Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti

dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin

mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid arthritis

merupakan penyakit progresif yang memiliki potensi untuk

menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit

ini telah lama dikenal dan tersebar luas diseluruh dunia.

Rheumatoid arthritis lebih sering di jumpai pada wanita, dengan

perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1 (Reeves, Roux dan

Lockhart, 2001).
Timbulnya kejadian rheumatoid arthritis sampai sekarang

belum sepenuhnya diketahui. Meskipun agen infeksi seperti virus,

bakteri, dan jamur telah lama di curigai, tak satupun telah terbukti

sebagai penyebabnya. Penyebab rheumatoid arthritis merupakan

masalah yang sangat aktif di seluruh dunia (Shiel, 2010). Saat ini

belum didapatkan sautu cara pencegahan dan pengobatan

rheumatoid arthritis yang sempurna. Pengobatan yang dilakukan

hanya bertujuan untuk mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan

sendi dengan menggunakan obat-obatan konvensional dengan

1
2

cara memperlambat perkembangn penyakit (U.S. Department of

Health and Human Services, 2013).


Breedveld (2003), mengatakan separuh dari 2.800 orang

dari 5 negara yang ditanya dalam survei yang dilakukan “European

Public Opinion Survey” tidak berfikir bahwa penyakit rheumatoid

arthritis dengan sendi dapat mengganggu kemampuan mereka

untuk bekerja, bahkan sekitar 55% tidak menyadari bahwa hal itu

dapat mengurangi harapan hidup. Jika tidak segera ditangani

rheumatoid arthritis bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak

normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan, bahkan akan

menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-

hari menjadi terbatas.


Menurut Gordon (2002), walaupuan arthritis bukan

merupakan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit

jantung, kanker, atau AIDS, namun arthritis adalah masalah

kesehatan yang terjadi di mana-mana. Fakta statistik mengenai

arthritis sangat mengejutkan dimana, menurut WHO tahun 2010

lebih dari 20% atau 355 juta orang didunia ternyata menderita

penyakit rheumatoid arthritis. Hal yang perlu jadi perhatian adalah

angka kejadian penyakit rheumatoid arthritis ini yang relatif tinggi,

yaitu 1-2% dari total populasi di Indonesia.

Pada tahun 2004 lalu, jumlah pasien rheumatoid arthritis ini

mencapai 2 juta orang. Diperkirakan angka ini terus meningkat

hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami
3

kelumpuhan. Namun, sayangnya pengetahuan tentang penyakit

rheumatoid arthritis belum tersebar secara luas, sehingga banyak

mitos yang keliru beredar ditengah masyarakat yang justru

menghambat penanganan penyakit itu (Depkes RI, 2012).


Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah

pengaruh negatifnya terhadap kualitas kehidupaan. Bahkan kasus

rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat

menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan

fungsional seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan

ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (Gordon, 2002).

Rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak

jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek

sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ

atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah

lelah, perubahan citra diri seta gangguan tidur (Smeltzer & Bare,

2002).
Dalam kasus rheumatoid arthritis akan mengalami gangguan

rasa nyaman nyeri oleh karena adanya proses pembengkakan atau

peradangan pada daerah persendian (Suddart, 2002). Berdasarkan

hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri

rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%.

Angka ini menunjukan bahwa rasa nyeri akibat rheumatoid arthritis

sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia.


Menurut Junaidi (2012), masyarakat kurang peduli akan

bahaya rematik dimana, dalam waktu singkat rematik dapat


4

mengakibatkan kecacatan serius pada persendian yang terserang.

Kecenderungan umum yang dilakukan masyarakat bila mengalami

gejala pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi atau otot, yang besar

kemungkinan adalah gejalah awal rematik yakni dengan membeli

obat yang dijual bebas di warung-warung terdekat. Hasil penelitian

rematik di Malang oleh Handono (2005), menunjukan 64,5%

mengalami nyeri persendian akibat rematik dan melakukan berobat

sendiri, seperti : obat bebas, jamu atau campurannya, yang berobat

ke dokter hanya 26,6% dan 16,6% sisanya berobat bukan ke

dokter.
Dari hasil PKL yang peneliti lakukan di Ohoi Denwet

Rheumatoid arthritis sebelumnya saat diteliti melakukan

wawancara dengan 4 orang lansia bahwa awalnya mengeluh

merasa nyeri yang hebat dan untuk mengatasi nyeri tersebut

dengan menggunakan minyak gosok, mengkonsumsi obat daun-

daun, kadang pula mereka mengabaikan dengan alasan hanya

sakit biasa sehingga tidak perlu pengobatan yang serius.


Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang

dilakukan saat praktek kerja lapangan ( PKL) pada beberapa

anggota keluarga yang keluarganya mengalami rheumatoid

atrithis diperoleh data bahwa penyakit ini lebih banyak diderita

oleh keluarga yang berkerja sebagai petani dan nelayan

dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

Keluarga mengatakan, jika keluarga sakit mereka tidak membawa


5

ke pelayanan kesehatan terdekat namun menggunakan

pengobatan alternatif. Cara yang biasanya digunakan untuk

mengobati nyeri kusus rheumatoid arthritis yaitu: dengan

menggunakan minyak gosok, mengkonsumsi obat daun-daun,

kadang pula mereka mengabaikan dengan alasan hanya sakit

biasa sehingga tidak perlu pengobatan yang serius.


Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang “Gambaran Pengetahuan Keluarga

Tentang Cara Penanggulangan Nyeri Kronis Rheumathoid Arthitis

Pada Lansia Di Ohoi Denwet Wilayah Kerja Puskesmas Rumat”

B. Rumusan Masalah
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami

waktu yang lama tanpa gejala. (Reeves, Roux dan Lockhart, 2001).
Hal yang terburuk pada penderita rheumatoid arthritis adalah

pengaruh negatifnya terhadap kualitas kehidupaan. Bahkan kasus

rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat

menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan

fungsional seutuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan

ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (Gordon, 2002).


penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri

rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%.

Angka ini menunjukan bahwa rasa nyeri akibat rheumatoid arthritis

sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia


Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan

saat praktek kerja lapangan ( PKL) pada beberapa anggota


6

keluarga yang keluarganya mengalami rheumatoid atrithis di

peroleh data bahwa penyakit ini lebih banyak diderita oleh

keluarga yang berkerja sebagai petani dan nelayan dengan

latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Keluarga

mengatakan, jika keluarga sakit mereka tidak membawa ke

pelayanan kesehatan terdekat namun menggunakan pengobatan

alternatif. Cara yang biasanya digunakan untuk mengobati nyeri

tulang yaitu, dengan menggunakan minyak gosok,

mengkonsumsi obat daun-daun, kadang pula mereka

mengabaikan dengan alasan hanya sakit biasa sehingga tidak

perlu pengobatan yang serius.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat

dirumuskan masalah penelitian adalah “Bagaimana gambaran

pengetahuan keluarga tentang cara penanggulangan nyeri kronis

rheumatoid arthritis pada lansia di Ohoi Denwet wilayah kerja

Puskesmas Rumat?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang

cara penanggulangan nyeri kronis rheumatoid arthritis pada

lansia.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara

penanggulangan nyeri kronis rheumatoid arthritis pada lansia di

Ohoi Denwet.
D. Manfaat penelitian
7

1. Bagi Petugas Pustu


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi

bahan masukan dalam melakukan penanganan penyakit

rheumatoid arthritis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan mahasiswa dan menambah referensi

untuk pendidikan tentang gambaran pengetahuan keluarga

tentang cara penanggulangan nyeri kronis rheumatoid arthritis

pada lansia.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga, serta menambah wawasan

dalam melakukan penelitian ilmiah tentang: gambaran

pengetahuan keluarga tentang cara penanggulangan nyeri

kronis rheumatoid arthritis pada lansia.


4. Bagi Anggota Keluarga
Dapat menambah wawasan anggota keluarga tentang cara

penanggulangan nyeri kronis rheumatoid arthritis pada lansia.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep teori
1. Tinjauan umum tentang pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari ‘tahu’ dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo S, 2003).

b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo S, (2003), mengatakan bahwa

pengetahuan yang mencakup dalam domain kongnitif

mempunyai enam tingkat, yaitu :

1). Tahu (know)


Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu bahan


9

yang telah dipelajari / yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2). Memahami (comperhention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi atau

kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4). Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.


