Secara Vertikal :
Secara Horisontal :
Saling menghormati satu dengan yang lain. Dengan menghormati dan menghargai
orang lain, maka orang lain pun akan menghormati dan menghargai diri kita. Hal ini
ditujukan agar terjalin hubungan yang baik antar warga negara.
Saling mempercayai satu dengan yang lain untuk meghindari fitnah. Karena apabila
terjadi fitnah, bukan hanya orang yang terkena fitnah saja yang merasa dirugikan,
namun juga orang yang memfitnah pun akan mengalami hal yang sama.
Melakukan musyawarah dalam setiap penyelesaian masalah. Tidak mengambil
keputusan sepihak yang akan merugikan orang lain. Musyawarah mrupakan solusi
terbaik agar semua pihak tidak ada yag merasa dirugikan.
Berlaku adil dalam setiap pengambilan keputusan. Apabila terjadi ketimpangan dalam
pengambilan keputusan, akan timbul pihak yang merasa dirugikan. Oleh karena itu,
keputusan yang dirasa berat sebelah harus dihindari agar tidak terjadi ketimpangan
yang akan memicu konflik.
Menaati peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah
setempat. Hal ini merupakan wujud dari masyarakat sadar hukum. Dengan adanya
kesadaran hukum dari setiap warga negara, akan menciptakan suasanayang aman,
tentram dan damai. Karena masyarakat menyadari bahwa setiap perbuatan yang
merka lakukan memiliki konsekuensi terhadap hukum. Oleh karena itu, perbuatan
melanggar hukum dapat dicegah.
Melaksanakan kewajiban sebagai warga negara seperti membayar pajak dan ikut serta
dalam pemilu. Dengan melaksanakan kewajiban sebagai warga negara, ini berarti kita
ikut serta dalam membangun bangsa dan negara.
Ikut serta dalam setiap kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, dan lain-lain. Dengan
seringnya mengikuti kegiatan tersebut, akan meningkatkan kebersamaan dari para
anggota masyarakat.
Berikut beberapa contoh perbuatan yang tidak bertaggungjawab beserta dampaknya bagi
bangsa dan negara :
Berikut adalah hak dan kewajiban warga negara sebagai wujud nasonalisme :
Hak :
Hak untuk dipilih dalam pemilu. Hal ini merupakan suatu cara dari seoran warga
negara yang ingin menujukkan eksistensinya dalam rangka membangun sebuah
negara. Dengan terjun langsung ke dalam sebuah pemerintahan, maka ia dapat
menunjukkan upaya-upaya demi memajukan bangsa dan negaranya.
Hak berpendapat. Merupakan cara bagi setiap warga negara untuk memberikan
masukan dan megkritisi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi
menuju masa depan bangsa yang lebih baik. Pendapat ini dapat disampaikan baik
secara lisan maupun tulisan dengan tetap megikuti peraturan perundangan yang
berlaku.
Hak untuk memperoleh pedidikan dan pengajaran. Untuk mebangun bangsa yang
maju, diperlukan ilmu pengetahuan yang cukup. Hal ini berarti harus mencerdaskan
bangsa yaitu rakyat. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran tanpa membedakan status sosial dari warga negara
tersebut.
Kewajiban :
Setiap warga negara berkewajiban membela bangsa dan negaranya dari ancaman dari
dalam maupun luar. Baik yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,
maupun yang ingin menghancurkan bangsa dan negaranya. Ini merupakan wujud dari
rasa cinta terhadap tanah air.
Setiap warga negara wajib menjaga kestabilan negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi konflik yang dapat mengancam stabilitas nasional baik dari sisi pertahanan dan
keamanan, ekonomi, dan sosial.
Setiap warga negara berkewajiban ikut serta dalam pemilu. Dengan ikut serta dalam
pemilu, setiap warga negara dapat ikut serta dalam menentukan arah bangsa. Dengan
memilih peimpin yang berkualitas, dapat membawa perubahan yang akan
menciptakan bangsa yang maju peradabannya.
Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi ideologi negara. Hal ini dimaksudkan
agar negara tersebut tidak kehilangan jati dirinya. Apabila sebuah negara telah
kehilangan jati dirinya, maka negara tersebut dapat dikatakan sudah kehilangan arah
dan tujuan negara itu yang sesungguhnya.
Setiap tindakan administrasi negara harus selalu dilaksanakan berdasarkan hukum yang
berlaku, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis dengan tidak
membedakan golongan, suku, agama dan bahkan status sosial. AAUPB merupakan hukum
yang tidak tertulis. Bahan untuk asas-asas tersebut diperoleh dari hal-hal yang bersifat
zedelijk yang merupakan bagian dari bahan idiil dan setelah diolah akan menghasilkan sendi-
sendi yang sifatnya variabel, karena tergantung pada waktu, tempat serta keadaan (Sjachran
Basah, 1992).
Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik (Algemene beginselen van behoorlijk
bestuur), diintroduksi pertama kali oleh Commisie de la Monchy di Belanda tahun 1950,
berkenaan dengan usaha peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan
administrasi negara yang dipandang merugikan. AAUPB tersebut terdiri dari beberapa asas
yaitu:
3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan. Asas ini menghendaki agar pejabat
administrasi negara dalam mengambil keputusan harus memiliki tindakan-tindakan
yang sama (dalam arti tidak bertentangan) atas kasus atau peristiwa yang sama
sehingga keputusannya pun akan sama pula.
4. Asas bertindak cermat. Asas ini menghendaki bahwa administrasi negara harus
bertindak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat.
Jika lalai (tidak hati-hati) dan akibatnya masyarakat dirugikan, maka administrasi
negara tersebut dapat digugat untuk mengganti kerugian.
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan. Asas ini menghendaki agar suatu keputusan
yang dibuat oleh pejabat administrasi negara harus mempunyai alasan/motivasi yang
cukup jelas, benar dan adil. Dengan demikian orang yang terkena keputusan tersebut
menjadi tahu apa alasan-alasannya sehingga apabila alasan-alasan itu tidak benar dan
merugikan, orang tersebut dapat membuat kontra-argumen yang tepat untuk naik
banding guna mendapatkan keadilan.
7. Asas perlakuan yang jujur/asas permainan yang layak. Asas ini menghendaki
agar pejabat administrasi negara harus memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil sehingga keadilan dan
kebenaran yang dikehendaki masyarakat dapat terwujud. Dengan kata lain masyarakat
dapat meminta pengadilan untuk memberi keputusan yang adil sehingga eksistensi
instansi peradilan sebagai lembaga yang memberi keadilan dapat diakui oleh
masyarakat / orang yang mencari keadilan (yustisiabel)
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar. Asas ini menghendaki agar tindakan
administrasi negara dapat menimbulkan harapan- harapan yang wajar bagi yang
berkepentingan. Sekedar ilustrasi, pada tanggal 13 Januari 1959 Contrale Raad van
Beroep di Nederland memutuskan perkara yang kasusnya sebagai berikut: seorang
pegawai negeri yang memakai mobil pribadinya untuk keperluan dinas meminta uang
pengganti untuk pemakaian mobilnya itu. Ia memperoleh uang pengganti yang
dimintanya, akan tetapi kemudian aturan kepegawaian tidak memuat ketentuan yang
memperbolehkan pemberian uang pengganti kepada pegawai negeri atas biaya yang
dikeluarkannya sehingga keputusan pemberian uang pengganti tersebut ditarik
kembali. Centrale Raad van Beroep menyatakan keputusan penarikan kembali uang
tersebut oleh instansi yang bersangkutan batal karena keputusan penarikan kembali
tersebut bertentangan dengan asas menanggapi harapan yang ditimbulkan secara
wajar.
10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal. Asas ini menghendaki agar
jika suatu keputusan dianggap batal maka akibat dari keputusan yang dibatalkan itu
harus ditiadakan sehingga orang yang dirugikan akibat batalnya keputusan tersebut
harus diberi ganti rugi dan direhabilitasi.
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup. Asas ini menghendaki agar
setiap orang diberi kebebasan atau hak untuk mengatur kehidupan pribadinya sesuai
dengan pandangan (cara) hidup yang dianutnya. Di Indonesia perlindungan atas
pandangan (cara) hidup ini harus diberikan tetapi tetap dalam kerangka nilai-nilai
moral yang sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup dan kepribadian
bangsa.
12. Asas kebijaksanaan. Bahwa dalam tugas mengabdi kepada kepentingan umum,
badan-badan pemerintah tidak perlu menunggu instruksi dalam bertindak. Menurut
Koentjoro Purbopranoto, asas kebijaksanaan ini jangan dikaburkan pengertiannya
dengan ‘freies ermessen’, sebab freies ermessen pada hakikatnya memberikan
kebebasan bertindak pada pemerintah dalam menghadapi situasi yang konkrit
sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu pandangan yang jauh ke depan dari
pemerintah sehingga justru freies ermessen harus didasarkan pada asas kebijaksanaan.
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum. Sebagai tindakan aktif dan positif
tindak pemerintah ialah menyelenggarakan kepentingan umum. Tugas
penyelenggaraan kepentingan umum itu merupakan tugas semua aparat pemerintah
termasuk para pegawai negeri sebagai alat pemerintahan.
Contoh :
Asas yang menjadi landasan keteraturan, keselarasan dan keseimbangan dalam pengabdian
penyelenggara negara.
contoh :
Contoh :
Asas keterbukaan
Asas yang mendasarkan bahwa penyelenggara negara harus membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
contoh :
Asas proporsionalitas
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
Contoh:
1. Penyelenggara negara harus benar benar dalam menyelesaikan tugas, karena dia telah
dibayar dengan gaji yang besar oleh negara.
Asas profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Contoh:
Asas akuntabilitas
Asas penyelenggara negara yang menyatakan bahwa kebijakan kebijakan yang dilakukan
oleh penyelenggara negara harus bisa dipertanggung jawabkan pada masyarakat umum
Contoh: