Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara


negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya
menurun. Mereka dapat menjadi tegang, denyut nadi meningkat, berkeringat dingin,
cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi.
Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan
terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga,
khususnya dalam pengendalian stres.

Berbagai permasalahan di dalam pembinaan olahraga merupakan tantangan besar


yang harus dihadapi oleh para pembina olahraga di Indonesia. Sentral permasalahan
pembinaan olahraganya sendiri di Indone sia menjadi rancu. Sebagian orang
berpendapat bahwa atlet kurang termotivasi untuk berprestasi. Sehingga, berbagai
upaya diarahkan untuk meningkatkan motivasi atlet ter masuk di dalamnya
memberdayakan motivator dengan harapan agar atlet lebih termotivasi untuk
berprestasi. Hanya sayangnya sampai saat ini dampak pemberdayaan motivator belum
juga dirasakan. Karena pertama mungkin ru musan motivasi itu sendiri belum terlalu
jelas; seolah-olah dengan sekedar membangkitkan semangat juang seperti Joan of Arc
membangkitkan semangat perang para prajurit nya sudah cukup untuk menggerakkan
sedemikian banyak orang untuk berperang. Kedua, motivasi mungkin bukan satu-
satunya faktor yang menjadi kendala bagi atlet untuk berprestasi, karena di dalam
olahraga setidaknya sejumlah aspek seperti kognisi, emosi, dan perilaku, di samping
motivasi memiliki peran yang sama pentingnya dalam mempengaruhi prestasi atlet .
Ketiga, motivasi baik itu sifatnya intrinsik maupun ekstrinsik, harus terarah pada
suatu sasaran tertentu. Karena, tanpa adanya sasaran tertentu, arah perilaku seseorang
menjadi tidak jelas. Keempat, motivasi mengacu pada adanya kebutuhan seseorang
yang dilandasi oleh kepribadian individu yang bersangkutan. Karenanya, motivasi
tidak bisa digeneralisasikan bagi semua orang melainkan harus ditinjau secara khusus

1
dari satu individu ke individu lainnya. Selanjutnya, motivasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang amat kompleks, termasuk di dalamnya intensitas atau besarnya
tekanan (stress) yang menghambat seseorang untuk mengembangkan motivasinya.
Keenam, aspek komunikasi antara atlet, pelatih dan pengurus berdampak signifikan
untuk membangkitkan motivasi atlet untuk berprestasi. Ketujuh, peran berbagai pihak
sangat diharapkan untuk meningkatkan kinerja olahraga dari seorang atlet. Sebagai
contoh, di dalam program pembinaan olahraga perlu diikut sertakan secara khusus
program latihan men tal yang meliputi hal hal seperti relaksasi, peningkatan kinerja
olahraga melalui latihan imajeri, latihan konsentrasi dan upaya meningkatkan kinerja
olahraga dengan mening katkan rasa percaya diri. Kedelapan, berbagai fasilitas untuk
mengatasi problematik psikologis atlet perlu diadakan, termasuk di antaranya pro
gram konseling dan upaya mengatasi kondisi "burn-out dan cedera fisk maupun
psikis. Dan hal yang selama ini mungkin agak terlupakan atau dilupakan adalah
pertimbangan bahwa suatu saat karir seorang olahragawan harus berakhir karena
berbagai macam alasan. Hal ini perlu menjadi perhatian para pembina olahraga di
Indonesia. Atlet serta pelatih yang telah mengakhiri tugasnya di dalam biding
keolahragaan harus tetap dapat hidup di tengah masyarakat. Bahkan jika mungkin,
mereka yang telah memiliki jasa membawa nama bangsa dan negara di berbagai
gelanggang olahraga perlu memperoleh penghargaan khusus yang dapat memberikan
jaminan hidup bagi mereka. Tanpa ada nya arah hidup yang jelas seusai karirnya
sebagai atlet atau pelatih, seorang olahragawan atau pelatih akan senantiasa dihantui
rasa tidak aman untuk menghadapi masa depannya. Dan rasa tidak amannya ini
berdampak signifikan terhadap perilakunya dalam mengikuti kegiatan pembinaan
olahraga. Karena sesungguhnya, olahraga juga merupakan sebuah karir yang
ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh tempat hidup yang layak di masyarakat,
baik pada saat kini maupun di masa depan

