Anda di halaman 1dari 4

LEADERSHIP DEVELOPMENT

AHMAD DAHLAN

P0205215307

PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH


MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PEMUDA
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
SONY
Saya pribadi sangat terkesan dan terinspirasi dari pengalaman para pendiri
Sony yaitu Masaru Ibuka dan Akio Morita yang mendirikan sebuah perusahaan
dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Negara Jepang pada
saat selesainya perang Dunia II. Perusahaan yang didirikan dengan modal pinjaman
$500 dan menempati sebuah ruangan yang kecil dan sempit dan tidak memiiliki
jendela, dengan jumlah karyawan awal hanya 20 orang, dan ketika didirikan para
pendirinya hanya makan sup kacang dan tidak tahu apa yang akan di makan
keesokan harinya, pada saat itu Negara jepang sedang mengalami krisis yaitu
kelaparan.

Dengan semangat dan tujuan pendirian perusahaan ialah membangun kembali


Jepang akibat dari kehancuran setelah Perang Dunia II, dengan menghasilkan
barang yang berguna bagi masyarakat. Walau pun bersemangat untuk membangun
kembali Jepang, pada minggu-minggu pertama mereka terus saja memperdebatkan
produk apa yang tepat dihasilkannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Hasilnya ialah, belum adanya kepastian yang bulat tentang produk apakah yang
paling tepat dihasilkan.

Bergerak dari keadaan awal yang serba sulit tersebut di atas, ternyata
perusahaan ini kemudian meluas usahanya melampaui bidang produksi barang
elektronik, merambah dari dalam negeri ke luar negeri, dengan berbagai cabang
dan anak perusahaan di seluruh dunia, mempekerjakan karyawan sebanyak
169.000 orang pada 31 Maret 2010, dan menempati urutan 69 dari 500 perusahaan
terbesar di dunia. Kinerjanya sangat mengesankan

Mengapa memilih Kasus SONY?

Saat ini saya dengan beberapa teman sedang mendirikan sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang jasa konsultasi dan penelitian khusus bidang arsitektur dan
perencanaan kota, kasus Sony merupakan sebuah insprasi dalam membangun
usaha saya ini, berangkat dari segala keterbatasan yang kami miliki saat ini, tetapi
kami tidak pernah menyerah dengan segala kekurangan dan keterbatasan tersebut,
Saya pribadi sangat banyak belajar dari cara para pendiri sony membangun
dan menghadapi permasalahan yang dihadapi ketika baru menjalankan usahanya,
falsafah perusahaan memang didasarkan untuk merubah negeri Jepang saat itu
mereka terus berkarya untuk membuat sesuatu yang bermutu, dibutuhkan dan
berguna bagi masyarakat.
Salah satu falsafah pendirian perusahaan adalah:
Jika perusahaan adalah tempat di mana para karyawan dapat berkumpul dengan
sehati, dan bersemangat memasukkan pikiran dan kemampuannya ke dalam produk
yang dihasilkan, maka perusahaan dan para karyawan akan menghasilkan
kegembiraan dan keuntungan yang jauh melampaui apa yang dapat dibayangkan
sebelumnya.
Pendiri Sony memperlakukan karyawan mereka seperti keluarga mereka
sendiri, mereka sangat memahami bahwa ketika semuanya bisa berjalan dengan
semangat dan hati yang sama akan berdampak pada kualitas produk atau karya
yang dihasilkan akan menjadi berkualitas tinggi dan otomatis akan mempengaruhi
keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan, disamping itu semua karyawan
memiliki rasa bahwa mereka adalah bagian yang sangat penting dari perusahaan,
sehingga dalam bekerja mereka merasa senang dan gembira.

Misi paling utama seorang manajer Jepang ialah mengembangkan hubungan yang
sehat dengan para karyawannya, untuk menciptakan perasaan sekeluarga di dalam
perusahaan, yaitu perasaan senasib di antara para karyawan dan manajer. Kami
akan berusaha menciptakan kondisi di dalam mana semua orang dapat berkumpul
bersama dalam semangat kerjasama kelompok, dan menerapkan kemampuan
teknologinya sepenuh hati.

Pendiri Sony mampu menciptakan iklim kondisi kerja yang sangat baik menjalin
hubungan yang baik dengan para karyawan, membangun perasaan senasib tidak
ada GAP yang besar antara manajer dan karyawan, bekerja bersama-sama dan
dengan semangat kerbersamaan kelompok yang kuat akan mempengaruhi kulitas
hasil karya yang diciptakan. Semua karyawan terdorong bekerja dengan baik karena
dorongan dari dalam dirinya yang merasa bahwa mereka adalah apa yang mereka
kerjakan.

Mereka sangat menghargai kritik bahkan menjadikan pengkritik sebagai


konsultan untuk perbaikan mutu produk Sony, mereka tidak menutup diri terhadap
perkembangan yang terjadi, mereka terus belajar dari siapapun termasuk ketika
mereka melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dan Belanda untuk dapat
meningkatkan kualitas produknya dan menjalin kerja sama perusahaan dengan luar
negeri.

Mereka tidak mudah tergoda dengan keuntungan sesaat, karena mereka


memiliki Visi dan Misi yang kuat dan jelas tentang masa depan perusahaannya,
mereka dengan mengatakan:

Lima puluh tahun yang lalu nama perusahaan Anda tidak dikenal, sama halnya
dengan nama perusahaan kami pada saat ini. Saya berada di sini dengan sebuah
produk yang baru, dan kini saya mengambil langkah pertama untuk perusahaan
kami lima puluh tahun ke depan. Saya berjanji kepada Anda bahwa lima puluh
tahun ke depan nama perusahaan kami akan sama terkenalnya dengan nama
perusahaan Anda pada hari ini.

Bagaimana Penerapannya dalam Kehdupan?

Membuat falsafah perusahaan yang menjungjung nilai-nilai yang baik dan mampu
diterima oleh banyak orang, dan menyusun visi dan misi perusahaan yang jelas dan
terukur sesuai dengan tantangan jaman saat ini.

Memanfaatkan apa yang kita miliki saat ini sebagai modal untuk menjalankan usaha
yang baru saya bangun, dengan mensyukuri dan tetap bekerja kerja keras untuk
menghadapi tantangan yang ada saat ini.
Membangun hubungan emosional yang baik dengan rekan-rekan kerja, membangun
ikatan kekeluargaan dan tidak membuat GAP antar sesame rekan kerja sehingga
bisa terjadi kontrak tidak tertulis yang berasal dari dalam hati masing-masing rekan-
rekan kerja.

Menanamkan nilai bahwa perusahaan yang ada sekarang adalah representasi para
orang-orang yang bekerja di dalamnya sehingga segala tindakan dan nilai-nilai yang
terlihat mampu di control dengan baik.

Berpegang teguh terhadap apa yang menjadi visi dan misi perusahaan, tidak mudah
tergoyah oleh keuntungan sesaat yang dapat merusak mimpi perusahaan.

Menjaga kualitas karya perusahaan yang mampu dipertanggung jawabkan, salah


satunya dengan menerima semua masukan dan kritikan oleh pihak luar untuk terus
membangun kulitas perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai