Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen
dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya
menjadi oksida).Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling
melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia
paling melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen dan helium. Sekitar 0,9%
massa Matahari adalah oksigen. Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa kerak bumi
dan merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa).
Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu
perairan adalah jumlah oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah
Nitrogen ( Sheare 2008 ). Namun dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya
ikan, oksigen menempati urutan teratas, karena dibutuhkan untuk pernapasan.
Oksigen yang diperlukan untuk pernapasan ikan harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air
tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan
ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami kematian.
Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan
diridengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan
oksigenterlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan.Ikan mas
merupakan salah satu jenis ikan yang sensitif terhadap kandunganoksigen terlarut
dalam media air tempat hidupnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui laju konsumsi oksigen
yang dipakai oleh ikan bandeng dalam proses pernapasan. Proses pernapasan ini
sangat berkaitan erat dengan metabolisme ikan tersebut. Semakin tinggi proses

1
2

metaboliseme yang dilakukan ikan, semakin cepat pernapasannya, semakin banyak


oksigen yang dipergunakan.

1.3 Kegunaan
Manfaat dari praktikum ini kita dapat menghitung jumlah kadar oksigen
yang dikonsumsi ikan bandeng dalam selang waktu tertentu, dengan alat bantu DO
meter sebagai pengukur kandungan oksigen terlarutnya.
3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Respirasi
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah
melalui permukaan alat pernapasan organism dengan lingkungannya dinamakan
pernapasan (respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang.
Oksigen merupakan bahan pernapasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh tubuhnya untuk
menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula (Triastuti et.al 2009).
Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi.
Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan
oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat
terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan
lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam
sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas pernapasan bagi
keperluan seluruh sel tubuhnya (Rida 2008).

2.2 Ikan bandeng


Klasifikasi ikan bandeng

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

3
4

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng


(Sumber : wikipedia)

Ikan bandeng memiliki bentuk tubuh yang memanjang, ramping, pipih dan
oval. Panjang ikan ini berkisar 5 - 10 cm bahkan lebih, dan juga memiliki ketinggian
badan berkisar 2- 4 cm. Sedangkan ukuran kepala pada ikan bandeng ini sejajar
atau berukuran seimbang dengan ukuran badanya yang memiliki bentuk lonjong
dan tidak memiliki sisik. Selain itu, ikan bandeng ini memiliki kepala depan yang
mendekati mulut dan sedikit meruncing.
Ikan bandeng memiliki warna keputihan, abu-abu dan silver. Ikan bandeng
memiliki sisik kecil yang berdiameter 0,01 -0,005 bahkan lebih. Sisik tersebut
memiliki warna yang sama dan juga tidak mengkilap. Sirip badan ikan bandengan
ini memiliki beberapa lapisan seperti lilin, memiliki bentuk segitiga dan terletak di
insang di bawah perut. Sedangkan sirip bagian punggung ikan bandeng ini memiliki
tulang yang tersusun 14 batang. Salah satunya sirip yang terletak di bagian atas
punggung memiliki fungis untuk mengontrol berenag ikan. Selain itu, sirip di
bagian perut ikan bandengn ini terdapat di dekat bagian anus, yang memiliki fungi
untuk mengatur keseimbangan berenang. Sirip lainnya pada ikan bandeng ini
terletak di bagian belakang sangat besar, berwarna kehitaman atau kecoklatan dan
juga runcing di bagian ujung. Sirip ini berfungsi untuk mengemudi kecepatan
berang pada ikan bandeng.

4
5

Perlu di ketahui bahwa ikan bandengan adalah salah satu jenis ikan
eurihalin, yang dapat berkembangbiak di sungai air tawar, air payau, dan air laut.
Namun, untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan bandeng ini sangat relatif
cepat yaitu 1-2 kg per ekornya bahkan juga bisa lebih tergantung pemeliharan ikan
bandeng.

2.3 Sistem Pernapasan


Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain
untuk mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-
sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2) dari sel
sel jaringan ke tempat pengeluarannya.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan
kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula
kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-
paru (Dipnoi).
Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Ikan mas bernapas
dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing
mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum). Proses
pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara
bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut
membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup.
Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler
darahyang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka
dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air

5
6

melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan


karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan
tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung
menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-
menerus dan berulang-ulang.
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme
inspirasi dan ekspirasi.
a) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang
tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
b) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut
menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah
insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan.
Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

2.3 DO ( Dissolved Oxygen)


Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam
kadar mg per liter air atau part per million (ppm).Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin 2000).

