BST Asma
BST Asma
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Asma adalah Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan Obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat
berupa batuk, wheezing, sesak napas,dada tertekan Yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada
malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan survei Riset kesehatan dasar nasional tahun 2013
prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti
Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi
Selatan (6,7%). Berdasarkan survei riskesdas Riau tahun 2013
didapatkan prevalensi asma paling tinggi ditemukan di Bengkalis
(4,2%), Indragiri Hilir (3,5%), dan Kuantan Singingi (2,9%)2,3.
Sebelum pubertas, prevalensi asma 3 kali lebih tinggi pada anak
laki-laki daripada pada anak perempuan. Selama masa remaja,
prevalensinya sama di antara laki-laki dan perempuan. Pada
kebanyakan anak-anak, asma berkembang sebelum usia 5 tahun, dan,
di lebih dari separuhnya, asma berkembang sebelum usia 3 tahun4.
Sebuah penelitian cohort menunjukkan bahwa ibu dengan asma
dan dermatitis diturunkan ke anak perempuan mereka, namun tidak
pada anak laki-laki mereka. Demikian pula, ayah dengan asma dan
dermatitis diturunkan kepada anak laki-laki mereka, tapi tidak pada
anak perempuan mereka4
2.3 ETIOLOGI
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor
antara lain adalah, alergen, virus, dan bahan iritan yang dapat
menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma dini
(aerly asthma reaction =EAR) dan reaksi asma lambat ( late asthma
reaction=LAR). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat
proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi di bronkus dan
percabangan nya. Dapat berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama
eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan lumen
bronkus. Asma juga dapat disebabkan oleh kelainan fungsi reseptor
adenilat siklase adrenergik-β, dengan menurunkan respon adrenergik,
yang akhirnya akan menurunkan ambang terhadap rangsangan,
dibanidngkan dengan individu tidak asma atau normal. Mekanismne
ini dapat dipicu oleh beberapa faktor dintaranya faktor imunolofis,
faktor endokrin dan faktor psikologis1,4,5.
Faktor risiko untuk penyakit asma dapat dikelompokan
menjadi genetik dan non-genetik. Penelitian ISAAC mendapatkan
beberapa faktor risiko yaitu: polusi udara, asap rokok, makanan cepat
saji, berat lahir, rendahnya pendidikan ibu, ventilasi rumah yang
tidak memadai, merokok di dalam rumah, dan tidak adanya
ventilasi1,4.
2.4 KLASIFIKASI
Asma merupakan penyakit yang sangat heterogen dengan
variasi yang sangat luas. Atas dasar itu, ada berbagai cara
pengklasifikasian asma:
Berdasarkan umur
• Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Berdasarkan fenotip
• Asma tercetus infeksi virus
• Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
• Asma tercetus alergen
• Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered
asthma)
2.5 PATOFISIOLOGI
Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma
diyakini merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi. Respon
terhadap inflamasi pada mukosa saluran napas pasien asma ini
menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama
asma. Pada saat terjadi hipereaktivitas saluran napas sejumlah pemicu
dapat memulai gejala asma. Pemicu ini meliputi respon
hipersensitivitas tipe 1 (dimedisi 1gE) terhadap alergen debu rumah
dan serbuk sari yang tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan
atau asap rokok, infeksi virus, dan aktivitas fisik/olahraga.
Hiperreaktivitas saluran napas akan menyebabkan obstruksi saluran
napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara
spontan atau setelah pengobatan. Proses patologis utama yang
mendukung obstruksi saluran napas adalah edema mukosa, kontraksi
otot polos dan produksi mukus. Obstruksi terjadi selama ekspirasi
ketika saluran napas mengalami volume penutupan dan menyebabkan
gas di saluran napas terperangkap. Bahkan, pada asma yang berat
dapat mengurangi aliran udara selama inspirasi. Sejumlah
karakteristik anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi dan
anak kecil terhadap peningkatan risiko obstruksi saluran napas antara
lain ukuran saluran napas yang lebih kecil, recoil elastic paru yang
lebih lemah, kurangnya bantuan otot polos saluran napas kecil,
hiperplasia kelenjar mukosa relatif dan kurangnya saluran ventilasi
kolateral (pori cohn) antar alveolus5.
Gambar: Patofisiologi asma
2.6 MANIFESTASI KLINIS
2.7 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur klasik
diagnosis medis yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat
penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian besar
Ditegakkan secara kinis.
Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan
manifestasi klinis sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori
asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan produksi sputum. Karakteristik yang mengarah ke asma
adalah:
Gejala timbul secara episodik atau berulang.
Timbul bila ada faktor pencetus.
- Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat
nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman
dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna
makanan.
- Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan,
serbuk sari.
- Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common
cold, rinofaringitis
- Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan.
• Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.
• Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke
waktu,bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada
malam hari (nokturnal).
• Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan
atau dengan pemberian obat pereda asma
Pemeriksaan fisik
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan
fisik pasien biasanya tidak ditemukan kelainan. Dalam
keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze)
atau yang terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari
gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau
rinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda alergi seperti
allergic shiners atau geographic tongue.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas
gangguan aliran napas akibat obstruksi, hiperreaktivitas,
dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada
pasien.
• Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji
reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Pada
fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peak flowmeter.
• Uji cukit kulit skin prick test, eosinofil total darah,
pemeriksaan IgE spesifik.
• Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO fractional
exhaled nitric oxide, eosinofil sputum.
• Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin,
atau larutan salin hipertonik.
Tabel: kriteria diagnosis asma
2.9 PENATALAKSANAAN
2.10 PROGNOSIS
ANALISA KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. N A
• No. MR : 18-95-70
• Tgl masuk : 18-02-2018
• Umur : 13 Tahun (17 Maret 2005)
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Mengkapan, Sungai Apit
ANAMNESIS
Riwayat kehamilan :
Kehamilan: G5P4A0H4
Selama hamil ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit apapun
Jenis persalinan: Pervaginam
Lama kehamian : Cukup bulan
Riwayat imunisasi :
Tidak didapatkan data riwayat imunisasi
ASI (ekslusif)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Kepala dan leher
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : sekret (-), darah (-)
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (+)
Mulut : mukosa mulut basah, bibir tidak kering, tonsil T1,T1
Leher : Pembesaran KGB (-), trakea lurus ditengah
Thorak
Paru
Inspeksi : Retraksi tidak ada
Palpasi : (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler (-/-), rhonki (-/-), wheezing (+/+)
Jantung
Inspeksi : (-)
Palpasi : (-)
Perkusi : (-)
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), massa (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : Akral hangat
Inferior : Akral hangat
Genitalia
Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
Asma eksaserbasi
DIAGNOSIS BANDING
• Pneuomonia
• Tuberkulosis
PENATALAKSANAAN