Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN MAJAPAHIT

Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim
utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti.

Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar


upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong
telinganya. Kubilai Khan marah dan kemudian memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa
tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan kekuasaan Kertanegara


dan membunuhnya. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan
kepada Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian,
Raden Wijaya diberikan sebidang tanah di hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan
membangun desa baru yang dinamainya Majapahit. Namanya diambil dari buah maja, yang
rasa buahnya "pahit". Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya kemudian bersekutu dengan
pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.

Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu


Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang,
atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing bagi mereka.

Majapahit lahir setelah jatuhnya kekuasaan Jayakatwang dan kembali pulangnya


pasukan Mongol ke negeri asalnya setelah mengalahkan Jayakatwang. Tanggal pasti yang
digunakan sebagai tanda lahirnya kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya
sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal
10 November 1293.

Kejayaan Kerajaan Majapahit

Hayam Wuruk memerintah tahun 1350-1389 dengan gelar Paduka Sri


Tiktawilwanagareswara Sri Rajasanagaragharbott-pasutinama Dyah Sri Hayam Wuruk atau
Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Dyah Sri Hayam Wuruk. Di bawah pemerintahannya,
dengan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit melanjutkan perluasan politik yang telah dirintis
ibunya, Tribhuwanatunggadewi (Penguasa Ketiga Majapahit).

Tahun 1377, Majapahit melakukan gerakan politiknya pada raja-raja di wilayah


Sumatra, di antaranya; Kerajaan Pasai dan Aru (Deli, dekat Medan sekarang). Selanjutnya
menyisir sisa-sisa pertahanan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan. Kerajaan Majapahit
kemudian menguasai wilayah-wilayah yang meliputi Sumatra, semenanjung Malaya,
Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan
sebagian kepulauan Filipina.

Batasan alam dan ekonomi jelas menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan


tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan langsung dari Kerajaan Majapahit.
Melainkan mereka terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa
monopoli oleh raja, dan mungkin juga menjadi negara vasal dengan mengirim upeti secara
periodik. Majapahit juga diceritakan memiliki hubungan yang baik dengan Campa, Kamboja,
Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Di samping perluasan wilayah, Hayam Wuruk juga merintis pembangunan


infrastruktur dalam negeri seperti pembuatan bendungan dan saluran air bagi kepentingan
irigasi dan pengendalian banjir. Sejumlah pelabuhan sungai juga dibuat untuk transportasi
dan bongkar muat barang komoditi perdagangan. Begitu pun bidang karyasatra yang
mengalami kemajuan pesat, diantaranya ada Kakawin Nagarakrtagama yang ditulis Mpu
Prapanca dan Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular.

Naskah Pararaton dan naskah Sundayana yang menuturkan tentang Peristiwa Bubat.
Dimana dalam naskah tersebut terurai kisah Hayam Wuruk yang gagal menikahi puteri
Penguasa kerajaan Sunda bernama Diah Pitaloka Citraresmi karena ambisi dan politik yang
diemban Mahapatih Gajah Mada.

Pada tahun 1389, setelah mengantarkan Majapahit ke percaturan sejarah dunia, serta
menjalankan roda pemerintahan Majapahit dengan gemilang, Hayam Wuruk dikabarkan
meninggal di usia 55 tahun. Tampuk kekuasaan Majapahit kemudian diemban oleh
Kusumawardhani.

Kehidupan Politik dan Ekonomi Kerajaan Majapahit

A. Kehidupan Politik

1. Raden Wijaya (1293–1309)

Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pertama

 Faktor Agama

Penyebaran Islam di Asia Tenggara melalui jalur perdagangan, menjadikan


para pedagang Majapahit memeluk Islam, sedangkan Majapahit sendiri masih
Hindu. Hal ini membuat para pedagang Majapahit yang telah beragama Islam
menentang kekuasaan Majapahit dan meninggalkanya.

