Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG


MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD AMBARAWA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
MUHAMMAD NUR FATCHI
NIM : 010114A071

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang

progresif dan ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang

mengakibatkan uremia atau azotemia (Wijaya,2013).

Gagal Ginjal Kronik merupakan sebuah gangguan fungsi renal yang

progresif dan irreversibel, dimana fungsi ginjal mengalami penurunan dalam

mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga

terjadi uremia. Gagal ginjal biasanya berakibat akhir dari kehilangan fungsi

ginjal lanjut secara bertahap. Pada umumnya penyakit ini baru dapat dideteksi

melalui tes urine dan darah. Gejalanya yang bersifat umum membuat

pengidap penyakit ini biasanya tidak menyadari gejalanya hingga mencapai

stadium lanjut (Ariani,2016).

Menurut hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010,

Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di

dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.

Sedangkan di Indonesia menurut PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi

Indonesia), pada tahun 2007 terdapat sekitar 70.000 orang penderita gagal

ginjal kronik dan hanya 13.000 orang yang menjalani hemodialisis

(Suharjono, 2010). Berdasarkan profil RSUP DR. M. Djamil Padang terdapat

peningkatan pasien yang menjalani hemodialisis setiap tahun yaitu pada


tahun 2011 sebanyak 7.556 orang, 2012 sebanyak 8.365 orang dan pada tahun

2013 menjadi 9.180 orang. Di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 499.800

penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal dan sebanyak 1.499.400

penduduk menderita Batu Ginjal (Rikesdas, 2013).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) terjadi perlahan-lahan, bisa dalam

hitungan bulan bahkan tahun dan sifatnya tidak dapat disembuhkan.

Perburukan fungsi ginjal terjadi apabila pasien tidak melakukan pengobatan

secara teratur. Selama ini dikenal dua metode dalam penanganan gagal ginjal.

Pertama dengan cara transplantasi ginjal dan kedua dengan cara hemodialisa.

Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakan pada klien gagal

ginjal kronik untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk

memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan prinsip osmosis dan difusi

dengan menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal (Wijaya,2013).

Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah

pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.

Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume

cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan

hidrostatik menyebabkan aliran darah yang besar dari air plasma (dengan

perbandingan sedikit larutan) melalui membran (Nuari & Widayati, 2017).

Gangguan psikiatrik yang sering ditemukan pada pasien hemodialisis

mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam

mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta

impotensi, depresi akibat sakit yang kronik dan ketakutan terhadap kematian
sehingga diperlukan konseling dan psikoterapi (Brunner & Suddarth,2013).

Terapi gagal ginjal kronik dengan hemodialisis mengakibatkan beberapa

dampak yaitu secara fisik komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah

hipotensi, aritmia, sindrom ketidakseimbangan dialisa, hipoksemia,

perdarahan, gangguan pencernaan, infeksi atau peradangan bisa terjadi pada

akses vaskuler (Nuari & Widayati, 2017).

Salah satu gangguan psikiatrik pasien hemodialisa adalah Depresi.

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas, kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/spitting of personality) perilaku dapat terganggu tapi dalam

batas-batas normal (Hawari, 2011).

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu

yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya

depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Faktor penyebab depresi antara

lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian

pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologi, faktor biokimia

dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Depresi

biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan,

kecelakaan, persalinan dan sebagainya. Serta disebabkan oleh faktor psikis

seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri (Yosep & Sutini, 2014).
Hipnoterapi sangat berguna untuk mengatasi beragam kasus berkenaan

dengan kecemasan, ketegangan, depresi, fobia, dan dapat membantu

menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok, alkohol,

dan obat-obatan (Setiawan,2009). Selain hipnoterapi menurut Alfiyanti

(2014), relaksasi otot progresif juga bisa digunakan untuk menurunkan

tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik. Sedangkan menurut Ioanna

(2016), penelitian yang dilakukan di Yunani pada penurunan tingkat depresi

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, yaitu dukungangn

sosial. Penelitian Barbara (2010), telah mengusulkan bahwa hipnosis

memiliki relevansi dengan pengobatan depresi karena hipnosis dapat

membantu membangun harapan positif mengenai pengobatan, mengatasi

berbagai gejala depresi (termasuk insomnia dan ruminasi), dan memodifikasi

pola diri organization (seperti kognitif, respon, attentional, dan gaya persepsi)

yang berkontribusi pada pemikiran tertekan dan suasana hati. Penelitian

Claudie (2012), Religiusitas dan Dukungan Sosial: adalah suatu cara

mendukung Kesehatan terkait dari kehidupan Pasien Hemodialisis di

Amerika.

Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan hypnosis untuk

memfasilitasi suatu perubahan yang benar-benar seseorang inginkan. Sugesti

yang telah disusun dan disetujui sebelumnya dapat ditanamkan ke dalam

pikiran bawah sadar (internal computer), untuk diinstal sebagai suatu

program baru yang positif, sementara seseorang tersebut berada dalam

keadaan rileks terhypnosis (Subiyanto,2010). Hipnoterapi sendiri dikenal


sebagai salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti

untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi secara

fisiologis, bekerja melalui sistem gelombang otak. Pada sesi-sesi hipnoterapi,

seperti induksi dan deepening, pasien akan dibimbing terapis dari pikiran

sadar ke pikiran bawah sadar. Pasien Pada kondisi seperti ini akan memasuki

kondisi hipnosis yang lebih dalam, sehingga gelombang otak yang semula

berada pada gelombang beta akan berubah pelan-pelan menuju gelombang

alpha. Otak dalam kondisi alpha akan memproduksi hormon serotonin dan

endorfin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang,

bahagia sehingga stress menjadi menurun (Setiawan, 2009).

Penelitian Bayu (2011), Tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap

Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Padjadjaran Angkatan 2011. Hasilnya terdapat penurunan tingkat stres

responden sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi. Penurunan tingkat

stres terbukti dari prosentase tingkat stres normal setelah dilakukan

hipnoterapi yaitu sebanyak 16 responden (53,33%) dari 0 responden (0%)

pada tingkat stres normal sebelum dilakukan hipnoterapi.