6
7

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurangdengan semakin tingginya salinitas.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle
1968).
DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada
konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam
air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas
(Ahmad dkk 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya
bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono 1986 dalam Anonim 2008).

7
8

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari /Tanggal : Selasa, 30 oktober 2017
Pukul : 12.00 – 13.30 WIB
Tempat : Lab. MSP Gedung 2, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan

3.2 Alat dan Bahan


Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai
berikut :
3.2.1 Alat-alat Praktikum
Praktikum pada kali ini menggunakan alat-alat sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar alat praktikum beserta fungsinya
No Nama alat Fungsi
1 Wadah plastik Sebagai wadah dalam percobaan
2 DO meter Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam
air
3 Jam tangan Pengukur waktu
4 Timbangan Untuk mengukur massa ikan
5 Cling wrap/ Plastic Untuk menutup wadah plastik
wrap

3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum


Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No Nama Bahan Fungsi
1 Ikan Bandeng Sebagai objek praktikum

8
9

3.3 PROSEDUR KERJA

Disiapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh

Diukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter dicatat


Ambil s hasilnya.

Ikan ditimbang, lalu dicatat bobotnya

Ditutup wadah percobaan dengan plastic wrap, agar tidak ada kontak
dengan udara luar

Wadah percobaan dibiarkan selama 60 menit (30 menit x 2)

Setelah selesai, plastic wrap dibuka, ikan dipindahkan secarahati-hati,


jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada
media air wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter
dicatat hasilnya.
DO awal - DO akhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut.

Gambar 2. Bagan alir prosedur praktikum

9
10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada praktikum kali ini mengenai konsumsi oksigen pada ikan bandeng,
praktikum dilakukan pada hari Selasa, 23 Oktober 2017. Setiap kelompok diberi
sampel ikan bandeng dengan berat yang berbeda – beda, hasil yang adalah sebagai
berikut :

4.1.1 Hasil Kelompok


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didaptkan hasil seperti pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Kelompok 10
Bobot Ikan DO Awal DO Akhir Konsumsi O2
Kel
(gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
10 5 6,1 5,8 0.3

4.1.2 Hasil Angkatan


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan seluruh kelompok pada satu kelas
didapatkan diagram seperti pada gambar dibawah ini :

KONSUMSI OKSIGEN KELAS


KELAUTAN
4.7
KONSUMSI OKSIGEN (MG/L)

3.6
3.3

1.9

1.6
1.2

1.1

0.9
0.8

0.8

0.7
0.7

1
1
0.6

0.6

0.6

0.6

0.6
0.4
0.3
0.3

0.3

0.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
KELOMPOK

Gambar 3. Grafik Hasil Data Kelas kelautan

10
11

KONSUMSI OKSIGEN KELAS


PERIKANAN A

2.6
KONSUMSI OKSIGEN (MG/L)

2.2
2.1
2

1.6

1.6
1.5
1.5

1.4
1.2

0.9
0.9

0.9
0.9
1

1
0.8

0.8

01
0.6
0.4

0.3
0.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
KELOMPOK

Gambar 4. Grafik Hasil Data Kelas perikanan A

KONSUMSI OKSIGEN KELAS


PERIKANAN B
2.3
2.2
KONSUMSI OKSIGEN (MG/L)

2
1.8
1.7
1.6

1.4
1.3
1.1
1

1
1

1
1
0.7

0.6
0.5

0.4

0.4
0.3
0.1
0.1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
KELOMPOK

Gambar 5. Grafik Hasil Data Kelas perikanan B

11
12

KONSUMSI OKSIGEN KELAS


PERIKANAN C

2.8

2.6
KONSUMSI OKSIGEN (MG/L)

2.2
1.5

1.3

1.2
1.1

1.1
1
0.8

0.8

0.8
0.6
0.4

0.4
0.3

0.2
0.1

0.1

0.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KELOMPOK

Gambar 6. Grafik Hasil Data Kelas perikanan C

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
Berdasarkan data yang didapatkan oleh kelompok 10, berat ikan yang
didaptkan adalah 5 gr, dimana DO awal yang telah diukur dengan DO meter air
adalah 6,1 mg/l, disaat dimasukkan ikan dan didiamkan dengan kondisi wadah
tertutup rapat dengan mengunkan plastik warp , DO akhir yang didapatkan adalah
5,8 mg/l dan dapat dihitung konsumsi oksigen pada ikan bandeng yang kami
dapatkan adalah sebesar 0,3 mg/l. (pembahasan prosedural waktu waktu laju
konsumsi bandingkan dengan literratre)
Dari kegiatan praktikum mengenai Konsumsi Oksigen Ikan Bandeng
(Chanos Sp) yang telah dilakukan pada hari Selasa 31 Oktober 2017 diperoleh
sejumlah data seperti yang dicantumkan pada Tabel 3 hasil pengamatan di atas.

