Anda di halaman 1dari 30

Kasus 1

Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya. Klien mempunyai riwayat pernah melakukan hubungan seksual 15 tahun yang
lalu. Pemeriksaan fisik menunjukan TD 130/80 mmHg, R 20 x/ menit, N : 90 x/menit SB
38C, BB sakit 40 Kg dan sebelum sakit 60 kg, Nampak adanya sariawan. Hasil pemeriksaan
lab : leukosit 16.000, CD4 56, Hb 7.

1. KATA KUNCI
 Usia 40 tahun
 Gatal-gatal
 Pernah melakukan hubungan seksual
 Sariawan
 BB saat sakit 40 kg
 BB sebelum sakit 60 kg
2. KLASIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
 TD = 130/80 mmHg
Normal Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Tekanan darah adalah merujuk kepada tekanan darah yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia.
 Respirasi = 20X/menit
Normal Pernapasan : 12-20 x/menit
Pernapasan/respirasi pada manusia intinya adalah semua organ yang berperan
dalam proses pernapasan.
 Nadi= 90X/menit
Normal Nadi : 60-110 x/menit
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa dari
jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa
dari jantung.
 Suhu Badan = 380C
Normal suhu 36,5 – 37,5 C
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi
tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu
manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan.
(jtptunimus-gdl-s1-2008-saptorinin-1049-03-BAB+II.pdf)
 Leukosit= 16000
Normal : 4000-11000 sel/MM3
Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan unit mobile
dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari granuler dan agranuler.
Dimana granuler meliputi : basofil, eosinofil, neutrofil batang, dan neutrofil segmen.
Sedangkan agrunuler meliputi : limfosit, monosit, dan sel plasma.(jtttunimus-
gdl/ambarwatig-5298-2-bab2.pdf)
 CD4 = 56
Normal : 500-1200 sel/mm3
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel T.
ada 2 macam sel T. Sel T4, yang juga disebut CD4 dan kadangkala sel CD4+, adalah
sel pembantu. Sel T8 (cd8) Adalah sel penekan, yang mengakhiri tanggapan
kekebalan, sel CD8 juga disebut sel pembunuh, karena sel tersebut membunuh sel
kanker atau sel yang terinfeksi virus
(http://googleweblight.com/i?u=http://spiritia.o.id/li/bacali.php?linopersen3D124&hl
=ID-)
 HB = 7
Hemoglobin adalah molekul didalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh
kadar hemoglobin (http://infolabolatoriumkesehatan.pdf )
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24 r/dL
3. MIND MAP
Hubungan seksual

HIV AIDS Herpes Sifilis


a. Definisi a. Definisi
a. Definisi
HIV secara drastis dapat Herpes adalah radang
Sifilis adalah infeksi
menurunkan sistem kulit yang ditandai dengan
yang disebabkan oleh
kekebalan tubuh, sehingga pembentukan gelembung-
bakteri yang bernama
memungkinkan penyakit, gelembung berisi air pada
treponema palladium.
bakteri, virus, dan infeksi dasar peradangan dan
Sifilis adalah salah satu
lainya menyerang tubuh. berkelompok. sedangkan
infeksi menular seksual
Aids adalah kondisi yang menurut kamus kedokteran
(IMS) umumnya infeksi
paling parah dari penyakit Dorland Herpes adalah
ini menyebar melalui
HIV dan ditandai dengan eruksi kulit yang menyebar
hubungan seksual dengan
munculnya penyakit lain yang disebabkan oleh virus
orang sudah terinfeksi
seperti kanker, dan berbagai herpes dan ditandai oleh
HIV.
infeksi, yang muncul seiring pembentukan vesikel kecil
b. Tanda dan gejala
dengan melemahnyasistem yang mengelompok.
 Luka pada penis,
kekebalan tubuh.
vagina, atau sekitar
b. Tanda dan gejala b. Tanda dan gejala
anus, bibir atau mulut,
 Kehilangan napsu makan  Luka melepuh
amandel, dan jari
 Penurunan BB involunter  Alergi karena gigitan
 Pembengkakan kelenjar
dan bermakna lebih dari serangga dll
dibagian leher, ketiak,
10% BB awal  Penyakit cacar air
atau pangkal paha
 Kandidiasis oral  Flu demam
 Raum pada telapak
 Infeksi pada integumen  Kehilangan Napsu makan
tangan dan kaki
yang menyebabkan  Kelelahan
 Kutil pada kelamin
gatal-gatal, nyeri, kulit
 Lelah, sakit kepala
kering dan bercak pada
 Demam
kulit
 Nyeri pada persendian
 Penurunan CD4 <200u/L
 Penurunan BB
 Kerontokan rambut
Lembar Ceklis