Penelitian Fauzi (2016), tentang pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat

kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani terapi

hemodialisa di RST Dr. Soedjono Magelang tahun 2016. Hasil penelitian

menunjukkan ada perbedaan kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang akan

menjalani terapi hemodialisa pada kelompok intervensi dan kontrol sebelum

diberikan intervensi dengan hasil p value 0,000 (< 0,05) dan ada pengaruh
hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang akan

menjalani terapi hemodialisa di RST Dr. Soedjono Magelang tahun 2016

karena p value 0,018 (< 0,05).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ambarawa,

jumlah pasien yang menjalani hemodialisa dari bulan Januari-November 2017

sebanyak 110 pasien. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaukan peneliti

pada 6 pasien menyatakan merasa Depresi ringan, 4 orang mengalami depresi

sedang dan 2 orang mengalami depreti berat saat akan dilakukan hemodialisa.

Sampai saat pasien belum pernah mengetahui tentang teknik hipnoterapi.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan dan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat depresi pasien yang menjalani

hemodialisa di RSUD Ambarawa tahun 2017.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

penulis merumuskan masalah “Adakah pengaruh hipnoterapi dengan tingkat

depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di rsud

Ambarawa ? ”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh hipnoterapi dengan penurunan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Ambarawa.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa sebelum diberikan

hipnoterapi pada kelompok intervensi dan kontrol.

b. Mengetahui tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa sesudah diberikan

hipnoterapi pada kelompok intervensi dan kontrol.

c. Mengetahui perbedaan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik

yang akan menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa sebelum dan

Sesudah diberikan hipnoterapi pada kelompok intervensi.

d. Mengetahui perbedaan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik

yang akan menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa sebelum dan

Sesudah diberikan hipnoterapi pada kelompok kontrol.

e. Mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani hemodialisa di

RSUD Ambarawa.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Ambarawa

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kesehatan melalui

teknik hipnoterapi sebagai terapi komplementer.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan untuk

mengaplikasikan tindakan keperawatan mandiri melalui teknik

hipnoterapi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai suatu bentuk pengalaman penelitian dan bentuk pengabdian

masyarakat oleh mahasiswa serta guna melengkapi tugas akhir

pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Gagal Ginjal Kronik

a. Pengertian

Gagal ginjal kronik merupakan sebuah gangguan fungsi renal

yang progresif dan irreversibel, dimana fungsi ginjal mengalami

penurunan dalam mempertahankan metabolisme, keseimbangan

cairan dan elektrolit, sehingga terjadi uremia. Gagal ginjal biasanya

berakibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap.

Pada umumnya penyakit ini baru dapat dideteksi melalui tes urine dan

darah. Gejalanya yang bersifat umum membuat pengidap penyakit ini

biasanya tidak menyadari gejalanya hingga mencapai stadium lanjut

(Ariani,2016).

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang

progresif dan ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh

untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit

yang mengakibatkan uremia atau azotemia (wijaya,2013).

b. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Perkembangan penyakir ginjal diklasifikasikan dengan sistem

pemeringkatan atau stadium. Adapun penjelasan dari stadium tersebut

(Ariani,2016) adalah :
1. Stadium 1

Meskipun nilai eGFR-nya normal, namun kerusakan ginjal tetap

terdeteksi oleh tes lain.

2. Stadium 2

Selain eGFR, tes lain mengindikasikan terjadinya kerusakan

ginjal. Agar perkembangan kondisi ginjal dapat terus dipantau,

pengidap gangguan ginjal stadium satu atau dua

direkomendasikan umtuk menjalani tes eGFR tahunan.

3. Stadium 3

Pada stadium ini, perlu diadakan pemeriksaan lanjutan setiap

enam bulan sekali.

4. Stadium 4

Pada stadium ini, pengidap kemungkinan telah merasakan gejala-

gejala gangguan pada ginjal dan perlu mengikuti pemeriksaan tiap

tiga bulan

5. Stadium 5

Pada tahap ini disebut sebagai kondisi gagal ginjal, yaitu ginjal

telah kehilangah hampir seluruh fungsinya. Hasil eGFR dari

waktu ke waktu dapat naik turun. Diagnosis ini biasanya baru bisa

dipastikan jika tes-tes eGFR yang dilakukan beberapa kali

menunjukkan hasil konsisten di bawah normal.


c. Manifestasi klinis Gagal Ginjal Kronik

Menurut Ariani (2016), Gagal ginjal Kronik juga dapat memicu

munculnya penyakit lainnya. Komplikasi yang dimaksud diantaranya

adalah :

1. Hiperkalemia

Hiperkalemia akibat penurunan ereksi, asidosis metabolic,

katabolisme, dan masukan diet berlebihan.

2. Perikarditis

Perikarditis,efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialysis yang tidak kuat.

3. Hipertensi

Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

rennin-angiotensin-aldosteron.

4. Anemia

Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin,

dan kehilangan darah selama hemodialisis.

5. Penyakit Tulang

Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat,

kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D

abnormal, dan peningkatan kadar alumunium.


d. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan fungsi

ginjal dan mempertahankan homeostasis selama mungkin. Menurut

Nuari & Widayati (2017) adalah :

1. Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat

terhadap masukan protein, masukan cairan untuk

menyeimbangkan kehilangan cairan, masukan natrium, dan

pembatasan kalium.

2. Batasi protein karena kerusakan klirens ginjal terhadap urea,

kreatinin, asam urat, dan asam organik.

3. Berikan suplemen vitamin

4. Atasi gagal jantung kongestif dan edema pulmonal dengan

pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, dan dialisis.

5. Atasi anemia dengan rekombinan eritopoietin manusia (Epogen);

pantau hematokrit pasien dengan sering.

6. Pantau tekanan darah dan kadar kalium serum

7. Rujuk pasien pada pusat dialisis dan transplantasi di awal

perjalanan penyakit ginjal progesif.

8. Lakukan dialisis saat pasien tidak dapat mempertahankan gaya

hidup yang diperlukan dengan pengobatan konservatif.