10

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis menuju pada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang sudah ada.

c. Kriteria Tingkat Pengetahuan


Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif. Tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah:

1) Tingkat pengetahuan baik : 76%-100%


2) Tingkat pengetahuan cukup : 56%-75%
3) Tingkat pengetahuan kurasng baik : 40%-55%

4) Tingkat pengetahuan tidak baik : < 39%


d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita


11

ukur dapat kita sesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(Notoatmodjo S, 2005).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri

seseorang
1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informsi. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula (Wahyudi, 2012).

Menurut Wied Hary (1996) dalam Fadlil (2011),

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin


12

baik pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

2) Informasi/Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa

yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

yang memberikan landasan kongnitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut

(Wahyudi, 2012).
13

Menurut Wied Hary (1996) dalam Fadlil (2011),

bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki

pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,

radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang.

3) Sosial budaya dan ekonomi


Menurut Wahyudi (2012), kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Menurut Lukman (2009) dalam Fadlil (2011),

sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan

dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar

dan memperoleh suatu pengetahuan.


Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk


14

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.


4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun

sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Wahyudi,

2012).
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan

memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga

hal-hal yang buruk tergantung pada fifat kelompoknya.

Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh

pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir

seseorang (Fadlil, 2011).

5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang


15

dikembangkan memberikan pengetahuan dan

ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya

(Wahyudi, 2012).

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun

dapat digunakan sebagai upaya yang memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Fadlil,

2011).

Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai

bekerja, masa kerja berkaitan erat dengan pengalaman-

pengalaman yang didapat selama dalam menjalankan

tugas, petugas yang berpengalaman dipandang lebih

mampu dalam melaksanakan tugas. Makin lama masa

kerja seseorang, kecakapan mereka akan lebih baik

karena sudah dapat menyesuikan diri dengan lingkungan

pekerjaan.
16

6) Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut

andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan

erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan,

sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat

dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

(Fadlil, 2011).
Kategori pekerjaan berdasarkan Survei Angkatan Kerja

Nasional (SAKERNAS) (Notoatmodjo S, 2012):


a) Pedagang
b) Buruh / Tani
c) PNS
d) TNI / Polri
e) Pensiunan
f) Wiraswasta
g) IRT
7) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan

diri secara mental dan situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang

merupakan salah satu modal untuk berpikir dan

mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia

mampu menguasai lingkungan (Fadlil, 2011).


8) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan


17

semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan berperan aktif

dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia

madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu

untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan

masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini.


Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan

selama hidup:
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak

informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.


b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada

orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran

baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa

IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,

khususnya pada beberapa kemampuan yang lain

seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang

akan menurun cukup cepat sejalan dengan

bertambahnya usia (Wahyudi, 2012).


18

Sehingga dalam Fadlil (2011) mengemukakan

bahwa makin tua usia seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi

pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun. Selain itu Abu Ahmadi (1992) dalam Fadlil (2011),

juga mengemukakan bahwa memang daya ingat

seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari

uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia

lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

Umur merupakan salah satu foktor yang mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik. Umur

mempengaruhi pengetahuan, dimana semakin meningkat

umur seseorang, maka akan meningkat pula

pengetahuan, motivasi dan aktivitasnya. Ada

kecenderugan yang sering terlihat bahwa dengan


19

meningkatnya usia maka tingkat kepuasannya semakin

tinggi sehingga memacu petugas untuk meningkatkan

pengetahuan, motivasi dan aktivitas kerjanya (Siagian,

1993).

