TINJAUAN PUSTAKA
Membrana tympanica memisahkan auris externa dan auris media atau cavum
tympani. Tuba auditvai menghubungkan auris media dengan nasopharynx
(Moore, 2002).
12
2.1.1 Auris Eksterna
Auris externa terdiri dari auricula yang menghimpun bunyi dan meatus
acusticus externus yang mengantar gelombang bunyi ke membrana tympanica
(Moore, 2002).
Auricula terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Meatus acusticus
externus berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian
luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira ± 2,5 – 3 cm.
Auricula yang terdiri dari beberapa bagian dengan nama sendiri-sendiri, terdiri
dari tulang rawan kenyal yang ditutupi oleh kulit. Meatus acusticus externus
meluas dari concha auricularis ke membrane tympanica. Bagian sepertiga
lateral pipa ini yang berbentuk seperti S, terdiri dari tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit yang sinambung dengan lapis luar membrane tympanica. Glandulae
ceruminosae dan glandulae sebaceae membentuk serumen (Moore, 2002).
13
cekung dengan bagian tengah yang lebih rendah, dikenal sebagai umbo
membranae tympanicae. Dari umbo membranae tympanicae memancar daerah
yang cerah ke antero-inferior, yakni kerucut cahaya (Moore, 2002).
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang
14
telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi
lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan daripada
bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5-1 mm, terdiri dari
lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat
denganperikondrium.Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya
terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler, dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum
tanpalapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani
dan menutupisutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah ototintrinsik.
Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan
m.aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan
tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada
beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk
menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-
otot ini. Otot intrinsic terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m.
tragikus, m.antitragus, m.obligus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis.
Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri
auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai
15
anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih
dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh
cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior. dan bagian dalam umumnya bermuara
kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga
mengalir kedalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar
retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior.
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf
trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,
dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen depan membrana
timpani. Permukaan postero medial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh
pleksus servikal nervus aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus
fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X)
menyebar kedaerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding
posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior daninferior membrana
timpani.
Auris Media
Auris media terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis. Auris media terdiri
dari cavitas tympanica, yakni rongga yang terletak langsung di sebelah dalam
membrana tympanica, dan recessus epitympanicus. Ke depan auris media
berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditoria (auditiva). Ke arah
16
posterosuperior cavitas tympanica berhubungan dengan cellulae mastoideae
melalui antrum mastoideum. Cavitas tympanica dilapisi membran mukosa yang
bersinambungan dengan membran mukosa pelapis tuba auditoria (auditiva),
cellulae matoideae, dan antrum mastoideum (Moore, 2002).
17
Auris interna
Atau organum vestibulocochleare berhubungan dengan penerimaan bunyi dan
pemeliharaan keseimbangan. Auris interna yang tertanam didalam pars
petrosa,salah satu bagian tulang temporale.terdiri dari kantong kantong dan
pipa-pipa labyrinthus membranaseus. System selaput ini berisi endolimfe dan
organ organ akhir untuk pendengaran dan keseimbangan. Labyrinthus
membranaceus berupa selaput yang diliputi oleh perilimfe terbenam di dalam
labyrinthus osseus.
Labyrinthus osseus
Labyrinthus osseus auris interna terdiri dari tiga bagian yaitu cochlea,
vestibulum, dan canales semicurcalris. Labyrintus osseus menempati hampir
seluruh bagian lateral pars petrosa pada os temporale.
a. Cochlea
Bagian labyrinthus osseus ini yang berbentuk seperti keong, berisi ductus
cochlearis, bagian auris interna yang berhubungan dengan pendengaran.
Cochlea membuat 2,5 putaran mengelilingi sumbu yang disebut modiolus dan
berisi terusan terusan untuk pembuuh darah dan saraf. Puteran cochlea basal
18
yang lebar menyebabkan terbentuknya promontorium pada dinding medial
cavitas tympanica.
b. Vestibulum
Ruang yang kecil dan jorong ini (panjang kira-kira 5 mm) berisi utriculus dan
sacculus, bagian-bagian peranti keseimbangan. Ke anterior vestibulum
berkesinambungan dengan cochlea tulang. Ke posterior dengan canales
semicircularis, dan dengan fossa cranii posterior melalui aqueductus vestibule.
Aqueductus vestibuli melintas ke permukaan posterior pars petrosa dan disini
bermuara di sebelah posterolateral meatus akustikus internus. Di dalamnya
terdapat duktus endolimfatikus dan dua pembuluh darah kecil.
2.2 Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga
19
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses
ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis
(Lauralee, 2011).
20
dalam liang telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan
stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel (Soepardi, 2009).
