Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila (Pengulangan)

Disusun Oleh :

Nama : Jajang Nuryana (25414579)

Suhendra (2A414495)

Kls : 4 IC 01

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS GUNDARMA

DEPOK

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan atas karunia dan
rahmatnya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang berjudul “Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan program Strata-1 jurusan
Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
Dalam penulisan ini, penulis banyak memperoleh masukan-masukan dan
saran, Makalah ini berisikan tentang penjelasan lebih mendalam mengenai nilai-
nilai Pancasila dan contoh kasus penyimpangan nilai-nilai Pancasila alhamdulilllah
telah selesai penulis susun dengan baik, untuk bisa dipahami oleh pembaca.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai nilai-nilai
Pancasila.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Depok, 23 November 2017

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan suatu sistem filsafat
yang melandasi tata kehidupan masyarakat bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita. dan di
dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai
tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara.
Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila.
Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut
Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan
bersatu di dalam kehidupan bermasyarakat. Dan menjadikan Pancasila sebagai
landasan yang menyatukan seluruh rakyat Indonesia, artinya sebagai suatu
kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung didalam sila-sila Pancasila
disetujui sebagai milik bersama.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang maka kami dapat merumuskan masalah sebagai
berikut,
1. Bagaimana Pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila?
3. Penyimpangan apa saja yang pernah terjadi yang bersangkutan dengan nilai-
nilai Pancasila?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini, adalah untuk mengetahui Pancasila
sebagai dasar negara, serta nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila,
serta contoh kasus yang pernah terjadi yang bersangkutan dengan nila-nilai
Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945. sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan
pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun
berdasarkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah
dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai
sekarang. Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dijadikan Dasar Negara
Indonesia.

2.2 Nilai-nilai Pancasila


Nilai-nilai dalam Pancasila bertujuan membentuk sikap positif manusia sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila Berbicara tentang nilai, maka
nilai berarti sesuatu yang berguna, berharga, indah yang memperkaya batin, yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Sesuatu dikatakan mempunyai
nilai apabila sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika),
baik (nilai moral etis), religius (nilai agama). Nilai dapat dibagi 3 yaitu :

3
4

a. Nilai Material yaitu segala sesuatu berguna bagi manusia.


b. Nilai Fital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai Kerohanian ini dapat pula dibagi 4 yaitu :

1. Nilai kebenaran – kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia


(ratio,budi,cipta )
2. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur manusia
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
kemauan manusia. (will, karsa,ethic)
4. Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan dan keyakinan
manusia.

Jadi yang punya nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda material saja,
tetapi juga sesuatu.yang tidak berwujud benda material. Bahkan sesuatu yang bukan
benda material itu dapat menjadi nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia.

2.2.1 Nilai Yang Terkandung dalam Sila-sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan
suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan,
penyelenggaraan dan pembangunan negara untuk menciptakan kesejahteraan
5

rakyat bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara,


pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan negara,
kebebasan dan hak asasi warga negara harus dengan memenuhi perintah Tuhan dan
menjiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar
filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa)
dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk
pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-
undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan
martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi)
harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu
kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada
umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah perwujudan nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama.

Dalam kehidupan bersama dalam negara, nilai kemanusiaan harus dijiwai


karena untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal itu
merupakan suatu kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama sehingga negara kita akan kuat persatuan dan kesatuannya.
Nilai kemanusiaan juga menjunjung tinggi untuk berbuat adil. Adil terhadap Tuhan
yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas
kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial
maupun agama.
6

3. Sila Persatuan Indonesia


Negara Indonesia adalah negara yang beraneka ragam tetapi harus tetap
satu, seperti semboyan yang negara kita Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan
alasan untuk diruncingkan menjadi suatu konflik dan permusuhan, melainkan
diarahkan untuk menghasilkan suatu yang menguntungkan yaitu persatuan dalam
kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama. Bangsa ini bersatu karena
didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara
yang merdeka dan berdaulat.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dari keputusan-keputusannya diambil
dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh
tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat yang
diwakilinya. Sila keempat ini merupakan sendi yang penting untuk asas
kekeluargaan masyarakat dan asas tata pemerintahan Republik Indonesia yang
didasarkan atas kedaulatan rakyat.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila kelima ini berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan
yang adil dalam segala bidang.
Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama, yaitu:
1. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap
warganya.
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga negara teradap negara.
3. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik.
7