2. Hemodialisa

a. Pengertian

Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air

dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke

dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan

sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui

ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran darah

yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan)

melalui membran (Nuari & Widayati, 2017).

Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakan pada

klien gagal ginjal kronik untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan

cairan dan untuk memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan

prinsip osmosis dan difusi dengan menggunakan sistem dialisa

eksternal dan internal (Wijaya,2013).

b. Komplikasi Hemodialisa

Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa

batas yang jelas, tindakan ini akan mengubah perjalanan alami

penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan

seluruh fungsi ginjal. Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat

mencakup hal-hal berikut diantaranya adalah hipotensi, emboli udara,

nyeri dada, pruritus, gangguan keseimbangan dialisis, kram otot yang

nyeri, mual muntah (Brunner & Suddarth,2013).


c. Tujuan Hemodialisa

Terapi seumur hidup yang harus dijalani oleh pasien gagal

ginjal kronik salah satunya adalah pengobatan Hemodialisa, dimana

tujuannya yaitu (Nuari & Widayati, 2017) :

a) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu

membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,

kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.

b) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh

yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat

c) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan

fungsi ginjal

d) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program

pengobatan yang lain.

3. Depresi

a. Pengertian

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai

dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan

sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan

dalam menilai realitas, kepribadian tetap utuh (tidak mengalami

keretakan kepribadian/spitting of personality) perilaku dapat

terganggu tapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2011).


b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Depresi

Faktor penyebab depresi antara lain : faktor heriditer dan

genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik,

faktor psikobiologi, faktor neurologi, faktor biokimia dalam tubuh,

faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Depresi biasanya

dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan,

kecelakaan, persalinan dan sebagainya. Serta disebabkan oleh faktor

psikis seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri. (Yosep &

Sutini, 2014).

c. Gejala Depresi

Menurut Hidayat (2008), depresi ditandai dengan gelala berikut :

a) Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak

ada semangat dan merasa tidak berdaya.

b) Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa

c) Nafsu makan dan berat badan menurun

d) Sulit kosentrasi dan daya ingat menurun

e) Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebih) disertai mimpi-

mimpi yang tidak menyenangkan, misal mimpi orang yang sudah

meninggal

f) Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan

motorik). Hilang perasaan senang, semangat dan minat,

meninggalkan hobi, Kreativitas dan produktivitas menurun

g) Gengguan seksual (libido menurun)


h) Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

d. Tingkat depresi

Ada beberapa tingkatan depresi menurut Kusumanto (2010) yaitu :

1. Depresi ringan

Sementara, alamiah adanya rasa pedih perubahan proses pikir

komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman

2. Depresi sedang

a) Afek murung, cemas, kesal, madah, menangis

b) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, kurang

komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat

c) Pola komunikasi : bicara lambat, kurang komunikasi verbal,

komunikasi non verbal meningkat

d) Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau melakukan kegiatan,

mudah tersinggung

3. Depresi berat

a) Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung,

inisiatif berkurang

b) Gangguan proses pikir

c) Sensasi somatic dan aktivitas motoric : diam dalam waktu

lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan

dan minum, menarik diri, tidak perduli dengan lingkungan.


e. Penatalaksanaan Depresi

1) Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan untuk anti depresi diantaranya yaitu : clomipramine

HCL, Imipramine, Doxepin, Amoxapine, Tianeptine, dan

sebagainya, namun pengobatan ini tak luput dari resep dokter

(Hawari,2011).

2) Penatalaksanaan non farmakologi

Menurut Azizah (2011) dijelaskan ada beberapa upaya

penanggulangan depresi dengan electric holistic approach,

diantaranya :

a) Pendekatan psikodinamik

Adalah penanganan terhadap konflik-konflikyang berhubungan

dengan kehilangan dan stress. Upaya penanganan depresi

dengan mengidentifikasi kehilangan dan stress yang

menybabkan depresi, mengatasi dan mengembangkan cara-

cara menghadapi kehilangan dan stressor dengan psikoterapi

yang bertujuan untuk memulihkan kepercayaan diri (self

confodance) dan memperkuat ego. Pendekatan ini tidak hanya

untuk menghilangkan gejala, tetapi juga untuk mendapatkan

perubahan struktur dan karakter pribadi yang bertujuan untuk

perbaikan kepercayaan pribadi, mekanisme mengatasi stressor,

dan kemampuan untuk mengalami berbagai macam emosi.

b) Pendekatan perilaku belajar


Penghargaan atas diri yang kurang akibat dari kurangnya

hadiah dan berlebihnya hukuman atas diri dapat diatasi dengan

pendekatan perilaku belajar. Caranya dengan mengidentifikasi

aspek-aspek lingkungan yang merupakan sumber hadiah dan

hukuman. Kemudian diajarkan ketrampilan dan strategi baru

untuk mengatasi, menghindari, atau mengurangi pengalaman

yang menghukum. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian hadiah dan hukuman, yaitu tugas dan teknik yang

diberikan terperinci dan spesifik untuk aspek hadiah dan

hukuman dari kehidupan tertentu individu. Tehnik ini dapat

mengubah tingkah laku supaya meningkatkan hadiah dan

mengurangi hukuman.

c) Pendekatan kognitif

Bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikir tentang

keberhasilan masa lalu dan sekarang dengan cara

mengidentifikasi pemikiran negative yang mempengaruhi

suasana hati dan tingkah laku, menguji individu untuk

menentukan apakah pemikirannya benar dan menggantikan

pemikiran yang tidak tepat dengan yang lebih baik, upaya

pendekatan ini adalah menghilangkan episode depresi dan

mencegah rekuen dengan membantu mengidentifikasi dan uji

kognisi negative, mengembangkan cara berfikir alternative,


serta melatih kembali respon kognitif dan perilakuyang baru

dan penguatan perilaku dan pemikiran positif.

d) Pendekatan humanistik eksistensial

Tugas utama pendekatan ini adalah membantu individu

menyadari keberadaannya didunia dengan memperluas

kesadaran diri, menemukan dirinya kembali dan bertanggung

jawab terhadap arah hidupnya. Dengan mengeksplorasi

alternative ini membuat pandangan mnjadi real, indvidu

menjadi sadar siapa dia sebelumnya, sekarang dan lebih

mampu menetapkan masa depan.

f. Pengukuran Depresi

Tingkat depresi adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya

depresi yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur

dengan banyak skala. Diantaranya adalah Hamilton Depression

Rating Skala (HDRSI). Penilaian terhadap variabel tingkat depresi

dilakukan dengan skoring. Skoring ini mempunyai skor 0-4. 17 soal

mempunyai skor 0-50 (Aspuah,2013).

