Anda di halaman 1dari 6

Kajian nutrigenomik memberitahu makanan apa yang kita butuhkan dan makanan apa yang

harus kita hindari, apabila dikaji berdasarkan database gen yang berasosiasi dengan suatu
penyakit. Makanan yang kita makan tersusun atas molekul kimia yang mampu menginduksi
ekspresi gen. Komposisi kebutuhan gizi berbasis profil genotip akan memberian pengetahuan
tentang jenis-jenis pangan apa saja yang sesuai untuk dikonsumsi. Pengetahuan ini penting
untuk menjaga kesehatan dan menghindarkan dari potensi penyakit kronis yang mungkin
menyerang sehingga kebutuhan terhadap obat juga dapat dikurangi. Nutrigenomik adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor genetik dengan nutrisi yang memiliki
komposisi spesifik dan yang mampu menginduksi ekspresi gen dalam tubuh. Nutrigenomik
merupakan aplikasi genomik dalam pengembangan teknologi baru, seperti transkriptomik,
proteomik, metabolomik, dan epigenomik berbasis pada analisis fungsi gen dan ekspresinya.

Efek dari variasi genetik ini dipengaruhi oleh lokasi gen tersebut dan ekspresi protein dari
gen tersebut dan berefek terhadap proses matobolisme gen-gen terkait (genes cascade).
Perubahan dalam gen juga memberikan dampak yang berbeda terhadap populasi (ras) yang
berbeda. Susunan DNA tertentu juga memiliki ketahanan terhadap penyakit tertentu. Oleh
karena itu, perkembangan ilmu nutrigenomik merupakan momen yang krusial untuk
merevolusi pemahaman manusia terhadap apa yang dimakannya. Beberapa komponen nutrisi
essensial juga dapat mempengaruhi perubahan aktivitas gen dan kesehatan, seperti
karbohidrat, asam amino, asam lemak, kalsium, zinc, selenium, folate dan Vitamin A, C & E,
dan juga komponen bioaktif non-essesial mempengaruhi secara signifikan terhadap
kesehatan.

“Nutrigenomik ini akan membantu kita untuk mengetahui makanan dan minuman apa saja
yang cocok bagi gen tubuh kita sehingga penyakit obesitas, jantung, diabetes, kanker,
maupun sejumlah penyakit karena penuaan bisa kita hindari,” katanya.

Hasil studi awal yang telah dilakukannya pada 2009, diet mengandung glucomannan dapat
menunda rasa lapar dan meningkatkan secara grasual absorbsi diet gula, sehingga
berpengaruh mengurangi peningkatan level gula darah setelah makan.

Glucomannan 8 –13 gram per 100 gram kalori perhari– dapat menstabilkan gula darah
individu dengan sindrom resisten insulin (syndrome-X).

Diet serat tinggi glucomannan bagi penderita gula darah juga bisa didapat dari tepung porang.
Hanya saja, tepung porang ini tidak disarankan untuk tindakan preventif, tetapi sangat baik
untuk langkah dini terapi kuratif. Meski demikian, lanjut dia, masalah yang dihadapi dalam
memanfaatkan glucomannan pada tepung porang yang ada di Indonesia adalah kandungan
kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal dan iritasi jika dikonsumsi, bahkan dapat
menyebabkan kristalisasi dalam ginjal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan glucomannan
yang aman terhadap kalsium oksalat, perlu pengolahan lebih spesifik terhadap tepung porang
agar lebih aman dikonsumsi.

“Untuk mendapatkan bahan baku porang ini tidak sulit sebab sudah ada sejumlah kawasan
hutan yang mulai ditanami porang, khususnya di Saradan, Madiun,” ujarnya.
“Profil genetik dapat menjelaskan risiko dalam perkembangan suatu penyakit,” kata
Fatchiyah, Senin malam, 11 Februari 2013. Menurut Direktur Utama Laboratorium Biosains
Universitas Brawijaya itu, kajian aplikasi ilmu genetika terhadap kesehatan dan nutrisi
manusia diharapkan mengeksplorasi bahan-bahan alami baik dari herbal maupun bioaktif
peptide produk alami hewan. Pada dasarnya, senyawa dari makanan dapat dipelajari dan
dikembangkan sebagai modulator dari ekspresi gen dibandingkan sebagai nutrisi sederhana
bagi ilmu gizi dasar.