Pada praktikum ini oksigen sangat diperhatikan dalam konsumsinya pada


ikan bandeng . Bila dibandingkan dengan kelompok lain, tentunya perbedaan
terdapat pada bobot ikan sehingga mempengaruhi perbedaan pada DO awal, DO
akhir, konsumsi oksigen, serta kebutuhan oksigen. Namun, perbedaan tersebut tidak
terlalu signifikan bila dilihat dari bobot ikan lain yang tak jauh berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok 1 memperoleh konsumsi O2 paling tinggi dibandingkan

12
13

dengan kelompok lainya di kelas kelautan.Hal tersebut bisa saja terjadi mungkin
selama praktikum hal-hal kecil yang mempengaruhi konsumsi Oksigen dihiraukan
misalnya DO meter yang tidak dikalibrasi, waktu pengamatan yang kurang tepat
yang seharusnya 40 menit, jadi kurang atau lebih dari 40 menit.
Pada praktikum ini kita dapat mengetahui konsumsi oksigen yang
dibutuhkan oleh ikan. Pada dasarnya praktikum ini untuk mengetahui laju
pernapasan atau respirasi ikan, kita ketahui bahwa pernapasan adalah suatu proses
pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan
alat pernapasan, atau pengangkutan oksigen dari lingkungan eksternal tubuh ke
dalam lingkungan intrasel ataupun sebaliknya pengangkutan karbondioksida dari
lingkungan intrasel ke dalam lingkungan eksternal tubuh. Alat pernapasan ikan
diantaranya adalah insanga adapula yang menggunakan paru paru, tetapi pada
praktikum ini kita mengambil hewan uji yaitu ikan mas yang tidak lain bernafas
dengan insang, insang adalah komponen penting dalam pertukaran gas, insang
terdiri atas lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filament
insang didalamnya, setiap filament terdiri banyak lamella. Ikan bandeng merupakan
ikan perenang aktif sehinga konsumsi oksigennya pun besar.
Proses pernapasan ada 3 tahap yaitu yang pertama adalan ventilasi insang,
yaitu pengaliran air ke permukaan lamella insang melalui rongga mulut dan
dikeluarkan melalui operculum, kedua difusi O2 dan CO2 dan yang ketiga
pengangkutan O2.
Ketersediaan oksigen dalam air sangat sedikit oleh karena itu oksigen sering
disebut sebagai factor pembatas, karena daya larut oksigen dalam air kecil. Apabila
kandungan oksigen dalam air rendah makaikan dan organism akuatik lain harus
memompa air dalam jumlah tertentu kepermukassn insang untuk mendapatkan
oksigen yang cukup agar kecepatan metabolismenya stabil.
Oksigen sebagai bahan pernapasan di butuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan
oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi

13
14

fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai
dapat bertahan hidup (Fujaya 2004).
Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (Aristiawan 2012) bahwa faktor
yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1) aktifitas, ikan dengan
aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh
lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif; (2)ukuran, ikan yang ukurannya lebih
kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya lebih
besar sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak;(3) umur, ikan yang masih
berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan
yang lebih tua; (4) temperatur,ikan yang berada pada temperatur tinggi laju
metabolismenya tinggi sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak.
Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan
kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebih banyak
membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel
yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya
membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum
jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang digunakan
oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan
besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota
air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan naik turunnya kandungan oksigen.Menurut Djawad dkk (2003), bahwa
semakin besar suatu organisme maka mengkonsumsi oksigen semakin besar pula
karena semua anggota tubuhnya bergerak memerlukan energi yang berasal dari
oksigen dan makanan (terjadi metabolisme dalam tubuh).
Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri
dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan (Debora 2011).

4.2.2 Pembahasan Data Angkatan


Pada kelas kelautan didapatkan hasil rata-rata yang memiliki nilai yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan kelas perikanan . Perbedaan tersebut dapat

14
15

disebabkan massa ikan yang digunakan dalam praktikum bermacam macam.


