Anda di halaman 1dari 14

MODUL 3

POSTUR KERJA

ANDRE KRISWIDIANTO
D221 15 314
KELOMPOK 2

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang

mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu

sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi

memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan,

produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis

sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia

(International Ergonomics Association / IEA, 2002).

Sebuah pekerjaan tentu saja banyak aspek yang mempengaruhi, baik

itu lingkungan pekerjaan, individu yang terlibat dengan pekerjaan, alat bantu

serta pekerjaan itu sendiri. Ilmu ergonomi memberi sumbangsih besar agar

sistem kerja ataupun pekerja itu sendiri dalam melakukan aktivitasnya

menjadi lebih efisien dan efektif. Seringkali pekerja tidak memperhatikan

kenyamanan dan kefektifan serta keamanan kondisi mereka dalam

mengerjakan sesuatu. Hal ini dapat memicu timbulnya kecelakaan kerja

ataupun gangguan otot rangka (Muscoloskeletal Disorder) dan penyakit serta

gangguan pada tubuh pekerja tersebut.

Disini peran ergonomi menganalisa kondisi yang menyebabkan

kondisi tersebut. Salah satu caranya dari postur kerja pekerja tersebut.

Semakin baik dan proporsional postur kerja yang dibentuk akan semakin

baik dan efisien pekerjaan dilakukan.


Andre Kriswidianto MODUL 3:
Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 1
Untuk menganalisa postur kerja ini dapat dilakukan menggunakan 2

metode yakni, metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dan REBA

(Rapid Entire Body Assessment). Dari hasil analisa menggunakan metode ini

dapat dijadikan dasar evaluasi pekerjaan, kondisi lingkungan kerja, dan bisa

dilakukan tindak improvement dari pekerja atau manajemen terkait, agar bisa

mengeleminasi dan mengkoordinir agar cidera, kecelakaan kerja, dan

gangguan lainnya terminimalisir bahkan tidak ada sehingga sistem kerja

tersebut berjalan baik, sinergis dan optimal.

B. Tujuan Praktikum

1. Praktikan mampu memahami postur kerja.

2. Praktikan mampu menganalisa postur kerja pekerja.

3. Praktikan mampu mengaplikasikan metode rula untuk mengurangi

resiko kerja.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 2
BAB II

TEORI DASAR

A. Pengertian Postur Kerja

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan

dari suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah

baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator

tersebut akan baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut tidak

ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan. Apabila operator

mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator

tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

B. Pengaruh Postur Kerja Terhadap Musculoskeletal

Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang

disebabkan oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas

kerja. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu

yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya

diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera

pada sistem muskuloskeletal.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 3
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan

segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

C. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan

suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian

atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko

kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas

kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian

untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh

pekerja. Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang

telah dideskripsikan oleh McPhee’ sebagai faktor beban eksternal (external

load factors) yang meliputi :

1. Jumlah gerakan

2. Kerja otot statis

3. Gaya

4. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 4
5. Waktu kerja tanpa istirahat

Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di

atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), RULA

dikembangkan untuk :

1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk

penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan

dengan anggota tubuh bagian atas;

2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan

melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat

menyebabkan kelelahan otot;

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi

yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental,

lingkungan dan organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi

persyaratan penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-

related upper limb disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang

berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas di negara Inggris).

Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap.

Tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja,

tahap kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang

ketiga adalah pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan

panduan pada tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan

penilaian lanjut yang lebih detail.

TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 5
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk

digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua

kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas

dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher,

punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh

terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki,

punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh

bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

Grup A. Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan

tangan:

Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan

diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer,

Chaffin, Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt.

Skornya sebagai berikut:

a. 1 untuk ekstensi 20° dan fleksi 20°

b. 2 untuk ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°;

c. 3 untuk fleksi antara 45-90°;

d. 4 untuk fleksi lebih dari 90°.

Grup B. Leher, punggung dan kaki :

Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan

oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut

a. 1 untuk fleksi 0-10°;

b. 2 untuk fleksi 10-20°;

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 6
c. 3 untuk fleksi lebih dari 20°;

d. 4 bila dalam posisi ekstensi.

TAHAP 2 : Pengembangan sistem skor untuk pengelompokan bagian

tubuh.

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat

mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya

dengan kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan

otot (muscle) dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C.

sedangkan penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D.

TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List

Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D

menjadi suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap

prioritas penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi

Skor C dan Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari

1-7 berdasarkan estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan

muskuloskeletal.

Berdasarkan grand score dari Tabel C, tindakan yang akan dilakukan

dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut :

a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima

selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh

dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.


Andre Kriswidianto MODUL 3:
Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 7
c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan segera.

d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

D. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

REBA sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko

gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data

mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi,

pengulangan dan pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan

sebuah indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan

yang harus diambil.

Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau

grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan postur tubuh kiri

dari batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B

terdiri atas postur kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah

(lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup,

diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan

juga faktor beban/kekuatan dan pegangan (coupling).

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan

dalam sebuah pekerjaan:

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanana seperti mengangkat benda baik secara

rutin maupun sesekali.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 8
4. Perubahan tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sehingga

dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 9
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Kamera, handycam, atau alat lain yang dapat mendokumentasikan

gambar

2. Beban

B. Prosedur Praktikum

1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan

postur kerja serta alat tulis.

2. Tiap kelompok mengobservasi pekerjaan yang ada di lapangan.

3. Merekam aktivitas kerja.

4. Melaksanakan pengamatan terhadap objek melalui video.

5. Mencatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan postur kerja.

6. Melakukan perhitungan perhitungan kerja.

7. Membuat laporan praktikum, analisis data, dan perbaikan sistem kerja.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 10
BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 11
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 12
DAFTAR PUSTAKA

1. Andrian, Deni. 2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara

Biomekanika Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: PT. Semen

Baturaja).
2. http://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-

assessment/ Diakses : 4 Januari 2015


3. Susihono, Wahyu. 2012. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi

Keluhan Musculoskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS (Studi

Kasus Di UD. Rizki Ragil Jaya - Kota Cilegon).


4. Tarwaka, PGDip.sc. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan

Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press, Solo.

Andre Kriswidianto MODUL 3:


Kelompok 2
D221 15 314 Postur Kerja Hal 13

Anda mungkin juga menyukai