Penyakit HIV AIDS HERPES SIFILIS


Tanda&gejala
Infeksi melalui   
hubungan Seksual
Gatal-gatal   

Sariawan  - 
Penurunan BB   

TD : 130/80   
mmHg
RR : 20x/m  - -

SB : 38°   
Leukosit:   
16.000/uL
CD4: 56/uL  - -
HB: 7  - -

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Mengapa pada penderita HIV/AIDS timbul rasa gatal pada badan?
2) Bagaimana cara mengatasi ruam kulit (gatal-gatal pada kulit) pada penderita HIV?
3) Mengapa pada penderita HIV/AIDS timbul sariawan di mulut?
5. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
1) Hampir semua pasien terinfeksi HIV mengalami ruam (gatal-gatalan pada kulit) pada
suatu waktu setelah didiagnosis. Ruam adalah gejala masalah medis yang mendasar.
Diperkirakan sampai 50% kita mengembangkan ruam beberapa minggu setelah
terinfeksi HIV. Gejala ini muncul karena HIV menggandakan diri secara cepat di
tubuh kita dan menulari sel kekebalan sehingga melemahkan sistem pertahanan tubuh,
penderita AIDS akan lebih mudah mengalami berbagai gangguan kesehatan, termasuk
gangguan kulit. Tahap ini (yang disebut sebagai masa infeksi akut atau primer)
umumnya bertahan beberapa minggu. Penyebab lain munculnya ruam yang umum
pada Odha termasuk reaksi alergi pada obat, infeksi, dan kanker kulit disebut sarkoma
Kaposi (KS).
(http://www.spiritia.or.id/cst/dok/c1103.pdf)
2) Cara mengatasi ruam kulit pada penderita HIV dapat dilakukan dengan cara :
 Timbulnya gejala ruam ini akan membuat kulit terutama permukaan kulit menjadi
lebih sensitif oleh karena itu sangat di anjurkan kepada pasien HIV untuk tidak
menggunakan beberapa jenis obat yang dapat memicu dampak alergi pada tubuh.
Ada baiknya jika menggunakan obat-obatan untuk mengatasi ruam yang berasal
dari dokter, hal ini perlu dilakukan guna mengantisipasi ruam yang menjadi lebih
parah dan sulit untuk di sembuhkan sebagai salah satu cara mangobati HIV tahap
awal.
 Cari tahu kepada dokter mengenai jenis infeksi bakteri apa yang dapat
menyebabkan tubuh mengalami ruam kulit dengan cara ini diharapkan pasien
menjadi lebih berhati-hati agar tidak terinfeksi bakteri yang dapat memperparah
ruam yang di alami.
 Gunakan obat ruam dalam bentuk krim agar mudah digunakan setiap harinya.
Obat antialergi dalam bentuk krim ini dapat mengurangi rasa gatal dan tidak
nyaman akibat dampak ruam kulit. Obat yang di gunakan bisa juga berasal dari
obat HIV tradisional seperti bawang putih. Ketika menggunakan krim obat ini ada
baiknya jika menghindari paparan sinar matahari secara langsung atau suhu
ruangan yang terlalu dingin karena dapat memperparah ruam.
 Saat mandi ada baiknya memilih menggunakan air dingin dari pada menggunakan
air panas. Air panas dapat membuat ruam menjadi teriritasi. Selain itu ada baiknya
juga untuk lebih mengutaman penggunaan sabun yang lembut dan berbahan dasar
herbal yang biasanya tersedia di apotek.
(http://dokteraids.com/ruam-kulit-pada-penderita-hiv)
3) Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retro virus yang dapat menginfeksi
dan menyebabkan kerusakan progresif sel sistem imun terutama CD4+ limfosit T.
Saat proteksi imunitas sel T berkurang, pasien dengan HIV/AIDS menjadi
mudah terkena infeksi jamur. Salah satu nya yaitu jamur candida yang dapat
menyebabkan sariyawan atau disebut juga candidiasis. Gejala tersering dari sariawan
adalah adanya lesi yang timbul di mulut berwarna putih, menonjol, biasanya di lidah
atau mukosa pipi, tetapi kadang juga ada di langit-langit mulut, tonsil, atau di
tenggorokkan. Lesi ini dapat berupa seperti sisa keju di mulut, atau lapisan putih di
mulut, namun dapat nyeri dan berdarah ketika Anda mencoba mengambil lapisannya
tersebut.
(http://pdgimakassar.org/journal/file_jurnal/1702022209122.pdf)
6. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mengetahui terapi ARV pada penyakit HIV-AIDS
7. INFORMASI TAMBAHAN
1) Terapi ARV merupakan terapi yang digunakan dalam dunia medis untuk mengobati
para pengidap HIV atau biasa dikenal sebagai ODHA. Tujuan pengobatan ARV untuk
mengurangi laju penularan HIV di masayarakat, menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang berhubungan dengan HIV, memperbaiki kualitas hidup orang dengan
HIV dan AIDS, memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh serta menekan
replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus
8. KLARIFIKASI INFORMASI
PENERAPAN SISTEM MONITORING TERAPI ARV (ANTIRETROVIRAL)
DENGAN METODE CLIENT SERVER BERBASIS SMARTPHONE PADA RSUP
DR. SARDJITO