Dari berbagai kondisi yang ada yang memiliki dampak signifikan di dalam usaha
seorang atlet mencapai prestasi puncak, jelaslah bahwa paradigma motivasi tidak bisa
diterapkan secara sepihak, searah dan pada konteks yang sempit karenanya,
paradigma ini harus diubah dengan cara pandang yang berbeda, dan melalui cara
pandang yang berbeda inilah diharapkan akan lebih tampak aspek-aspek tertentu yang
perlu mendapat perhatian dari pihak pembina olahraga dalam menerapkan program

2
peningkatan motivasi atlet dalam upaya meningkatkan prestasi mereka di arena
kejuaraan nasional maupun internasional. Penampilan seorang atlet tidak bisa
dilepaskan dari daya dorong yang dia miliki. Sederhananya, semakin besar daya
dorong yang dimiliki, maka penampilan akan semakin optimal, tentu saja jika
ditunjang dengan kemampuan teknis dan kemampuan fisik yang memadai. Daya
dorong itulah yang biasa disebut dengan motivasi.Menurut Hodgetts dan Richard
(2002) motif adalah sesuatu yang berfungsi untuk meningkatkan dan
mempertahankan serta menentukan arah dari perilaku seseorang. Sedang motivasi
adalah motif yang tampak dalam perilaku. Motif lah yang memberi dorongan
seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Hampir semua aktivitas manusia
didorong oleh motif-motif tertentu yang bersifat sangat individualis.

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan
suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam
perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.

Dari permasalahan diatas, maka penulis mengambil judul makalah STRATEGI


MOTIVASI OLAHRAGA.

1.2 Rumusan Masalah

Karena begitu luasnya pembahasan mengenaistrategi dan motivasi dalam


olahraga, maka pembahasan pun dibatasi dengan rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apa pengertian strategi?
2. Apa pengertian motivasi?
3. Apa saja fungsi motivasi?
4. Apa yang menjadi sumber motivasi?
5. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi olahraga?
6. Bagaimana cara meningkatkan motivasi olahraga?
7. Bagaimana strategi motivasi dalam olahraga?

1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

3
1. Mengetahui pengertian strategi
2. Mengetahui pengertian motivasi
3. Mengetahui fungsi motivasi
4. Mengetahui sumber motivasi
5. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi olahraga
6. Mengetahui cara meningkatkan motivasi olahraga
7. Mengetahui strategi motivasi olahraga

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Strategi

Kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”. yang dapat
diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena. Berbagai
pengertian strategi:

1. Alfred Chandler
The determination of the basic long-term goals and objectives of an enterprise,
and the adoption of courses of action and the allocation of resources necessary
for carrying out these goals.
2. James Brian Quin
The pattern or plan that integrates an organization’s major goals, policies, and
action squences into a cohesive whole.
3. Henry Mintzberg
A pattern in a stream of decisions or actions.
4. Kutipan dari buku Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer, Strategik di
Tengah Operasional / J. Hutabarat dan M. Huseini, dikatakan bahwa:

Dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan


bervariasi dari beberapa ahli dan pengarangnya. Gerry Johnson dan Kevan
Scholes (dalam buku “Exploring Corporate Strategy”) misalnya
mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi
untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan
lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi
harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).

5. Henry Mintzberg, James Brian Quinn, dan John Voyer (1995). The Strategy
Process. Prentice-Hall, Inc., mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi
sebagai Perfect, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN,