Perbedaan Usia dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang maka dapat dibedakan dari usia

dibawah ini:

a) Masa balita : 0-5 tahun


b) Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
c) Masa remaja awal : 12-16 tahun
d) Masa remaja akhir : 17-25 tahun
e) Masa dewasa awal : 26-35 tahun
f) Masa dewasa akhir : 36-45 tahun
g) Masa lansia awal : 46-55 tahun
h) Masa lansia akhir : 56-65 tahun
i) Masa manula : > 65 tahun
Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal ini

sudah tertanam sejak zaman penjajahan. Namun hal itu

dizaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun

jenis kelamin seseorang bila dia masih produktif,

berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan

cenderung mempunyai tingkat pengetahaun yang tinggi

(fuad bahsin, 2009)


20

2. Tinjauan Umum Tentang Rheumatoid Arthritis


a. Pengertian
Penyakit rheumatoid arthritis atau dalam bahasa

medisnya disebut rheumatoid arthritis (RA) adalah

peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan

autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistim

kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan

terhadap penyusup seperti virus, bakteri dan jamur

menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri (Price & Wilson,

1995).
Klasifikasi rheumatoid arthritis dapat dikelompokan

atas beberapa golongan, menurut (Mansjoer, 2009, Price &

Wilson 1995) yaitu :


1.) Osteoatritis
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang

rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,

deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak

pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung beban.
2.) Atritis rematoid
Atritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi

sistemik kronik dengan manifestasi utama poliatritis

progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya

sendi pada pasien atritis rematoid terjadi setelah penyakit

ini terjadi berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat


21

progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukan gejalah

berupa kelemahan umum cepat lelah.


3.) Polimialgia Rheumatoid arthritis
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri

dari rasa nyeri dan kekakuan terutama mengenai otot

ekstremitas peroksimal, leher, bahu dan panggul.

Terutama mengenai usia pengetahuan atau usia lanjut

sekitar 50 tahun keatas.


4.) Atritis Gout (Pirai)
Atritis Gout adalah suatu sindrom klinik yang

mempunyai gambaran khusus, yaitu atritis akut. Atritis

gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.

Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan

pada wanita biasanya mendekati masa monopause.


Penyakit rheumatoid arthritis adalah penyakit

inflamasi non-bakteri yang bersifat sistemik, progresif,

cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat

sendi secara simetris (Corwin, 2001).


Sekitar 50% keluhan nyeri disebabkan oleh

pengapuran. Pengapuran berarti menipisnya jaringan

tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan

persendian, bantalan dalam persendian yang halus itu

menyebabkan terjadinya gesekan tulang sehingga

menyebabkan nyeri. Pengapuran ini merupakan proses

degenerasi yang dimulai pada usia 40 tahun. Kecepatan

proses degenerasi berbeda pada tiap-tiap orang.


22

Sendi seseorang bisa mulai bermasalah diusia 40-

an. Namun ada orang yang sampai usia 70-an sendinya

baik-baik saja. Cepat lambatnya proses tadi ditentukan

oleh beberapa faktor resiko, antara lain: mutu tulang

rawan dan kelebihan berat badan. Tulang rawan yang

bagus akan lebih tahan terhadap kondisi aus. Ibarat ban

mobil kalau kualitasnya bagus maka persendian tidak

mungkin aus walau dipakai lama.

5.) Tinjauan Umum Tentang Nyeri


a. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan

yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.

Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau

bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau

pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan

lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.

(Smeltzer, 2001).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi

respon nyeri adalah:


1) Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi

nyeri, khusunya pada anak-anak dan lansia.

Perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia


23

ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan

lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil

mempunyai kesulitan mengungkapkan dan

mengekspresikan nyeri.
2) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang

diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan

mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap

nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan

nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman

tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu

perawat dalam merangsang asuhan keperawaran yang

relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).

3) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.

Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri. Tetapi

nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

Pola bangkitan otonom adalah sama di dalam nyeri dan

ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Price

(1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulasi nyeri

mengaktifkan bagian limbik yang di yakini

mengendalikan emosi seseorng, khususnya ansietas.


24

Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap

nyeri, yakni memperburuk atau meghilangkan nyeri.


4) Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan

berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah

dan lebih toleran terhadap nyeri dibandingkan dengan

orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi

kebanyakan orang, bagaimanapun hal ini tidak selalu

benar. Seringkali individu lebih berpengalaman dengan

nyeri yang dialami, semakin takut individu terhadap

peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.


5) Efek placebo
Placebo merupakan zat tanpa kegiatan farmokologik

dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan

sebagainya. Placebo umumnya terdiri atas gula, larutan

salin normal, dan atau air biasa. Karena placebo tidak

memiliki efek farmokologis, obat ini hanya memberikan

efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen)


Endortin dalam sistem kontrol desenden, sehingga

menimbulkan efek penurunan nyeri.


c. Klasifikasi nyeri
Nyeri dikelompokan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri

kronis. Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya

berkaitan dengan cedera spesifik, jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri biasanya

menurun sejalan dengan penyembuhan.