Oleh Zia Ulhaq dan Wahyu Pujiyono

1) AIDS adalah salah satu penyakit yang menyita perhatian dalam dunia medis. AIDS
merupakan suatu penyakit yang berupa sekumpulan gejala dan infeksi atau syndrome
yang ditimbulkan oleh rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV Penanganan penyakit AIDS dalam dunia medis adalah terapi pengobatan ARV
harus meminim obat ahrus disisplin ketat dan terus menerus seumur hidup ODHA
untuk menghambat replikasi virus HIV, namun dalam kenyataannya banyak pasien
penyakit AIDS yang tidak mendapatkan hasil yang optimal dalam menjalankan terapi
HIV, karena kurangnya tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat adalam
menjalani terapi ARV.
Subjek yang menjadi penelitian ini adalah penerapan sistem monitoring untuk
pemantauan pelaksanaan terapi pengobatan ARV. Metode penelitian yang digunakan
dengan studi pustaka dan wawancara dengan petugas klinik pengobatan HIV/AIDS.
Tahap analisis dilakukan untuk menentukan spesifikasi sistem monitoring agar sesuai
dengan kebutuhan. Tahap analisis meliputi perancangan sistem, perancangan database
dan perancangan antarmuka. Metode yang diguanak pada tahap implementasi adalah
client server, dimana aplikasi server dikembangkan menggunakan PHP dengan
Framework Codeigniter, sedangkan aplikasi client menggunakan bahasa
pemrograman JAVA untuk mengembangkan aplikasi berbasis smartphone Android.
Sistem yang dihasilkan diuji dengan dua metode yaitu Black Box Test dan Alfa Test.
Hasil dari penelitian adalah sebuah sistem monitoring yang terdiri dari aplikasi server
berbasis wab dan aplikasi client berbasis Android yang dapat membantu proses
pemantauan kepatuhan dan pemantauan perkembanagan CD4 pasien HIV/AIDS ARV
untuk mensukseskan pelaksanaan terapi ARV.
9. SINTESA KASUS
Dari skenario di atas pasien mengeluh gatal-gatal pada seluruh badannya. Klien
mempunyai riwayat pernah melakukan hubungan seksual 15 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik menunjukan TD 130/80 mmHg, R 20X/ menit, N : 90x/menit SB 38C,
BB sakit 40 Kg dan sebelum sakit 60 kg, Nampak adanya sariawan. Hasil pemeriksaan
lab : leukosit 16.000, CD4 56, Hb 7. Sehingga kami menyimpulkan bahwa klien
mengaidap HIV pada orang dewasa karena beberapa tanda dan gejala yang ditimbulakan
pada kasusu merujuk pada penyakit HIV

10. LAPORAN DISKUSI

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT HIV PADA ORANG DEWASA

KONSEP MEDIS

A. Definisi
HIV merupakan merupakan penyakit kekurangan sistem imun yang disebabkan
oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV
adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang
dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).
Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional (Santrock,
2003). Perubahan fisik yang sangat menonjol pada masa ini terjadi pada fungsi seksual
atau karakteristik seks sekunder. Masa ini remaja juga mudah mengalami perubahan
perilaku terutama terlihat pada perilaku seksual.
Penularan HIV pada remaja terjadi cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
pernyataan dari UNCEF yang menyatakan terjadi peningkatan kasus HIV pada remaja
sebesar 50% selama tahun 2005-2012. Tingginya penularan HIV pada remaja
dikarenakan perubahan fisik dan psikis pada remaja. Pada saat remaja juga terjadi masa
pubertas dimana terjadi pematangan hormon dan fungsi alat reproduksi. Hal ini
menyebakan peningkatan dorongan seksual. Hubungan seksual inilah yang menjadi salah
satu penularan HIV AIDS.
B. Etiologi
 Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan
 Ibu pada bayinya, penularan HIV bisa terjadi pada saat kehamilan
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV AIDS
 Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
 Menggunakan jarum suntik secara bergantian
C. Patofisiologi

Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami
dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga
tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1)
fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada
tahap akhir. Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang
imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas merupakan
penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70% dari orang deawasa
selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri
tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga
ditandai dengan produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan persemaian yang
luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai dengan berkurangnya sel T
CD4+. Namum segera setelah hal itu terjadi, akan muncul respon imun yang spesifik
terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang waktu 3
hingga 17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+ yang
spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah
normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda
berakhirnya replikasi virus, yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+
jaringan. Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut
hingga beberapa tahun.

Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati persisten,


dan banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti ariawan
(Candida) atau harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus
berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang
berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+ akan
tergantikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu penurunan sel CD4+ dalam darah
perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang panjang dan
beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang, jumlah sel CD4+ mulai menurun, dan
jumlah sel CD4+ hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin meningkat. Limfadenopati
persisten yang disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang bermakna
(demam, ruam, mudah lelah) mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem imun,
peningkatan replikasi virus, dan onset fase “krisis”.

Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan kehancuran ppertahanan penjamu


yang sangat merugikan peningkatan viremia yang nyata, serta penyakit klinis. Para pasien
khasnya akan mengalami demam lebih dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat badan,
dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya interval yang
berubah-ubah, para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma
sekunder, dan atau manifestasi neurologis (disebut dengan kondisi yang menentukan
AIDS), dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang
sesungguhnya. Bahkan jika kondisi lazim yang menentukan AIDS tidak muncul,
pedoman CDC yang digunakan saat ini menentukan bahwa seseorang yang terinfeksi
HIV dengan jumlah sel CD4+ kurang atau sama dengan 200/μL sebagai pengidap AIDS.
D. Pathway
Seks bebas

HIV masuk
kedalam tubuh
manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai


molekul CO4 (limfosit T4,
monosit, sel dendrite, sel
langerhans

Mengikat molekul
CO4

Memiliki sel
target dan
memproduksi
virus
Sel limfosit T4
hancur

Imunitas tubuh
menurun

Infeksi
oportunistik

Pirogen
eksogen Sistem Sistem
pencernaan integumen

Merangsang pelepasan
pirogen endogen Infeksi jamur Peradangan
(sitokinin) kulit
Sitokinin Peradangan
meningkat mulut Bercak putih
putih
Stomatitis
Merangsang Sariawan Gatal-gatal
hipotalamus
mengsekresi
Sulit
Timbul
mengunyah
Suhu tubuh lesi
meningkat
Dx : Gangguan
Anoreksia
Integritas Kulit
Dx :
Hipertermi
Dx : Defisit
Nutrisi
E. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan),
batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak
kemerahan pada kulit (makula / ruam).

Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.

Tabel 2. Gejala mayor dan minor diagonis AIDS


GEJALA MAYOR GEJALA MINOR
Berat badan turun >10% dalam 1 Batuk menetap >1 bulan
bulan Dermatitis generalisata
Diare kronik >1 bulan Herpes Zooster multisegmental
Demam berkepanjangan >1 bulan dan berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasi orofaringeal
Demensia / HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
Retinitis virus sitomegalo
Dikutip dari : Buku Informasi Dasar HIV/AIDS dari kepustakaan 35

Beberapa tes HIV adalah Full Blood Count (FBC), pemeriksaan fungsi
hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin, pemeriksaan
feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi terhadap HIV, Viral
load, CD4/CD8.

Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV menurut WHO
SEARO 2007.

1. Keadaan umum :
- Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar
- Demam (terus menerus atau intermitten, temperatur oral >37,5ᵒC) yang lebih
dari satu bulan,
- Diare (terus menerus atau intermitten) yang lebih dari satu bulan.
- Limfadenopati meluas
2. Kulit :
Post exposure prophylaxis (PPP) dan kulit kering yang luas merupakan dugaan
kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kulit genital (genital warts),
folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS(ODHA)
tapi tidak selalu terkait dengan HIV.
3. Infeksi
- Infeksi Jamur : Kandidiasis oral, dermatitis seboroik, kandidiasis vagina
berulang
- Infeksi viral : Herpes zoster,
- Herpes genital (berulang), moluskum kotangiosum, kondiloma.
- Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas, tuberkulosis,
pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang.
- Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan
tidak jelas penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
F. Penatalaksanaan

Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis meliputi


beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang berhubungan
dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV lewar preparat antivirus,
dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan preparat
immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena efek
infeksi HIV dan penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek
tersebut mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan
perubahan status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi
Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMPSMZ
(Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV kepada pasien-
pasien dengan fungsi gastrointerstinal yang normal tidak memberikan keuntungan
apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan TMP-SMZ dapat mengalami efekyang
merugikan dengan insiden tinggi yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam,
leukopenia, trombositopenia dengan ganggua fungsi renal. Pentamidin, suatu obat anti
protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif untuk melawan PCP. Jika terjadi efek
yang merugikan atau jika pasien tidak memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati
dengan TMP-SMZ, petugas kesehatan dapat merekomendasikan pentamidin. Kompleks
Mycobacterium avium, terapi kompleks Mycobacterium avium complex (MAC) masih
belum ditentukan dengan jelas dan meliputi penggunaan lebih dari satu macam obat
selam periode waktu yang lama. Meningitis, Terpi primer yang muthakhir untuk
meningitis kriptokokus adalah amfoterisin B IV dengan atau tanpa flusitosin atau
flukonazol (Diflucan). Keadaan pasien harus dipantau untuk endeteksi efek yang
potensial merugikan dan serius dari amfoterisin B yang mencangkup reaksi
anafilaksik, gangguan renal serta hepar, gangguan keseimbangan elektrolit, anemia,
panas dan menggigil. Retinitis Sitomegalovirus, Retinitis yang disebabkan oleh
sitomegalovirus (CMV;cytomegalovirus) merupan penyebab utama kebutaan pada
penderita penyakit AIDS. Foskarnet (Foscavir), yaitu peparat lain yang digunakan
mengobati retinitis CMV, disuntikkan intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3
minggu. Reaksi merugikan yang lazim terjadi pada pemberian foskarnet adalah
nefrotoksisitas yang mencangkup gagal ginjal akut dan gangguan keseimbangan
elektrolit yang mencangkup hipokalasemia, hiperfosfatemia serta hipomagnesemia.
Semua keadaan ini dapat membawa kematian. Efek merugikan lainnya yang lazim
dijumpai adaah serangan kejang-kejang, gangguan gastrointerstinal, anemia, flebitis,
pada tempat infus dan nyeri punggung bawah.
Keadaan lain, Asiklovir dan foskarnat kini digunakan untuk mengobati infeksi
ensefalitis yang disebabkan oleh harpes simpleks atau harpes zoster. Pirimetamin
(Daraprim) dan Sulfadiazin atau klindamisin (Cleosin HCL) digunakan untuk
pengobatan maupun terapi supresif seumur hidup bagiinfeksi Toxoplasmosis gondi.
Infeksi kronis yang membandel oleh kondendidasi (trush) atau lesi esofagus diobati
dengan Ketokonazol atau flukonazol.

b. Penatalaksanaan Diare Kronik

Terapi dengan oktreotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog sintetik


somatostatin, ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik.
Konsentrasi reseptor somatosin yang tinggi ditemukan dalam traktus gastrointerstinal
maupun jaringan lainnya. Somatostain akan menghambat banyak fungsi fisologis yang
mencangkup motalisis gastrointerstinal dan sekresi-interstinal air serta elektrolit.

c. Penatalaksanaan Sindrom Pelisutan


Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencangkup penanganan penyebab yang
mendasari infeksi oportunitis sistematik maupun gastrointerstinal. Malnutrsi sendiri
akan memperbesar resiko infeksi dan dapat pula meningkatkan insiden infeksi
oportunistis. Terapi nutrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan pemberian makan
lewat sonde (terapi nutriasi enternal) hingga dukungan nutrisi parenteral jika
diperlukan.
d. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya
gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala
dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang
berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan mengendalikan gejala yang berhubungan
dengan lesi mukosa serta organ viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling
efektif tampaknya berupa ABV (Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).
e. Terapi Antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh FDA
untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin, Dideoksinosin ,
dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini menghambat kerja enzim reserve
transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi virus HIV dengan cara meniru
salah satu substansi molekuler yang digunakan virus tersebut untuk membangun DNA
bagi partikel-partikel virus baru. Dengan mengubah komponen struktural rantai DNA,
produksi virus yang baru akan dihambat.
f. Inhibitor Protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase, yaitu
enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang menular.
Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus noninfeksius dengan
penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.
g. Perawatan pendukung
Pasien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun
sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan banyak
macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan tindakan sederhana
seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau mempersiapkan makanannya.
Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang lanjut karena penurunan asupan
makanan, sindrome perlisutan atau malabsobsi saluran cerna yang berkaitan dengan
diare, mungkin diperlukan dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti
nutrisi parenteral total. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
terjadiakibat mual, Vomitus dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti
yang berupa infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan
sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani dengan perawatan
kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini mencangkup tindakan membalikkan
tubuh pasien secara teratur, membersihkan dan mengoleskan salep obat serta menutup
lesi dengan kasa steril. Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin
berhubungan dengan infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah letih. Pasien-
pasien ini mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan relaksasi dan teknik
menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan fungsi pernafasan yang berat
pernafasan yang berat dapat membutuhkan tindakan ventilasi mekanis. Rasa nyeri
yang menyertai lesi kulit, kram perut, neuropati perifer atau sarkoma kaposi dapat
diatasi dengan preparat analgetik yang diberikan secara teratur selama 24 jam. Teknik
relaksasi dan guded imagery (terapi psikologi dengan cara imajinasi yang terarah)
dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada sebagian pasien.
h.Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien
HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun,
meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang
hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan
mineral bisa dijumpai pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak
stadium dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang.
Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan
absorbsi szat gizi. Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka
harus diberikan makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta
cukup air.
i. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV
Menurut Nursalam (2011) konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara
seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia,
sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasi diri
dengan stres dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.

Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar yang
dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena :
1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual

(IMS) dan HIV/AIDS

2) Membutuhkan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi

3) Membutuhkan pembahasan tentang keamatian atau proses kematian

4) Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan

pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang
dianut oleh konselor itu sendiri.
5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif

6) Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun


anggota keluarga klien

Menurut Nursalam (2011) tujuan konseling HIV yaitu :

1) Mencegah penularan HIVdengan cara mengubah prilaku. Untuk mengubah


prilaku ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya membutuhkan
informasi belaka, tetapi jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang
dapat menumbuhkan motivasi mereka, misalnya dalam prilaku seks aman,
tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain-lain.
2) Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk
memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara
positif.

Voluntary Conseling Testing atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau
dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengantujuan
untuk mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta
dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya (Nursalam, 2011).

Tujuan VCT yaitu sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS, upaya untuk


mengurangi kegelisahan, meningkatkan presepsi/ pengetahuan mereka tentang faktor-
faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV, dan upaya pengembangan
perubahan prilaku, sehingga secara dini mengarahkan menuju ke program pelayanan
dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi
stigma dalam masyarakat (Nursalam, 2011)

G. Komplikasi
1. Oral lesi
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologic, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia AIDS karena
serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan isolasi social. Enselopati akut
karena reaks terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis, atau ensepalitis. Dengan efek seperti sakit kepala, malise demam,
paralise, total/parsial, infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti: diare karena bakteri
dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan
efek penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocitis, carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk nyeri, hipoksia,
keletihan, dan gagal nafas.
5. Dermatologic
Lesi kulit stafilokukus, virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/Yuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder, dan sepsis.
6. Sensorik
Pada bagian sensorik virus menyebabkan pandangan pada otitis eksternal dan otitis
media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
H. Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang
yang terpapar HIV bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang yang
terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2% untuk menjadi AIDS pada
beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Resiko
terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%. Sebelum
diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat berhasil
menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada
penderita yang terbukti sembuh.
Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti
polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleidacid (bDNA) test
membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih
dari sejuta virus RNA/mL plasma. Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera
mengalami penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat dirumah sakit. Hampir semua
penderita akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obatan anti virus terbaru dan metode-metode
pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbaharui, penderita bisa
mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun setelah
terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani
walaupun belum bisa disembuhkan.
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama : Tn. K
2. tempat/ tanggal lahir : Tidak terkaji
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status kawin : Tidak terkaji
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Tidak terkaji
7. Pekerjaan :Tidak terkaji
8. Alamat : Tidak terkaji
9. Diagnosa medis : Tidak terkaji
10. No. MR : Tidak terkaji
b. Keluhan utama
Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. K usia 40 tahun beragama islam. Dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh
badannya. Klien mempunyai riwayat pernah berhubungan seksual 15 tahun yang
lalu. Pemeriksaan fisik menunjukkan TD=130/80 mmHg. R=30x/menit.
N=90x/menit/ SB=380C. BB sakit 40 kg dan sebelum sakit 60 kg. Nampak adanya
sariawan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
-
e. Riwayat kesehatan keluarga
-

2) Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
-
b. Pola Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan dari sebelum sakit 60 kg sampai saat sakit 40
kg.
c. Pola Eliminasi
-
d. Pola Istirahat dan tidur
-
e. Pola aktivitas dan latihan
-
f. Pola presepsi dan konsep diri
-
g. Pola sensori kognitif
-
h. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri
rendah.
i. Pola penanggulangan stres
-
j. Pola reproduksi seksual
Klien mempunyai riwayat pernah berhubungan seksual 15 tahun yang lalu.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
-
3) Pemeriksaan Fisik
a) Gambaran Umum : -
b) Kesadaran pasien : -
c) Vital sign :
TD : 130/80 mmHg.
Nadi : 90x/menit
Pernafasan :R=30x/menit
Suhu : 38 C
BB : 40 kg
TB :-
Kepala :-
Mata :-
Hidung :-
Gigi dan Mulut : Sariawan
Leher :-
Abdomen :-
Kulit :-
2. Diagnosa
 Gangguan Integritas Kulit (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
 Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
 Hipertermi (D0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
3. Tabel Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Ds : Infeksi Oportunistik Gangguan
Klien Integritas Kulit
mengeluh Sistem Integumen
gatal-gatal
pada seluruh Peradangan kulit
badannya
Bercak

Gatal-gatal

Timbul Lesi

Gangguan Integritas Kulit


2. Do : Infeksi Oportunistik Hipertermia
Suhu badan
380C Pirogen Eksogen

Merangsang Pelesan Pirogen Endogen

Sitokinin Meningkat

Merangsang Hipotalamus Mengsekresi

Suhu Tubuh Meningkat

Hipertermia

3. Do : Infeksi Oportunistik Defisit Nutrisi


Berat badan
saat sakit 40 Sistem Pencernaan
Kg dan
sebelum sakit Stomatitis
60 kg
Infeksi Jamur

Peradangan Mulut

Sariawan

Sulit Menelan

Anoreksia

Defisit Nutrisi
4. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan integritas NOC Observasi
kuit/jaringan (D.0129)  Integritas jaringan :kulit 1. Monitor adanya tanda dan 1. Untuk mengetahui sejauh
Definisi : Kerusakan kulit & membrane mukosa gejala infeksi sistemik mana infeksiyang timbul
(dermis dan atau epidermis ) Tujuan : 2. Monitor kerentanan terhadap 2. Mengatasi kerentan
atau jaringan membran mukosa, Setelah dilakukan tindakan …x24 infeksi terhadap peyebaran
korrnea, fasia, otot,.tendom, jam diharapkan Gangguan infeksi
tulang, kartilango, kapsul sendi integritas kuit/jaringan Mandiri
dan atau ligamen ). dapat teratasi. 3. Tingkatkan asupan nutrisi yang 3. Meningkatkan energi dan
Gejala dan tanda mayor : cukup daya tahan tubuh
 Subjektif kriteria hasil : Health Education
(Tidak tersedia) - Tidak terganggu suhu 4. Ajarkan pasin dan keluarga 4. Agar dapat mengetahui
 Objektif kulit. pasien mengenai perbedaan- perbedaan infeksi virus
Kerusakan jaringan dan - Integritas kulit tidak perbedaan antara infeksi- dan bakteri
atau lapisan kulit terganggu infeksi virus dan bakteri
5. Ajarkan pasien dan anggota 5. Untuk menghindari
Gejala dan Tanda Minor
keluarga bagaimana cara adanya infeksi pada
menghindari infeksi penderita
 Objektif
Kemerahan Kolaborasi
6. Periksa kulit dan selaput lendir 6. Untuk mendapatkan
untuk adanya kemerahan pengobatan dari dokter.
7. skrining semua pengunjung 7. Untuk mengetahui
terkait penyakit menular adannya penyakit yang
menular pada pengunjung