5
strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy)
yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi dalam membentuk
misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi,
di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi
menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana
dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.
6. Igor Ansoff (1990), “Implanting Strategic Management”, Prentice Hall.,
mendefinisikan strategi sebagai proses manajemen , hubungan antara
perusahaan dengan lingkungan, terdiri dari perencanaan strategik, perencanaan
kapabilitas, dan manajemen perubahan.
7. Arnoldo C. Hax dan Nicholas S. Manjluk (1991), “The Strategy Process and
Concept: a pragmatic approach”, Prentice Hall International Ed.,
mendefinisikan strategi sebagai cara menuntun perusahaan pada sasaran utama
pengembangan nilai korporasi, kapabilitas manajerial, tanggungjawab
organisasi, dan sistem administrasi yang menghubungkan pengambilan
keputusan strategik dan operasional pada seluruh tingkat hirarki, dan melewati
seluruh lini bisnis dan fungsi otoritas perusahaan.
8. John A. Pearce II dan Richard B. Robinson Jr., (2003), “Strategic
Management, formulation, implementation and control”, Irwin McGraw-Hill.,
mendefinisikan strategi sebagai seperangkat keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi dari rencana yang didesain untuk
mencapai tujuan.
9. Fred R. David dalam bukunya “Strategic Management: Concepts and Cases”
mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi,
likuidasi dan joint venture. Sedangkan manajemen strategis dapat
didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.
10. WF Glueck dan LR Jauch dalam buku “Manajemen strategis dan kebijakan
perusahaan”. mendefinisikan strategi sebagai rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan

6
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
11. Stoner, Freeman dan Gibert Jr yang dikutip Fandy Tjiptono (2000:3) dalam
bukunya strategi pemasaran, bahwa pengertian strategi dapat didefinisikan
berdasarkan dua perspektif yang berbeda yaitu: a. Dari perspektif apa yang
suatu organisasi ingin lakukan (intend to do) b. Dari perspektif apa yang
organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Berdasarkan perspektif
pertama, pengertian strategi adalah sebuah program untuk menentukan dan
mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Berdasarkan
perspektif kedua, pengertian strategi didefenisikani sebagai pola tanggapan
atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
12. Daft (2002: 307) Pengertian Strategi adalah ”Rencana tindakan yang
menjabarkan alokasi sumber daya dan aktifitas-aktifitas untuk menanggapi
lingkungan dan membantu mencapai sasaran atau tujuan organisasi. ” Strategi
dalam suatu organisasi merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan,
mengatasi segala kesulitan dengan memanfaatkan sumber-sumber dan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi strategi merupakan suatu rencana yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang
digunakan berbeda. Strategi ini berdasarkan suatu tujuan dan sebuah strategi tidak
cukup hanyalah sebuah rencana belaka, namun strategi haruslah sampai pada
penerapannya, sehingga demikianlah dikatakan bahwa strategi tidak semata-mata
hanya sebuah pola perencanaan saja, namun bagaimana strategi tersebut dapat
dilaksanakan.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan


gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di
dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk
mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang
lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya
orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.

7
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang
mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk
menjamin keberhasilan mencapai tujuan.

2.2 Pengertian Motivasi


1. David Krech (1962)
Menyatakan bahwa motivasi adalah kesatuan keingian dan tujuan yang
menjadi pendorong untuk bertingkah laku dinyatakan bahwa studi tentang
motivasi adalah studi yang mempelajari dua pertanyaan yang berbeda atas
tingkahlaku individu yakni, mengapa individu memilih tingkahlaku tertentu dan
menolak tingkah laku yang lainnya.
2. Barelson dan Steiner dalam O. Koontz (1980)
Motivasi adalah kekuatan dari dalam yang menggerakkan dan mengarahkan
atau membawa tinkah laku ke tujuan. Pada hakikatnya, rumusan ini, bila diteliti
dengan cermat, merupakan terminologi umum yang mencakup arti daya dorong,
keinginan, kebutuhan dan kemauan. Hubungan antara kebutuhan,keinginan dan
kepuasan digambarkan sebagai mata rantai yang disebut Need – want –
satisfaction chain.
3. E.J Muray (1964 )
Motivasi adalah kecenderungan yang mengarahkan dan memilih tingkah laku
yang terkendali sesuai kondisi, dan kecenderungan mempertahankannya sampai
tujuan tercapai.
4. Robert.N. Singer (1986)
Motivasi adalah sebagai dorongan untuk mencapai tujuan, dorongan dari
dalam terhadap aktifitas yang bertujuan. Menurut singer motivasi itu terbagi
antara dua yaitu, dorongan (drive) fisik, dan motif sosial. Dorongan fisik adalah
kecenderungan bertingkah laku kearah pemuasan kebutuhan biologis. Motif sosial
itu kompleks, muncul dan berkembang dari sumber – sumber sosia, seperti
hubungan antar manusia. Dorongan fisik tidak dapat dipelajari, sedangkan motif
sosial dapat.
5. W.S. Winkel (1983), Wahjosumidjo (1985), Kamlesh (1983).