“Komponen genetik secara individual diturunkan dari nenek moyangnya mempunyai


kemampuan bervariasi terhadap makanan dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti
diabetes melitus (DM), obesitas, dan penyakit lain yang rentan terhadap pola susunan gizi
makanan,” kata dia.

Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor genetik dan nutrisi yang
memiliki komposisi spesifik dan yang mampu menginduksi ekspresi gen dalam tubuh.
Beberapa riset nutrigemonik membuktikan bahwa antara peran gen dalam asam
deoksiribonukleat alias DNA (deoxyribonucleid acid), diet yang dikonsumsi, dan penyakit-
penyakit tertentu mempunyai hubungan yang sangat kuat.

“Pengetahuan tentang nutrigemonik ini akan membantu kita untuk mengetahui makanan dan
minuman apa yang cocok untuk gen tubuh kita sehingga penyakit obesitas, diabetes, jantung,
kanker, osteoporosis, alzheimer, dan penyakit karena penuaan dapat dihindari,” ujar dia.
Nutrisi berbasis genomik individu juga berkontribusi untuk studi tentang nutrisi manusia
pada berbagai level dari bayi, anak-anak, dewasa, hingga manusia lanjut usia. Dicontohkan,
nutrigemonik dapat membantu untuk menentukan batas atas dan bawah nutrisi esensial dan
mikronutrien.

Menurut Fatchiyah masyarakat dewasa ini semakin meyakini bahwa melalui konsumsi
makanan mereka bisa memelihara kesehatan dan menghindarkan diri dari resiko menderita
sakit. “Profil genetik dapat menjelaskan resiko dalam perkembangan suatu penyakit,” kata
Fatchiyah disela gladibersih pengukuhan guru besar di Widyaloka UB Malang, Senin
(11/2/2013).

Kajian aplikasi ilmu genetika terhadap kesehatan dan nutrisi manusia diharapkan
mengeksplorasi bahan-bahan alami baik dari herbal maupun bioaktif peptide produk alami
hewan. Pada dasarnya ujar dia senyawa dari makanan dapat dipelajari dan dikembangkan
sebagai modulator dari ekspresi gen dibandingkan sebagai nutrisi sederhana bagi ilmu gizi
dasar.

“Komponen genetik secara individual diturunkan dari nenek moyangnya mempunyai


kemampuan bervariasi terhadap makanan dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti
diabetes mellitus (DM), obesitas, dan penyakit lain yang rentan terhadap pola susunan gizi
makanan,” jelas dia.
Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor genetik dengan nutrisi
yang memiliki komposisi spesifik dan yang mampu menginduksi ekspresi gen dalam tubuh.
Beberapa riset nutrigemonik membuktikan bahwa antara peran gen dalam DNA, diet yang
dikonsumsi, dan penyakit-penyakit tertentu mempunyai keterkaitan yang sangat kuat.
“Pengetahuan tentang nutrigemonik ini akan membantu kita untuk mengetahui makanan dan
minuman apa yang cocok untuk gen tubuh kita sehingga penyakit obesitas, diabetes, jantung,
kanker, osteoporosis, alzheimer, dan penyakit karena penuaan dapat dihindari,” tuturnya.

Nutrisi berbasis genomik individu juga berkontribusi untuk studi tentang nutrisi manusia
pada berbagai level dari bayi, anak-anak, dewasa, dan manula. Contohnya nutrigemonik
dapat membantu untuk menentukan batas atas dan bawah nutrisi esensial dan mikronutrien.