2.3 Contoh kasus sila-sila Pancasila


Contoh kasus yang berkaitan dengan sila-sila Pancasila yang menyimpang
adalah sebagai berikut,
Kasus yang bertentangan dengan adanya sila pertama adalah :
a. Bom Bali
Jakarta, Kompas – Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS)
menyatakan kesediaannya membantu Kepolisian Daerah (Polda) Bali untuk
mengungkap kasus peledakan bom di Jalan Legian, Kuta, Bali, yang menewaskan
sedikitnya 182 orang, Sabtu (12/10) malam. Bantuan serupa juga datang dari Polisi
Federal Australia (AFP). Selain kedua tim tersebut, Polda Bali juga dibantu Polda
Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk menuntaskan kasus peledakan bom di Kuta itu.
“Kita terbuka terhadap berbagai bentuk kerja sama bilateral atau kolektif dengan
negara lain dalam upaya memerangi terorisme, termasuk joint investigation ataupun
pertukaran informasi intelijen,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan
Wirajuda usai mengadakan pertemuan dengan para perwakilan asing di
Departemen Luar Negeri, Jakarta, Senin (14/10). Perihal adanya bantuan FBI itu
juga dibenarkan Kepala Badan Hubungan Masyarakat (Humas) Mabes Polri
Inspektur Jenderal Saleh Saaf. Akan tetapi, ia belum mengetahui detail dari bantuan
tersebut. Ia mengatakan, jajaran Kepolisian Negara RI (Polri), tambah Saleh,
terbuka bagi negara mana pun yang ingin memberikan bantuan tenaga penyidiknya.
“Tidak ada masalah soal itu, sebab kami pun selama ini juga sudah memiliki
hubungan Interpol.” Ditegaskan, “Cuma kalau mereka datang diam-diam dan
melakukan penyidikan sendiri, itu yang tidak boleh.” Sedangkan Pemerintah
Australia maupun Inggris sejauh ini, menurut Saleh, baru menyampaikan kesediaan
mereka untuk memberi bantuan kemanusiaan. “Seperti Australia, selain memberi
bantuan tenaga medis, bahkan mereka juga sudah mengevakuasi 41 warga
negaranya yang menjadi korban dalam ledakan tersebut,” ujarnya.
b. Bom Bunuh Diri di Solo
Juru bicara Jamaah Anshorut Tauhid Jawa Timur Zulkarnain menduga bom
bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh di Kepunton, Solo, Jawa Tengah,
berkaitan langsung dengan gejolak yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu.
8

“Pemerintah harus waspada, gejolak seperti di Ambon sudah menjalar dan tidak
hanya terjadi di Ambon,” kata Zulkarnain kepada Tempo, Ahad 25 September 2011.
Bom bunuh diri di Solo sendiri, tambah dia, merupakan imbas dari ketidakseriusan
pemerintah dalam menuntaskan kasus Ambon. Konflik yang terjadi di Ambon,
tambah dia, telah menyulut banyak kelompok yang bersiap jihad ke Ambon. Hanya,
pengetatan pintu-pintu masuk ke Ambon membuat banyak kelompok yang akhirnya
memutuskan untuk menyalurkan niatan jihadnya di luar Ambon. “Ini sebab-akibat,
di Ambon, polisi tidak tegas dan terkesan diskriminatif,” kata Zulkarnain sembari
mencontohkan tidak transparannya polisi dalam mengungkap kasus kematian
seorang tukang ojek di Ambon. “Kami tahunya si tukang ojek di Ambon itu tidak
diotopsi. Jadi jangan heran kalau ada yang marah,” ujar dia. Tak hanya itu, polisi
dalam kerusuhan di Ambon dinilai juga tidak transparan dalam menjelaskan terkait
isu penembakan oleh sniper. Zulkarnain melihat, selama pemerintah ataupun
penegak hukum tidak tegas dan transparan dalam menyikapi kasus Ambon, selama
itu pula aksi-aksi seperti yang terjadi di Solo akan terus terulang.
Dari kedua kasus tersebut diatas menandakan bahwa sudah tidak relevannya
warga indonesia dengan nilai pancasila khususnya pada sila pertama. Dari kasus
pertama dikatakan bahwa pelaku melakukan hal tersebut dengan alasan jihad,
sedangkan pada kasus kedua yaitu menunjukkan bahwa adanya pendangkalan iman
seseorang. Hal tersebut jelas sangat bertentangan dengan nilai pada sila pertama
tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu menghilangkan nyawa seseorang
sekalipun alasannya adalah berjihad dan membela agama islam. Belajar dari kasus
pengeboman yang sering terjadi di berbagai daerah seharusnya pemerintah
mengadakan tindakan yang tegas kepada pelaku bom, memberikan hukuman
kepada pelaku. Pada kasus pengeboman yang semakin marak ini terlihat pemerintah
yang seolah jalan ditempat,tidak adanya tindakan yang pasti. Tindakan dari
pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya bentuk tindakan
provokasi terhadap kerukunan umat beragama. Banyaknya kasus bom
menunjukkan kegagalan pemerintah dalam memayungi keamanan pada
masyarakat, kegagalan dalam menjaga kerukunan umat beragama yang notabennya
indonesia terdiri dari beragam agama.
9

Kasus yang bertentangan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

a. Hutang Ciptakan Ketidakadilan bagi Rakyat Miskin


JAKARTA – Upaya pemerintah untuk memenuhi kewajiban pembayaran
utang yang dinilai sudah mencapai taraf membahayakan telah memunculkan
ketidakadilan bagi rakyat kecil pembayar pajak. Pasalnya, saat ini, penerimaan
pajak, baik dari pribadi maupun pengusaha, digenjot untuk bisa membayar
pinjaman, termasuk utang yang dikemplang oleh pengusaha hitam obligor Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hal ini berarti rakyat kecil pembayar pajak
seakan dipaksa menyubsidi pengusaha kaya pengemplang BLBI. Akibatnya,
kemampuan penerimaan negara dari pajak justru kian berkurang untuk program
peningkatan kesejahteraan pembayar pajak seperti jaminan sosial, pendidikan, dan
kesehatan.
“Kebijakan pajak negara sangat tidak adil bagi rakyat karena penerimaan
pajak tidak mampu mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat,” ujar pengamat
Koalisi Anti Utang (KAU), Dani Setiawan, Kamis (5/5). Ia mengungkapkan
persentase pembayaran cicilan pokok dan bunga utang telah menyerap 31 persen
penerimaan perpajakan pada 2010. “Angkanya diperkirakan tidak banyak
berkurang pada tahun 2011,” imbuh dia. Pada 2011, target penerimaan pajak
dipatok sekitar 764,49 triliun rupiah, naik dari penerimaan tahun lalu sekitar 590,47
triliun rupiah. Sementara itu, tren kewajiban pembayaran cicilan dan bunga utang
pemerintah terus meningkat dan pada 2011 mencapai 247 triliun rupiah, melebihi
penarikan utang baru tahun ini sekitar 184 triliun rupiah.

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di hadapi oleh seluruh


pemerintahan yang ada di dunia ini. Contoh kasus diatas hanyalah beberapa potret
tentang ketidakadilan pemerintah kepada rakyat miskin, tidak adanya tindak lanjut
dari pemerintah dalam memberi bantuan ataupun jaminan kepada rakyat miskin. Di
Indonesia banyak sekali daerah-daerah miskin yang tidak tercium oleh pemerintah.
Dalam hal ini pemerintah seharusnya memberikan pemerataan pembangunan
atau bantuan kepada rakyat miskin terutama di daerah pedesaan. Seharusnya
pemerintah juga harus memberikan pelayanan dan fasilitas kepada masyarakat
10

miskin seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi, serta transportasi.
Gizi buruk masih terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama
oleh cakupan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai.
Bantuan sosial juga sangat dibutuhkan oleh mereka seperti kepada orang-orang
penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim piatu. Sarana transportasi juga harus
diperhatikan pada daerah terisolir untuk mendukung penciptaan kegiatan ekonomi
produktif bagi masyarakat miskin.