Tertapi terlihat pula bahwa laju konsumsi O2 tidak tergantung oleh bobot ikan
tersebut. Pada kelas kelautan rata-rata konsumsi oksigen ikan bandeng adalah 1 hal
tersebut dapat dipengararuhi oleh berbagai macam penyebab.
Pada keseluruhan kelompok pada kelas kelautan dimana pada nilai
konsumsi oksigen yang rendah ada di ikan Bandeng (Chanos sp) kelompok 9,10,12,
dan 16 dengan nilai 0,3 mg/L. Sedangkan nilai konsumsi oksigen yang tinggi ada
di ikan Bandeng ( Chanos sp) kelompok 1 dengan nilai 4,7 mg/L. Namun dapat
dilihat bahwa ada yang memiliki nilai konsumsi oksigen yang bernilai negatif, hal
tersebut menunjukkan bahwa DO akhir yang diukur lebih besar nilainya
dibandingkan nilai DO awalnya. Hal ini terjadi kemungkinan saat penutupan
wadah menggunakan plastik wrap terdapat gelembung yang terbentuk sehingga
udara dari luar tercampur pada air yang sudah diukur kadar oksigen sebelumnya,
sehingga nilai konsumsi oksigen ikan bandeng ini tidak valid. Ada kemungkinan
lain dalam hal ini yaitu saat akan diukur DO akhir, tidak segera diukur
menggunakan DO meter melainkan terlalu lama dibiarkan sehingga oksigen dari
udara luar sempat untuk masuk ke dalam air.
Perbedaan ini kemungkinan dari kondisi ikan saat dimasukan ke dalam wadah
pengamatan serta aktivitas ikan selama ia berada di dalam wadah. Pada kelas lain
pun terlihat fluktuatif nilai laju konsumsi O2. Teori mengatakan bahwa semakin
besar ukuran ikan maka oksigen yang dibutuhkan akan semakin banyak, tetapi teori
itu tidak dapat dibuktikan jika melalui sampel ikan yang berbeda. Jika kondisi ikan
yang digunakan sama maka teori tersebut dapat dibuktikan secara benar, sedangkan
jika sampel yang digunakan berbeda maka aktivitas ikan saat praktikum menjadi
tolak ukur laju konsumsi oksigen ikan.
Sheare (2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen sebanding dengan
produksi panas tubuh (kkal/hari). Konsumsi oksigen berbanding lurus dengan berat
dan bila dituliskan dalam rumus maka T= α.Wy dimana α dapat berbeda-beda
tergantung kondisi air (dingin, sejuk, panas) dan y = 0,8. Menurut Pratiwi (2002)
berat tubuh ikan berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, semakin ringan berat
ikan maka nilai KO2nya semakin besar.

15
16

Siswanto (2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan


berbanding terbalik dengan berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Djarubito
(1990), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan
berat tubuh. Menurut Frandson (1992), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan
poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15°C. Kecepatan
konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu
sebesar 10°C.

16
17

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Praktikum “Laju Konsumsi Oksigen pada Ikan Bandeng” ini didapat
kesimpulan bahwa suhu ruangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan bandeng, selain itu aktivitas ikan
juga menjadi salah satu faktor konsumsi oksigen, dimana semakin aktif ikan
tersebut makan semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan , didapat bahwa ikan dengan berat bobot yang
berbeda memiliki perbedaan jumlah konsumsi oksgen . Hal itu menunjukan
bahwa berat bobot ikan berhubungan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk beraktivitas.Semakin kecil bobot ikan akan memiliki aktivitas yang tinggi
dengan gerakan yang lincah , dan sebaliknya bobot ikan yang semakin besar
maka aktivitasnya akan semakin berkurang serta laju metabolismenya juga
semakin rendah. Umur ikan juga mempengaruhi konsumsi oksigen.

5.2 Saran
Ketelitian dalam pengamatan harus selalu diperhatikan sehingga tidak
terjadi beberapa faktor kesalahan Praktikan seperti dalam membaca skala
timbangan pada saat menimbang sampel ikan, pengambilan air yang terdapat
gelembung udara yang dapat mempengaruhi perhitungan kadar oksigen terlarut
atau DO (dissolved oksigen), dan kelebihan dalam menghitung waktu konsumsi
oksigen pada ikan. Adapun karena waktu yang terbatas membuat perlakuan hanya
dilakukan 1x pengulangan, hal ini tentu membuat data kurang akurat. Efisiensi
waktu harus lebih diperhatikan agak kerja berlangsung teliti dan cepat.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Rida. 2008. Respirasi. http://sweefir.is.multiply.com/journal. Diakses pada tanggal


1 november 2017 pukul 09.00 WIB.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan.http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/
0/RluywAoKCsYAAAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan
%20oksigen%0biologi%20untuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.p
df?nmid=44066689, diakses pada tanggal 1 November 2017, pada pukul
22.23 wib.

Sheare, J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Florida

Saparianto. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta.

Siswanto. 2008. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas


Udayana : Denpasar.
Susanto. 2010. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triastuti, J., L. Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Fakultas


Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga : Surabaya.