Nutrigenomik akan membantu mengetahui makanan dan minuman yang sesuai untuk gen tubuh
sehingga penyakit seperti diabetes dapat dihindari. Kajian Nutrigenomik merupakan disiplin ilmu
yang berisi informasi tentang genom dan molekul biologi lainnya serta interaksi gen dan diet
dalam tubuh manusia.
Masyarakat dewasa ini semakin meyakini bahwa melalui konsumsi makanan mereka bisa
memelihara kesehatan dan menghindarkan diri dari risiko menderita sakit.
Profil genetic dapat menjelaskan resiko individu dalam perkembangan suatu penyakit.
Rekomendasi diet yang tepat pada pasien maupun orang sehat sebaiknya berbasis pada profil
genetic individu, epidimiologi dan status klinis serta hasil analisis laboratorium pada berbagai
populasi.
Nutrigenomik meliputi pembelajaran yang luas dengan dua tujuan utama. Pertama untuk
menganalisis karakter dari masing-masing individu. Kedua menggunakan informasi tersebut
dalam pencegahan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup dengan efektivitas dari
konsumsi dan komponen makanan.
Prof.Fatchiyah merupakan guru besar ke-10 dari FMIPA dan ke-211 UB. Guru besar bidang Ilmu
Genetika Molekuler tersebut menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Nutrigenomik:
Strategi Cerdas Regulator Mekanisme Interaksi Genomik Dan Nutrisi Dalam Penanganan
Kesehatan Di Masa Depan”.
Gelar guru besar diraihnya berkat keaktifan dalam tri dharma perguruan tinggi. Tercatat
publikasi internasional yang ditulisnya sebanyak tiga buah dan juga karya tulis di jurnal nasional
yang banyak jumlahnya. Selain itu ia juga menerbitkan buku dengan penerbit nasional 5 buah,
dan satu karya yang sudah dipatenkan yaitu kit diagnostik diabetes tipe 1 yang akan segera
diproduksi masal.(oci/sir/eno).

Prof.Fatchiyah, M.Kes., PhD, guru besar dari Universitas Brawijaya (UB) mengemukan
pentingnya profil genetik bagi manusia, karena merupakan cara ampuh dan paling cerdas
bagi individu untuk mengetahui jenis penyakit yang kemungkinan bersarang dalam tubuh.
“Seseorang yang memiliki garis keturunan penyakit diabetes misalnya, juga berpeluang
terkena penyakit. Karena itu profil genetik penting untuk mencegah sedini mungkin,”
terangnya Senin (11/2/2013).

Dikatakan Fatchiyah, profil genetik dapat menjelaskan risiko individu dalam perkembangan
suatu penyakit. Mengetahui profil genetik hanya butuh waktu singkat, yaitu 2 x 24 jam.
“Setelah tahu profil gen, kita bisa memulai diet dengan nutrisi yang benar. Sebab, setiap gen
memerlukan jenis nutrisi berbeda,” jelas wanita yang memperoleh gelar doktornya di School
of life Science di Jepang ini.

Keterkaitan nutrisi dengan faktor genetik inilah yang disebut nutrigenomik. Ia mencontohkan
salah satu individu yang memiliki garis keturuan penyakit diabetes melitus harus melakukan
diet serat tinggi dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran. Juga dianjurkan
mengkonsumsi kacang-kacangan.

Sementara untuk individu yang memiliki keturunan Rheumatoid arthritis (RA) atau penyakit
rheumatik disarankan untuk mengonsumsi susu kambing peranakan etawa. Sel-sel CD4+ lah
yang menginisiasi penyakit RA ini. Karena itu,protein susu di dalam susu kambing etawa ini
mampu menjadi daya imun bagi kerusakan tulang. “Saya dan tim peneliti dari mahasiswa UB
sedang memproduksi susu kambing etawah untuk dipasarkan secara massal,” ungkap istri
dari H.Syahri Maujuli Wicaksono tersebut.