25

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri konik sering di

defenisikan sebagai nyeri yang berlagsung selama enam

bulan atau lebih (Burner & Suddarth, 1996).

6.) Tinjauan Umum Tentang Cara Mengatasi Nyeri


a. Pantangan dan Pengobatan Rheumatoid arthritis
Menurut Riadi (2001), obat-obatan yang sekarang ada di

pasaran belum ada yang bisa menyembuhkan rheumatoid

arthritis. Obat-obat itu hanya untuk mengurangi rasa nyeri

dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. “ Pengobatan

rheumatoid arthritis biasanya jangka panjang”. Jika

reumatoid arthritis sudah sampai tahap deformitas sendi

(perubahan bentuk sendi) maka biaya yang dikeluarkan

untuk pengobatan termasuk mahal, bahkan ada obat yang

biasa diberikan dokter pada pasien rheumatoid arthritis

antara lain golongan analgeik (penghilang rasa nyeri), yang

biasa menekan prostaglandin, penyebab timbulnya

peradangan. Obat ini memiliki efek samping gangguan

lambung. Karena itu, hadirnya obat rheumatoid arthritis yang

lebih spesifik seperti celecoxib, disambut gembira karena

memiliki efek samping yang kecil pada lambung dan ginjal.


Golongan obat lain adalah kortikosteroid, untuk mengatasi

inflamasi (peradangan) dan menekan sistim kekebalan tubuh

sehingga reaksi radang pada rheumatoid arthritis berkurang.


26

Obat ini memiliki efek samping seperti pembengkakan,

napsu makan bertambah berat badan naik, serta emosi yang

labil. Selain dengan obat-obatan, untuk mengurangi rasa

nyeri juga bisa dilakukan tanpa obat, misalnya dengan

kompres es. Kompres es bisa menurunkan ambang nyeri

dan mengurangi fungsi enzim (Riadi 2011). Kemudian

banyak jenis sayuran yang bisa dikonsumsi penderita

rheumatoid arthritis, misalnya jus seledri, kubis atau wortel

yang bisa mengurangi gejala rheumatoid arthritis. Beberapa

jenis herbal juga bisa membantu melawan sendi rheumatoid

arthritis misalnya, jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah

buaya, rosemary, aroma terapi atau minyak juniper yang bisa

menghilangkan bengkak pada sendi.


Menjaga berat badan ideal adalah salah satu langkah

bijaksana untuk mengurangi nyeri di sendi lutut. Setiap

kelebihan berat badan membebani sendi lutut serta panggul,

dan menambah rasa nyeri karena rheumatoid arthritis.

Selain itu bobot tubuh berlebihan memperbesar resiko asam

urat. Olaraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat untuk

penderita rheumatoid arthritis karena asam urat. Ini karena

jalan kaki membakar, memperkuat otot dan membangun

tulang yang kuat tanpa membangun persendian yang sakit

(Riadi, 2010). Selain mengobati pencegahan penyakit sendi

dapat dilakukan seperti tidak melakukan olaraga secara


27

berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, serta menjaga

agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, terutama banyak makan ikan dari laut

dalam. Jika anda merasa tidak cukup mengkonsumsi ikan

laut, mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,

terutama yang mengandung omega 3. Dalam omega 3

terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara

persendian tetap luntur. Jangan anggap enteng gejala-gejala

rheumatoid arthritis yang timbul. Begitu rasa nyeri mulai

muncul, segeralah periksakan diri ke dokter untuk

mendeteksi mana yang merupakan gejala rheumatoid

arthritis (Riadi, 2010).


b. Penatalaksanaan/perawatan
Oleh karena penyebab pasti rheumatoid arthritis tidak

diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat

menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar di

jelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan

yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan atau gejala

memperlambat progresivitas penyakit (Anderson, 1993).


Tujuan umum dari program penatalaksanaan/perawatan

menurut (Anonim, 2004) adalah sebagai berikut:


1) Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2) Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan

maksimal dari penderita


3) Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang

terjadi pada sendi


28

4) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak

bergantung pada orang lain.