Otitis Eksternal adalah infeksi atau inflamasi mukosa pada telinga luar (meatus
akustikus eksternus). Dapat bersifat akut atau kronis. Biasanya penyakit ini
diderita oleh orang-orang yang banyak beraktivitas di air seperti pada perenang.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok
bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di
liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan (Boies,
1997).
2.4 Etiologi
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang,
kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi, iritasi,
atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air,
trauma mekanik, dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang
dalam air yang tercemar merupakan salah satu predisposisi terjadinya otitis
eksterna (swimmer’s ear) (Kotton, 2004).
Faktor penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri, virus, dan jamur.
Sedangkan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
a) pH: perubahan pH menjadi basa akan menurunkan proteksi terhadap
infeksi
b) Udara: keadaan yang hangat dan lembab, kuman dan jamur dapat
mudah tumbuh
c) Trauma ringan: pada saat mengorek telinga atau karena berenang yang
menyebabkan perubahan kulit karena terkena air (Soepardi, 2009).
21
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus
pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri
streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi
pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis
eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu:
1) Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (>6.0) akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi
terhadap infeksi menurun.
2) Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh.
3) Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna
4) Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering
dari bakteri.
2.5 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga
sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga.
Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada
liang telinga.
22
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur (Kartika, 2008).
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit,
terjadi inflamasi, dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran (Kartika, 2008). Bakteri patogen yang sering
menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%), streptokokus (22%),
stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi pada liang telinga
luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan:
Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
23
Gambar 7. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa
24
Sistemik: Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid.
Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
Analgetik: Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes mellitus.
25
wajah pada sisi telinga yang terinfeksi dapat membengkak dan menyebabkan
pasien menjadi sulit membuka mulut karena nyeri sekali (Abdullah, 2003).
Diagnosis:
Anamnesis
5) Rasa gatal sampai nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan
sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit nyeri. Awalnya sekret encer,
bening, tetapi dapat berubah menjadi sekret kental purulen. Pada bentuk kronik
sekret tidak ada atau hanya sedikit atau berupa gumpalan, berbau akibat bakteri
saprofit ataupun jamur.
6) Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
7) Pada furunkel MAE gejala yang paling dominan adalah nyeri telinga
(otalgi). Nyeri bertambah saat gerakan mengunyah atau bila telinga disentuh.
Pemeriksaan
MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau
kehitaman (jamur).
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membrana timpani.
Pembesaran kelenjar regional: daerah servikal antero superior, parotis atau
retro aurikuler.
Pada furunkel didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenus MAE, nyeri
tarik aurikulum dan nyeri tekan tragus. Bila edema hebat membran timpani
dapat tidak tampak (Abdullah, 2003).
Penatalaksanaan
Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam
liang telinga selama 2 hari.
Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan
Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan
26
terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit
mengeluarkan).
Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya.
Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanah.
Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.
Pencegahan
Telinga perenang kemungkinan dicegah dengan meneteskan cairan yang
mengandung campuran alkohol dan cuka di dalam telinga sebelum dan sesudah
berenang. Orang tersebut harus menghindari berenang di dalam air yang
terpolusi, menggunakan semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang
lama di air hangat, iklim yang lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran
dengan lap kapas mengganggu mekanisme membersihkan-sendiri yang normal
dan bisa mendorong serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran
menumpuk. Juga, tindakan ini bisa menyebabkan kerusakan kecil yang
mempengaruhi otitis eksternal (Abdullah, 2003).
27
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang
rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran
suara (Abdullah, 2003).
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi: (Carr, 2000).
Otitis Eksterna Ringan: kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
Otitis Eksterna Sedang: liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif.
Otitis Eksterna Komplikasi: Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak.
Otitis Eksterna Kronik: kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif. Menurut Senturia HB (1980): (Abdullah, 2003).
Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga
merupakan tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret
tidak terjadi. Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu:
28
1. “Pre Inflammatory“
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik
Pemeriksaan Fisik
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang
MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak
tampak
Pada folikulitis akan didpatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE
Nyeri tekan tragus (+)
Nyeri tarik aurikula (+)
Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan
29
Pemeriksaan penunjang
Dari pemeriksaan histopatologi, pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya
gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis,
hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis,
infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik
pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, serta aktifitas sekretoris kelenjar
berkurang.
Otomikosis
Pengertian
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur Pityosporum, Aspergilus
niger, Actinomises kadang-kadang juga Kandida albicans (Abdullah, 2003).
Klinis
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal yang dominan dan rasa penuh di liang
telinga, dan sedikit nyeri, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada pemeriksaan
30
tampak filament jamur berwarna keputihan. Seringkali terjadi infeksi jamur
oleh karena trauma akibat mengorek telinga (Abdullah, 2003).
