Anda di halaman 1dari 14

MENCEGAH HERPES ZOSTER MELALUI VAKSINASI:

PERKEMBANGAN BARU

ABSTRAK

Herpes zoster (HZ) menyerang 1 juta orang Amerika setiap tahunnya. Beban
penyakit ini lebih tinggi daripada pasien imunokompromais. Vaksin HZ hidup
yang dilemahkan efektif dalam mencegah HZ dan neuralgia postherpetik dan telah
direkomendasikan untuk orang dewasa imunokompeten yang berusia 60 dan
lebih. Namun, karena perlindungannya berkurang dalam 10 tahun, dapat
diperlukan booster. Pada tahun 2015, sebuah adjuvant subunit vaksin HZ terbukti
mengurangi insiden penyakit sebesar 97%, bahkan pada orang tua, namun data
perlindungan vaksin jangka panjang tidak tersedia. Percobaan klinis sedang
dilakukan untuk menyelidiki vaksin yang aman dan efektif untuk pasien yang
imunokompromais.

POIN PENTING

HZ terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting, dengan morbiditas


dan dampak ekonomi yang substansial. Karena Kurangnya pengobatan yang
efektif, vaksinasi memberikan strategi terbaik untuk mitigasi penyakit.

Dokter dapat mengurangi dampak HZ dengan mengedukasi pasien tentang


komplikasi dan merekomendasikan imunisasi untuk semua pasien usia 60 dan
lebih. Pasien bisa melindungi diri mereka sendiri dengan meminta vaksinasi.

Perlindungan vaksin menghilang total setelah 10 tahun, dan dokter sebaiknya


bersiap untuk menawarkan dosis booster seandainya Advisory Committee on
Immunization Practices mengeluarkan rekomendasi tersebut.

Vaksin yang lebih baru menjanjikan efikasi yang lebih besar, terutama untuk
orang tua. Untuk pasien imunokompromais, vaksin yang aman dan efektif bisa
tersedia segera di masa depan.
Herpes zoster (HZ), atau shingles, merupakan reaktivasi dari varicella-zoster
virus (VZV). Setelah infeksi primer, biasanya di masa kanak-kanak, virus
biasanya dorman di akar dorsal dan ganglia saraf sensorik selama beberapa
dekade. Mekanisme yang tepat dari reaktivasi ini tidak dipahami dengan baik, tapi
hal ini dikaitkan dengan penurunan imunitas yang dimediasi sel yang terjadi
seiring bertambahnya usia, kondisi imunokompromais seperti infeksi HIV dan
kanker, atau terapi imunosupresif, termasuk kortikosteroid. HZ biasanya bersifat
self-limited yang ditandai oleh ruam dan nyeri dermatomal unilateral, tapi bisa
menyebabkan infeksi diseminata pada individu imunokompromais.

Terapi dengan obat antiviral dalam 72 jam awitan ruam dapat mengurangi
gejala akut HZ. Namun, agen antivirus hanya sedikit efektif dalam mencegah
neuralgia postherpetik, yang merupakan komplikasi HZ paling umum. Oleh
karena itu, upaya untuk mengurangi beban morbiditas HZ difokuskan pada
pencegahan melalui vaksinasi.

Saat ini, satu-satunya vaksin herpes zoster yang disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA) adalah Zostavax (Merck), yang mengandung strain
Oka VZV hidup yang dilemahkan pada konsentrasi 14 kali lebih besar daripada
vaksin varicella (Varivax, Merck). Vaksin hidup yang dilemahkan meningkatkan
imunitas yang dimediasi sel spesifik VZV, mencegah reaktivasi virus laten.

Pada artikel ini, kami menjelaskan beban penyakit dan meninjau


perkembangan terkini literatur tentang vaksin HZ, termasuk durasi efikasi,
serapan dan sawar untuk vaksinasi, efektivitas biaya, dan prospek vaksin di masa
depan.

