Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya. Klien mempunyai riwayat pernah melakukan hubungan seksual 15 tahun yang
lalu. Pemeriksaan fisik menunjukan TD 130/80 mmHg, R 20 x/ menit, N : 90 x/menit SB
38C, BB sakit 40 Kg dan sebelum sakit 60 kg, Nampak adanya sariawan. Hasil pemeriksaan
lab : leukosit 16.000, CD4 56, Hb 7.
1. KATA KUNCI
Usia 40 tahun
Gatal-gatal
Pernah melakukan hubungan seksual
Sariawan
BB saat sakit 40 kg
BB sebelum sakit 60 kg
2. KLASIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
TD = 130/80 mmHg
Normal Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Tekanan darah adalah merujuk kepada tekanan darah yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia.
Respirasi = 20X/menit
Normal Pernapasan : 12-20 x/menit
Pernapasan/respirasi pada manusia intinya adalah semua organ yang berperan
dalam proses pernapasan.
Nadi= 90X/menit
Normal Nadi : 60-110 x/menit
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa dari
jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa
dari jantung.
Suhu Badan = 380C
Normal suhu 36,5 – 37,5 C
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi
tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu
manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan.
(jtptunimus-gdl-s1-2008-saptorinin-1049-03-BAB+II.pdf)
Leukosit= 16000
Normal : 4000-11000 sel/MM3
Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan unit mobile
dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari granuler dan agranuler.
Dimana granuler meliputi : basofil, eosinofil, neutrofil batang, dan neutrofil segmen.
Sedangkan agrunuler meliputi : limfosit, monosit, dan sel plasma.(jtttunimus-
gdl/ambarwatig-5298-2-bab2.pdf)
CD4 = 56
Normal : 500-1200 sel/mm3
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel T.
ada 2 macam sel T. Sel T4, yang juga disebut CD4 dan kadangkala sel CD4+, adalah
sel pembantu. Sel T8 (cd8) Adalah sel penekan, yang mengakhiri tanggapan
kekebalan, sel CD8 juga disebut sel pembunuh, karena sel tersebut membunuh sel
kanker atau sel yang terinfeksi virus
(http://googleweblight.com/i?u=http://spiritia.o.id/li/bacali.php?linopersen3D124&hl
=ID-)
HB = 7
Hemoglobin adalah molekul didalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh
kadar hemoglobin (http://infolabolatoriumkesehatan.pdf )
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24 r/dL
3. MIND MAP
Hubungan seksual
Sariawan -
Penurunan BB
TD : 130/80
mmHg
RR : 20x/m - -
SB : 38°
Leukosit:
16.000/uL
CD4: 56/uL - -
HB: 7 - -
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Mengapa pada penderita HIV/AIDS timbul rasa gatal pada badan?
2) Bagaimana cara mengatasi ruam kulit (gatal-gatal pada kulit) pada penderita HIV?
3) Mengapa pada penderita HIV/AIDS timbul sariawan di mulut?
5. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
1) Hampir semua pasien terinfeksi HIV mengalami ruam (gatal-gatalan pada kulit) pada
suatu waktu setelah didiagnosis. Ruam adalah gejala masalah medis yang mendasar.
Diperkirakan sampai 50% kita mengembangkan ruam beberapa minggu setelah
terinfeksi HIV. Gejala ini muncul karena HIV menggandakan diri secara cepat di
tubuh kita dan menulari sel kekebalan sehingga melemahkan sistem pertahanan tubuh,
penderita AIDS akan lebih mudah mengalami berbagai gangguan kesehatan, termasuk
gangguan kulit. Tahap ini (yang disebut sebagai masa infeksi akut atau primer)
umumnya bertahan beberapa minggu. Penyebab lain munculnya ruam yang umum
pada Odha termasuk reaksi alergi pada obat, infeksi, dan kanker kulit disebut sarkoma
Kaposi (KS).
(http://www.spiritia.or.id/cst/dok/c1103.pdf)
2) Cara mengatasi ruam kulit pada penderita HIV dapat dilakukan dengan cara :
Timbulnya gejala ruam ini akan membuat kulit terutama permukaan kulit menjadi
lebih sensitif oleh karena itu sangat di anjurkan kepada pasien HIV untuk tidak
menggunakan beberapa jenis obat yang dapat memicu dampak alergi pada tubuh.
Ada baiknya jika menggunakan obat-obatan untuk mengatasi ruam yang berasal
dari dokter, hal ini perlu dilakukan guna mengantisipasi ruam yang menjadi lebih
parah dan sulit untuk di sembuhkan sebagai salah satu cara mangobati HIV tahap
awal.
Cari tahu kepada dokter mengenai jenis infeksi bakteri apa yang dapat
menyebabkan tubuh mengalami ruam kulit dengan cara ini diharapkan pasien
menjadi lebih berhati-hati agar tidak terinfeksi bakteri yang dapat memperparah
ruam yang di alami.
Gunakan obat ruam dalam bentuk krim agar mudah digunakan setiap harinya.
Obat antialergi dalam bentuk krim ini dapat mengurangi rasa gatal dan tidak
nyaman akibat dampak ruam kulit. Obat yang di gunakan bisa juga berasal dari
obat HIV tradisional seperti bawang putih. Ketika menggunakan krim obat ini ada
baiknya jika menghindari paparan sinar matahari secara langsung atau suhu
ruangan yang terlalu dingin karena dapat memperparah ruam.
Saat mandi ada baiknya memilih menggunakan air dingin dari pada menggunakan
air panas. Air panas dapat membuat ruam menjadi teriritasi. Selain itu ada baiknya
juga untuk lebih mengutaman penggunaan sabun yang lembut dan berbahan dasar
herbal yang biasanya tersedia di apotek.
(http://dokteraids.com/ruam-kulit-pada-penderita-hiv)
3) Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retro virus yang dapat menginfeksi
dan menyebabkan kerusakan progresif sel sistem imun terutama CD4+ limfosit T.
Saat proteksi imunitas sel T berkurang, pasien dengan HIV/AIDS menjadi
mudah terkena infeksi jamur. Salah satu nya yaitu jamur candida yang dapat
menyebabkan sariyawan atau disebut juga candidiasis. Gejala tersering dari sariawan
adalah adanya lesi yang timbul di mulut berwarna putih, menonjol, biasanya di lidah
atau mukosa pipi, tetapi kadang juga ada di langit-langit mulut, tonsil, atau di
tenggorokkan. Lesi ini dapat berupa seperti sisa keju di mulut, atau lapisan putih di
mulut, namun dapat nyeri dan berdarah ketika Anda mencoba mengambil lapisannya
tersebut.
(http://pdgimakassar.org/journal/file_jurnal/1702022209122.pdf)
6. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mengetahui terapi ARV pada penyakit HIV-AIDS
7. INFORMASI TAMBAHAN
1) Terapi ARV merupakan terapi yang digunakan dalam dunia medis untuk mengobati
para pengidap HIV atau biasa dikenal sebagai ODHA. Tujuan pengobatan ARV untuk
mengurangi laju penularan HIV di masayarakat, menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang berhubungan dengan HIV, memperbaiki kualitas hidup orang dengan
HIV dan AIDS, memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh serta menekan
replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus
8. KLARIFIKASI INFORMASI
PENERAPAN SISTEM MONITORING TERAPI ARV (ANTIRETROVIRAL)
DENGAN METODE CLIENT SERVER BERBASIS SMARTPHONE PADA RSUP
DR. SARDJITO
1) AIDS adalah salah satu penyakit yang menyita perhatian dalam dunia medis. AIDS
merupakan suatu penyakit yang berupa sekumpulan gejala dan infeksi atau syndrome
yang ditimbulkan oleh rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV Penanganan penyakit AIDS dalam dunia medis adalah terapi pengobatan ARV
harus meminim obat ahrus disisplin ketat dan terus menerus seumur hidup ODHA
untuk menghambat replikasi virus HIV, namun dalam kenyataannya banyak pasien
penyakit AIDS yang tidak mendapatkan hasil yang optimal dalam menjalankan terapi
HIV, karena kurangnya tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat adalam
menjalani terapi ARV.
Subjek yang menjadi penelitian ini adalah penerapan sistem monitoring untuk
pemantauan pelaksanaan terapi pengobatan ARV. Metode penelitian yang digunakan
dengan studi pustaka dan wawancara dengan petugas klinik pengobatan HIV/AIDS.
Tahap analisis dilakukan untuk menentukan spesifikasi sistem monitoring agar sesuai
dengan kebutuhan. Tahap analisis meliputi perancangan sistem, perancangan database
dan perancangan antarmuka. Metode yang diguanak pada tahap implementasi adalah
client server, dimana aplikasi server dikembangkan menggunakan PHP dengan
Framework Codeigniter, sedangkan aplikasi client menggunakan bahasa
pemrograman JAVA untuk mengembangkan aplikasi berbasis smartphone Android.