2. Hipertermia (D.0130) NOC Observasi


Kategori : Lingkungan  Termoregulasi 1. Monitor warna kulit dan suhu 1. Guna mengetahui warna
Subkategori : Keamanan dan kulit dan suhu
proteksi Setelah dilakukan tindakan ... X24 2. Pantau suhu dan TTV lainya 2. Mengetahui vital sign
Definisi :Suhu tubuh meningkat jam diharapkan hipertermi dapat 3. Pantau komplikasi-komplikasi 3. Mengetahui komplikasi,
diatas rentang normal tubuh teratasi dengan yang berhubungan dengan tanda dan gejala penyebab
demam serta tanda dan gejala demam
Gejala dan Tanda Mayor Kriteria hasil : kondisi penyebab demam
 Subjektif - Klien tidak merasa Mandiri
(tidak tersedia) demam lagi 4. Beri obat atau cairan IV 4. Guna menurunkan suhu
 Objektif tubuh klien
Suhu tubuh diatas nilai 5. Sesuaikan suhu lingkungan 5. Untuk kenyamanan pasien
normal untuk kebutuhan pasien agar pasien tidak
kepanasan dan/atau
Gejala dan Tanda Minor kedinginan
 Subjektif 6. Berikan pengobatan antipiretik 6. Guna menekan gejala
(tidak tersedia) yang timbul pada pasien
 Objektif Health Education hipertermia
Kulit terasa hangat 7. Informasikan pasien mengenai 7. Agar klien mengetahui
indikasi adanya kelelahan indukasi kelelahan akibat
akibat panas dan penanganan panas
emergency yang tepat sesuai
kebutuhan
8. Ajarkan anggota 8. Guna mengetahui tanda
keluarga/pemberi asuhan kerusakan kulit
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit dengan tepat
Kolaborasi
9. Diskusikan pentingnya 9. Guna meminimalisir efek
termoregulasi dan negatif yang akan muncul
kemungkinan efek negatif dari nanti
demam yang berlebihan
3. Defisit nutrisi (D.0019) NOC Observasi :
Kategori: Fisiologis Berat badan: massa tubuh 1. Monitor asupan kalori setiap hari. 1. Mengetahui keseimbangan
Subkategori: Nutrisi dan cairan antara jumlah asupan dan
Definisi: Asupan nutrisi tidak Setelah dilakukan tindakan jumlah yang dibutuhkan oleh
cukup untuk memenuhi keperawatan selama …x 24 jam tubuh untuk berbagai fungsi
kebutuhan metabolisme ketidakseimbangan nutrisi: kurang Mandiri biologis.
dari kebutuhan tubuh dapat diatasi 2. Catat dan laporkan adanya 2. Agar kebutuhan nutrisi dapat
Gejala dan tanda mayor dengan anoreksia. terpenuhi
Objektif: 3. Sediakan suplemen makanan jika 3. Konsumsi makanan yang
 Berat badan menurun kriteria hasil : diperlukan mengandung suplemen alami
- Berat badan dapat normal yaitu yang mengandung
Persentase lemak tubuh normal vitamin dan nutrisi seperti
riboflavin, lecithin dan
thiamin dapat memenuhi
kebutuhan gizi pada
penderita hipertiroidisme.
4. Sediakan variasi makanan yang 4. Kalori untuk melakukan
tinggi kalori dan bernutrisi tinggi aktivitas sehari-hari dan
metabolisme basal tubuh
serta untuk mempertahankan
IMT yang normal.
5. Timbang pasien pada jam yang 5. Mengevaluasi adanya
sama setiap hari kemajuan dalam peningkatan
berat badan, karena pada
penderita hipertiroidisme
mengalami penurunan berat
Health Education badan
6. Ajarkan pasien dan keluarga 6. Salah satu faktor unuk yang
merencanakan makan mempengaruhi kondisi
kesehatan kelenjar tiroid
adalah makanan yang di
konsumsi. Makanan yang
dianjurkan untuk di
konsumsi bagi penderita
hipertiroid yaitu daging
merah rendah lemak, buah-
buahan, jamur, telur , hati
sapi Adapun yang tidak di
anjurkan : yodium, kafein,
Kolaborasi susu, kedelai dll.
7. Rujuk pada lembaga komunitas 7. Memerlukan bantuan untuk
yang dapat membantu dalam menjamin pemasukan zat-zat
memenuhi makan makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
pengganti yang paling sesuai
4. Perfusi perifer, tidak efektif NOC : Observasi
(D0009) Perfusi jaringan : perifer 1. Monitor tanda-tanda vital pasien 1. mengetahui perkembangan
Kategori : Fisiologi TTV klien
Subkategori : Sirkulasi Setelah dilakukan tindakan 2. monitor suhu paling tidak setiap 2 2. mengontrol perubahan suhu
keperawatan selama …x 24 jam jam, sesuai kebutuhan
Definisi : Ketidakefektifan perfusi perifer
Penurunan sirkulasi darah pada dapat diatasi dengan Mandiri
level kapiler yang dapat 3. dukung pasien dan keluarga untuk 3. agar asupan nutrisi tetap
mengganggu metabolisme tubuh Kriteria Hasil : membantu dalam pemberian makan terjaga
- Mampu menunjukkan Suhu kulit dengan baik
Penyebab : ujung kaki dan tangan tidak ada 4. tawari makanan ringan ( misalnya 4. mengatasi dehidrasi
1. Penurunan aliran arteri deviasi dari kisaran normal minuman ringan, dan buah-buahan
dan/atau vena - Mampu menunjukkan tidak segar/jus buah)
5. membantu mengurangi suhu
adanya kerngat berlebihan 5. sesuaikan suhu lingkungan untuk
tubuh yang abnormal
- Menunjukkan koordinasi tidak kebutuhan pasien
Gejala dan tanda Mayor terganggu
Subjektif : - Healt Education
6. agar pasien dan keluarga
Objektif : 6. diskusikan pentingnya
mengetahui efek negatif
1. Pengisian kapiler >3 detik termoregulasi dan kemungkinan
deman dan dapat mencegah
2. Nadi perifer menurun atau efek negatif dari demam yang
dan melakukan tindakan
tidak teraba berlebihan, sesuai kebutuhan
yang tepat
3. Warna kulit pucat 7. informasikan pasien mengenai
indikasi adanya kelelahan akibat
7. agar pasien tahu dan indikasi
Gejala dan tanda minor panans dan penangan emergensi dari akibat panas
Subjektif :- yang tepat, sesuai kebutuhan
Objektif : -
Kolaborasi
8. Tingkatkan inteke cairan dan
nutrisi adekuat
9. Kolaborasikan dengan dokter 8. menjaga intake cairaan dan
tentang pemberian obat sesuai nutrisi tetap adekuat
dengan indikasi 9. Untuk mengurangi gejala
yang ditumbulkan.

Anda mungkin juga menyukai