8
Motivasi terbagi atas dua bentuk, yakni motivasi ekstrinsik dan intrinsik.
Motivasi ekstrinsik itu bentuk motivasi yang di timbulkan oleh berbagai sumber
dari luar seperti pemberian hadiah, penghargaan, sertfikat dan sebagainya.
Motivasi intrinsik itu adalah dorongan alamiah yang mendorong seseorang
mengerjakan sesuatu dan bukan kerena situasi buatan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa : ”Motivasi Olahraga”
adalah keseluruhan daya penggerak (motif – motif) didalam diri individu yang
menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi
arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Olahraga digemari anak – anak, pemuda dan para orang tua karena memiliki daya
tarik untuk mengembangkan berbagain kemampuan, menumbuhkan harapan –
harapan, memberikan pengalaman yang membanggakan, meningkatkan kesehatan
jasmani, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari
– hari dan sebagainya.
Melalui olahraga para pemuda mendaptakan kesempatan yang luas untuk
mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan
teman – teman baru serta pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan
kegembiraan dan kepuasan. Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua
memerlukan hubungan yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan
gerakan.
Kompetisi menimbulkan keadaan penuh stres dan dapat menimbulkan kecemasan
atau anxiety, serta tantangan untuk mengatasi berbagai perasaan, dengan berolahraga
timbul bermacam – macam dorongan untuk bertindak sebaik – baiknya yang
merupakan sebagian dorongan untuk mengembangkan diri sendiri atau ”self –
improvement.

2.3 Fungsi Motivasi

Pengalaman nyata di negara-negara berkembang pada umumnya, seperti juga di


Indonesia, adalah bila atletnya mengalami kegagalan pada suatu turnamen, maka
kelemahan teknik dan taktik dituding sebagai sebab utama. Di negara-negara yang
sudah maju prestasi olahraganya, kurangnya motivasi dituding sebagai penyebab
utama. Anggapan yang berbeda ini sebenarnya disebabkan kelemahan teknik masih

9
menonjol di negara-negara berkembang, sedangkan kempuan teknik dan fisik bukan
masalah di negara-negara maju, sehingga motivasi merupakan kunci yang mentukan
keberhasilan penampilannya yang prima.

Peranan motivasi terhadap prestasi olahraga banyak dibicarakan dan diperhatikan


oleh ahli-ahli psikologi olahraga. Menurut Singgih Gunarsa, prestasi seseorang
dihasilkan dari motivasi ditambah latihan. Straub menyatakan bahwa prestasi
seseorang adalah motivasi ditambah ketrampilan. Sedangkan menurut R.N Singer,
prestasi dalam olahraga itu sama dengan keterampilan yang diperoleh melalui
motivasi yang menyebabkan atlet bertahan dalam latihan, ditambah dengan motivasi
yang menyebabkan atlet bergairah berlatih keras. Memang tidak dapat disangkal
bahwa motivasi tidak dapat dipisahkan dengan keberhasilan atlet dalam aktifitas
olahraga.

2.4 Sumber Motivasi

Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi primer dan sekunder, dapat pula atas
motivasi biologis dan sosial. Namun banyak ahli membagikannya atas dua jenis,
intrinsik dan ekstrinsik.

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu


berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak
dapat dipelajari. Atlet yang punya motivasi intrinsik akan mengikuti latihan
peningkatan kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan
karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam
dirinya. Bagi atlit tersebut, kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi
bukan lewat pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Atlit ini biasanya
tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak
menggantungkan dirinya pada orang lain.