Sistem yang dihasilkan diuji dengan dua metode yaitu Black Box Test dan Alfa Test.
Hasil dari penelitian adalah sebuah sistem monitoring yang terdiri dari aplikasi server
berbasis wab dan aplikasi client berbasis Android yang dapat membantu proses
pemantauan kepatuhan dan pemantauan perkembanagan CD4 pasien HIV/AIDS ARV
untuk mensukseskan pelaksanaan terapi ARV.
9. SINTESA KASUS
Dari skenario di atas pasien mengeluh gatal-gatal pada seluruh badannya. Klien
mempunyai riwayat pernah melakukan hubungan seksual 15 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik menunjukan TD 130/80 mmHg, R 20X/ menit, N : 90x/menit SB 38C,
BB sakit 40 Kg dan sebelum sakit 60 kg, Nampak adanya sariawan. Hasil pemeriksaan
lab : leukosit 16.000, CD4 56, Hb 7. Sehingga kami menyimpulkan bahwa klien
mengaidap HIV pada orang dewasa karena beberapa tanda dan gejala yang ditimbulakan
pada kasusu merujuk pada penyakit HIV
ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP MEDIS
A. Definisi
HIV merupakan merupakan penyakit kekurangan sistem imun yang disebabkan
oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV
adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang
dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).
Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional (Santrock,
2003). Perubahan fisik yang sangat menonjol pada masa ini terjadi pada fungsi seksual
atau karakteristik seks sekunder. Masa ini remaja juga mudah mengalami perubahan
perilaku terutama terlihat pada perilaku seksual.
Penularan HIV pada remaja terjadi cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
pernyataan dari UNCEF yang menyatakan terjadi peningkatan kasus HIV pada remaja
sebesar 50% selama tahun 2005-2012. Tingginya penularan HIV pada remaja
dikarenakan perubahan fisik dan psikis pada remaja. Pada saat remaja juga terjadi masa
pubertas dimana terjadi pematangan hormon dan fungsi alat reproduksi. Hal ini
menyebakan peningkatan dorongan seksual. Hubungan seksual inilah yang menjadi salah
satu penularan HIV AIDS.
B. Etiologi
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan
Ibu pada bayinya, penularan HIV bisa terjadi pada saat kehamilan
Darah dan produk darah yang tercemar HIV AIDS
Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Menggunakan jarum suntik secara bergantian
C. Patofisiologi
Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami
dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga
tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1)
fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada
tahap akhir. Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang
imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas merupakan
penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70% dari orang deawasa
selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri
tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga
ditandai dengan produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan persemaian yang
luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai dengan berkurangnya sel T
CD4+. Namum segera setelah hal itu terjadi, akan muncul respon imun yang spesifik
terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang waktu 3
hingga 17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+ yang
spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah
normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda
berakhirnya replikasi virus, yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+
jaringan. Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut
hingga beberapa tahun.
HIV masuk
kedalam tubuh
manusia
Mengikat molekul
CO4
Memiliki sel
target dan
memproduksi
virus
Sel limfosit T4
hancur
Imunitas tubuh
menurun
Infeksi
oportunistik
Pirogen
eksogen Sistem Sistem
pencernaan integumen
Merangsang pelepasan
pirogen endogen Infeksi jamur Peradangan
(sitokinin) kulit
Sitokinin Peradangan
meningkat mulut Bercak putih
putih
Stomatitis
Merangsang Sariawan Gatal-gatal
hipotalamus
mengsekresi
Sulit
Timbul
mengunyah
Suhu tubuh lesi
meningkat
Dx : Gangguan
Anoreksia
Integritas Kulit
Dx :
Hipertermi
Dx : Defisit
Nutrisi
E. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan),
batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak
kemerahan pada kulit (makula / ruam).
Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.
Beberapa tes HIV adalah Full Blood Count (FBC), pemeriksaan fungsi
hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin, pemeriksaan
feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi terhadap HIV, Viral
load, CD4/CD8.
Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV menurut WHO
SEARO 2007.
1. Keadaan umum :
- Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar
- Demam (terus menerus atau intermitten, temperatur oral >37,5ᵒC) yang lebih
dari satu bulan,
- Diare (terus menerus atau intermitten) yang lebih dari satu bulan.
- Limfadenopati meluas
2. Kulit :
Post exposure prophylaxis (PPP) dan kulit kering yang luas merupakan dugaan
kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kulit genital (genital warts),
folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS(ODHA)
tapi tidak selalu terkait dengan HIV.