Contoh kasus Sila Persatuan Indonesia

a. Papua Keluar dari NKRI


Jakarta, PelitaOnline – KETUA Solidaritas Kemanusiaan untuk Papua,
Frans Tomoki meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Papua. Jika Pemerintahan SBY
Boediono ini tidak bertanggung jawab, maka ia mengancam akan keluar dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kami ingin Papua berdiri di atas
kakinya sendiri untuk menantukan nasib rakyatnya. Kalau pemerintah tidak
memperhatikan kami, biarkan kami keluar dari NKRI,” kata Frans saat jumpa pers
di Kontras, Jakarta, Selasa (1/11). Menurutnya, para anggota militer yang ada di
Papua, hanya bisa membuat rakyat Papua menjadi tidak aman lantaran terlalu
represif dalam bertindak demi kepentingan PT Freeport Indonesia. Militer, kata dia,
juga tidak membawa kesejahteraan bagi rakyat di Bumi Cendrawasih. “Militer
terlalu diskriminatif untuk warga Papua. Seharusnya berlaku adil. Kami hanya ingin
mandiri,” pintanya tegas. Dia menjelaskan, Kapolsek Mulia Papua, Dominggus
Awes, yang ditembak di bandara merupakan jaringan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) gadungan yang dipelihara oleh militer. “Itu OPM gadungan, yang memang
sengaja dipelihara oleh militer untuk mengalihkan isu, terkait meninggalnya buruh
Freeport yang menuntut kenaikan gaji,” jelas dia. Dia mengakui bahwa warga
Papua mendapatkan perlakuan diskriminatif dari negeri ini. Padahal Papua
merupakan bagian dari NKRI. “Bagi Bangsa Papua, sudah jelas untuk menentukan
nasib. Bagi saya lebih baik Papua menentukan nasibnya sendiri.
11

b. Banyaknya Aliran Sesat Yang Muncul


JEMBER– Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember menangani sebanyak
lima kasus aliran sesat di kabupaten setempat, yang semuanya bisa diatasi tanpa
kekerasan. Ketua MUI Jember bidang Fatwa dan Hukum, Abdullah Samsul Arifin,
Selasa menuturkan, pihaknya banyak menerima keluhan dari masyarakat terkait
dengan adanya aliran sesat yang meresahkan di sejumlah daerah. “Kami menangani
sebanyak lima kasus aliran sesat selama beberapa pekan terakhir, namun semuanya
bisa diatasi tanpa ada aksi kekerasan,” tutur Abdullah yang akrab disapa Gus Aab.
Menurut dia, faktor yang menyebabkan timbulnya aliran sesat, antara lain
keterbatasan keilmuan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dan motivasi
pelaksanaan ibadah yang kurang tepat.
“MUI Jember selalu melakukan dialog dan membina penganut aliran sesat
itu, agar kembali ke jalan yang benar sesuai ajaran agama Islam,” ucap Gus Aab
yang juga Ketua PCNU Jember. Kasus aliran sesat yang terbaru adalah aliran yang
diasuh oleh Yayasan Qodriyatul Qosimiyah di Kecamatan Wuluhan karena ucapan
kalimat syahadat tersebut menyimpang dari ajaran agama Islam. Anggota MUI
Jember lainnya, Baharudin Rosyid, menambahkan biasanya tokoh aliran sesat
tersebut bukan berasal dari kalangan intelektual, dan mencari terobosan baru yang
mudah diikuti oleh masyarakat. “Biasanya mereka masih mencari jati diri tentang
agama Islam, seperti yang dilakukan Yayasan Qodriyatul Qosimiyah yang
mengarang buku kitab kuning sendiri, sehingga menyalahi ajaran Islam dan sudah
dinyatakan sesat oleh MUI Jember,” tuturnya. Menurut Baharudin yang juga
Pembina Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember, kriteria aliran sesat antara lain
mengingkari salah satu dari enam rukun iman dan lima rukun Islam, menyakini atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Al Quran dan sunnah, dan meyakini
turunnya wahyu setelah Al Quran. “Saya mengimbau masyarakat tidak main hakim
sendiri dan bertindak anarkhis, apabila ada aliran yang diduga sesat dan
menyimpang dari ajaran agama Islam. Lebih baik dilaporkan ke tokoh agama
setempat atau MUI Jember,” katanya, menambahkan.(republika.co.id)
12

Dari dua kasus perpecahan diatas memang harus dilakukan tindakan tegas dari
pihak berwenang. Adanya tindakan tegas untuk membubarkan aliran yang dapat
menyesatkan umat islam, dan jika tetap membantah maka harus diberikan hukuman
yang dapat menimbulkan efek jera. Bisa juga dilakukan dengan melakukan
pendekatan secara spiritual. Sedangkan dalam kasus keluarnya papua seharusnya
pemerintah dapat menghimbau kepada seluruh menteri-menterinya untuk
Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus, menghilangkan
kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada setiap kebijaksanaan
dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN,dan juga menumpas setiap gerakan separatis
secara tegas dan tidak kenal kompromi.