Menurut (Daud, 1994) ada sejumlah cara penatalaksanaan

yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut diatas yaitu:

a) Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini

adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang

penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja

yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang

diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan

penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan

(prognosis) penyakit ini, semua komponen progam

penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.

Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus

menerus.
b) Istirahat
Merupakan hal penting karena rheumatoid arthritis

biasanya disertai lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah

tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana

penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita

harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali

waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.


29

c) Latihan fisik dan termoterapi


Latihan fisik dapat bermanfaat dalam mempertahankan

fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan

pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali

sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan

sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi

yang bengkak dan sakit mungkin dapat mengurangi

nyeri. Mandi parifin dengan suhu yang bisa diatur serta

mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan

dirumah.latihan dan termoterapi ini paling diatur dengan

pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan

khusus, seperti ahli terapi atau terapi kerja. Latihan yang

berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang

memang sudah lemah oleh adanya penyakit.


d) Diet/Gizi
Penderita rheumatoid arthritis tidak memerlukan diet

khusus. Ada sejumlah cara pemberi diet dengan variasi

yang bermacam-macam, tetapi semuanya belum terbukti

kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet

seimbang adalah penting.


e) Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh

program penatalaksanaan penyakit rheumatoid arthritis.

Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri,

meredahkan peradangan dan untuk mencoba mengubah

perjalanan penyakit. (Smetzer & Bare 2001)


30

B. Karangka Konsep
Berdasarkan teori dan konsep yang telah dijabarkan, maka penulis

membuat kerangka konsep penelitian seperti tampak pada gambar

di bawah ini.

Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Penanggulangan

Nyeri Kronis Rheumatoid Arthritis Pada Lansia

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

BAB III
31

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti (Sugiono, 2011). Penelitian untuk menggambarkan

pengetahuan keluarga tentang cara penanggulangan nyeri kronis

Rheumatoid Arthritis pada Lansia di Ohoi Denwet wilayah kerja

Puskesmas Rumat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Juni

2017 (Jadwal terlampir).


2. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ohoi Denwet wilayah kerja

Puskesmas Rumat.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah keluarga dari lansia yang menderita

rheumatoid arthritis sebanyak 15 keluarga di Ohoi Denwet

wilayah kerja Puskesmas Rumat.


2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi atau keseluruhan dari populasi apabila populasinya

sedikit (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini menggunakan

metode Total Sampling atau Sampling Jenuh, dimana peneliti


32

mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu sampel,

dengan kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:

Dengan kriteria sampel yaitu:

a. Kriteria Inklusif
1) Anggota keluarga yang merupakan keluarga dekat dari

lansia yang menderita rheumatoid arthritis yang bersedia

menjadi responden
2) Tinggal serumah dengan lansia yang menderita

rheumatoid arthritis
3) Dapat membaca dan menulis
4) Merupakan masyarakat Ohoi Denwet yang tinggal

menetap
5) Yang ada saat penelitian berlangsung

a. Kriteria Ekslusif

1) Bukan merupakan anggota keluarga dekat dari lansia

yang menderita rheumatoid arthritis dan tidak bersedia

menjadi responden
2) Tidak tinggal serumah dengan lansia yang menderita

rheumatoid arthritis
3) Tidak mampu membaca dan menulis
4) Bukan merupakan masyarakat Ohoi Denwet yang

tinggal menetap
5) Tidak ada saat penelitian berlangsung

D. Variabel dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam

penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran


33

pengetahuan keluarga tentang cara penanggulangan nyeri

kronis pada lansia akibat rheumatoid arthritis di Ohoi Denwet

wilayah kerja Puskesmas Rumat.

2. Definisi Operasional

Tabel: Defnisi operasional

Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional

Pengetahuan kelu Segala Mengisi Lembaran Baik : Oridinal


76%-100%
arga tentang cara sesuatu yang kuesioner Kuesioner Cukup :
56% - 75%
penanggulangan di ketahui dengan jumlah Kurang baik :
40% - 55%
nyeri kronis pada oleh keluarga pertanyaan 15 Tidak baik :
<39%
lansia tentang cara soal dengan

penanggulang skala Guttman

an nyeri

kronis pada

lansia yang

menderita

rheumatoid

arthritis

E. Pengumpulan Data
34

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008 ).