INSIDEN MENINGKAT DENGAN USIA

Kejadian herpes zoster pada populasi umum antara 3 dan 5 per 1.000 orang
per tahun dan meningkat seiring usia, terutama setelah usia 60 ketika insiden bisa
mendekati 13 sampai 15 per 1.000 orang per tahun. Diperkirakan 1 juta kasus baru
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 6% pasien mengalami episode
kedua HZ dalam 8 tahun. Pada pasien imunokompromais, insidensi HZ sebesar 2
sampai 10 kali lebih tinggi daripada populasi umum.

Angka kejadian HZ telah meningkat untuk alasan yang tidak jelas. Setelah
vaksin varicella diperkenalkan untuk jadwal imunisasi anak pada tahun 1995,
dihipotesiskan bahwa penurunan resultan pada infeksi varicella primer akan
menghilangkan sumber alami boosting imun dan menyebabkan peningkatan
kejadian HZ sampai 20 tahun. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa
peningkatan angka kejadian HZ yang diamati sebenarnya berawal sebelum
pengenalan vaksin varicella, dan meluasnya penggunaan vaksin varicella tidak
menyebabkan peningkatan angka kejadian HZ.

Penjelasan potensial lainnya untuk peningkatan angka kejadian yang


dilaporkan meliputi peningkatan kesadaran pasien, yang mungkin sebelumnya
tidak mencari pertolongan dan dokter, yang mungkin lebih cenderung membuat
diagnosis. Iklan terapi baru untuk HZ, termasuk gabapentin dan capsaicin,
mungkin mulai meningkatkan kesadaran di tahun 1990an, begitu pula promosi
vaksin HZ setelah lisensi di tahun 2006.

HZ bisa terjadi pada orang yang pernah divaksinasi terhadap varicella karena
reaktivasi virus vaksin-strain, tapi risikonya lebih rendah dari pada setelah infeksi
dengan varicella tipe liar. Mengingat bahwa vaksin varicella baru 20 tahun rutin
digunakan untuk anak-anak, efek jangka panjang vaksinasi varicella pada angka
kejadian HZ pada lansia tidak diketahui

Komplikasi serius

HZ dapat menyebabkan komplikasi yang jarang namun serius meliputi


ensefalitis, herpes ophtalmikus, herpes otikus, myelitis, dan retinitis. Komplikasi
tersebut dapat menyebabkan kecacatan jangka panjang termasuk kebutaan dan tuli
unilateral.

Komplikasi yang paling umum dan debilitatif adalah neuralgia postherpetik,


rasa nyeri persisten yang berlangsung minimal 3 bulan, dengan durasi rata-rata 3,3
tahun dan terkadang selama 10 tahun. Neuralgia postherpetika terjadi pada 8%
sampai 32% pasien setelah HZ akut, dan insidensinya meningkat seiring
bertambahnya usia, paling sering terjadi setelah usia 70. Nyeri kronis neuralgia
postherpetika memiliki dampak buruk yang signifikan terhadap kualitas hidup
pasien, termasuk disabilitas fisik dan distress emosional. Terkadang nyeri bersifat
intens, dan laporan anekdot pasien yang melakukan bunuh diri masuk ke dalam
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) tentang vaksin herpes
zoster.

HZ dan komplikasinya juga memaksakan beban ekonomi yang besar pada


masyarakat. Dalam studi berbasis populasi, biaya kesehatan langsung HZ berkisar
antara $620 sampai $1.160 (dolar2015) tergantung pada usia, dan biaya rerata
neuralgia postherpetika adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari itu. Pasien
imunokompromais menanggung biaya 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa yang imunokompeten. Selain itu, untuk pasien yang bekerja, HZ
menyebabkan kehilangan rata-rata 32 jam kerja karena ketidakhadiran dan 84 jam
karena presenteeisme (yaitu, bekerja saat sakit sehingga tidak optimal).

Dengan asumsi ada 1 juta kasus HZ setiap tahunnya, jika 8% sampai 32%
pasien terus mengembangkan neuralgia postherpetika, hal ini senilai dengan kira-
kira $1 sampai $2 miliar biaya kesehatan langsung. Dengan 60% pasien dewasa
bekerja, pada upah rata-rata $23,23 per jam, penyakit HZ dapat bertanggung
jawab untuk kehilangan produktivitas $1,6 miliar lagi.