 Faktor Politik
Kejayaan Majapahit dapat tercapai berkat kekuatan dan kegigihan dari Gajah
Mada yang selalu berambisi melakukan gerakan politik dan militernya. Akan
tetapi, setelah Gajah Mada wafat, banyak daerah Cina yang otonom tidak lagi
membayar pajak kepada Majapahit sehingga terjadilah kemunduran dari segi
politik-ekonomi Majapahit.

 Faktor Perselisihan

o Sebelum Majapahit runtuh, terjadilah perang saudara (Perang Paregreg) pada


tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana, yang
diakhiri dengan meninggalnya Wirabhumi.

o Terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an.

o Pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun


1468.

 Faktor Ekonomi

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, sudah mulai berdirinya kerajaan-
kerajaan bercorak Islam. Perdagangan di kepulauan Nusantara pun diambil alih
oleh pedagang-pedagang Melayu dan Islam. Selain itu, kelemahan pemerintahan
pusat akibat perang saudara mengakibatkan kemunduran ekonomi Majapahit.

Pada tahun 1293 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya


memperistri empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia
mempunyai seorang putra yang bernama Jayanegara, sedangkan dari Gayatri, ia
mempunyai dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.

Dalam memerintah Majapahit, Wijaya mengangkat para pengikut setianya


seperti Nambi yang diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu Sora sebagai patih
Daha, Arya Wiraraja dan Ranggalawe sebagai pasangguhan. Pada tahun 1294, Wijaya
juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa Kudadu yang dulu melindunginya
saat pelarian menuju Pulau Madura.

Pada tahun 1295, seorang tokoh licik bernama Mahapati menghasut


Ranggalawe untuk memberontak. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan
Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit.
Setelah Ranggalawe tewas, Wiraraja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
pasangguhan. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah kerajaan. Wijaya
mengabulkannya. Maka, sejak saat itu, wilayah kerajaan pun hanya tinggal setengah,
di mana yang sebelah timur dipimpin oleh Wiraraja dengan ibu kota di Lamajang
(Lumajang).

Pada tahun 1300, terjadi peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman


Ranggalawe. Dalam pemberontakan Ranggalawe, Sora memihak Majapahit. Namun,
ketika Ranggalawe dibunuh dengan kejam oleh Kebo Anabrang, Sora merasa tidak
tahan dan berbalik membunuh Anabrang. Peristiwa ini diungkit-ungkit oleh Mahapati
sehingga terjadi suasana perpecahan. Pada puncaknya, Sora dan kedua kawannya,
yaitu Gajah Biru dan Jurudemung tewas dibantai kelompok Nambi di halaman istana.

2. Sri Jayanegara (1309–1328)

Kala Gemet dengan gelar Sri Jayanegara menduduki tahta kerajaan sejak
ayahnya masih memerintah (1296). Ternyata, di masa kepemimpinannya, ia terkenal
sebagai raja yang lemah sehingga banyak sekali pemberontakan yang terjadi.

Pada tahun 1316, timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Nambi dan
didukung oleh ayahnya (Wiraraja). Kemudian, Jayanegara atas nasihat Mahapati
memerintahkan Lumajang dan Pajarakan untuk digempur sampai hancur karena
lokasi tersebut merupakan pusat kekuatan Nambi. Nambi pun gugur dalam
pertarungan tersebut.

Kemudian, terjadi lagi pemberontakan Semi pada tahun 1318. Setahun


kemudian (1319) terjadi pemberontakan Kuti. Pemberontakan yang dilakukan Kuti
adalah yang paling berbahaya karena ia berhasil menduduki ibu kota Kerajaan
Majapahit. Jayanegara pun terpaksa melarikan diri dan mengungsi ke Badander di
bawah perlindungan pasukan Bayangkara pimpinan Gajah Mada.

Dengan strategi perangnya, Gajah Mada melakukan serangan tiba-tiba ke


pusat kerajaan untuk mengalahkan Kuti. Setelah mengalahkan Kuti dan
membunuhnya, Jayanegara kembali ke kerajaan untuk meneruskan pemerintahannya.
Karena jasanya, Gajah Mada pun diangkat menjadi Patih Kahuripan. Dua tahun
kemudian, ia diangkat menjadi Patih Daha menggantikan Arya Tilan (1321).

