Anda di halaman 1dari 3

RISIKO AUDIT

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA


Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti
auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas
dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada
tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat
yang rendah.
MODEL RISIKO AUDIT
Model risiko audit dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai berikut :
AR = IR × CR × DR
Di mana :
AR = Risiko audit (Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
DR = Risko deteksi (Detection Risk)
Untuk menggambarkan penggunaan model tersebut, asumsikan bahwa auditor membuat
pertimbangan professional untuk asersi tertentu, seperti asersi penilaian atau asersi penilaian
atau alokasi untuk piutang usaha sebagai berikut :
AR = 5%, IR = 90%, dan CR = 20%
Risko deteksi dapat ditentukan dengan menyelesaikan model tersebut sebagai berikut :
DR = (AR)/(IR × CR)
= 0,05/(0,9 × 0,2)
= 0,28

MENILAI KOMPONEN RISIKO AUDIT


a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait.
Penilaian risiko bawaan merupakan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin
memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun dan
hal-hal ang hanya berkaitan dengan asersi spesitifk untk suatu akun spesifik.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersi-asersi
lainnya. Risiko bawaan muncul secara independent dari audit laporan keuangan. Oleh karena
itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat actual dari risiko bawaan. Akan tetapi, auditor dapat
mengubah tingkat risiko bawaan yang dinilai.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur analitis
dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus
mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan.
Dalam perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima
untuk prosedur analitis dan pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang signifikan
dengan menggunakan model risiko audit.

Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk )


Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit
selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang
membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan
audit sudah benar.
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap factor yang
mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima
Faktor faktor utama yang mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang
audit yang dapat diterima antara lain:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c. Integritas manajemen
Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
· Menelaah laporan keuangan
· Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa depan
· Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen.
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan
· Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur analitis lainnya
· Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus kas masuk
dan keluar
c. Integritas manajemen
· Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.

Menurut Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan BPK


Penilaian risiko pemeriksaan yang dapat diterima secara kualitatif bisa dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
1. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima rendah,
2. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima menengah,
3. Tingkat risiko pemeriksan yang dapat diterima tinggi.
Sedangkan penilaian risiko pemeriksaan menggunakan pendekatan kuantitatif menetapkan
tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima merujuk pada ASOSAI yaitu:
1. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 5 %, artinya tingkat keyakinan
pemeriksa atas opininya sebesar 95% (AAR=1-tingkat keyakinan). Tingkat ini berlaku untuk
sebagian besar entitas yang diperiksa.
2. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 3%, artinya tingkat keyakinan
pemeriksa atas opininya sebesar 97%. Tingkat ini dinilai cukup memadai untuk beberapa
entitas yang sangat sensitif atau berisiko tinggi.
3. Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan
pemeriksa atas opininya sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
· Entitas tersebut mempunyai pengguna eksternal yang sangat ekstensif perhatiannya
terhadap laporan keuangan entitas tersebut, dan/atau
· Entitas tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji material dan secara politik
sensitif dan/atau adanya harapan atas kewajaran laporan keuangan entitas tersebut sehingga
pemeriksa membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.

Pemeriksa harus menentukan risiko pemeriksaan yang dapat diterima berdasarkan identifikasi
kondisi entitas yang diperiksa dan juga informasi penting lainnya yang berkaitan. Pemeriksa
juga perlu mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas diperiksa apalagi jika entitas
tersebut mempunyai stakeholders yang luas.

Anda mungkin juga menyukai