KEPERAWATAN KOMUNITAS
D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH JAKARTA
Kampus C UMJ Jl. Cempaka Putih Tengah I No.1 Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510
Tahun ajaran 2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
B. Materi
a. Pengertian Stroke
b.Penyebab Strok
c. Tanda dan gejala stroke
d.Komplikasi stroke
e. Penceghan stroke
f. Mobilisasi pasien stroke
E. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
c. demonstrasi
G. Materi : Terlampir
H. Kegiatan Penyuluhan
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan penyebab penyakit stroke yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol
c. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
d. Menyebutkan komplikasi stroke
e. Menyebutkan pencegahan stroke
f. Menjelaskan tentang mobilisasi pasien stroke
g. Menyebutkan cara pencegahan stroke berulang
4. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan penyebab penyakit stroke yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol
c. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
d. Menyebutkan komplikasi stroke
e. Menyebutkan pencegahan stroke
f. Menjelaskan tentang mobilisasi pasien stroke
g. Menyebutkan cara pencegahan stroke berulang
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti dan Arina. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke. Kartasura:FIK UMS
Smeltzer, Suzanne.(2001). Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC STIKES
Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. Jakarta: EGC
Priscillaa Le Mone, Karen (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bedah;
Gangguan Neorologi. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
MATERI
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah otak mengalami
gangguan (berkurang), akibatnya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhidengan baik.
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah otak. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan
oksigen ini dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya
pembuluh darah di otak (Smeltzer, 2001).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.( Batticaca,
Fransisca B.2008hlm:56)
Stroke (cedera vaskuler serebral, atau serangan otak), adalah kondisi
kedaruratan ketika terjadi deficit neurologis akibta dari penurunan tiba-tiba
aliran darah ke otak yang terlokalisasi. Stroke dapat iskemik (ketika suplai darah
ke bagian otak tiba-tiba terganggu oleh thrombus, embolus, stenosis pembuluh
darah), atau hemorogik ketika pembuluh darah mengalami rupture, darah
meluber dalam ruang di sekitar neuron. Deficit neurologis di sebabkan oleh
iskemi dan menghasilkan nekrosis sel dalam otak beragam tergantung pada area
otak yang terlibat, ukuran area yng terkena, dan lama waktu aliran darah
menurun atau berhenti. Kehilangan suplai darah yang hebat ke otak dapat
memyebabkan disabilitas berat atau kematian. Ketika durasi aliran darah
menurun singkat dan are anatomis yang terlibat kecil, orang mungkin tidak
menyadari kerusakan yang telah terjadi.
B. Penyebab Stroke
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada
48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor tidak
terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang dapat dikendalikan
atau faktor tidak tetap.
1. Faktor tidak terkendali
Yang dimaksud faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah,
terdiri atas faktor genetik (ras), usia, gender, serta riwayat penyakit yang
dialami oleh orangtua atau saudara sekandung.
Faktor Genetik
Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke. Sifat
genetik yang terbawa oleh bangsa berkulit hitam beresiko tinggi
terhadap stroke. Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif yang
rawan mereka alami menjadi faktor kuat yang menyebabkan merekan
rentan terhadap stroke. Penyakit yang dimaksud antara lain anmemia sel
bulan sabit , hipertensi, kadar asam urat tinggi (hiperurisemia), diabetes
tipe-1, dan sejumlah penyakit lainnya yang secara tidak langsung
berpotensi memicu stroke darah kental, laju aterosklerosis yang tinggi,
hipertensi, serta meningkatnya tingkat peradangan di tingkat sel di dalam
tubuh mereka.
Terlepas dari faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko tunggal,
pola hidup suatu bangsa yang tidak sehat turut memengaruhi tingginya
resiko stroke dalam diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda
menyebabkan resiko stroke meningkat ketika usia beranjak tua.
Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut
memengaruhi tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu
pemicu tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan
kebiasaan mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa.