Cara penilaian depresi adalah dengan memberikan nilai dengan

katagori :

0 = tidak ada gejala

1 = gejala ringan

2 = Gejala sedang

3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali

Interpretasi ( rentang nilai 0-50), masing-masing dari 17 kelompok

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui

tingkat depresi seseorang :

1) Skor < 7 : normal

2) Skor 8 – 13 : depresi ringan

3) Skor 14 – 18 : depresi sedang

4) Skor 19 – 22 : depresi berat

5) Skor > 23 : depresi sangat berat

Skala pengukuran ini merupakan tes untuk mengukur tingkat

keberatan dari segala depresi pada individu. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan tingkat keparahan dari penampilan gejala depresi pada

anak-anak maupun orang dewasa. HDRS dikembangkan oleh Max

Hamilton (1960) sebagai pengukur gejala depresi yang dapat

digunakan dalam hubungannya dengan interview klinik pasien depresi.

4. Hipnoterapi

a. Pengertian

Menurut Setiawan (2009) seperti bidang ilmu lainnya, ilmu

hipnosis terus berevolusi untuk mencapai kesempurnaannya dalam

teori dan praktik. Para tokoh yang menggunakan hipnosis mencoba

merumuskan hipnosis secara ilmiah dan menemukan berbagai teknik

baru yang efektif. Aliran-aliran psikologi yang digunakan oleh

hipnoterapi yakni berdasar pada behaviorisme, psikoanalisa, gestalt,


humanistik, dan kognitif. Aliran-aliran psikologi tersebut menjelaskan

proses atau cara kerja terapeutik yang terjadi dalam hipnoterapi.

Dalam penelitian ini, hipnoterapi lebih bekerja pada ranah kognitif.

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,

perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi dikatakan sebagai suatu teknik

terapi pikiran dengan cara memberi sugesti atau perintah kepada

pikiran bawah sadar (Setiawan, 2009).

Jadi dapat disimpilkan bahwa hipnoterapi adalah aktivitas

terapeutik yang diberikan pada saat seseorang berada pada kondisi

hipnosis. Terapi yang digunakan berupa sugesti melalui seni

komunikasi yang khas, dan ditunjukkan kepada pikiran bawah sadar

dengan tujuan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku

menjadi lebih baik.

b. Prinsip kerja Hipnoterapi

Menurut Setiawan (2009) Dalam ilmu hipnosis, pikiran

manusia diibaratkan seperti bawang yang berlapis-lapis. Manusia

mempunyai dua jenis pikiran yang bekerja secara simultan dan saling

mempengaruhi, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran

sadar (conscious mind) adalah proses mental yang manusia sadari dan

dapat manusia kendalikan. Pikiran bawah sadar (subsconscious mind)

adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga

manusia tidak menyadarinya. Besarnya pengaruh pikiran sadar


terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap,

kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental

seseorang hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah

sadar adalah 88%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran bawah

sadar mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran

sadar.

Saat melakukan hipnoterapi, yang terjadi adalah pelaku

hipnosis menginduksi (mem-by-pass) critical factor subjek dan

berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar orang yang dihipnotis.

Induksi dapat dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek

dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung, (tidak memahami) atau lengah

sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu critical

factor terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena

critical factor terbuka atau pengawasan lemah, maka sugesti akan

menjangkau pikiran bawah sadar. Program yang telah ditanamkan

melalui sugesti dalam kondisi hipnosis akan menjadi pemicu

perubahan yang seketika dan permanen Setiawan (2009).

c. Tahap-tahap Hipnoterapi

Tahap-tahap hipnoterapi diantaranya Setiawan (2009) adalah :

1. Pre-induction

Pada tahap awal ini ahli hipnoterapi dan klien untuk pertama

kalinya bertemu. Ahli hipnoterapi membuka percakapan untuk

membangun kepercayaan klien, menghilangkan rasa takut


terhadap hipnotis/hipnoterapi, menjelaskan hipnoterapi.

Sebelumnya hipnoterapis harus dapat menggali aspek-aspek

psikologis pasien.

2. Suggestibility Test

Berfungsi untuk sebagai pemanasan dan menghilangkan rasa

takut terhadap proses hipnoterapi. Tahap ini juga membantu ahli

hipnoterapi untuk menentukan teknik induksi yang terbaik bagi

klien.

3. Induction

induksi adalah cara yang digunakan untuk membawa pikiran klien

berpindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar, dengan

menembus apa yang dikenal dengan critical area.

4. Deepening

Jika dianggap perlu, ahli hipnoterapi akan membawa klien ke

trans yang lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.

5. Suggestion

Selanjutnya, hipnoterapis akan memberikan sugesti-sugesti positif

yang bersifat mengobati pada klien. Sugesti ini yang diharapkan

akan tertanam dipikiran bawah sadar klien dan menghasilkan

perubahan positif terhadap masalah pasien.

6. Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, ahli hipnoterapi secara

perlahan-lahan akan membangunkan klien dari “tidur”

hipnotisnya dan membawa ke keadaan yang sepenuhnya sadar.


d. Manfaat Hipnoterapi

Berikut ini adalah manfaat hipnoterapi menurut Setiawan (2009) :

1. Dalam bidang kesehatan

a) Mind power & hipnosis healing. Penyembuhan dengan

kekuatan pikiran.

b) Mengobati psikomatis, yaitu penyakit fisik yang disebabkan

oleh masalah psikologis.

c) Menghilangkan sakit kepala dan migren yang sering kambuh

d) Membantu mengurangi nyeri menstruasi

e) Melahirkan tanpa rasa sakit

f) Mengatasi masalah kehamilan seperti mual, pusing, dan takut

melahirkan

2. Dalam bidang psikologi

a) Mengubah rasa minder menjadi percaya diri

b) Menyembuhkan fobia atau rasa takut yang berlebihan dan

tidak wajar

c) Kecemasan, trauma, stres, mengatasi kebosanan pada

pasangan, dan lain-lain.

3. Dalam bidang pengembangan diri

a) Meningkatkan kosentrasi, daya ingat, dan kreativitas

b) Kemampuan menghafal cepat, mengatasi kesulitan belajar

pada anak-anak dan remaja

c) Mengatasi rasa bosan belajar atau bekerja


d) Memuncukkan motivasi yang sangat kuat untuk meraih cita-

cita

e) Menjadi percaya diri berbicara di depan umum, dan lain-lain

5. Hubungan hipnoterapi dengan tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

Salah satu terapi yang digunakan untuk mempertahankan fungsi

ginjal adalah dengan hemodialisis, dialisis dilakukan pada pasien gagal

ginjal kronik untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang

dalam keadaan normal diekresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga

dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel

(tidak responsif terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia,

hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Individu dengan hemodialisis

jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak

dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya

menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi

akibat penyakit kronis dan ketakutan terhadap kematian (Brunner &

Suddarth,2013).

Hipnoterapi telah terbukti memiliki beragam kegunaan untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan emosi dan

perilaku. Bahkan beberapa kasus medis serius seperti kanker dan serangan

jantung. Hipnoterapi sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus

berkenaan dengan kecemasan, ketegangan, depresi, fobia, dan dapat


membantu menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada

rokok, alkohol, dan obat-obatan. Hipnoterapi secara fisiologis, bekerja

melalui sistem gelombang otak. Pada sesi-sesi hipnoterapi, seperti induksi

dan deepening, pasien akan dibimbing terapis dari pikiran sadar ke pikiran

bawah sadar. Pasien pada kondisi seperti ini akan memasuki kondisi

hipnosis yang lebih dalam, sehingga gelombang otak yang semula berada

pada gelombang beta akan berubah pelan-pelan menuju gelombang alpha.

Otak dalam kondisi alpha akan memproduksi hormon serotonin dan

endorfin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang,

bahagia sehingga depresi menjadi menurun (Setiawan, 2009).

Secara fisiologis saat seseorang masuk relaksasi hypnosis,

gelombang pikirannya masuk ke gelombang alfa frekuensinya 7-14 hertz

atau lebih dalam lagi ke gelombang theta frekuensinya 4-7 hertz. Ketika

pikiran masuk ke gelombang ini, manusia menghasilkan zat endorphin

alami yang menghasilkan sensasi nyaman dan dalam hypnosis state ini,

sistem metabolisme tubuh menjadi jauh lebih baik dan tubuh bebas dari

ketegangan sehingga tubuh menjadi rileks (Santos, 2013).


B. Kerangka Teori

Gagal Ginjal Faktor-faktor yang


Kronik mempengaruhi Depresi :
1. Usia
2. Penyakit infeksi Terapi :
3. Pembedahan
1. Farmakologi (obat-
4. Kecelakaan
5. Persalinan obatan anti Depresi)
6. Kehilangan kasih sayang 2. Nonfarmakologi
atau harga diri. a. Distraksi
7. Stresor psikososial 1) Visual
semakin berat 2) Pendengaran
8. Penyakit kronik (terapi musik)
3) Bernafas ritmik
4) Intelektual
5) Imajinasi
Hemodialisa Depresi terbimbing
(Hipnoterapi)
b. Relaksasi
1) Meditasi
2) Imajinasi
3) Visualisasi
4) Progresif
Keterangan :

------------------- = Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.1. Keterangan Teori


Nuari & Widayati.2017, Hawari (2011), Ariani (2016), Yosep & Sutini (2014).
C. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Hipnoterapi Penurunan Depresi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris

(Notoatmodjo,2010).

Hipotesis penelitian ini adalah :

a. Ada perbedaan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Ambarawa tahun 2017 sebelum dan sesudah

dilakukan hipnoterapi pada kelompok intervensi.

b. Ada perbedaan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Ambarawa tahun 2017 sebelum dan sesudah

dilakukan hipnoterapi pada kelompok kontrol.

c. Ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat depresi pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa

tahun 2017.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment pre dan post control group

design, rancangan penelitian ini mengobservasi sebanyak dua kali yaitu

sebelum dan sesudah, peneliti membagi responden menjadi dua kelompok

yaitu kelompok kelompok kontrol dan kelompok kelompok intervensi.

Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk non equivalent control

group design. Peneliti dalam penelitian ini membandingkan hasil kelompok

kontrol dengan suatu kelompok intervensi yang serupa tetapi tidak perlu

kelompok yang benar-benar sama dan pengelompokan anggota sampel pada

kelompok kontrol dan intervensi tidak dilakukan secara acak atau random.

Adapun rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pretest Intervensi Postest


Kelompok Kontrol A1
X1 X2
A2
Kelompok Eksperimen X3 X4

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :
A1 : Tanpa intervensi

A2 : Terapi hipnoterapi

X1 : Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang


menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa sebelum

perlakuan

X2 : Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa sesudah

perlakuan

X3 : Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa sebelum

diberikan hipnoterapi

X4 : Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa sesudah

diberikan hipnoterapi

B. Waktu dan tempat Penelitian

Penelitiaan akan dilakukan pada bulan Januari 2018 di Ruang Hemodialisa

RSUD Ambarawa.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti (Sujarweni,2014). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa di RSUD Ambarawa dengan perhitungan rata-rata pada

bulan September-November 2017 sebanyak 42 pasien per bulan.