EFIKASI DAN KESELAMATAN VAKSIN HZ

Pada tahun 2006, FDA menyetujui vaksin VZV Oka strain HIDUP YANG
DILEMAHKAN untuk pencegahan HZ dan neuralgia postherpetika pada orang
dewasa usia 60 dan lebih berdasarkan temuan dari Shingles Prevention Study
(SPS)

Shingles Prevention Study


Uji multisenter acak terkontrol-plasebo ini diikuti oleh 38.546 orang
imunokompeten berusia 60 tahun dan lebih. Subyek pada kelompok intervensi
menerima dosis tunggal vaksin hidup yang dilemahkan, dan semua peserta di-
follow up hingga 4,9 tahun setelah vaksinasi.

HZ terjadi pada 315 (1,636%) dari 19,254 peserta dalam kelompok vaksin
dan pada 642 (3,336%) dari 19.247 peserta dalam kelompok plasebo, absolute
risk reduction sebesar 1,7%, number needed to treat sebesar 59, relative risk
reduction 51%, P <0,001. Demikian pula, neuralgia postherpetika terjadi pada 27
(0,140%) dari 19.254 penerima vaksin dan 80 (0,416%) dari penerima plasebo
(absolute risk reduction 0,276%, number needed to treat sebesar 362, relative risk
reduction 66%, P <0,001). Para peneliti menghitung vaksinasi tersebut dapat
mengurangi keseluruhan beban penyakit sebesar 61% (Tabel 1).

Efikasi terhadap kejadian HZ menurun dengan usia, tetapi efikasi terhadap


neuralgia postherpetic tidak. Sebagai tambahan, penerima vaksin yang
mengembangkan HZ pada umumnya memiliki manifestasi yang lebih ringan.

Keamanan vaksin dinilai untuk semua peserta di SPS. Selain itu, satu per
enam peserta SPS diikutsertakan dalam substudi keamanan. Peserta tersebut
mengerjakan sebuah kartu laporan terperinci mengenai semua peristiwa medis
penting dalam 42 hari pertama. Empat puluh delapan persen dari kelompok vaksin
dan 17% dari kelompok plasebo (P <0,05) mengalami kejadian efek samping,
terutama pada lokasi injeksi. Kurang dari 1% dari semua reaksi lokal bersifat
parah. Efek samping serius jarang terjadi (<2%), namun terjadi secara signifikan
lebih sering dalam kelompok yang divaksinasi.

Substudi Persistensi Jangka Pendek

Efikasi jangka pendek dari vaksin hidup yang dilemahkan (sampai 7 tahun)
dinilai pada substudi Persistensi Jangka Pendek (Short-Term Persistence Substudy
STPS), yang melibatkan 14.270 peserta awal dan melaporkan efikasi vaksin
tahunan dan keseluruhan. Setelah 5 tahun, efikasi tahunan terhadap kejadian
neuralgia postherpetika berkurang sampai 32% dan tidak lagi signifikan secara
statistik. Efikasi terhadap kejadian HZ dan beban penyakit menunjukkan pola
yang sama. Setelah berakhirnya STPS, semua subjek di kelompok plasebo
menerima vaksinasi.

Substudi Persistensi Jangka Panjang

Mereka yang berada dalam kelompok intervensi diikuti selama 4 tahun


tambahan pada substudi Persistensi Jangka Panjang (Long-Term Persistence
Substudy LTPS). Karena kurangnya kontrol bersamaan pada LTPS, penulis
menggunakan model regresi berbasis kontrol riwayat untuk memperkirakan
insidensi populasi kontemporer HZ dan neuralgia postherpetika untuk
perbandingan.

Efikasi terus menurun seiring berjalannya waktu, dan 10 tahun setelah


vaksinasi tidak ada perbedaan antara pasien yang divaksinasi dan kontrol riwayat
pada tingkat titik akhir apapun (yaitu, efikasi menurun menjadi nol).