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

dan didapat langsung dari responden, dengan menggunakan

kuesioner pada saat penelitian berlangsung.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Lansia i Ohoi

Denwet yang tidak langsung atau referensi, yang merupakan

pelengkap data primer.

F. Bahan atau Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

lembar kuesioner tertutup dimana semua pertanyaan sudah

dilengkapi dengan alternatif jawaban, dan kuisioner ini dibuat oleh

peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep. Skala kuisioner

yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Gutman dimana

semua pertanyaan sudah dilengkapi dengan alternatif jawaban dan

kuisioner ini dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka

konsep. Skala kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala Gutman yaitu Ya dan Tidak, dengan skor nilai sebagai berikut:
Jawaban benar (skor 1) dan jawaban salah (skor 0), dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 15 soal.


G. Jalannya Penelitian
Jalannya usulan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Konsultasi judul dan lahan penelitian, tanggal 6 Mei 2017
35

b. Studi pendahuluan/ pengambilan data awal, tanggal 11 Mei

2017
c. Penyusunan proposal, tanggal 12 Mei 2017
d. Konsultasi proposal, tanggal 15 Mei 2017
e. Ujian proposal, tanggal 19 Juni 2017
f. Perbaikan proposal, tanggal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisa data
3. Tahap akhir
a. Penyusunan laporan penelitian
b. Konsultasi KTI
c. Ujianakhir KTI atau pertanggung jawaban penelitian
d. Perbaikan hasil KTI
H. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolaan Data

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Pengetikan (Editing) yaitu memeriksa kembali kebenaran

pengisian data.
b. Pengkodean (Coding) yaitu pemberian kode pada setiap

alternatif jawaban.

1) Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun

Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun

Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun

Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

2) Kelompok usia: usia ≤ 20 tahun (kode 1), 20-35 tahun

(kode 2) dan ≥ 35 tahun (kode 3).


3) Jenis kelamin: laki-laki (kode1), perempuan (kode 2)
4) Skor jawaban responden: Benar (skor 1) dan salah (skor

0)
36

5) Kriteria objektif: baik (kode 1), cukup (kode 2), kurang

baik (kode 3), dan tidak baik (kode 4).


6) Pendidikan: SD ( kode 1), SMP ( kode 2), SMA (kode 3),

DIII (kode 4), S1 (kode 5)

c. Memasukan data (entry) yakni jawaban-jawaban dari

masing-masing responden yang dalam bentuk kode angka

atau huruf dimasukan kedalam program atau komputer.


d. Pengecekan data (Cleaning), Apabila semua data dari setiap

sumber data atau responden salasai dimasukan, perlu dicek


Kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

Proses ini disebut pembesihan data (data cleaning).


e. Pembuatan tabel (Tabulating) Yaitu melakukan pengolahan

data berdasarkan hasil kuisioner untuk mempermudah hasil

pemahaman, maka data yang diperoleh disajikan dalam

bentuk tabel.
Setiap jawaban responden tentang pengetahuan akan

dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Setiadi,

2007), sebagai berikut:

P = f / n x 100
Keterangan :
P : Presentase
n : Jumlah frekwensi yang benar
f : Jumlah skor maksimal
2. Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian diolah secara manual

dan komputerisasi serta akan dianalisis secara univariat


37

berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel distribusi

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
∑ F : Frekuensi yang sedang dicari presentasinya
n : Number of Cases (Jumlah frekuensi tertinggi/banyaknya

individu)
P : Angka presentasi
Untuk interpretasi data dilakukan pengelompokan data dengan

menggunakan skala presentasi menurut Sudiyono (2004),

sebagai berikut :
a) 100% : Seluruhnya
b) 85%-99% : Hampir seluruhnya
c) 68%-84% : Sebagian besar
d) 51%-67% : Lebih dari setengah
e) 50% : Setengah
f) 34%-49% : Hampir setengah
g) 1%-33% : Sebagian kecil
h) 0% : Tidak ada

I. Penyajian Data
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distibusi frekuensi

beserta interpretasinya.

Anda mungkin juga menyukai