Pada umumnya kemenangan yang diperoleh dalam kompetisi merupakan


kepuasan dan selalu dievaluasi guna lebih ditingkatkan, dan kekalahan akan

10
diterima tanpa kekecewaan melainkan akan menjadi sumber analisa terhadap
kekuatan lawan dan kelemahan diri sendiri guna diperbaiki melalui latihan-latihan
yang keras. Biasanya atlit ini mempunyai kepribadian yang matang, sportif, tekun,
percaya diri, disiplin dan kreatif.

Motivasi intrinsik memiliki faktor-faktor dari dalam doro manusia itu sendiri.
Seperti yang di ungkapkan oleh Abraham H. Maslow pada teori kebutuhan. Teori
motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan,
yaitu :

1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,


istirahat dan sex
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin
dalam berbagai simbol-simbol status; dan
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga berubah menjadi kemampuan nyata

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua


(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual
dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman

11
tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow
semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan
atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “
yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai
tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa
menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan
kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan
tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu
sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan
pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan


manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang
bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta
ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai


kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

 Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul
lagi di waktu yang akan dating
 Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa
bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam
pemuasannya
 Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat
sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu

12
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan
teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih
bersifat aplikatif.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu beradaptasi dalam olahraga. Dorongan ini barasal dari
pelatih, guru, orngtua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau
uang. Motivasi ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai
penguat itu dari waktu ke waktu. Ini dapat karena mempertaruhkan nama bangsa
dan negara, karena hadiah besar, karena publikasi lewat media massa. Dorongan
yang demikian ini biasanya tidak bertahan lama. Perubahan nilai hadiah, tiadanya
hadiah akan menurunkan semangat dan gairah berlatih. Kurangnya kompetisi
menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya merosot.

Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena


motif untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar daripada kepuasan
karena telah berprestasi baik. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan,
sehingga dapat timbul kecenderungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang
jujur seperti licik dan curang. Atlet-atlet yang bermotifasi ektrinsik, sering tidak
menghargai orang lain, lawannya, atau peraturan pertandingan. Agar dapat
menang, maka ia cenderung berbuat hal-hal yang merugikan, seperti memakai
obat perangsang, mudah dibeli atau disuap.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa dalam aktifitas olahraga, motivasi


intrinsik maupun ekstrisik tidak akan berdiri sendiri, melainkan bersama-sama
menuntun tingkah laku individu. Mereka berdasarkan pandangannya bahwa
tingkahlaku motivasi intrinsik itu didrong oleh kebutuhan kompetisi dan
keputusan sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan.

Manusia hidup dengan lingkungannya dan bertingkah laku dengan


lingkunganya. Itulah sebabnya pengaruh lingkungan tidak akan terlepas dari

13
kehidupan manusia. Motivasi ekstrisik (pengaruh lingkungan) selalu menuntun
tingkah laku manusia. Dengan demikian tingkah laku individu dalam olahraga
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik.

Peran motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat kita lihat dalam pertandingan.
Dalam pertandingan atlet atau tim akan bermain dilapangan yang baru,
menghadapi penonton yang banyak. Sebelum dan selama pertandingan mereka
selalu mendapat petunjuk-petunjuk dari pelatih baik teknik, strategi maupun
dorongan semangat, agar mereka dapat bermain sebaik mungkin dan
memenangkan pertandingan. Situasi penonton, lapangan yang baru, petunjuk
pelatih, menyebabkan tingkah laku mereka dalam kendali lingkungan. Artinya,
motivasi ekstrinsik berfungsi. Dengan demikin dalam diri atlet atau tim berfungsi
motivasi intrisik karena adanya kebutuhan-kebutuhannya sendiri, dan motivasi
ekstrisik karena dipengaruhi keadaan dari luar.

Weine Halliwell (1978) menyatakan bahwa sebenarnya motivasi dasar


tingkahlaku individu dalam olahraga adalah motivasi intrinsik, namun selalu
ditambah dengan motivasi ekstrinsik. Dorongan ekstrinsik dapat meningkatkan
motivasi intrinsik, kalau dorongan itu menambah kompetisi dan keputusan
individu, dan dapat menurunkan motivasi intrinsik, kalau dorongan itu
mengurangi kompetisi dan keputusan diri individu. Dengan kata lain, kalau
kontrol (aspek lingkungan) lebih menonjol, maka penguatan yang diberikan akan
menurunkan motivasi intrinsik. Tetapi jika informasi lebih menonjol dan positif
terhadap kompotensi dan keputusan sendiri individu, maka motivasi intrinsik akan
meningkat.