Uji vaksinasi booster

Karena banyak pasien yang divaksinasi pada usia 60, imunitas yang memudar
bisa membuat mereka rentan terkena HZ dan neuralgia postherpetika pada usia
70. Solusi potensial adalah member dosis booster setelah 10 tahun.

Uji coba klinis tahap 3 baru-baru ini untuk orang dewasa berusia 70 tahun
dan lebih tua menemukan bahwa dosis booster vaksin hidup yang dilemahkan
sama amannya dan imunogeniknya dengan dosis awal. Meskipun respon antibodi
serupa pada kelompok yang di-booster dan kelompok yang baru divaksinasi,
imunitas dimediasi sel lebih tinggi pada kelompok yang di-booster.

Karena pencegahan HZ umumnya lewat imunitas dimediasi sel, booster


mungkin lebih efektif daripada vaksinasi awal, namun dibutuhkan uji klinis yang
mengukur kasus aktual yang dicegah untuk membuktikannya. Dosis booster saat
ini tidak dianjurkan.

Uji vaksinasi pada orang dewasa usia 50 sampai 59


Pada tahun 2011, FDA memperpanjang persetujuannya atas vaksin HZ untuk
digunakan pada orang dewasa usia 50 sampai 59.

Pada uji acak, double blind, terkontrol-plasebo dalam kelompok usia


ini, vaksin mengurangi kejadian HZ hampir 70% (absolute risk reduction 0,614%,
number needed to treat 156; Tabel 1), namun beratnya kasus HZ tidak
terpengaruh. Terlalu sedikit kasus neuralgia postherpetika untuk menilai efikasi
pada titik akhir ini. Penelitian tersebut mengikuti pasien hanya 1,5 tahun setelah
vaksinasi, sehingga durasi efikasi tidak diketahui.

Seperti pada resipien yang lebih tua, vaksin ditoleransi dengan baik; reaksi
lokasi injeksi dan sakit kepala adalah efek samping utama yang dilaporkan di
antara resipien vaksin.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Meskipun vaksin HZ dilisensikan untuk digunakan pada orang dewasa


berusia 50 dan lebih, ACIP merekomendasikannya hanya untuk orang dewasa
yang imunokompeten berusia 60 tahun ke atas. Pada saat ini, ACIP tidak
merekomendasikan vaksin HZ pada mereka yang lebih muda dari 60 karena
rendahnya risiko HZ dalam kelompok umur ini.

Setiap orang berusia 60 atau lebih harus menerima satu dosis vaksin HZ
hidup yang dilemahkan secara subkutan, terlepas dari riwayat HZ masa lalu.

Vaksin ini dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat reaksi


alergi terhadap komponen vaksin apapun, kondisi imunosupresi atau
imunodefisiensi, dan kehamilan. Secara khusus, orang yang akan menerima terapi
imunosupresi sebaiknya mendapatkan vaksin setidaknya 14 hari sebelum memulai
pengobatan. Obat antiviral seperti asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir harus
dihentikan minimal 24 jam sebelum vaksinasi dan tidak dilanjutkan sampai 14
hari kemudian. Pasien yang mengonsumsi kortikosteroid dosis tinggi selama lebih
dari 2 minggu tidak boleh divaksinasi sampai setidaknya 1 bulan setelah terapi
selesai.
Sebaliknya, vaksin HZ tidak kontraindikasikan untuk pasien leukemia yang
berada dalam remisi dan yang belum mendapat kemoterapi atau radiasi minimal 3
bulan, atau untuk pasien yang menerima injeksi kortikosteroid jangka pendek,
dosis rendah sampai sedang, topikal, injeksi intra-artikular, bursal, atau tendon.
Pasien dengan dosis rendah metotreksat, azatioprin, atau 6-merkaptopurin juga
bisa menerima vaksinnya.

ANGKA VAKSINASI RENDAH

Meski vaksin sudah direkomendasikan sejak 2008, serapannya


lambat. Gambar 1 menunjukkan tingkat vaksinasi HZ pada orang dewasa usia 60
dan lebih tua yang disurvei pada National Health Interview Survey dari 2007
sampai 2013. Delapan tahun setelah vaksin itu dilisensikan, hanya 28% pasien
yang memenuhi syarat telah divaksinasi. Dengan mengasumsikan tingkat
kenaikan saat ini konstan akan membutuhkan 7 tahun lagi untuk mencapai
cakupan 60% —tingkat-sama dengan vaksin pneumokokus—dan 18 tahun untuk
mencapai cakupan universal.

