun)

b. Remaja b. Laki-laki ( 12-13

tahun)

a. Perempuan (13-18

tahun)

b. Laki-laki (14-19

tahun)

1) Tahapan Perkembangan Anak menurut umur

a) Umur 0-3 bulan

1) Mengangkat kepala setinggi 45 derajat

2) Melihat dan menatap wajah anda

3) Mencegah spontan

4) Membalas tersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum


5) Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,

dan kontak

b) Umur 3-6 bulan

1) Berbalik dari terlengkup ke terlentang

2) Mengangkat kepala setinggi 90 derajat

3) Memegang tangannya sendiri

4) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi

5) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

c) Umur 6-9 bulan

1) Duduk (sikap tripoid-sendiri)

2) Belajar berdiri

3) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

4) Bersuara tanpa arti

5) Bergembira dengan melempar benda

d) Umur 9-12 bulan

1) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi

2) Memasukkan benda ke mulut

3) Senang diajak bermain ciluk ba

4) Mengenal anggota keluarga

5) Mengulang menirukan bunyi yang didengar

e) Umur 12-18 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan

2) Berjalan mundur 5 langkah

3) Menumpuk 2 kubus
4) Memanggil ibu dengan kata mama, memanggil ayah dengan

kata papa

f) Umur 18-24 bulan

1) Berjalan tanpa terhuyung-huyung

2) Bertepuk tangan

3) Menyebutkan 3-6 kata

4) Memegang cangkir sendiri

5) Belajar makan dan minum sendiri

g) Umur 24-36 bulan

1) Jalan naik tangga sendiri

2) Mencoret-coret dikertas

3) Bicara dengan baik, dengan menggunakan 2 kata

4) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar gambar yang

dimaksud

h) Umur 36-48 bulan

1) Melompat dengan kedua kaki diangkat

2) Menyebut nama, umur dan tempat

3) Mendengarkan cerita

4) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

5) Mengenakan celana, baju dan sepatu sendiri

i) Umur 48-60 bulan

1) Menyebutkan nama lengkap tanpa dibantu

2) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar

3) Menyebut angka, dan menghitung jari


4) Menyebutkan nama-nama hari

j) Umur 60-72 bulan

1) Berjalan lurus

2) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

3) Mengenal angka, dan bisa menghitung angka 5-10

4) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

5) Berpakain sendiri tanpa dibantu

2.4.2 Prinsip Tumbuh kembang

Prinsip tumbuh kembang menurut potter & Perry (2005) :

1) Cephalocaudal

Pertumbuhan berlangsung terus dari kepala kearah bawah bagian

tubuh. Contohnya menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian

ekstremitas bawah.

2) Proximodistal

Perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal)

tubuh kearah luar tubuh (distal). Contohnya menggerakkan bahu

dulu baru je jari-jari tangan.

3) Differentiation atau massa to spesifik atau simple to compleks

Ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudah kearah

yang lebih komples. contohnya melambaikan tangan terlebih dahulu

baru dengan jari-jari tangan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

1) faktor Internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh

kembang (Dian Adriana, 2013).

a) Ras atau etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika tidak

memiliki faktor heredite ras atau bangsa indonesia atau

sebaliknya.

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tumbuh

tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.

c) Umur

Kecepatan pertumbungan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan, dan masa remaja.

d) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e) Genetik

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan

menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti

kerdil.

f) Kelainan kromosom
Kelainan kromoson ummnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan Sindroma

Turne’s.

2) faktor eksternal

Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada

tumbuh kembang anak yaitu :

a) Faktor prental

(1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan

akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

(2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti club foot.

(3) Toksin atau zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid

dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti

palatoskisis.

(4) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, dan hiperplasia adrenal.

(5) Radiasi

Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,


retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan

kongential mata, serta kelainan jantung.

(6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, herpes simpleks)

dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak,

bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan

jantung kongenital.

(7) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan

darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk

antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui

plasenta masuk ke dalam peredaraan darah janin dan akan

menyebabkan hemolisis ysng selanjutnya mengakibatkan

hiperbilirubinemia dan kernikterus yang akan menyebabkan

kerusakan jaringan otak.

(8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi

plasenta yang menyebabkan pertumbuhan terganggu.

(9) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau

kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

b) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c) Faktor pasca persalinan

(1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

(2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, dan kelainan jantung bawaaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

(3) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak

tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan

dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang

baik, kuraangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif

dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain).

(4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang yang disekitarnya. Seseorang

anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak

yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan

didalam pertumbuhan dan perkembangannya.