2.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Olahraga

Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi.
Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa ada 4 dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi
tersebut adalah:

1. Atlet sendiri

14
Atlet memegang peranan sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang
mengatur dirinya untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Jika atlet sudah
merasa puas dengan pencapaian yang ada, maka tidak ada lagi usaha keras untuk
mendapatkan sesuatu yang baru.

2. Hasil penampilan

Hasil penampilan sangat menentukan motivasi seorang atlet selanjutnya.


Kekalahan dalam pertandingan sebelumnya akan berdampak negatif terhadap
motivasi atlet berikutnya. Atlet akan diliputi perasaan tidak berdaya dan seolah-
olah tidak mampu lagi untuk bangkit. Terlebih lagi jika mengalami kekalahan dari
pemain yang dianggap lebih lemah dari dirinya. Sebaliknya, jika mendapatkan
kemenangan, maka hal itu akan menumbuhkan sikap positif untuk mengulang
keberhasilan yang berhasil dia raih. Sebagai contoh, permainan tim nasional
sepakbola Indonesia dalam Piala Asia tahun 2007 yang lalu. Kemenangan
pertandingan pertama melawan Bahrain membuat para pemain tim nasional begitu
bersemangat untuk mendapatkan hasil serupa ketika bertanding melawan Arab
Saudi pada pertandingan setelahnya.

3. Suasana pertandingan

Suasana pertandingan sangat menentukan emosi seorang atlet. Sebagai contoh,


Taufik Hidayat kerap mundur dari pertandingan gara-gara merasa dicurangi oleh
wasit. Kondisi tersebut tentu saja tidak menyenangkan. Emosi yang sudah
terganggu oleh kondisi pertandingan yang tidak menyenangkan akan berdampak
pada motivasi atlet dalam menyelesaikan atau memenangkan sebuah
pertandingan.

4. Tugas atau penampilan

Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau penampilan yang dilakukan. Jika
tugas berhasil dengan baik diselesaikan, keyakinan diri atlet akan meningkat.
Dengan keyakinan diri yang tinggi, motivasi juga akan mengalami kenaikan.

15
Tugas yang berhasil dilaksanakan akan memberi tambahan energi dan motif untuk
bekerja lebih giat.

2.6 Cara Meningkatkan Motivasi Olahraga

Motivasi memegang peranan yang penting dalam olahraga prestasi. Seorang atlet
harus mampu menjaga motivasinya agar tetap dalam level yang tinggi baik dalam
proses latihan maupun pada saat menjalani pertandingan. Motivasi memang bukanlah
kondisi yang tidak bisa berubah. Setiap saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan,
sehingga diperlukan sebuah upaya agar motivasi tetap terjaga pada level yang
optimal. Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi atlet, diantara adalah:

1. Menetapkan sasaran (goal setting)

Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk
dilewati. Secara sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu
baik dalam proses latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan
tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.

Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar atlet
mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat
kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi atlet tentang
kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat atlet ragu untuk bisa
mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan diri
atlet. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan
memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus
dicapai, upaya dari seorang atlet untuk meraihnya juga akan semakin besar
(Wann, 1997).

Sasaran juga harus dibuat bertingkat dengan membedakan sasaran jangka


pendek dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek digunakan sebagai batu
loncatan untuk meraih sasaran yang lebih tinggi. Misalnya, Olimpiade sebagai
sasaran jangka panjangnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka seorang atlet harus
menjuarai level Sea Games atau Asian Games terlebih dahulu.

16
Mengikuti kompetisi yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk
menentukan sasaran yang efektif. Dengan banyak mengikuti kompetisi, seorang
pelatih akan lebih mudah menentukan prioritas dari kompetisi tersebut. Ada
kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk mematangkan
kondisi fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi.

Berikutnya, atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia
selesaikan. Dengan feedback yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan
dan kekuatan dirinya, sehingga atlet akan mempunyai informasi untuk
meningkatkan dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat, maka motivasi
atlet akan selalu terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang
dihadapi.