2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan

dianggap mewakili seluruh populasi dalam penelitian, dapat

menggunakan seluruh objek penelitian atau hanya sebagian dari

keseluruhan populasi (Sujarweni,2014).

Pengambilan sample dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

cara purposive sampling yaitu berdasarkan responden yang ada di ruang

hemodialisa RSUD Ambarawa. Berdasarkan sampel pada penelitian ini

menurut Nursalam (2011), besar populasi < 1000 dihitung dengan cara :

𝑁.z2 .p.q
n= 𝑑 (𝑁−1)+z2 .p.q

Keterangan :

n : jumlah sampel

z : nilai standar normal untuk α = 0,05m(1,96)

N : jumlah populasi

P : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

Q : 1-p (100-P)

D : taraf kesalahan yang besarnya ditetapkan 5% (0,05)

42.19,62 .0,5.0,5
n= 0,05 (42−1)+19,62 .0,5.0,5

42.3,8416.0,25
= 0,05 (41)+ 3,8416.0,25

40,3368
= 2,05 + 0,9604

40,3368
= = 13,399 dibulatkan menjadi 13
3,0104
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel di atas maka diperoleh

jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-

masing sebanyak 13 orang, di mana untuk mengantisipasi adanya drop out

dari sampel maka sampel ditambah masing-masing kelompok 2 orang

(10%), sehingga jumlah sampel yang diteliti sebanyak 15 responden untuk

setiap kelompok, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30

orang.

3. Metode pengambilan Sampel

Spesifikasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria dan Eksklusi di bawah

ini :

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Sujarweni, 2014).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Bersedia menjadi responden

2. Pasien yang baru menjalani terapi hemodialisa <3 bulan

3. Berusia minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun

4. Mengalami depresi ringan atau sedang

b. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Sujarweni, 2014).

Kriteria eklusi pada penelitian ini adalah :

1. Mengalami gangguan kosentrasi / kejiwaan

2. Pasien yang mengalami anemia setelah dilakukan kadar

hemoglobin
3. Pasien dalam keadaan yang tidak sadar

4. Pasien yang mengalami sakit kepala atau pusing

5. Pasien yang mengalami gangguan penurunan pendengaran

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya berbeda

natara satu objek dengan objek lainnya (Sujarweni, 2014). Variabel penelitian

menurut Sujarweni (2014). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel, yaitu :

1. Variabel Bebas / Variabel Independent

Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah hipnoterapi.

2. Variabel Terikat / Variabel Dependent

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah Penurunan Tingkat Depresi.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat dan Hasil ukur Skala


cara ukur pengukur
an
Hipnoterapi Terapi oleh SOP (Standar Operating - Nominal
hipnoterapis Procedure )
menggunakan
sugesti untuk
mempengaruhi
alam bawah sadar
hingga rilek
sehingga
menurunkan
depresi, meliputi
tahap pre-
induction,
suggestibility test,
induction,
deepening
Tingkat Depresi ringan Alat ukur : Untuk keperluan analisis Ordinal
Depresi adanya perasaan Kuesioner Hamilton univariat :
tidak Depression Rating 1. Nomal : 0 -7
nyaman,depresi Scale (HDRS). 2. Depresi ringan : 8 -13
sedang adanya Kuesioner dengan 3. Depresi sedang :14 –18
efek murung, jumlah 17 item 4. Depresi berat : 19 –22
cemas disertai pertanyaan yang fokus
mudah pada perasaan depresi,
tersinggung, rasa bersalah dan harga
depresi berat diri. Dengan point :
adanya 1. Tidak pernah : 0
pandangan 2. Kadang-kadang : 1
kosong, rasa 3. Sering : 2
murung, sedih, 4. Selalu : 3
putus asa dan
menarik diri.

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner.

Kuesioner adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan seorang

peneliti untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah

lembar kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh

para responden. Kuesioner dalam penelitian ini berisi data demografi

responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status

perkawinan dan riwayat penyakit (Sujarweni, 2014).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi adalah

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) merupakan suatu alat ukur

depresi yang dibuat oleh Max Hamilton pada tahun 1960 (Aspuah, 2013).
HDRS merupakan alat pengukur gejala depresi yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat keberatan dari segala depresi pada

individu. Alat tes ini terdiri dari 17 item pertanyaan pilihan ganda yang

fokus pada perasaan sedih, rasa bersalah, dan harga diri. Isi dari alat ukur

ini merupakan gambaran karakteristik dari depresi.

Skor yang diperoleh dalam skala ini adalah total nilai dari respon

yang diberikan. Interpretasi yang digunakan dalam total skor HDRS

adalah :

0-7 : Normal

8 - 13 : Depresi Ringan

14 - 18 : Depresi Sedang

19 - 22 : Depresi Berat

2. Prosedur Pengambilan Data

a. Prosedur perijinan

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

1) Peneliti telah mengurus perijinan dari Universitas Ngudi

Waluyo Ungaran yang digunakan untuk studi pendahuluan.

2) Setelah mendapatkan perijinan dari Universitas Ngudi Waluyo,

peneliti menyampaikan perijinan ke kantor Kesatuan Bangsa

dan Politik Kab. Semarang.


3) Sesudah mendapat perijinan dari kepala kantor Kesatuan Bangsa dan

Politik Kab. Semarang, peneliti menyampaikan perijinan ke RSUD

Ambarawa

4) Perijinan penelitian kemudian disetujui oleh Direktur RSUD

Ambarawa

5) Peneliti kemudian mempersiapkan alat dan bahan penelitian dan

akan menentukan waktu penelitian sesuai dengan tanggal perjanjian.

b. Penentuan Asisten

Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang terapis

hipnoterapi dengan syarat sudah mempunyai sertifikat hipnoterapi dan

dibantu seorang asisten yang memenuhi persyaratan yaitu Mahasiswa S1

Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo, mempunyai penampilan yang

menarik, menguasai teknik komunikasi dengan responden, serta dapat

mengukur tingkat depresi menggunakan HRS-D.

c. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data kelompok intervensi :

1) Peneliti datang ke ruang hemodialisa RSUD Ambarawa pada bulan

Januari 2018,

2) Peneliti kemudian akan menjelaskan maksud dan tujuan dari

penelitian dan apabila telah mendapatkan persetujuan dari pasien

yang akan dijadikan responden.