Pada tahun 1328, terjadilah peristiwa Patanca, dimana Jayanegara dibunuh


oleh Tanca (seorang tabib kerajaan) dan Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada.
Jayanegara wafat dan didharmakan di Candi Srenggapura, Kapopongan.

3. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani (1328–1350)

Tahta kerajaan berikutnya diduduki oleh adik perempuan Jayanegara dari ibu
yang berbeda (Gayatri), bernama Bhre Kahuripan yang diberi gelar
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani.

Pada masa pemerintahannya, tepatnya tahun 1331, timbul pemberontakan


Sadeng dan Keta di daerah Besuki, tetapi dapat dihancurkan oleh pasukan Gajah
Mada. Karena jasanya itu, Gajah Mada naik pangkat lagi dari Patih Daha menjadi
Mahapatih Majapahit menggantikan Pu Naga. Setelah diangkat menjadi Mahapatih
Majapahit, ia bersumpah dengan Sumpah Palapa yang berarti bahwa Gajah Mada
tidak akan makan palapa (hidup enak) sebelum berhasil menyatukan Nusantara.

Pada tahun 1334, Bali berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada yang dibantu
oleh Laksamana Nala dan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang pejabat
Majapahit keturunan Melayu dan berkedudukan sebagai werdhamantri dengan gelar
Arya Dewaraja Pu Aditya.

Setelah penaklukkan Bali, satu demi satu daerah di Sumatra, Semenanjung


Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian (Papua) bagian
barat berhasil ditundukkan dan mengakui kekuasaan Majapahit. Tugas besar itu
tercapai pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Agar pengakuan kekuasaan
Majapahit di Sumatra kekal, Adityawarman diangkat menjadi raja di Melayu
menggantikan Mauliwarmadewa (1343). Adityawarman segera menata kembali
struktur pemerintahan dan meluaskan daerah kekuasaannya hingga Pagarruyung–
Minangkabau. Setelah itu, Adityawarman memindahkan pusat kerajaan dari Jambi ke
Pagarruyung. Adityawarman memerintah hingga tahun 1375.

Pada tahun 1372 Tribhuwanatunggadewi meninggal dan didharmakan di


Panggih dengan nama Pantarapurwa.

4. Raja Hayam Wuruk (1350–1389)

Hayam Wuruk setelah naik takhta bergelar Sri Rajasanagara dan dikenal pula
dengan nama Bhre Hyang Wekasing Sukha. Ketika Tribhuwanatunggadewi masih
memerintah, Hayam Wuruk telah dinobatkan menjadi rajamuda (kumararaja) dan
mendapat daerah Jiwana sebagai wilayah kekuasaannya. Dalam memerintah
Majapahit, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada sebagai Patih
Hamangkubumi.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak


kejayaannya. Wilayah kekuasaannya hampir seluas negara Indonesia sekarang.
Bahkan, pengaruhnya terasa sampai ke luar Nusantara, yaitu sampai ke Thailand
(Campa), Indocina, dan Filipina Selatan. Dengan kenyataan tersebut, Sumpah Palapa
Gajah Mada benar-benar terwujud. Selain sebagai seorang negarawan dan jenderal
perang, Gajah Mada juga seorang ahli hukum. Ia berhasil menyusun kitab
Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum di Majapahit.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang
belum tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda
itu diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Gajah Mada ingin menundukkan secara
diplomatis dan kekeluargaan.

Kebetulan pada tahun 1357 Hayam Wuruk ingin meminang putri Sri Baduga
yang bernama Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka menerima lamaran Hayam Wuruk dan
berangkat ke Majapahit dengan diantarkan Sri Baduga beserta prajuritnya. Namun,
keinginan tersebut pupus akibat ambisi politik Gajah Mada yang ingin menundukkan
kerajaan Sunda. Peristiwa tersebut dikenal dengan Perang Bubat yang menyebabkan
gugurnya Sri Baduga beserta rombongan. Dyah Pitaloka pun bunuh diri di tempat,
demi kehormatan kerajaannya.