Gambar 1. Angka vaksinasi terhadal herpes zoster pada orang dewasa usia 60
tahun ke atas antara tahun 2007 dan 2013.

Hambatan untuk vaksinasi

Beberapa hambatan terhadap vaksinasi HZ mungkin berperan pada serapan


yang lambat.

Untuk beberapa tahun pertama tersedianya vaksin ini, perlunya untuk


menyimpan dalam bentuk beku menyebabkan kendala bagi beberapa dokter.
Dokter mungkin juga berkecil hati dengan proses penggantian Medicare yang
tidak praktis karena sementara biaya administrasi ditutupi oleh Medicare Bagian
B, vaksin hidup dilemahkan hanya diganti melalui Medicare Bagian D, sebuah
manfaat yang bervariasi menurut rencana. Hambatan lain terhadap dokter adalah
pasokan berumur pendek, biaya di muka tinggi, dan ketidakpastian tentang durasi
perlindungan vaksin, keamanan, dan efek samping.

Hambatan pasien termasuk kurangnya rekomendasi dokter, kurangnya


pengenalan dengan vaksin, biaya out-of-pocket yang tinggi, persepsi bahwa
mereka berisiko rendah terhadap HZ, meremehkan rasa nyeri yang terkait dengan
HZ dan neuralgia postherpetika, dan takut akan efek samping vaksin.

Intervensi untuk meningkatkan tingkat vaksinasi

Intervensi tertentu telah ditunjukkan untuk meningkatkan kepatuhan


vaksinasi secara umum dan vaksinasi HZ pada khususnya. Pada uji acak yang
melibatkan vaksin lain, pengingat rekam medis elektronik yang mendukung
manajemen panel atau protokol inisiaasi-perawat terbukti meningkatkan tingkat
vaksinasi, tapi metode ini belum diuji untuk vaksin khusus HZ.

Dalam penelitian observasional, Chaudhry dkk menemukan bahwa jumlah


vaksinasi HZ yang diberikan di Mayo Clinic meningkat 43% dalam satu praktek
dan 54% di lain setelah implementasi pengingat elektronik. Uji acak terkontrol
menunjukkan bahwa paket informasi yang membahas HZ dan vaksin yang dikirim
ke pasien melalui rekam medis elektronik atau surel mereka meningkatkan
vaksinasi HZ hampir 3 kali.

Apoteker juga dapat mempengaruhi tingkat vaksinasi. Negara bagian yang


menyediakan hak istimewa imunisasi penuh kepada apoteker memiliki angka
vaksinasi jauh lebih tinggi dari pada negara bagian dengan restriksi atau tidak ada
otorisasi.

PERTIMBANGAN EFEKTIVITAS BIAYA


Berbeda dengan Centers for Medicare dan Medicaid Services, ACIP
mempertimbangkan efektiviats biaya dalam rekomendasi vaksin mereka. Karena
penyebab morbiditas yang terkait dengan HZ dan neuralgia postherpetika serta
dampak ekonomi, vaksinasi umumnya dianggap efektif biaya untuk orang dewasa
usia 60 dan lebih tua.

Analisis telah menunjukkan bahwa efektivitas biaya bergantung pada 4


faktor: efikasi vaksin awal, durasi efikasi, insidensi spesifik usia HZ, dan biaya
vaksin.

Untuk pasien usia 50 sampai 59, kejadian HZ rendah, dan karena durasi
efikasi vaksin singkat meski efikasi vaksin awal tinggi, vaksinasi pada kelompok
usia ini menawarkan nilai rendah. Pada usia yang lebih tua, insidensi HZ dan
neuralgia postherpetika meningkat, membuat vaksinasi lebih hemat biaya. Di atas
usia 60, vaksin ini hemat biaya pada semua umur, meski umur 70 nampaknya
menawarkan trade-off yang optimal antara meningkatnya insiden dan menurunnya
efikasi vaksin.

