Anda di halaman 1dari 8

A.

Masalah Utama
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah, (Kasus)


1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2008).
Menurut Schult & Videbeck (2008), gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.

2. Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budi
Anna Keliat, 2009).

3. Klasifikasi
Menurut fitria (2009), harga diri rendah di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimna individu yang
sebelumnya memilih harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diridalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan
perubahan)
b. Harga diri rendah kronik adalah dimna keadaan dimana individu
mengalami evaluasi negatif yang mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama.

4. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih
efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat
dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang
apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga
dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini
akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang
sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri
dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri,
keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari
realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral,
sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,
perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat
ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar
dirinya (Stuart & Sundeen, 2008). Individu mengalami kesulitan untuk
membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing baginya.

5. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri
rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi:
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang
bersangkutan.
3) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta
merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.

6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon
terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma
tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
7. Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien untuk
mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan
perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai
oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri.

8. Mekanisme koping
a. Pertahanan jangka pendek meliputi:
1) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas, misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misal: ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok atau geng.
3) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri,
misal: olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas.
4) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu, misal: penyalahgunaan obat.
b. Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:
1) Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar, bertentangan
dengan nilai, dan harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan
(spiliting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.
C. Pohon masalah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji

Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Isolasi sosial : 1. Mengungkapkan 1. Ekspresi wajah
menarik diri tidak berdaya dan kosong
tidak ingin hidup lagi 2. Tidak ada kontak
2. Mengungkapkan mata ketika diajak
enggan berbicara bicara
dengan orang lain 3. Suara pelan dan
3. Klien malu bertemu tidak jelas
dan berhadapan
dengan orang lain

2 Gangguan 1. Mengungkapkan 1. Merusak diri sendiri


konsep diri : ingin diakui jati 2. Merusak orang lain
harga diri rendah dirinya 3. Menarik diri dari
2. Mengungkapkan hubungan sosial
tidak ada lagi yang 4. Tampak mudah
peduli tersinggung
3. Mengungkapkan 5. Tidak mau makan
tidak bisa apa-apa dan tidak tidur
4. Mengungkapkan 6. Perasaan malu
dirinya tidak berguna 7. Tidak nyaman jika
5. Mengkritik diri sendiri jadi pusat perhatian

3 Berduka 1. Mengungkapkan 1. Ekspresi wajah sedih


disfungsional tidak berdaya dan 2. Tidak ada kontak
tidak ingin hidup lagi mata ketika diajak
2. Mengungkapkan bicara
sedih karena tidak 3. Suara pelan dan tidak
naik kelas jelas
3. Klien malu bertemu 4. Tampak menangis
dan berhadapan
dengan orang lain
karena diceraikan
suaminya
4. Dan lain – lain…
E. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.

F. Rencana tindakan keperawatan


1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
di miliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
d. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang di miliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
dikeluarga

SP pasien SP keluarga
Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Mengidentifikasi kemampuan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
melakukan kegiatan dan aspek dalam merawat klien
positif pasien (buat daftar kegiatan) 2. Jelaskan pengertian, tanda gejala dan
2. Bantu pasien menilai kegiatan proses harga diri rendah
yang dapat dilakukan saat ini 3. Diskusikan kemampuan dan
3. Bantu klien memilih salah satu aspekpositif yang dimiliki pasien baik
kegiatan yang dapat dilakukan saat sebelum dan setelah sakit
ini untuk dilatih. 4. Jelaskan harga diri rendah terutama
4. Latih kegiatan yang dipilih (atat memberikan pujian positif pada klien
atau cara melakukannya) 5. Latih keluarga memberi tanggung
5. Masukan dalam jadwal kegiatan jawab kegiatan pertama yang di pilih
untuk latihan 2x perhari. klien: bimbing dan beri pujian
6. Anjurkan memberikan klien sesuai
jadwal harian yang telah dibuat.
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang 1. Evaluasi kekgiatan kluarga dalam
telah dilatih dan berikan pujian. membimbing klien melakukan
2. Bantu klien memilih kegiatan kegiatan pertama yang telah dipilih
kedua yang akan dilatih dan dilatih klien, berikan pujian
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara 2. Bersama kluarga melatih klien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan kedua yang
4. Masukan pada jadwal kegiatan dipilih klien
harian: dua kegiatan masing- 3. Anjurkan membantu klien sesuai
masing dan dua kali sehari jadwal dan memberi pujian
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan ke 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dua dan berikan pujian membimbing klien melakukan
2. Bantu klien memilih kegiatan ketiga kegiatan pertama dan kedua yang di
yang akan dilatih pilih dan dilatih klien, berikan pujian
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan ke tiga yang
4. Masukan dalam jadwal kegiatan dipilih klien
untuk latihan : dua kegiatan 3. Anjurkan membantu klien sesuai
masing-masing dua kali sehari jadwal dan memberikan pujian
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan ketiga yang telah di latih dan membimbing klien melakukan
berikan pujian kegiatan pertam, kedua, dan ketiga
2. Bantu klien memilih kegiatan ke yang di pilih dan dilatih klien, berikan
empat pujian
3. Latih kegiatan ke empat (alat dan 2. Bersama keluarga melatih klien dalam
cara melakukannya) melakukan kegiatan ke empat yang
4. Masukan pada jadwal kegiatan dipilih klien
untuk latihan : dua kegiatan 3. Anjurkan membantu klien sesuai
masing-masing dalam dua kali jadwal dan memberikan pujian
perhari
Pertemuan 5-12 Pertemuan 5-12
1. Evaluasi kegiatan yang telah di 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
latih dan berikan pujian membimbing klien melakukan
2. Latih kegiatan sampai tak kegiatan yang di pilih dan dilatih klien,
terhingga berikan pujian
3. Nilai kemampuan yang telah 2. Nilai kemampuan keluarga dalam
mandiri membimbing klien
4. Masukan nilai apakah harga diri 3. Nilai kemampuan kluarga melakukan
klien meningkat kontrol ke RSJ
Daftar Pustaka

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr.


Amino Gondoutomo. 2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.


Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 2008

Fitria N. 2009. Prinsip dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan


strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 2009

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC. 2008

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.


Bandung : RSJP Bandung. 2010

Anda mungkin juga menyukai