2. Persuasi verbal

Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih,
ofisial, atau keluarga adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara
verbal ini. Persuasi verbal adalah membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan
yang memotivasi.

Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering
disebut dengan istilah Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal untuk atlet
sendiri. Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah membantu atlet untuk
mendapatkan gambaran yang positif baik tentang kemampuannya atau mengenai
suasana pertandingan. Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri
atlet baik sebelum bertanding atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan
mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat maka gambaran
pesimisme atlet akan hilang dari persepsinya.

3. Imagery training

Metode berikutnya yang cukup membantu memacu motivasi para atlet adalah
dengan melakukan imagery training atau latihan pembayangan. Dalam latihan
pembayangan ini atlet diajak untuk memvisualisasikan situasi pertandingan yang

17
akan dijalani. Secara detil, atlet harus menggambarkan keseluruhan pertandingan,
mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan segala macam yang terlibat
dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran yang riil, maka atlet diajak
untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam pertandingan.

Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan


menghadapi lawan yang berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini
terkadang muncul akibat ketegangan sebelum pertandingan. Atlet tidak secara
objektif menilai kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet terfokus pada kekuatan
lawan dan situasi pertandingan yang berat. Situasi inilah yang melemahkan
motivasi atlet sebelum bertanding. Metode Imagery training mengajak para
pemain untuk mencari atas kemungkinan persoalan yang muncul di lapangan.
Membayangkan kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan musuh,
menciptakan kondisi objektif pada persepsi seorang atlet.

4. Motivasi supertisi ( takhayul )

Adalah suatu bentuk kepercanyaan kepada susuatu yang menrupakan suatu


simbul dan yang di anggap mempunyai daya kekuatan atu daya dorongan mental,
motivasi ini dapat mengubah tngkah laku menjadi lebih semangat, ambisius, dan
lebih besar kemauanya untk sukses.

5. Motivasi dengan gambar

Terutama gambar atau poster yang ada berhubungnya dengan cabang olahraga
yang di geluti misalnya, gambar Ben Johnson yang sedang lari,gambar adegan
yang menarik dalam pertandingan sepak bola, ganbar Mike Tyson dan alin-lain.

6. Meningkatkan kemampuan atlet

Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus,
akan mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang
prima dapat dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet.
Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk

18
meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham dengan
pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.

7. Motivasi insentif (reward)

Reward ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu
motivasi atlet. Bonus, hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi
atlet. Reward ini ditujukan untuk menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet.
Dengan iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet akan terpacu tampil
terbaik dan mengalahkan lawannya.

Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan


ketergantungan dari para atlet. Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk
mendapatkan bonus tersebut daripada alasan lain, Sehingga tidak jarang atlet
melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang. Penggunaan doping
adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh oleh seorang atlet demi tampil
maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward ini
harus diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara
bijaksana.

8. Motivasi karena takut

Ketakutan atau takut terhadap sesuatu dapat merupakan motivasi yang kuat
bagi seseorang.:

 Perasaan yang takut atau malu jika atlit tidak tau peraturan pertandingan
tersebut (sportif)
 Kekuatan atlit dalam porsi latihan yang diberikan
 Perasaan takut atau malu ketika tidak ikut serta dalam team (diskors)
 Perasaan takut atau malu jika tidak bias mamanuhi harapan-harapan atau
sasaran yang di tetapkan oleh pelatih. Sehingga atlit akan beruasaha sekuat
tenaga dalam batas sportitifitas

2.7 Startegi Motivasi Olahraga

19
Banyak orang memulai program kebugaran, tetapi berhenti lantaran mereka bosan
dan hasil yang diharapkan tidak kunjung datang.
Sebenarnya, Anda tidak perlu memutuskan sampai berhenti melakukan program
kebugaran tersebut jika tahu cara menyiasatinya. Berikut adalah tujuh tips untuk
membantu Anda tetap termotivasi melakukan aktivitas kebugaran dan olahraga.