Bagi pasien yang berencana divaksinasi hanya sekali, menunggu sampai usia
70 tahun menawarkan nilai terbaik. Bagi mereka yang mau menerima dosis
booster, usia optimal untuk vaksinasi tidak diketahui, namun kemungkinan besar
tergantung pada efektivitas, biaya, dan durasi booster.

VAKSIN HZ BARU

Pada tahun 2015, GlaxoSmithKline menguji vaksin HZ baru yang


mengandung satu glikoprotein VZV dalam sistem adjuvant AS01B (vaksin
HZ/su). Dalam uji acak fase 3 yang melibatkan sekitar 15.411 orang yang
imunokompeten berusia 50 tahun dan lebih tua, jadwal 2 dosis vaksin HZ/su 97%
efektif dalam mencegah HZ (Tabel 1). Yang penting, vaksin ini sama-efektifnya
pada pasien yang lebih tua.

Vaksin ini juga memiliki tingkat efek samping yang lebih tinggi, dengan 17%
resipien vaksin vs 3% resipien plasebo melaporkan kejadian yang mencegah
aktivitas normal sehari - hari setidaknya 1 hari. Namun, tingkat efek samping
serius sama pada kedua kelompok (9%). Perusahaan tersebut mengumumkan
bahwa mereka berniat mengajukan permohonan pengaturan untuk vaksin HZ/su
pada paruh kedua tahun 2016.

Karena efikasi yang tinggi, vaksin HZ/su berpotensi untuk mengubah praktik,
namun beberapa masalah harus diselesaikan sebelum bisa menggantikan vaksin
saat ini.

Pertama, adjuvan AS01B saat ini tidak memiliki lisensi di Amerika Serikat,
jadi tidak jelas apakah vaksin HZ/su bisa mendapatkan persetujuan FDA.

Kedua, ada beberapa pertanyaan mengenai efikasi vaksin, termasuk efikasi


jangka panjang, efikasi pada orang tua, dan efikasi pada kasus pasien yang hanya
menerima 1 dari 2 dosis yang dibutuhkan.

Ketiga, dampak vaksin HZ/su pada komplikasi seperti neuralgia


postherpetika belum ditegakkan. Uji coba klinis (NCT01165229) yang memeriksa
efikasi vaksin terhadap kejadian neuralgia postherpetika dan komplikasi lain pada
orang dewasa berusia 70 dan lebih tua baru saja selesai dan data harusnya segera
tersedia. Mengingat efikasi yang sangat tinggi melawan HZ, kemungkinan
efektivitas terhadap komplikasi akan mendekati 100%.

Keempat, ada ketidakpastian mengenai bagaimana vaksin HZ/su digunakan


pada pasien yang telah menerima vaksin hidup yang telah dilemahkan, jika
ditentukan bahwa diperlukan booster.

Yang terakhir, belum ditentukan harga vaksin. Dilihat dari keefektifannya


yang superior, khususnya pada individu yang lebih tua, harga kompetitif bisa
secara dramatis mempengaruhi pasar. Bagaimana Medicare atau perusahaan
asuransi lainnya akan menutup vaksin baru ini dapat mempengaruhi
penerimaannya.

VAKSINASI HZ PADA PASIEN IMUNOKOMPROMAIS


Pasien dengan imunokompromais memiliki risiko paling tinggi terkena
HZ. Sayangnya, disana saat ini tidak ada vaksin HZ yang disetujui untuk
digunakan pada populasi ini. Vaksin hidup yang dilemahkan telah terbukti aman,
ditoleransi dengan baik, dan imunogenik pada pasien usia 60 dan lebih tua yang
menerima kortikosteroid kronis atau maintenans dosis rendah sampai sedang.