Zonneveld, N. Huisman, E. A. Boon, J. H. 1991. Budidaya Ikan. Gramedia : Jakarta.

18
19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat yang digunakan

Toples Plastic wrap

Neraca analitik Gunting

DO meter Stopwatch

19
20

Lampiran 2. Bahan yang digunakan

Ikan bandeng

20
21

Lampiran 3. Kegiatan praktikum

Masukan air kedalam wadah plastik

Timbang Ikan Bandeng

Hitung DO Awal

Catat DO Akhir setelah 40 menit

21
22

Lampiran 4. Tabel Hasil Pengamatan

Data Hasil Pengamatan Kelompok 10


Bobot Ikan DO Awal DO Akhir Konsumsi O2
Kel
(gram) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
10 5 6,1 5,8 0,3

Data Hasil Pengamatan Kelas

Kelas Kelompok Bobot Ikan DO DO akhir Konsumsi O2


(gram) awal (mg/l) (mg/l)
(mg/L
A 1 6 5.6 4.4 1.2
2 10 5.3 3.3 2
3 7 6.3 3.7 2.6
4 5 5.6 3.5 2.1
5 6 5.2 3.7 1.5
6 6 5.6 3.4 2.2
7 5 5.3 3.9 1.4
8 6 5.7 4.1 1.6
9 5 5.9 5.5 0.4
10 11 5.9 5.1 0.8
11 5 5.9 5 0.9
12 9 5.9 5 0.9
13 9 5.9 4.9 1
14 5 5.9 5.3 0.6
15 5 5.9 5.6 0.3
16 5 5.9 5.6 0.3
17 4 5.9 5 0.9
18 5 5.9 5 0.9
19 5 5.7 4.9 0.8
20 6 6 5 1
21 8 5.9 4.3 1.6
22 6 5.8 4.3 1.5
23 5 5.6 4.9 0.7
Rata-Rata 2,1
B 1 5 5.7 5 0.7
2 5 5.8 4.8 1
3 10 6 3.7 2.3
4 6 6.2 4 2.2
22
23

5 7 6 4 2
6 6 6.8 5 1.8
7 8 6.1 4.4 1.7
8 12 5.8 4.2 1.6
9 10 5.6 5.1 0.5
10 9 5.6 5 0.6
11 8 5.6 5.2 0.4
12 5 5.6 5.5 0.1
13 4 5.6 5.5 0.1
14 9 5.6 5.2 0.4
15 6 5.6 5.3 0.3
16 7 5.8 4.8 1
17 8 5.8 4.8 1
18 10 5.8 4.5 1.3
19 6 5.8 4.7 1.1
20 9 5.8 4.4 1.4
21 7 5.8 4.8 1
22 6 5.8 4.8 1
Rata-Rata 1,1
C 1 8 5.9 5.8 0.1
2 6 6 4.5 1.5
3 9 6.3 3.5 2.8
4 3 6.6 4.4 2.2
5 5 6.7 4.1 2.6
6 7 6 4.7 1.3
7 18 6.2 6.1 0.1
8 8 5.9 5.1 0.8
9 9 5.9 5.6 0.3
10 6 5.9 5.8 0.1
11 10 5.9 4.8 1.1
12 5 5.9 5.5 0.4
13 5 5.9 5.7 0.2
14 2 5.9 5.1 0.8
15 8 5.8 5.2 0.6
16 7 5.6 4.4 1.2
17 6 5.6 4.6 1
18 8 5.5 4.4 1.1
19 5 6.4 5.6 0.8
20 6 5.5 5.1 0.4
Rata-Rata 0,97
KELAUTAN 1 5 7.9 3.2 4.7
23
24

2 8 7.8 4.5 3.3


3 11 8.9 7.7 1.2
4 8 7.8 4.2 3.6
5 6 8.4 7.8 0.6
6 5 8.3 7.5 0.8
7 7 8.3 7.7 0.6
8 5 6.6 4.7 1.9
9 8 6.1 5.8 0.3
10 5 6.1 5.8 0.3
11 10 6.3 5.9 0.4
12 8 6.1 5.8 0.3
13 9 6.2 5.6 0.6
14 19 7 5.4 1.6
15 5 7 5.9 1.1
16 5 6.2 5.9 0.3
17 5 5.7 4.9 0.8
18 9 5.7 4.8 0.9
19 4 5.7 5.1 0.6
21 6 5.7 5 0.7
22 8 5.7 5 0.7
23 8 5.7 5 0.6
24 6 5.7 5.1 1
25 9 5.7 4.7 1
Rata-Rata 1,2

24
25

25

Anda mungkin juga menyukai