(5) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

(6) Sosio ekonomi


Kemiskanan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan

serta kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan.

Hal tersebut menghambat pertumbuhan anak.

(7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

(8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,

khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan,

sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan aanggota

keluarga lain terhadap kegiatan anak.

(9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan

menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan

pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormon

pertumbuhan.

2.4.4 Stressor Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

Sakit yang dirawat dirumah sakit merupakan krisis yang tampak pada

anak (Nursalam, 2013). Anak yang dirawat dirumah sakit mudah

mengalami krisis karena anak mengalami perubahan, baik terhadap

status kesehatan maupun lingkungan dari kebiasaan setiap hari. Anak

mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

megatasi masalah dan kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Reaksi


anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan

dirawat, sistem pendukung yang sudah tersedia, serta keterampilan

koping dalam menangani sterss pada anak. Peran perawat dalam

meminimalkan stress akibat rawat inap pada anak dan bayi sangat

penting. Peerawat perlu memahami konsep stress rawat inap

(hospitalisasi) dan prinsip prinsip asuhan keperawatan melalui

pendekatan proses keperawatan.

2.5 Konsep Hospitalisasi

2.5.1 Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan darurat atau bencana yang

mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan

perawatan sampai pulang dan kembali kerumah, selama proses tersebut anak

dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian menurut beberapa

penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh

dengan stress (Yupi Supartini, 2013).

Menurut Yupi Supartini 2013 reaksi anak terhadap hospitalisasi yaitu

kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlakuan tubuh dan rasa nyeri.

1. Masa bayi (0-1 tahun)

a. Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya

dan rasa kasih sayang.

b. Terjadi stranger anxiety (usia 6 bulan) : cemas terhadap orang asing

dan perpisahan.

c. Reaksinya : menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan.


2. Masa Toddler (2-3 tahun)

a. Sumber stress : cemas akibat perpisahan

b. Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran

(1) Tahap protes : menangis kuat, menjerit, memanggil orang tua

atau menolak perhatian yang diberikan dari orang lain

(2) Tahap putus asa : menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis

(3) Tahap pengingkaran : mulai menerima, perpisahan, membina

hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai

lingkungannya

3. Masa Pra Sekolah (3-6 tahun)

a. Perawatan dirumah sakit : anak untuk berpisah dari lingkungan yang

dirasakannya aman, dan penuh kasih sayang

b. Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya,

menangis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan.

4. Masa Sekolah (6-12 tahun)

a. Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya

b. Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas

c. Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia bisa melakukan

kegiatan bermain atau kegiatan sosial, perasaan takut mati dan

adanya kelemahan fisik

d. Reaksi terhadap pelukan atau rasa nyeri : ekspresi bik secara verbal

maupun non verbal, anak sudah mampu mengkomunikasikannya.


Dan sudah melakukan kontrol jika merasaa nyeri : menggigit atau

memegang sesuatu dengan erat.

5. Masa Remaja (12-18 tahun)

a. Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebayanya

b. Pembatasan aktivitas di Rumah Sakit : anak kehilangan kontrol

terhadap dirinyabdan menjadi tergantung pada keluarga atau petugas

kesehatan.

c. Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang

dilakukan, anak tidak mau koopertif dengan petugas kesehatan atau

menarik diri keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan.

d. Perasaan sakit : respon bertaya-tanya, menarik diri dari

lingkungannya atau menolak kehadiran orang lain.

Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi menurut Yupi Supartini 2013

1. Perasaan cemas dan takut

a. Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan

b. Cemas : menurut informasi tentang diagnosa penyakit anaknya

c. Perilaku : sering bertanya tentang hal yang sama secara berulang-

ulang pada orang yang berbeda, gelisah, dan ekspresi wajah tegang

atau marah.

2. Perasaan sedih

a. Muncul saat anak kondisi terminl

b. Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif pada

petugas kesehatan.

3. Perasaan frustasi
a. Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak

mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.

b. Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan,

menginginkan pulang paksa.

Reaksi Saudara Kandung Terhadap Hospitalisasi Menurut Yupi

Suhartini 2013

1. Perasaan dan fikiran negatif

a. Anak yang lebih kecil merasa dan berfikiran negatif : kebutuhan di

prioritaskan padaa anak yang sakit

b. Reaksi yang muncul : marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah

(1) Marah : jengkel kepada orang tua yang dinilainya tidak

memperhatikannya

(2) Cemburu: orng tua lebih mementingkan saudaranya yang sakit

(3) Benci : situasi yang dinilainya sangat tidak menyenangkan

(4) Rasa bersalah : anak berfikir saudaranya sakit akibat kesalahannya

(5) Takut dan cemas : ketidaktahuan tentang kondisi saudaranya

(6) Kesepian : situasi rumah yang dirasakannya tidak seperti biasanya

dengan penuh kehangatan, bercengkrama dengan orang tua dan

saudaranya.