Contoh kasus Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan.

a. Prita Dipenjara, tapi Kejahatan Pornografi?


Prita Mulyasari, seorang ibu dari dua orang anak yang masih kecil harus
mendekam dibalik jeruji karena didakwa atas pelanggaran Pasal 27 ayat 3 Undang-
Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari
pengakuannya, ia menjadi korban oknum perusahaan RS Omni International
Alam Sutera yang memperlakukan dia bak sapi perahan. Pasien yang harusnya
mendapat prioritas pelayanan kesehatan yang prima, justru menjadi obyek
eksploitasi finansial dan bahkan jika apa yang diungkapkan oleh ibu Priya
Mulyasari dalam email/surat pembaca itu benar , maka secara insitusi RS Omni
Internasional melindungi oknum dokter yang melakukan mal-praktik. Pihak
manajemen RS Omni telah menggunakan kekuasaan jaringan dan keuangan untuk
mendukung perbuatan yang tidak semestinya.
UU ITE mengatur banyak aspek dalam dunia internet, mulai dari etika-
moral dalam menggunakan internet hingga transaksi bisnis internet. Perbuatan yang
pertama dilarang dalam UU 11/2008 adalah tindakan penyebaran konten asusila
[ditegaskan dalam UU 44/2008 tentang Pornografi], lalu perjudian (2), pencemaran
nama baik (3), dan pemerasan/ancaman (4), hal-hal berbau SARA dan seterusnya.
13

Bila kita melihat urutannya, maka semestinya UU ITE yang disahkan pada April
2008 digunakan untuk membersihkan konten porno dari dunia internet demi
melindungi generasi muda dari degradasi moralitas. Namun, adakah perubahan
berarti informasi dan industri pornografi via internet di Indonesia sejak diterbitnya
UU ITE April 2008 dan UU Pornografi Oktober 2008 silam? Bukankah kasus
pelanggaran Pasal 27 ayat 1 lebih banyak daripada ayat 3 UU 11/2008? Mengapa
pula seorang ibu yang menyampaikan unek-unek menjadi korban mal praktik
perusahaan rumah sakit harus kembali menjadi korban sementara para oknum
rumah sakit berleha-leha? Apakah dengan kekuasaan jaringan dan finansial, maka
manajemen Omni bisa menyewa pengacara (bahkan jaksa) membuat yang benar
jadi salah, salah jadi benar? Mengapa kepolisian tidak menyelidiki siapa yang
menyebarluaskan email private dari Bu Prita?

b. Hukuman antara koruptor dengan pencuri kakao, dan semangka.


Saya tidak tahu apakah Polisi dan Jaksa kita kekurangan pekerjaan sehingga
kasus pengambilan 3 biji kakao senilai Rp 2.100 harus dibawa ke pengadilan.
Begitu pula dengan kasus pencurian satu buah semangka, di mana kedua tersangka
disiksa dan ditahan polisi selama 2 bulan dan terancam hukuman 5 tahun penjara.
Sebaliknya untuk kasus hilangnya uang rakyat senilai rp 6,7 trilyun di Bank
Century, polisi dan jaksa nyaris tidak ada geraknya kecuali pak Susno Duadji yang
ke Singapura menemui Anggoro salah satu penerima talangan Bank Century. Ini
juga membuktikan bagaimana Indonesia yang kaya alamnya ini tidak memberi
manfaat apa-apa bagi rakyatnya. Pihak asing bebas mengambil minyak, gas, emas,
perak, tembaga senilai ribuan trilyun/tahun dari Indonesia. Tapi rakyat Indonesia
mayoritas hidup miskin. Baru mengambil 3 biji kakao saja langsung dipenjara.
Itulah gambaran hukum yang terjadi di Indonesia. Tidak adanya keadilan hukuman
antara rakyat miskin dengan orang yang berkuasa. Hal in menunjukkan bahwa
hukum di Indonesia dapat dengan mudahnya diperjual belikan bagi mereka yang
mempunyai uang. Memang sungguh ironis ini terjadi dinegara kita, yang
notabennya adalah negara hukum, tetapi hukum yang berjalan sangatlah amburadul.
Seharusnya pemerintah lebih tegas kepada mafia hukum, yang telah banyak
14

mencuri hak-hak rakyat kecil. Satgas pemberantasan mafia hukum seharusnya


segera melakukan langkah-langkah penting. Salah satu yang perlu dilakukan adalah
memberikan efek jera kepada para pejabat yang ketahuan memberikan fasilitas
lebih dan mudah kepada mereka yang terlibat dalam kejahatan. Selain itu, kepada
para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan transaksi atas nama
uang, harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan efek jera demikian akan
membuat mereka tidak ingin berpikir melakukan hal demikian lagi.

