Anda di halaman 1dari 6

1.

Diagram T-S atau Diagram Entropi


Diagram p-V yang sudah dibahas pada bab sebelumnya disebut dengan
diagram kerja, karena usaha/kerja yang dilakukan sistem dapat ditentukan dengan
menghitung luas daerah di bawah kurva pada diagram p-V. Sedangkan diagram T-
S disebut dengan diagram kalor, karena bbesar kalor yang terlibat dalam proses
dapat ditentukan dengan menghitung luas daerah di bawah kurva pada diagram T-
S, seperti di tunjukkan pada diagram dibawah,

T qm
a
b

qk

Gambar 4 Diagram T-S

Hukum II Termodinamika menyatakan dalam proses reversible d q = T dS, maka


Sb

q = Tds = luas daerah di bawah kurva. Pada gambar (4), qab = Tds  Luas

Sa

daerah yang diarsir. Mudah dimengerti pula, bahwa usaha yang dilakukan sistem
dalam suatu siklus reversible sama dengan luas siklus pada diagram T-S, karena
ΔU pada proses siklus = 0 sehingga persamaan Hukum I Termodinamika akan
menjadi W= q. Jika kita mengkaji gambar (4), maka W = qm  qk sama dengan
luas daerah di dalam siklus. Siklus Carnot khususnya mudah digambarkan dalam

diagram T-S, karena berupa persegi panjang, hingga qm , qk , dan W dengan mudah
dapat dihitung dengan ilmu ukur.

2. Perubahan Entropi Pada Proses Irreversibel


Perubahan entropi pada proses irreversibl akan di bahas melalui beberapa
contoh-contoh di bawah ini,
Contoh 1. Percampuran 2 cairan
Air 1 kg pada suhu 373 K dicampur dengan air 1 kg bersuhu 273 K secara
adiabatikdan isobaric. Nyata bahwa proses di atas berlangsung secara irreversible.
Tetapi kita perhatikan juga, bahwa keadaan awal dan keadaan akhir merupakan
f
dq
keadaan seimbang, sehingga persamaan, Sif  i T , dapat digunakan.

Pertama-tama kita menentukan, temperatur campuran, karena massa kedua benda


sama, dan jenis ke dua benda sama, maka temperature campuran sama dengan
temperature rata-rata, yaitu:
T campuran = (373 + 273) K/2 = 323 K

I II
373 K 273
Gambar 2.5 Soal
(Sumber : Rapi, 2009)

323 dT 323
S1  c p  c p ln 0,144c p
 T 373
373

323 dT 323
Su  c p
373
 T
 c p ln
373
 0,168c p

S sistem = 0,168 c p 0,144 c p =0,024 c p

Contoh 2. Perubahan entropi pada ekspansi bebas (percobaan Joule)

V1 2
Dinding pemisah
Gas hampa
V1 = V2
Gambar 6.
(Sumber : Rapi, 2009)

Jika dinding pemisah dibuka maka gas akan berekspansi bebas ke kanan, sampai
terjadi keseimbangan. Proses ini berlangsung secara irreversible. Sesuai dengan
hukum I Termodinamika:
dq  cv dT  p dv
Keadaan awal dan keadaan akhir sistem keadaan setimbang maka persamaan
dq  dS bisa digunakan untuk menghitung perubahan entropi. Dengan
T
mengkombinasikan hukum I dan II Termodinamika akan diperoleh persamaan:

T dS = cv dT + p dV

dT p
dS = cv T  T dv

dV
cvdT  nR
V
Karena pada percobaan Joule temperature konstan atau dT = 0, maka persamaan
dia atas menjadi:

dV
dS  nR
V

dV 2V1
S  nR  V  nR ln V 1  nR ln 2
Jadi S  nRln 2 (nilainya positif)
Jadi disimpulkan pada proses irreversible ΔS bernilai positif, dengan kata lain
entropi bertambah.

3. Prinsip Pertambahan Entropi


Pada pembahasan tentang proses dapat balik, kita telah melihat bahwa
hasil dari proses tersebut adakah pertambahan entropi semesta. Keadaan semacam
ini dikenal sebagai prinsip pertambahan entropi.
Untuk meninjau masalah ini, kita konsentrasikan saja tinjauan kita pada
proses adiabat sebab proses yang lain jelas melibatkan aliran kalor yang pasti akan
menambah entropi semesta. Kita andaikan sistem yang kita tinjau menjalani
proses adiabat tak dapat balik dari keadaan i ke keadaaan f dengan Si = Sf atau
entropi tetap. Kemudian sistem dibawa lagi ke keadaan j secara isoterm dapat
balik dengan aliran kalor QR. Akhirnya sistem dibawa lagi ke keadaan mula-mula
i dengan proses adiabat dapat balik. Andaikata, selama proses dari keadaan awal
kembali lagi ke keadaan awal entropi sistem tetap, maka terjadilah pemindahan
kalor dari keadaan k ke keadaan j, yang besarnya QR, dan diubah seluruhnya
menjadi kerja.
Hal ini harus terjadi demikian karena untuk mempertahankan Si = Sf. Maka ada
tiga kemungkinan
QR = 0, Si = Sf
atau
QR ≠ 0, Sf > Si,
atau
QR ≠ 0, Sf = Si.
Kemungkinan terakhir jelas merupakan pernyataan yang salah karena

bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Jadi, kesimpulan kita adalah


ΔS ≥ 0, bila sistem tadi terisolasi. Oleh sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa
untuk proses apapun entropi semesta selalu bertambah atau tetap, atau ΔS ≥ 0.8.17
Apabila perhitungan ΔS dilakukan pada sistem dan juga pada lingkungan
untuk proses reversible maupun non-reversibel maka berlaku:
ΔS alam = ΔS sistem + ΔS lingkungan (18)
Tanda > berlaku untuk proses irreversible dan tanda = berlaku untuk proses
reversibel. Jika sistem terisolasi dengan lingkungan artinya proses adiabatic maka
ΔS lingkungan = 0, maka berlaku:
ΔS alam = ΔS sistem (19)
Untuk membuktikan prinsip pertambahan entropi di bawah ini akan diberikaan
beberapa contoh:

1. Proses reversibl non adiabatik (ekspansi/kompresi isothermal)

T
Sebagai Lingkungan
Sistem
q adalah reservoir
T

Gambar 7. Reversible
ΔS sistem = + q/T
ΔS Lingkungan = -q/T
ΔS alam = ΔS sistem + ΔS lingkungan = + (q/T) – (q/T) = 0

2. Proses irreversible non adiabatic

Gambar 8. Contoh Irreversible

Gambar 8. menunjukkan sistem diaduk (dikenakan kerja), seluruh usaha


mekanikdiubah menjadi kalor (q). Sistem tidak mengalami perubahan apa-apa
artinya seluruhkalor dilepas.
ΔS sistem = 0
ΔS Lingkungan = Q/T
ΔS alam = 0 + Q/T = Q/T > 0

4. Entropi dan Ketidakteraturan


Yang kita bahas sejauh ini tentang entropi adalah dalam kaitan besaran
tersebut secara makroskopik. Ketika terjadi lesapan kalor, misalnya, kita hanya
keadaan awal dan terakhirnya melalui besaran temperatur, tekanan dan volum.
Secara mikroskopik, lesapan kalor oleh sistem sebenarnya menyangkut gerak tak
teratur molekul di dalam sistem. Ketika terjadi lesapan tenaga, baik berupa kerja
dari luar maupun pertambahan tenaga internal, derajat ketakteraturan molekul
bertambah. Perubahan ketakteraturan inilah yang diungkapkan sebagai perubahan
entropi. Jadi, prinsip pertambahan entropi sebenarnya menyatakan bahwa tingkat
ketakteraturan semesta tetap atau bertambah. Karena taraf ketakteraturan ini dapat
dihitung melalui teori peluang, maka ungkapan entropi berhubungan dengan
besaran yang bersangkutan dengan peluang untuk berada pada keadaan yang tak
teratur. Besaran tersebut disebut sebagai peluang termodinamika.
Kita nyatakan disini, tanpa bukti, bahwa entropi S berhubungan dengan
peluang termodinamik menurut
S = konstan 1n Ω. 8.18
Pernyataan tersebut berakibat bahwa jumlahan entropi berarti perkalian peluang
termodinamiknya. Bila = 1n dan = 1n , maka
=1n + 1n =1n

Anda mungkin juga menyukai