1. Tetapkan tujuan

Mulailah dengan tujuan sederhana, setelah itu maju ke tahap janga


panjang. Anda harus selalu mengingat akan tujuan yang ingin dicapai, dan
buatlah itu menjadi suatu kenyataan. Seseorang akan menjadi sangat mudah
frustrasi dan menyerah jika mempunyai tujuan yang terlalu ambisius.

2. Buat segalanya menyenangkan

Cari olahraga atau aktivitas yang Anda sukai. Program latihan akan
berjalan lancar jika Anda melakukannya tanpa beban. Jika Anda tidak
menikmati program latihan tertentu, jangan langsung memutuskan untuk
berhenti. Akan tetapi, cobalah dengan sesuatu yang berbeda. Ingat, olahraga
tidak harus membosankan, anda bisa memulainya sesuai dengan hobi Anda.

3. Aktivitas fisik sebagai rutinitas harian

Banyak orang beralasan, sulit menemukan waktu luang untuk berolahraga.


Waktu bukanlah alasan bagi Anda untuk tidak melakukan olahraga. Lakukan
dengan cara yang sederhana, misalnya gunakan tangga (bukan lift) di tempat
kerja dan mengayuh sepeda stasioner atau treadmill saat Anda menonton TV
di malam hari.

4. Tulis rencana program latihan

Membuat rencana latihan olahraga secara teratur di atas kertas dapat


membantu Anda tetap termotivasi. Mencatat apa yang sudah dilakukan, berapa
lama berolahraga, dan bagaimana perasaan sesudahnya dapat membantu Anda
untuk menilai apa saja kekurangan yang perlu Anda perbaiki.

20
5. Bergabung dengan teman

Anda sebaiknya tidak sendirian. Undang teman atau rekan kerja untuk
bergabung dengan Anda ketika memutuskan untuk berolahraga. Melakukan
kegiatan secara bersama-sama akan membuat Anda lebih bersemangat dan
termotivasi.

6. Hadiahi diri Anda sendiri

Setiap melakukan sesi latihan, luangkan waktu beberapa menit untuk Anda
merasakan betapa bermanfaatnya olahraga. Jenis imbalan internal ini dapat
membantu Anda untuk membuat komitmen jangka panjang dalam melakukan
olahraga secara teratur.

7. Bersikaplah fleksibel

Jika Anda terlalu sibuk bekerja di luar dan merasa tidak sanggup
melakukan program latihan sesuai jadwal, ambillah satu atau dua hari untuk
istirahat. Jangan memaksakan sesuatu yang sudah tidak mungkin dapat Anda
lakukan. Yang terpenting adalah bagaimana Anda bisa kembali ke program
latihan setelah merasa semuanya kembali baik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik simpulan


yaitu

 ”Motivasi Olahraga” adalah keseluruhan daya penggerak (motif – motif)


didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin

21
kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki. Melalui olahraga para pemuda mendaptakan
kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuan, mendapatkan
pengakuan dan popularitas, menemukan teman – teman baru serta pengalaman
bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan dan kepuasan.
Olahraga merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan
hubungan yang harmonis dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan.

 Peran motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat kita lihat dalam pertandingan.
Dalam pertandingan atlet atau tim akan bermain dilapangan yang baru,
menghadapi penonton yang banyak. Sebelum dan selama pertandingan mereka
selalu mendapat petunjuk-petunjuk dari pelatih baik teknik, strategi maupun
dorongan semangat, agar mereka dapat bermain sebaik mungkin dan
memenangkan pertandingan. Situasi penonton, lapangan yang baru, petunjuk
pelatih, menyebabkan tingkah laku mereka dalam kendali lingkungan.
Artinya, motivasi ekstrinsik berfungsi. Dengan demikin dalam diri atlet atau
tim berfungsi motivasi intrisik karena adanya kebutuhan-kebutuhannya
sendiri, dan motivasi ekstrisik karena dipengaruhi keadaan dari luar.

3.2 Saran
Dari uraian simpulan diatas, maka kami memberikan saran semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pembaca dalam proses pembelajaran
ataupun penambahan wawasan dalam ilmu pengetahuan. Umumnya dibidang
psikologi olahraga dan khususnya dalam materi motivasi dalam olahraga.

22

Anda mungkin juga menyukai