5. Raja Wikramawardhana (1389–1429)

Setelah Hayam Wuruk mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-


putri Hayam Wuruk. Kemelut politik pertama meletus pada tahun 1401. Seorang raja
daerah dari bagian timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja
Wikramawardhana. Raja Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani yang
berhak mewarisi takhta kerajaan ayahnya (Hayam Wuruk), sedangkan Bhre
Wirabhumi adalah putra Hayam Wuruk dari selir.

Dalam kitab Pararaton, pertikaian antar keluarga itu disebut Perang Paregreg
dan pada akhirnya Pasukan Bhre Wirabhumi dapat dihancurkan oleh Raden Gajah.

6. Raja Suhita (1429–1447)

Wikramawardhana wafat tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya yang


bernama Suhita. Penobatan Suhita menjadi Raja Majapahit dimaksudkan untuk
meredakan pertikaian keluarga tersebut. Namun, benih balas dendam sudah telanjur
tertanam pada keluarga Bhre Wirabhumi. Akibatnya, pada tahun 1433 Raden Gajah
dibunuh karena telah membunuh Bhre Wirabhumi. Hal itu menunjukkan bahwa
pertikaian antarkeluarga Majapahit terus berlangsung.

7. Raja Majapahit Terakhir

Pada tahun 1447, Suhita meninggal dan digantikan Dyah Kertawijaya. Ia


hanya memerintah selama empat tahun (1447–1451) karena pada tahun 1451
meninggal dan didharmakan di Kertawijayapura.

Sepeninggal Kertawijaya, pemerintahan Majapahit dipegang oleh Bhre


Pamotan dengan gelar Sri Rajawarddhana. Rajawarddhana juga disebut Sang
Sinagara. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa ia berkedudukan di Keling,
Kahuripan. Ini lebih dikuatkan lagi oleh Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan oleh
Kertawijaya (1447).

Sepeninggal Rajawarddhana (1453), Kerajaan Majapahit selama tiga tahun


(1453–1456) tidak mempunyai seorang raja. Pada tahun 1456 Majapahit diperintah
oleh Bhre Wengker dengan gelar Girindrawardhana. Bhre Wengker adalah anak Bhre
Tumapel Kertawijaya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 10 tahun (1456–
1466).

8. Kerajaan Majapahit

Berkembangnya agama Islam di pesisir utara Jawa yang kemudian diikuti


berdirinya Kerajaan Demak mempercepat kemunduran Kerajaan Majapahit. Raja dan
pejabat penting Demak adalah keturunan Raja Majapahit yang sudah masuk Islam.
Mereka masih menyimpan dendam nenek moyangnya sehingga Majapahit berusaha
dihancurkan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1518–1521. Penyerangan Demak
terhadap Majapahit itu dipimpin oleh Adipati Unus (cucu Bhre Kertabhumi).

B. Kehidupan Ekonomi

 Di Pulau Jawa dititikberatkan pada sektor pertanian rakyat yang banyak menghasilkan
bahan makanan.

 Di luar Jawa, terutama bagian timur (Maluku), dititikberatkan pada tanaman rempah-
rempah dan tanaman perdagangan lainnya.

 Di sepanjang sungai-sungai besar berkembang kegiatan perdagangan yang


menghubungkan daerah pantai dan pedalaman.

 Di kota-kota pelabuhan, seperti Tuban, Gresik, Sedayu, Ujung Galuh, Canggu, dan
Surabaya, dikembangkan perdagangan antarpulau dan dengan luar negeri, seperti
Cina, Campa, dan India.

 Dari kota-kota pelabuhan, pemerintah menerima bea cukai, sedangkan dari raja-raja
daerah pemerintah menerima pajak dan upeti dalam jumlah yang cukup besar.

Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit

1. Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit

a. Prasasti Butok (1244 M) ditemukan di Gunung Butak. Berisi tentang peringatan


keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya dalam mendirikan
kerajaan Majapahit.

b. Prasasti Kudadu (1294 M) berisi tentang kabar pemberian anugerah penghargaan


kepada pejabat daerah Kudadu karena pengabdiannya menolong Raden Wijaya
saat dikejar dalam peperangan oleh Jayakatwang.

c. Prasasti Sukamerta (1296 M) berisi kabar penetapan desa Sukamerta sebagai desa
Swawantara atau desa khusus.
d. Prasasti Balawi (1305 M) berisi tentang kabar pernikahan Raden Wijaya dengan 4
putri Kertanegara serta penyebutan nama Sri Jayanegara yang dijadikan raja
muda.

e. Prasasti Waringin Pitu (1447 M) berisi tentang penjelasan bentuk pemerintahan


dan sistem birokrasi yang tersusun rapi di kerajaan Majapahit. Disebutkan pula
adanya 14 kerajaan bawahan yang pada saat itu.

f. Prasasti Canggu (1358 M) berisi tentang aturan bagi setiap orang yang hendak
menyebrang sungai Bengawan Solo.

g. Prasasti Biluluk terdiri dari 3 seri, yaitu Biluluk 1 (1366 M), Biluluk 2 (1393 M)
dan Biluluk 3 (1395 M). prasasti ini berisi pengaturan sumber air asin untuk
pembuatan garam sekaligus ketentuan pajaknya bagi kerajaan.

h. Prasasti Karang Bogem (1387 M) berisi tentang pembukaan wilayah budidaya


perikanan di Karang Bogem.

i. Prasasti Marahi Manuk berisi penyelesaian masalah persengketaan tanah.

2. Kitab Kerajaan Majapahit

Majapahit Awal Majapahit Akhir

Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Kitab Prapanca berisi tentang silsilah


Prapanca raja-raja Singasari dan Majapahit

Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular Kitab Sundayana berisi tentang peristiwa
Bubat

Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Kitab Sarandaka berisi tentang


Tantular pemberontakan Sora

Kitab Kunjarakarna Kitab Ranggalawe berisi tentang


pemberontakan Ranggalawe

Kitab Parhayajna Panjiwijayakrama berisi tentang riwayat


Raden Wijaya sampai menjadi raja

Sastra Zaman Majapahit Akhir Kitab Usana Jawa berisi tentang


penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada

Kitab Usana Bali berisi tentang


kekacauan di Pulau Bali

3. Kidung Kerajaan Majapahit


Kidung adalah sebuah syair yang berisi pesan tertentu dalam liriknya. Terdapat
beberapa kidung yang digunakan sebagai salah satu sumber sejarah kerajaan
Majapahit, di antaranya:

o Kidung Harsawijaya berisi cerita keruntuhan Singasari dan pendirian kerajaan


Majapahit oleh Raden Wijaya6.

o Kidung Panjiwijayakarma berisi cerita perjuangan Raden Wijaya saat berperang


dan mendirikan kerajaan

o Kidung Sundawana berisi cerita penyerangan terhadap rombongan kerajaan


Pajajaran yang dipimpin Gajah Mada.

4. Babat Kerajaan Majapahit

Babat adalah sebuah kisah sejarah yang dibukukan. Dalam pengungkapan sejarah
kerajaan Majapahit, terdapat beberapa babat yang dijadikan sumber sejarah, di
antaranya Babat Tanah Jawi, Serat Kanda, dan Babat Parahyangan.

5. Berita dari Luar Negeri

 Catatan Dinasti Tang (1292) dari China mengungkap bahwa pada tahun tersebut
kaisar China mengirim tentara untuk menghukum raja Kertanegara (raja terakhir
Singasari) karena melukai wajah utusan yang dikirim mereka sebelumnya.

 Catatan Dinasti Ming (1268 M) dari China mengungkap adanya hubungan


diplomasi antara Majapahit dan kekaisaran China.

 Laporan Gubernur Portugis di Malaka bernama Ruo de Brito pada tahun 1524 M
tentang adanya kedaulatan di tanah Jawa (Majapahit) dan tanah Pasundan
(Pajajaran).

6. Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit

a. Candi Sukuh

Terletak di Desa Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Dibangun


pada 1437 M dan termasuk dalam candi hindu berjenis piramid. Candi ini
ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang
ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya
yakni “The History of Java”.
b. Candi Cetho

Terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar,


Jawa Tengah. Candi Cetho berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit
sekitar abad ke-15. Ditemukan tahun 1842 karena tulisan dari seorang arkeolog
Belanda yakni Van de Vlies. Candi Cetho bentuknya berundak-undak yang
digunakan sebagai tempat pemujaan dan bertapa bagi masyarakat Kejawen asli
Jawa.

c. Candi Pari

Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Candi ini dibangun saat masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun
1350 – 1389 M. Candi Pari ini juga dibangun dengan batu bata berbentuk persegi
empat. Berdasarkan penelitian J. Knebel, candi ini dibangun pada tahun 1371 M.

d. Candi Tikus

Candi Tikus berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan


Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini ditemukan pada tahun 1914 dan pada
saat ditemukan kondisinya tertimbun tanah. Candi ini dipugar pada tahun 1984-
1985. Candi ini mendapat nama candi tikus sebab disaat penemuannya, banyak
warga melihat candi tersebut menjadi sarang tikus. Diperkirakan dibangun pada
abad ke-13 sampai dengan ke-14 M. Arkeolog berpendapat bahwa candi ini adalah
tempat pemandian keluarga kerajaan dan sebagian lagi berpendapat bahwa candi
ini adalah tempat menampung air untuk keperluan masyarakat Trowulan.
e. Candi Jabung

Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa


Timur. Candi ini tersusun dari batu bata merah. Candi ini merupakan candi
bercorak Hindu. Menurut sejarah, Candi Jabung dibangun pada tahun 1354 M,
tepatnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Berdasarkan dari kitab
Pararaton, candi ini diperkirakan dibangun untuk tempat pemakaman Bhra
Gundul, salah seorang keluarga Raja.

f. Gapura Wringin Lawang

Gapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan,


Mojokerto, Jawa Timur. Gapura ini juga terbuat dari bata merah seperti Candi
Jabung. Diperkirakan dibangun pada abad ke 14 M.

g. Gapura Bajang Ratu

Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan,


Mojokerto, Jawa Timur dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 M. Di
dalam Kitab Negarakertagama, gapura ini dikatakan berguna untuk pintu masuk
ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara.

h. Candi Brahu
Candi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu
Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini
dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran jenazah dari
raja-raja Majapahit.

Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang
didapatkan dari sebutan bangunan suci yang terdapat pada prasasti Alasantan,
prasasti yang ditemukan di lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut. Candi ini
dibangun dengan memakai gaya kultur Budha dan memakai batu bata merah.
Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 M.

i. Candi Surawana

Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa


Timur. Candi ini memiliki nama asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun
pada abad ke-14 M.

Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan


seorang raja Kerajaan Wengker yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit.

j. Candi Wringin Banjang

Candi Wringin Branjang terdapat di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari,


Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini memiliki bentuk yang terlihat sederhana
dan tidak dilengkapi dengan kaki candi namun hanya atap dan badan candi saja.
Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raden Wijaya, dengan adanya
bukti yaitu sebuah pahatan angka bertuliskan tahun 1231 Saka atau sekitar 1309
M yang dipahatkan pada balok batu pada situs gadungan yang berada sekitar 100
m dari Candi Wringin Branjang. Candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat
penyimpanan alat untuk upacara dan sejenisnya.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

http://sejarahri.com/hayam-wuruk-dan-puncak-kejayaan-majapahit/

http://budisma.net/2015/02/faktor-penyebab-runtuhnya-kerajaan-majapahit.html

http://www.zonasiswa.com/2015/04/sejarah-kerajaan-majapahit-kehidupan.html?
m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara

http://www.ipsmudah.com/2017/08/6-sumber-sejarah-kerajaan-majapahit.html

http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-majapahit

Anda mungkin juga menyukai