Profil genetik juga penting dilakukan bagi wanita hamil. Sebab, salah mengonsumsi nutrisi
berdampak pada ketidaknampaknya jenis kelamin bayi. “Di RSSA Malang, dari 3500
kelahiran ada 35 bayi yang tidak kelihatan jenis kelaminnya. Itu karena kesalahan pola
nutrisi,” ucapnya.

Untuk itu bagi ibu hamil harus segera mungkin memeriksakan kromosom sejak kehamilan
masuk empat bulan. Dari hasil scan kromosom itu, maka jenis kelamin bayi akan diketahui.
“Setelah jenis kelamin diketahui, maka nutrisi bisa disesuaikan. Tetapi sebaiknya tetap
berpedoman pada empat sehat lima sempurna,” bebernya.

Begitu pula bagi ibu calon bayi yang memiliki garis keturuan penyakit diabetes harus mulai
mengurangi konsumsi gula. “Mengganti gula dengan madu. Jangan sampai penyakit kita juga
membahayakan bayi kita,” pungkas wanita berusia 49 tahun ini.

Berdasarkan penelitian yang berjudul ‘nutrigenomik : strategi cerdas regulator mekanisme


interaksi genomik dan nutrisi dalam penanganan kesehatan di masa depan’, akhirnya
mengantarkan Fatchiyah memperoleh penghargaan guru besar di bidang ilmu genetika
molekular. Pengukuhan guru besarnya akan dilakukan Selasa (12/2/2013) besok.

Nutrigenomik merupakan kajian studi baru tentang pengaruh makanan terhadap ekspresi
informasi genetik secara individual ataupun komponen genetik yang dimiliki individu
mempengaruhi metabolisme dan respon terhadap komposisi gizi atau bioaktif dalam
makanan. Komponen genetik secara individual memiliki kemampuan yang bervariasi
terhadap makanan dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti diabetes mellitus tipe 2
(DM tipe 2). Demikian disampaikan Fatchiyah saat dirinya menjadi pembicara dalam Asia
Pacific Conference on Clinical Nutrition (APCCN) 2011 yang diselenggarakan di Bangkok
beberapa waktu lalu (5-9/6). Konferensi ini telah berlangsung selama tujuh kali dan diikuti
peneliti di Asia Pasifik untuk membahas tentang makanan yang dapat mengontrol penyakit
pada pasien maupun orang normal. Fatchiyah merupakan salah satu inviting speaker pada
symposium “Nutrition, Diabetes Mellitus dan Peptic Uller” dimana Daniel Pella dari India
merupakan chairman-nya. Pembicara lain yang juga presentasi adalah Irene Blackberry dari
Australia (Older People with type 2 Diabetes: Nutrition Considerations), Nithiwat
Vatanavicham dari Thailand (Nutritional Management of Patients with Inborn Errors of
Energy Metabolism) dan Sandip K. Bandyopadhyay dari India (Effect of Plant Derived
Natural Antioxidants on NSAID-induced Gastric Ulcer).

Dalam kesempatan tersebut, ia mempresentasikan penelitiannya berjudul “Glucomannan as


Herbal Therapy for Control Blood Glucose of Diabetes”. Beberapa waktu terakhir, peneliti
biomekanisme molekuler ini mulai mendalami nutrigenomik guna mengeksplorasi plasma
nutfah Indonesia yang sangat kaya. Diantara manfaat kekayaan tersebut adalah sebagai bahan
netraceutical food yang digunakan untuk terapi herbal serat tinggi dengan target gen-gen
terkait penyakit yang ditetapkan.

Penyakit DM tipe 2 dapat dikontrol dengan pengaturan diet yang dimonitor. Hubungan antara
diet karbohidrat dengan DM tipe 2 cukup kompleks, sehingga banyak penelitian telah
dilakukan untuk menentukan diet yang tepat untuk menurunkan glukosa darah. Salah satunya
adalah diet serat tinggi yang bekerja lebih baik dalam mengontrol diabetes dibanding diet
yang direkomendasikan ADA (American Diabetes Association). Diet jenis ini menurut
Fatchiyah mampu menurunkan level insulin hingga 12% dan level glukosa hingga 10% pada
pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsi diet serat tinggi dibanding diet group lain.