Contoh kasus Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Kehidupan antara warga Jakarta dengan Papua


Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat
berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi
kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak masyarakat papua yang
memakai koteka, pembangunan di derah tersebut juga tidak merata. Kita
bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-
orang memakai pakaian yang berganti-ganti model, banyak bangunan menjulang
tinggi.

b. Kemiskinan di Papua
Jayapura, Kompas – Jumlah penduduk miskin di sejumlah provinsi
diperkirakan meningkat sejalan dengan melonjaknya harga pelbagai kebutuhan dan
tariff transportasi. Kemiskinan itu makin terasa karena pendapatan penduduk
umumnya tidak meningkat–kalaupun ada peningkatan hal itu tidak signifikan.
Menurut data yang diperoleh di Papua, Senin (21/3), jumlah penduduk miskin di
pulau yang amat kaya sumber daya alam itu 80,07 persen atau sekitar 1,5 juta jiwa
dari 1,9 juta penduduk Papua (data tahun 2001). Angka ini tidak berubah karena
sejak diberlakukannya Undang-Udnang (UU) Otonomi Khusus sejak akhir 2001-
Maret 2005, sejumlah daerah belum memberi kontribusi bagi pemberantasan
sejumlah kategori kemiskinan. Angka kemiskinan di Papua diperkirakan akan
meningkat dengan kenaikan harga BBM. Provinsi lain yang juga kaya sumber daya
alam seperti Kalimantan Timur (Kaltim) menghadapi masalah berat dari tingginya
15

angka warga miskin. Di Kaltim jumlah penduduk miskin mencapai 12 persen


(328.000 orang dari 2,7 juta jiwa).

Dari kasus tersebut seharusnya pemerintah lebih tergerak untuk melakukan sesuatu
dan melakukan perubahan bagi kehidupan warga di Papua. Pemerintah terjun
langsung memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah tersebutsupaya tidak
ada oknum yang ingin memanfaatkannya. Pemerintah juga harus melakukan
pemerataan pembangunan, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya di
pedesaan, tidak hanya di kota-kota besar.

Pemerintah juga harus melakukan pendekatan kepada masyarakat papua supaya


tidak lagi memakai koteka meskipun itu merupakan peninggalan nenek moyang
yang ingin tetap dilestarikan, tetapi mengikuti budaya dan perkembangan jaman
juga penting.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang kami bahas mengenai nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut,
1. Nilai-nilai Pancasila adalah sangat penting dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, Nilai-nilai dalam Pancasila bertujuan membentuk sikap
positif manusia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
Berbicara tentang nilai, maka nilai berarti sesuatu yang berguna, berharga,
indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya.
2. Dalam Pancasila terkandung nilai dalam sila-sila Pancasila, yaitu
ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang
semuanya adalah hak segala bangsa Indonesia.
3. Lemahnya pengetahuan tentang nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila
Pancasila membuat begitu banyaknya contoh-contoh kasus yang sering
terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan penyimpangan nilai-nilai sila
Pancasila.

3.2 Saran
Berdasarkan bahasan materi yang telah kami jelaskan, maka berikut saran
yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut,
1. Kita sebagai bangsa Indonesia harus lebih memahami Pancasila sebagai
dasar negara, dan memahami arti dalam sila Pancasila.
2. Selalu tingkat jiwa nasionalisme dalah kehidupan berbangsa dan bernegara.

16
DAFTAR PUSTAKA,

Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang:


Lab.Pancasila IKIP Malang.

Jamal, D. 1984. Pokok- Pokok Bahasa Pancasila.Bandung : Remaja Karya CV


Bandung.

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta

http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=27868

http://politik.kompasiana.com/2009/11/25/hukuman-pencurian-kakao-jadi-
acuan/

Anda mungkin juga menyukai