3. Infeksi
- Infeksi Jamur : Kandidiasis oral, dermatitis seboroik, kandidiasis vagina
berulang
- Infeksi viral : Herpes zoster,
- Herpes genital (berulang), moluskum kotangiosum, kondiloma.
- Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas, tuberkulosis,
pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang.
- Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan
tidak jelas penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
F. Penatalaksanaan
Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar yang
dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena :
1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual
pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang
dianut oleh konselor itu sendiri.
5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif
Voluntary Conseling Testing atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau
dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengantujuan
untuk mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta
dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya (Nursalam, 2011).
G. Komplikasi
1. Oral lesi
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologic, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia AIDS karena
serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan isolasi social. Enselopati akut
karena reaks terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis, atau ensepalitis. Dengan efek seperti sakit kepala, malise demam,
paralise, total/parsial, infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti: diare karena bakteri
dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan
efek penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocitis, carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk nyeri, hipoksia,
keletihan, dan gagal nafas.
5. Dermatologic
Lesi kulit stafilokukus, virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/Yuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder, dan sepsis.
6. Sensorik
Pada bagian sensorik virus menyebabkan pandangan pada otitis eksternal dan otitis
media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
H. Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang
yang terpapar HIV bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang yang
terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2% untuk menjadi AIDS pada
beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Resiko
terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%. Sebelum
diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat berhasil
menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada
penderita yang terbukti sembuh.
Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti
polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleidacid (bDNA) test
membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih
dari sejuta virus RNA/mL plasma. Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera
mengalami penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat dirumah sakit. Hampir semua
penderita akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obatan anti virus terbaru dan metode-metode
pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbaharui, penderita bisa
mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun setelah
terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani
walaupun belum bisa disembuhkan.
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama : Tn. K
2. tempat/ tanggal lahir : Tidak terkaji
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status kawin : Tidak terkaji
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Tidak terkaji
7. Pekerjaan :Tidak terkaji
8. Alamat : Tidak terkaji
9. Diagnosa medis : Tidak terkaji
10. No. MR : Tidak terkaji
b. Keluhan utama
Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya. Klien mempunyai riwayat pernah berhubungan seksual 15 tahun yang
lalu. Pemeriksaan fisik menunjukkan TD=130/80 mmHg. R=30x/menit.
N=90x/menit/ SB=380C. BB sakit 40 kg dan sebelum sakit 60 kg. Nampak adanya
sariawan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
-
e. Riwayat kesehatan keluarga
-
Gatal-gatal
Timbul Lesi
Sitokinin Meningkat
Hipertermia
Peradangan Mulut
Sariawan
Sulit Menelan
Anoreksia
Defisit Nutrisi
4. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan integritas NOC Observasi
kuit/jaringan (D.0129) Integritas jaringan :kulit 1. Monitor adanya tanda dan 1. Untuk mengetahui sejauh
Definisi : Kerusakan kulit & membrane mukosa gejala infeksi sistemik mana infeksiyang timbul
(dermis dan atau epidermis ) Tujuan : 2. Monitor kerentanan terhadap 2. Mengatasi kerentan
atau jaringan membran mukosa, Setelah dilakukan tindakan …x24 infeksi terhadap peyebaran
korrnea, fasia, otot,.tendom, jam diharapkan Gangguan infeksi
tulang, kartilango, kapsul sendi integritas kuit/jaringan Mandiri
dan atau ligamen ). dapat teratasi. 3. Tingkatkan asupan nutrisi yang 3. Meningkatkan energi dan
Gejala dan tanda mayor : cukup daya tahan tubuh
Subjektif kriteria hasil : Health Education
(Tidak tersedia) - Tidak terganggu suhu 4. Ajarkan pasin dan keluarga 4. Agar dapat mengetahui
Objektif kulit. pasien mengenai perbedaan- perbedaan infeksi virus
Kerusakan jaringan dan - Integritas kulit tidak perbedaan antara infeksi- dan bakteri
atau lapisan kulit terganggu infeksi virus dan bakteri
5. Ajarkan pasien dan anggota 5. Untuk menghindari
Gejala dan Tanda Minor
keluarga bagaimana cara adanya infeksi pada
menghindari infeksi penderita
Objektif
Kemerahan Kolaborasi
6. Periksa kulit dan selaput lendir 6. Untuk mendapatkan
untuk adanya kemerahan pengobatan dari dokter.
7. skrining semua pengunjung 7. Untuk mengetahui
terkait penyakit menular adannya penyakit yang
menular pada pengunjung