Percobaan klinis sedang dilakukan untuk menilai imunogenisitas, efektivitas


klinis dan keamanan vaksin dalam pasien rheumatoid arthritis yang menerima
terapi necrosis faktor antitumor (NCT01967316). Percobaan lainnya sedang
memeriksa keefektifan dan keamanan vaksin pada pasien dengan tumor organ
padat sebelum kemoterapi (NCT02444936) dan pada pasien yang akan menjalani
transplantasi donor ginjal hidup (NCT00940940). Peneliti juga menyelidiki
kemungkinan vaksinasi donor sel induk alogeneik sebelum dononr untuk
melindungi resipien transplantasi terhadap HZ (NCT01573182).

Vaksinasi ZVHT dan HZ/su pada pasien imunokompromais

Vaksin varicella-zoster yang diperlakukan panas (Heat-treated varicella-


zoster vaccine ZVHT) merupakan alternatif potensial untuk pasien
imunokompromais. Regimen 4 dosis telah terbukti bisa mengurangi risiko HZ
pada pasien yang menerima transplantasi sel hematopoietik autologous untuk
limfoma non-Hodgkin atau Hodgkin.

Dalam percobaan lain, ZVHT 4 dosis aman dan memunculkan respon sel
Tsel spesifik VZV yang signifikan selama 28 hari pada pasien imunosupresif
dengan keganasan tumor padat, keganasan hematologi, infeksi human
immunodeficiency virus dengan jumlah CD4 200mm3 atau kurang, dan
transplantasi sel hematopoietik-autologus. Namun respons sel-T sangat buruk
pada penerima transplantasi sel hematopoietik alogeneik

Karena vaksin HZ/su tidak mengandung virus hidup, tampaknya ini sangat
menjanjikan untuk pasien imunokompromais. Pada penelitian fase 1 dan 2,
rejimen 3 dosis telah terbukti aman dan imunogenik pada penerima transplantasi
sel hematopoietic dan orang dewasa yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4
lebih tinggi dari 200 sel/mm3. Uji coba fase 3 yang menilai keefektifan vaksin
HZ/su pada resipien transplantasi sel hematopoietik autologus sedang dilakukan
(NCT01610414). Perubahan rekomendasi untuk vaksin HZ pada populasi yang
paling rentan ini menunggu hasil penelitian-penelitian tersebut.

Tabel 1. Uji klinis untuk vaksin Herpes Zoster (HZ)

Shingles Substudi Substudi Uji Efikasi ZOE-50


Prevention Persistensi Persistensi dan
Study (SPS) Jangka Jangka Keamanan
Pendek Panjang Zostavax
Intervensi 0,5 mL Tidak ada Tidak ada 0,65 mL 0,5 mL
vaksin hidup vaksin hidup rekombinan
yang yang glikoprotein E
dilemahkan dilemahkan VZV dan
Oka/Merck Oka/Merck sistem adjuvan
VZV atau VZV atau A501B,
plasebo, plasebo, intramuskular
subkutan subkutan
Jumlah 1 1 2, selisih 2
injeksi bulan
Jumlah 38.546 14.270 peserta 6.867 pasien 22.439 16.160
peserta SPS SPS pada
kelompok
vaksin
Usia, th 69 (median) 73,3 (rerata) 74,5 (rerata) 54,9 (rerata) 62,3 (rerata)
Rerata durasi 3,13 th Plasebo:0,98 3,74 th 1,3 th 3,2 th
follow-up th
Vaksin: 1,36
th
Efikasi 51,3% 39,6% 21,1% 69,8% 97,2%
terhadap HZ
Efikasi 61,1% 50,1% 37,3% Tidak Tidak
terhadap dilaporkan dilaporkan
beban
penyakit
Efikasi 66,5% 60,1% 35,4% Tidak Tidak
terhadap dilaporkan dilaporkan
insidensi
neuralgia
postherpetika
Kejadian efek Plasebo: Tidak berlaku Tidak Plasebo: Plasebo: 12%
samping 17% berlaku 14,4% Vaksin: 82%
lokasi injeksi Vaksin: 48% Vaksin:
63,9%
Kejadian efek Plasebo: Tidak berlaku Tidak Plasebo: Plasebo: 8,9%
samping 1,3% berlaku 0,5% Vaksin: 9,0%
serius Vaksin: Vaksin:
1,9% 0,6%

Anda mungkin juga menyukai