Karateristik pada otitis eksterna fungi ialah pada infeksi akibat Aspergillus
umumnya akan terlihat hifa halus dan spora (konidiofor) sedangkan pada
infeksi akibat Candida akan terlihat miselia yang panjang yang jika bercampur
dengan serumen akan berwarna kekuningan. Infeksi akibat Candida lebih sulit
diidentifikasi secara klinis karena kurangnya tampilan klinis seperti pada
infeksi akibat Aspergillus.
Terapi
Meskipun berbagai penelitian telah menunjukkan beberapa obat baik topikal
maupun per oral yang dapat digunakan dalam penanganan otitis eksterna
fungi, namun belum ada konsesus yang memuat mengenai obat dan cara yang
paling efektif diantara yang lain. Penanganan yang sering dilakukan saat ini
adalah dengan pemberian antifungi topikal dan pembersihan liang telinga dari
debris dan sekret jamur yang terbukti dapat memberikan hasil yang baik,
walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.
31
Banyak peneliti meyakini bahwa hal terpenting dalam penanganan otitis
eksterna fungi adalah dengan mengidentifikasi jamur penyebab untuk
memberikan terapi medikamentosa yang adekuat. Untuk saat ini, belum ada
terapi khusus yang direkomendasikan untuk otitis eksterna fungi karena
banyaknya antifungi yang dapat digunakan klinisi secara luas yang
membuktikan bahwa terapi ini juga tergantung pada pasien sebagai individu.
Sediaan antifungi dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni antifungi spesifik
dan non spesifik. Antifungi non spesifik diantaranya adalah larutan asam dan
pembersih:
- Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik
dan insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida
albicans.
- Gentian Violet yang disediakan dalam bentuk larutan konsentrasi rendah.
Misalnya 1% dalam air. Gentian violet bersifat antibakteri, antifungi,
antiinflamasi dan antiseptik. Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas
agen ini hingga 80%.
- Castellani’s paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)
- Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan
alkohol)
- Merchurochrome yang merupakan antiseptik topikal dan antifungi.
Penelitian menunjukkan efektivitasnya hingga 93, 4%.
32
1. Clotrimazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif
hingga 95-100%. Clotrimazole memiliki efek bakterial dan ini adalah
keuntungan untuk mengobati infeksi campuran bakteri-jamur.
Clotrimazole tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solusio dan
telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.
2. Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole
(2% krim) efektif hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C.
Albicans. Fluconazole topikal efektif hingga 90% kasus.
3. Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya
kegunaannya selama lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit
superfisial dan kulit. Agen ini dibedakan dari azole yang lainnya
dengan memiliki dua mekanisme dalam aksinya. Mekanisme pertama
adalah inhibisi dari sintesis ergosterol. Mekanisme kedua dengan
inhibisi dari peroksida, dimana dihasilkan oleh akumulasi peroksida
pada sel dan menyebabkan kematian sel. Efektif hingga 90%.
4. Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol
dan miconazole. Efektif hingga 100%.
Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Venkataramanan dan Kumar
(2016) menunjukkan pemberian itrakonazole per oral pada pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan otitis eksterna fungi rekuren selama 5 hari sangat efektif.
Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
formula tetes telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama.
Salep lebih aman pada kasus perforasi membran timpani karena akses ke
telinga tengah sedikit diakibatkan tingginya viskositas. Penggunaan cresylate
dan gentian violet harus dihindari pada pasien dengan perforasi membran
timpani karena memiliki efek iritasi pada mukosa telinga tengah. Serta
menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai
penyebabnya.Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus
33
lebih kuat untuk mencegah komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan
infeksi invasif ke tulang temporal.
Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis dapat berupa perforasi membran timpani, otitis
media serosa dan osteitis meatus akustikus eksternus. Perforasi membran
timpani terjadi akibat terbentuknya trombosis mikotik pada pembuluh darah
membran timpani sehingga menyebabkan nekrosis pada pembuluh darah
(Abdullah, 2003).
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium dini
diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas
yang paling sering adalah squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer
seperti seruminoma, kista adenoid, metastase karsinoma mamma, karsinoma
prostat, small (oat) cell“ dan karsinoma sel renal. Adanya rasa sakit pada daerah
mastoid terutama dari tumor ganas dan dapat disingkirkan dengan melakukan
pemeriksaan biopsi.
2.10 Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat,
34
tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga
dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena
lumen sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan
antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan
vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan
kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid
dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih
dan kering. Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat;
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik
khususnya diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada
tulang rawan telinga (Abdullah, 2003).
2.12 Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna
dapat dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna
35
kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna
biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.
36