3) Peneliti kemudian menanyakan kepada responden tentang kesediaan

untuk menjalani hipnoterapi, jika responden bersedia untuk


menjalani hipnoterapi maka responden dijadikan sebagai sampel

dalam kelompok intervensi.

4) Responden yang bersedia kemudian akan diminta untuk

menandatangani surat pernyataan persetujuan.

5) Responden kemudian diukur depresinya sebelum diberikan

hipnoterapi menggunakan alat ukur kuesioner HDR-S

6) Responden kemudian diberikan hipnoterapi selama kurang lebih 40

menit

7) Setelah selesai diberikan hipnoterapi peneliti kembali mengukur

tingkat depresi menggunakan alat ukur kuesioner HRS-D.

8) Hipnoterapi akan dilakukan 2 kali selama satu minggu agar

mendapatkan hasil yang lebih baik yaitu penurunan tingkat depresi

yang dialami responden.

Proses pengumpulan data kelompok kontrol :

1) Peneliti datang ke ruang hemodialisa RSUD Ambarawa pada bulan

Januari 2018,

2) Peneliti kemudian akan menjelaskan maksud dan tujuan dari

penelitian dan apabila telah mendapatkan persetujuan dari pasien

yang akan dijadikan responden.

3) Peneliti kemudian menanyakan kepada responden tentang kesediaan

untuk menjalani hipnoterapi.

4) Responden yang bersedia kemudian akan diminta untuk

menandatangani surat pernyataan persetujuan.


5) Responden dari kelompok kontrol kemudian diukur depresinya

sebelum diberikan terapi menggunakan alat ukur kuesioner HDR-S

6) Peneliti dibantu asisten kemudian akan kembali meminta responden

untuk kembali mengisi kuesioner tingkat depresi.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian saat pengambilan data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Informed consent

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden yang

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, setelah peneliti menjelaskan

tujuan dari penelitian, disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Jika responden bersedia, maka responden diminta untuk menandatangani

surat persetujuan penelitian. Jika responden menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak.

b. Anonymity

Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti tidak mencantumkan

nama responden dalam pengolahan data penelitian untuk menjaga

kerahasiaan responden. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan

nomor responden untuk menjaga kerahasiaan responden.

c. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan

oleh responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan


responden dengan tidak mempublikasikannya kepada pihak yang tidak

berkepentingan dan menghancurkan ketika penyusunan laporan

penelitian telah selesai.

d. Beneficiency

Peneliti memperhatikan keuntungan dan kerugian yang bisa

ditimbulkan oleh responden. Keuntungan bagi responden adalah

responden bisa menerapkan atau bisa melakukan penurunan depresi

terutama di ruang hemodialisa.

e. Justice

Pemberian rasa adil pada responden dilakukan peneliti dengan cara

memberikan hipnoterapi pada kelompok intervensi akan dilakukan pada

hari senin dan kamis, sedangkan kelompok kontrol yang tidak diberikan

hipnoterapi akan di lakukan pada hari selasa dan jumat.

H. Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya pada penelitian ini setelah data dikumpulkan adalah

mengolah data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Peneliti dan asisten peneliti melakukan pengecekan hasil pengisian

kuesioner oleh responden atau bantuan dari peneliti/asisten berdasarkan

alat pengukur depresi, untuk memastikan bahwa semua pernyataan sudah

terisi dan data yang dibutuhkan sudah lengkap, jelas, relevan dan

konsisten sesuai dengan kondisi dari responden.


b. Scoring

Peneliti memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban

responden dari masing-masing variabel setelah semua kuesioner

terkumpul. Penilain untuk pernyataan pada variabel tingkat depresi,

yaitu :

a) Tidak pernah diberi skor 0

b) Kadang-kadang diberi skor 1

c) Sering diberi skor 2

d) Selalu diberi skor 3

c. Coding

Peneliti merubah data hasil pengukuran depresi menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Hal ini untuk mempermudah pada saat

analisa dan juga mempercepat pada saat entry data. Selanjutnya jumlah

skor untuk kelompok kontrol dan intervensi dikategorikan sebagai

berikut:

1. Normal diberi kode 1

2. Depresi Ringan diberi kode 2

3. Depresi Sedang diberi kode 3

4. Depresi Berat diberi kode 4

d. Tabulating

Peneliti melakukan penyusunan data hasil penilaian dari jawaban

responden dan pemberian kode dari jumlah skor jawaban responden


berdasarkan hasil pengukuran depresi berdasarkan skala depresi yang

digunakan sehingga akan mempermudah dalam melakukan proses

analisis data.

e. Entering

Peneliti melakukan proses pemasukan data ke dalam komputer

setelah tabel tabulasi selesai untuk selanjutnya dilakukan analisa data

dengan menggunakan program microsoft excel.

f. Transfering (Pemindahan)

Peneliti melakukan pemindahan nilai dan kode-kode yang telah

ditabulasi ke dalam komputer suatu program atau sistem tertentu, dalam

hal ini peneliti menggunakan program SPSS versi 20.0 untuk

mempercepat proses analisis data.

g. Cleansing

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Dalam

penelitian cleansing dilakukan dengan mengecek kembali data yang telah

dimasukkan (Notoatmodjo,2010).
I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan persentase tiap variabel (Notoatmodjo,2010).