Kebiasaan merokok diduga kuat turut mendongkrak tingginya insiden
stroke di kalangan bangsa Asia. Selain itu, tingkat stres yang tinggi
terutama yang dialami masyarakat pekerja sibuk juga menjadi penyebab
tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup dalam komunitas
modern.
Cacat Bawaan
Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil)
beresiko tinggi terhadap stroke. Jika seseorang mengalami kondisi
seperti ini, maka mereka umumnya akan mengalami stroke pada usia
yang terbilang muda. Stroke di usia mudabanyak penyebabnya, namun
cacat bawaan membuat seseorang lebih beresiko terhadap stroke
dibanding individu lain yang normal.
Usia
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini
disebabkan melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh terutama
terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Sekitar dua pertiga
penderita stroke adalah mereka yang berusia diatas 65 tahun. Proses
penuaan sel sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit yang dialami
orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10
tahun. Pada wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke
meningkat karena esterogen yang semula berperan sebagai pelindung
mengalami penurunan. Itu pula yang menjadi jawaban pertanyaan stroke
lebih banyak dialami oleh wanita tua daripada pria tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli
mengelompokkan stroke kelompok kaum muda menjadi dua——
kelompok yang pertama dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15
tahun, adapun kelompok kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44
tahun. Stroke pada kaum muda umumnya merupakan stroke hemoragik
dan jarang yang merupakan stroke iskemik.
Gender
Pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita. Sejumlah faktor
turut memengaruhi mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kebiasaan
merokok yang lebih banyak dilakukan oleh kaum pria menjadi slah satu
pemicu stroke pada sebagian besar kaum pria. Resiko hipertensi,
hiperurisemia, dan hipertrigliseridemia yang tinggi pada kaum pria juga
turut mendongkrak tingginya resiko stroke pada kaum adam. Pola hidup
tidak teratur yang umumnya dilakukan oleh kaum pria tampaknya
merupakan sebuah alasan mengapa kaum pria lebih beresiko terhadap
stroke dibanding kaum wanita.
Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali
lebih tinggi dibanding kaum wanita. Meskipun demikian, kaum wanita
tidak bisa begitu saja merasa aman—— faktanya, angka kematian akibat
stroke pada kaum wanita jauh lebih tinggi dibanding yang terjadi pada
kaum pria. Dengan kata lain, harapan hidup yang dimiliki pasien stroke
pria jauh lebih besar dibanding kaum wanita. Semua itu terjadi karena
kerentanan tubuh kaum wanita tua tidak sanggup mengatasi komplikasi
akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat menyebabkan wanita
cenderung mengalami stroke parah karena wanita cenderung mengalami
stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang memperburuk
kondisi kesehatannya.
Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko
stroke yang lebih rendah dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki
resiko yang cukup tinggi terhadap stroke jika mereka merupakan
pengguna pil KB yang memiliki kandungan esterogen tinggi, menjalani
terapi sulih hormon (hormon replacement therapy) pasca menopause,
serta kehamilan dan persalinan. Pengaruh pil KB dan terapi sulih
hormon dapat diminimalisir dengan pengaturan kadar hormon yang
tepat. Adapun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang perlu
mendapat perhatian lebih serius. Perlu diketahui bahwa resiko stroke
relatif tinggi 6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat
perubahan hormon reproduksi yang terjadi pada wanita yang
bersangkutan merupakan faktor pemicunya.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Resiko terhadap stroke juga terkait dengan garis keturunan. Para ahli
menyatakan adanya gen resesif yang memengaruhinya. Gen tersebut
terkait dengan penyakit-penyakit yang merupakan faktor resiko pemicu
stroke. Penyakit terkait dengan gen tersebut antara lain diabetes,
hipertensi, hiperurisemia, hiperlipidemia, penyakit jantung koroner, dan
kelainan pada pembuluh darah yang bersifat menurun.
Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup
yang terbentuk dalam sebuah keluarga. Pola diet dan kebiasaan-
kebiasaan hidup sehari-hari yang menjadi tradisi dalam sebuah keluarga
yang dijalani sejak masih kecil ternyata patut dijadikan sebagai suatu
peringatan untuk mempertimbangan resiko stroke pada diri seseorang.
Kebiasaan diet yang tidak sehat yang diajarkan orangtua, kebiasaan jajan
makanan yang tidak sehat, dan hidup bermalas-malasan merupakan
faktror stroke yang perlu diwaspadai. Faktor-faktor yang sesungguhnya
dapat dikendalikan tersebut dapat dianggap sebagai faktor tidak
terkendali jika telah merekat erat dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan
buruk inilah yang dalam pandangan ilmu nutrigenomik (ilmu yang
mengaitkan status kesehatan dengan kebiasaan hidup terutama pola diet)
dianggap turut bertanggung jawab memicu terbentuknya gen resesif——
gen yang rentan terhadap stroke. Dengan merebaknya insiden stroke di
abad modern seperti saat ini, para ahli sepakat untuk mengungkap fakta
bahwa evolusi pola hidup yang tidak sehat merupakan pendorong
terbentuknya gen yang rentan terhadap sejumlah faktor resiko pemicu
stroke.
Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan
area otak yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderrung
melaporkan manifestasi nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau
kehilangan kesadaran) daripada pria (interntional stroke conference, 2009).
Manifestasi selalu tiba-tiba dalam hal awutan, fokal dan biasanya satu sisi.
Berbagai defisiti yang berkaitan dengan keterlibatan arteri serebral yang spesifik
secara kolektif dikenal sebagai syndrome stroke, meskipun deficit ssering kali
tumpang tindih.
4. Arteri serebral
Nyeri pada wajah, hidung, atau ,mata
Kebas dan kelemahan pada wajah disisi yang terkena
Masalah dengan gaya berjalan
diafagia
D. Komplikasi
Komplikasi khas mencakup deficit sensori persepsual, perubahan kognitif dan
perilaku, gangguan komunikasi, deficit motoric, dan gangguan eliminasi. Hal ini
dapat sementara atau permanen, bergantung pada derajat iskemia dan nekrosis
dan juga waktu terapi. Sebagai akibat deficit neurologis, pasien yang mengalami
stroke mengalami komplikasi yang melibatkan banyak system tubuh berbeda
disabilitas akibat stroke sering kali menyebabkan perubahan serius pada stastus
kesehatan fungsional.
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus.
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
E. Pencegahan
Stroke merupakan penyakit pemicu kematian yang serius, namun
sebenarnya dapat dicegah. Perubahan gaya hidup perlu ditingkatkan guna
mengurangi risiko stroke. Berikut beberapa perubahan gaya hidup yang dapat
dilakukan :
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko yang lebih
besar memiliki kadar kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan stroke.
Olahraga dapat mengurangi berat badan sehingga mengurangi risiko
penyakit-penyakit tersebut. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan
berolahraga termasuk dalam salah satu tips dan cara dalam membantu
menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat
dalam darah.
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi atau mencegah terjadinya kekakuan pada
sendi.
Latihan gerak sendi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi
dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif
tergantung dengan keadaan pasien.
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pergelangan tangan pasien.
- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
- Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku
d. Pronasi Fleksi
Bahu Cara :
f. RotasiBahu
Cara :
- Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah.
- Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
- Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
- Kembalikan lengan ke posisi semula.
g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
Cara :
- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain
memegang kaki.
- Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
- Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
- Kembalikan ke posisi semula.
- Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
- Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya.
- Kembalikan ke posisi semula
- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
- Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.
- Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
- Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
- Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
- Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke
atas.
- Kembali ke posisi semula.
k. Fleksi dan Ekstensi
lutut. Cara :
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
- Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
- Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
- Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.