Glucomannan

“Diet yang mengandung glucomannan dapat menunda rasa lapar dan meningkatkan absorbsi
diet gula secara gradual sehingga berpengaruh mengurangi peningkatan level gula darah
setelah makan”, kata Fatchiyah kepada PRASETYA Online melalui email. Pada studi lain,
glucomannan 8-13g per 100g kalori per hari dapat menstabilkan gula darah individu dengan
sindrom resisten insulin (syndrome-X). ” Tetapi konsentrasi glucomannan yang tinggi bisa
menyebabkan menurunnya gula darah secara cepat dan menyebabkan hypoglicemia, kadar
gula darah sangat rendah”, tambahnya.

Glocomannan adalah serat tanaman konjac dan porang (iles iles, suweg) yang memiliki sifat
diantaranya tidak larut dalam air dan berbentuk seperti gel. “Karena tubuh tidak bisa
menyerap glucomannan, sehingga menghasilkan massa lunak yang besar, bergerak
menembus usus dan merangsang kontraksi otot usus”, terang Dosen Jurusan Biologi FMIPA
ini.

Tanaman porang (Amorphopallus mulleri) di Jawa Timur merupakan komoditi ekspor untuk
bahan konyaku dan shiratake ke Jepang. Jenis konjac glucomannan telah banyak dilakukan
penelitian berkaitan dengan pengontrolan DM tipe 2, tetapi pada porang yang ditemukan di
Jawa Timur belum ada laporan kegunaannya sebagai salah satu bahan diet serat tinggi. Untuk
itu perlu dikaji efektifitas tepung porang sebagai bahan diet serat tinggi dalam penurunan
kadar gula darah, ekspresi mRNA gen pro insulin pada pankreas dan hepar pada tikus
diabetes.

Diet tinggi serat sangat efektif untuk memperlambat penyerapan glukosa ke dalam sirkulasi
darah sehingga mengurangi sekresi insulin. Kombinasi dari diet karbohidrat dan serat yang
tinggi dapat mengurangi kebutuhan akan insulin. “Menurunnya kebutuhan insulin berarti juga
menurunkan aktivitas sel β pankreas dalam produksi insulin. Dengan adanya penurunan
aktivitas sel dalam produksi insulin, maka ATP yang seharusnya digunakan untuk sekresi
insulin dari vesikel dapat digunakan dalam melakukan regenerasi sel β pankreas”, kata
Fatchiyah.

Adanya kerusakan sel β pankreas akibat STZ menginduksi sel-sel β normal untuk melakukan
regenerasi. Toksisitas STZ dikarenakan adanya aktivitas alkilasi dari gugus
methylnitrosourea-nya, khususnya pada posisi O6 dari guanin. Transfer gugus methyl dari
STZ ke molekul DNA menyebabkan kerusakan pada sepanjang rantai yang mengalami
alkilasi, yang akhirnya menyebabkan fragmentasi DNA. Kerusakan ini menyebabkan
penurunan NAD+ dan ATP seluler, sehingga sel β mengalami nekrosis. Regenerasi sel β
merupakan proses alami untuk menggantikan sel-sel β yang rusak dengan membentuk sel β
baru karena adanya mekanisme feed back pada jaringan endokrin. Pembentukan sel β baru ini
membutuhkan energi berupa ATP untuk melakukan regenerasi melalui siklus sel. Dugaan
inilah yang mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan level
mRNA gen proinsulin pada tikus diabet dengan perlakuan glukomanan. Peningkatan level
mRNA ini diduga karena terjadi peningkatan jumlah sel β sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan hasil aktivitas sel berupa proses transkripsi mRNA dan translasi insulin.

Anda mungkin juga menyukai