Analisis univariat bertujuan untuk menganalisa masing-masing

variabel, yaitu tingkat depresi sesudah dilakukan hipnoterapi. Data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan uji analisa data, terlebih dilakukan uji

homogenitas dan uji normalitas dengan langkah-langkah dan ketentuan

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Sebelum dan dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan uji

normalitas data. Uji yang digunakan untuk menguji normalitas data

yaitu menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel dalam

penelitian ini ≤ 50 orang yaitu 30 orang, bila hasil uji signifikan p

value > 0,05 maka distribusi data normal dan jika p value < 0,05 maka

distribusi data tidak normal dengan ketentuan keyakinan yang dipakai

adalah 95% dan nilai kemaknaan α = 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varian kelompok intervensi dan kelompok

kontrol data dilakukan dengan menggunakan t-test independent, bila


hasil uji p value > 0,05 maka tidak ada perbedaan antara kedua varian

(homogen) dan jika p value ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan antara

kedua varian (tidak homogen).

c. Uji Hipotesis

Jika Uji analisis perbedaan tingkat depresi pasien gagal ginjal

kronik yang menjalan hemodialisa di RSUD Ambarawa tahun 2017

sebelum dan sesudah diberikan hipnoterapi menggunakan uji alternatif

wilcoxon, sedangkan untuk menguji pengaruh hipnoterapi terhadap

penurunan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Ambarawa tahun 2017 menggunakan uji

alternatif Mann-Whitney dengan interprestasi hasil jika P value < 0,05

maka Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti. 2014. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Depresi


Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit
Hemodialisa Rs Telogorejo Semarang 2014. Diunduh dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vie
w/278 2 [21/11/2017].
Ariani Sofi. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan-Gangguan Ginjal Lainnya.
Istana Media. Yogyakarta
Aspuah, Siti. 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika

Barbara.2010. Hypnosis in the Treatment of Depression: Considerations in


Research Design and Method. Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov
/pmc/articles/PMC2856099/ pdf/nihms176950.pdf diunduh : 28/11/2017

Bayu.2011. Tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan 2011.
Diunduh http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/715 [21/11/2017].
Brunner & Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Claudie.2012. Religiosity and Social Support: Implications for the Health-Related
Quality of Life of African American Hemodialysis Patients. Diunduh dari
https://link.springer.com/article/10.1007/s10943-011-9483-7. 29/11/2017
Fauzi.2016. Pengaruh Hipnoterapi terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Akan Menjalani Terapi Hemodialisa di RST
Dr. Soedjono Magelang. Skripsi. Keperawatan. Diunduh
perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4877.pdf [21/11/2017].
Gabrielle.2014. A nxiety and Depression - A Suicidal Risk in Patients with
Chronic Renal Failure on Maintenance Hemodialysis.Diunduh dari
http://www.ijsrp.org/research_paper_mar2012/ijsrp-Mar-2012-28.pdf
28\11\2017.

Hawari Dadan. 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta : Penerbit:
Balai Penerbit FKUI
Ioanna.2016.Effect Of Perceived Social Support On The Levels Of Anxiety And
Depression Of Hemodialysis Patients di Yunani 2016. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5149439/pdf/MSM-28-
361.pdf [22/11/2017]
Kusumanto, R., & Iskandar, Y. 2010. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan
Terapi pada praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha.
Notoatmojo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehata. RINEKA CIPTA.
Jakarta
Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta : DEEPUBLISH
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013
Setiawan Toni.2009.Hipnotis & Hipnoterapi.GARASI.Jogjakarta
Sujarweni.2014. Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava Media

Wijaya.2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha Medika.


Yosep & Sutini.2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
SOP HIPNOTERAPI

A. Pengertian

Hipnoterapi adalah aktivitas terapeutik yang diberikan pada saat seseorang

berada pada kondisi hipnosis. Terapi yang digunakan berupa sugesti melalui

seni komunikasi yangkhas, dan ditujukan kepada pikiran bawah sadar dengan

tujuan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik.

B. Tujuan

Tujuan dilakukan hipnoterapi untuk responden yang menjalani

hemodialisa adalah menurunkan tingkat depresi pasien.

C. Tenaga

a. Terapis

b. Peneliti

D. Kelengkapan sarana

a. Ruangan yang tenang dan nyaman

b. Alat tulis

c. Jam pengukur waktu (stopwatch)

E. Durasi

Waktu yang diperlukan untuk hipnoterapi ini yaitu 60 menit.


F. Prosedur tetap pelayanan

NO Aspek dan KETERANGAN


Waktu
1. Fase Orientasi 1. Peneliti memberikan salam kepada responden
10 menit 2. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden
3. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dilakukan tindakan
4. Peneliti menanyakan sejauh mana pengetahuan hipnotis maupun
hipnoterapi
5. Peneliti menjelaskan tujuan, efek samping, keamanan hipnoterapi
6. Peneliti menggali minat, keinginan, yang disukai dan yang tidak
disukai untuk membina hubungan saling percaya
7. Peneliti menanyakan kesiapan responden
8. Peneliti menjaga privasi responden
9. Peneliti melakukan kontrak dengan klien yang setuju untuk
menjadi responden
10. Responden menandatangani inform concent
11. Peneliti mengukur tingkat depresi responden melalui hasil
pemeriksaan sementara, pengamatan, dan wawancara

2. Fase kerja 1. Terapis mempersiapkan diri untuk melakukan hipnoterapi


2. Terapis mencuci tangan
40 menit 3. Terapis memberikan posisi yang nyaman (responden yang
memilih posisi nyaman sendiri)
4. Terapis melakukan test sugestibilitas (melatih fokus, melatih
imajinasi).
5. Terapis melakukan teknik deepening (memejamkan mata).
Induction, trans induksi
6. Pemberian sugesti khususnya untuk menghilangkan atau
mengurangi tingkat depresi sampai post sugesti.
7. Termination tahap akhir dari hipnoterapi yaitu pasien perlahan-
lahan untuk dibangunkan untuk membuka mata
3 Fase Terminasi 1. Peneliti mengakhiri kegiatan dengan membangunkan kembali
responden
10menit 2. Peneliti menerangkan bahwa hipnoterapi telah selesai
dilaksanakan
3. Peneliti mengukur kembali tingkat depresi responden setelah
diberikan hipnoterapi melalui hasil pemeriksaan sementara,
pengamatan dan wawancara
4. Peneliti memasukkan hasil pengukuran ke dalam lembar observasi
5. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden karena telah
bersedia mengikuti prosedur penelitian
6. Peneliti mengucapkan salam sebelum meninggalkan ruangan

Anda mungkin juga menyukai