2.6 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Dengue Haemorragic Fever

2.6.1 Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Dengue menurut

Rekawati Susilaningrum 2016

1) Kaji Riwayat Keperawatan

a. Biodata/identitas
Dengue Haemorragic Fever (DHF) dapat menyerang semu umur baik

dewasa maupun anak-anak, karena daya tahan tubuh anak belum

seberapa kuat untuk menyerang virus yang masuk.

b. Keluhan utam

Pada saat pengkajian pertama pada klien dengan Dengue

Haemorragic fever (DHF) sering kali keluhan utama yang didapatkan

adalah panas/demam.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan dataa yang ditulis secara

kronologis dari mulai klien mengatakan keluhan utama sampai

tanggal saat dilakukan asuhan keperawatan. Pada klien dengan

Dengue Haemorragic fever (DHF) biasanya didapatkan riwayat

seperti demam mendadak selama 3-7 hari, sementara anak semakin

lemah. Kadang-kadang disertai keluhan pilek, nyeri telan, mual,

muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola maata terasa pegal,

serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit yang pernah diderita.

d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Penyakit apa saja yang diderita. Pada demam berdarah anak bisa

mengalami serangan ulangan Dengue Haemorragic fever dengan type

virus yang lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dan dapat dihindarkan.


f. Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita demam berdarah degue dapat

bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat

bersiko, apabila terdapat faktor presdiposisi. Anak yang menderita

Dengue Haemorragic Fever (DHF) sering kali mengalami keluhan

mual, muntah, dan nafsu makan menurun, apabila kondisi ini berlanjut

dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

menjadi kurang.

g. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan ligkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju

dikamar). Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan endemic

Dengue Haemorragic fever (DHF) dan sering terjadi pada musim

hujan.

h. Pola kebiasaa

1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu

makan berkurang

2) Eliminasi atau buang air besar. Terkadang anak mengalami diare

atau konstipasi, sementara demam berdarah dengue pada derajat

III dan derajat IV bis terjadi melena.

3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering

kencing sedikit atau banyak, dan sakit atau tidak. Pada Dengue

Haemorragic Fever (DHF) derajat IV sering terjadi hermaturia.


4) Tidur dan istirahat anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas

tidur maupun istirahtnya kurang.

5) Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan

tempat sarang nyamuk.

6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik meliputi :

Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung

kaki. Berdasarkan tingkatan atau derajat Dengue Haemorragic Fever

(DHF), keadaan fisik anak adalah sebagai brikut :

a. Keadaan umum

(1) Derajat I : kesadaran komposmentis, keadan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

(2) Derajat II : kesadaran komposmentis, keadaan umu lemah,

perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga serta

nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

(3) Derajat III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umu lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

(4) Derajat IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,

tekanan darah tidak teratur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas

dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

3. Pengkajian Persistem
a. Sistem pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar

ronchi, krakkles.

b. Sistem persyarafan

Pada grade III pasien tampak gelisah dan terjadi penurunan kesadaran

serta pada grade IV dapat terjadi DDS.

c. Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positf,

trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi

cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,

pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukir.

d. Sistem Pencernaa

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastik,

pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, penurunan

napsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis,

dan melena.

e. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri saat kencing, dan kencing berwarna merah

f. Sistem integumen

a. Kulit adanya petekia, turgor kulit menurun, keringat dingin dan

lembab

b. Kulit sianosis atau tidak


c. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan pada muka karena

demam, mata anemi, hidung kadang mengalami

perdarahan/epitaksis (grade II,III, dan IV). Pada mulut

didapatkaan mukosa mulut kering, perdarahan gusi, kotor dan

nyeri telan. Tenggotokan mengalami hiperemia faring, terjadi

perdarahan telinga (grade III, dan IV).

d. Dada

Bentuk simetris, kadang-kadang sesak. Pada foto thorak terjadi

adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi

oleura), Rales ronchi-asites

e. Pada abdomen terdapat nyeri tekan, pembesaran hati

(hepatomegali) dan asites

f. Ekstremitas, yaitu akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang.

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai