Anda di halaman 1dari 17

Oleh :

DR. Firmansyah, Ir., MT.

Jurusan Teknik Planologi


Fakultas Teknik
Universitas Pasundan Bandung
2008
Backrounds
 A National policy for urban growth should introduce alternative patterns of urban
settlements in order to direct urban growth.
 Existing Urban Crises
The Real problem of today’s urban centers :
◦ Their scale & size
◦ Their inability to govern and manage this scale – large scale populations result in crowding,
congestion & tension, noise, pollution of water & air.
◦ Insecurity and uncertainty
◦ Migration from central cities to suburb.
 One of the alternative comprehensive schemes that may alternative critical condition
of congested urban centers is NEW TOWNS.
Pertumbuhan Perkembangan
Penduduk • Sosial
• Alamiah • Ekonomi
• Migrasi

Perkembangan Kota

Kebutuhan Ruang

Intensifikasi Ekstensifikasi Kota Baru


(New Town)

Pengelolaan Pembangunan Kota


 Pengembangan kota baru di Indonesia tidak dapat dilepaskan dan dasar kebijaksanaan
pengembangan dan pembangunan kotapada umumnya. Dalam memikirkan kemungkinan
pengembagan kota baru sebagai salah satu upaya mendorong pembangunan daerah, seperti
digariskan dalam GBHN dan Repelita Nasional, maka kebijaksanaan dan langkah pembiayaan
kota nasional perlu melandasi hal tersebut.
 Berdasarkan hal pokok yang telah digariskan dalam kebijaksanaan dan langkah pembinaan
kota dan pengembangan sektor pemnukiman dan perumahan, maka hal yang perlu
ditekankan sebagai landasan pengembangan kota baru di Indonesia metiputi:
a. Azas pamarataan daerah,
b. Azas tata ruang wilayah,
c. Azas pamerataan penyebaran penduduk.
d. Azas pambangunan kota barwawasan lingkungan.
Dengan kaempat landasan kebijaksanaan tersebut, maka pengembangan kota baru di Indonesia
parfu memperhatikan arahan berikut:
a. Penentuan jenis kota baru yang didasarkan pada fungsi pengembangan yang disesuikan
dangan kebutuhan kini maupun mendatang;
b. Pemantauan lokasi dan pengembangan kota baru perlu didasarkan pada pertimbangan untuk
dapat menunjang pengembangan wilayah dan membantu memecahkan masalah
c. Penentuan dan pengembangan jenis kota baru perlu disesuaikan dengan jumlah penduduk.
kegiatan usaha serta komponen kebutuhan yang menunjang kehidupan dan penghidupan di
kota tersebut sampai batas yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kota baru
mandiri atau penunjang;
d. Penentuan dan pengembangan kota baru harus dilihat dari wawasan dan ruang lingkup
perwilayahan lebih luas, sehingga fungsi yang diharapkan dapat dicapai, termasuk pentingnya
keterpaduan pengembangan kota baru dengan sistem jaringan prasarana perangkutan
wilayah yang dapat menghubungkan dengan kota besar, kota menengah dan kota kecil
disekitamya;
e. Pengadaan dan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan perlu dipadukan dengan
program pengembangan prasarana kota terpadu agar efisien dan efektif;
f. Perencanaan dan pembangunan kota baru perlu ditunjang suatu penelitian guna menentukan
wilayah yang memungkinkan dikembangkan, wilayah kendala serta wilayah limitasi.
PENGERTIAN KOTA BARU

Secara umum kota baru dapat diartikan sebagai :


 Kota baru adalah kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada saat satu atau
beberapa kota lainnya yang direncanakan dan dibangun sebelumnya telah tumbuh dan
berkembang.
 Kota lengkap yang ditentukan, direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada suatu
wilayah dimana belum terdapat konsentrasi penduduk.
 Kota lengkap yang direncanakan dan dibangun dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
fungsi permukiman atau kota kecil yang telah ada di sekitar kota induk untuk membantu
pengembangan wilayah sekitar kota atau mengurangi beban kota induk.
 Kota yang cukup mampu untuk berfungsi sebagai kota yang mandiri dalam arti dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan kebutuhan serta kegiatan usahanya sendiri atau sebagian
besar dari penduduknya.
 Kota baru juga dapat berupa suatu lingkungan permukiman berskala besar yang
direncanakan dan dibangun untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di suatu kota
besar. Secara fungsional kota baru masih banyak tergantung kepada peran dan fungsi kota
induknya. Dari segi jarak lokasinya berdekatan dengan kota induknya. Kota baru ini dikatakan
juga sebagai ‘kota satelit’ dari kota induk tersebut.
KATEGORI KOTA BARU

Secara fungsional pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama yaitu :

 Kota baru yang direncanakan dan dikembangkan dalam kaitannya dengan suatu kota yang
telah tumbuh dan berkembang. Umumnya jenis kota baru demikian dimaksudkan sebagai
suatu upaya untuk membantu memecahkan permasalahan yang terjadi pada kota yang telah
ada tersebut.

 Kota baru yang direncanakan dan dikembangkan tersendiri yang walaupun fungsinya
mempunyai kaitan dengan kota-kota yang telah tumbuh dan berkembang, tetapi kota-kota ini
dikembangkan dengan fungsi khusus yang berkaitan dengan potensi tertentu. Kota demikian
dapat dibangun sama sekali baru di atas suatu wilayah perawan atau dari suatu permukiman
atau kota kecil yang kemudian dikembangkan sehaingga memiliki kelengkapan sebagai suatu
kota. Kota Baru demikian dikatakan sebagai ‘Independent New Town’ atau ‘Self Sufficient
New Town’ atau ‘Kota Baru Mandiri.
Natural Resources
NEW TOWN Town

NEW COMMUNITY Single-Product


Town
NEW CITY
Energy Town
COMPANY TOWN
Project
DEVELOPMENT Construction
TOWN Town

REGIONAL GROWT Military Town


SETTLEMENTS WITH
CENTER
ECONOMICS
SELF- Resort Town
FREESTANDING
CONTAINMENT
COMMUNITY
Retirement Town
ACCELERATED
GROWTH CENTER

HORIZONTAL CITY

VERTICAL CITY

NEW TOWN IN-


NEW URBAN CITY
SETTLEMENTS
SATELLITE TOWN

MICRO TOWN

SETTLEMENTS LAND SUBDIVISION


WITHOUT
CONOMICS PLANNED UNIT
SELF- DEVELOPMENT
CONTAINMENT (PUD)

NEW TOWN
INTOWN
SIFAT
KEMAMPUAN JENIS KOTA BARU FUNGSI KOTA DASAR PENGEMBANGAN KOTA LETAK GEOGRAFIS
KOTA BARU
1. Kota Umum  Pusat pemerintahan  Dikembangkan pada lahan  Pada wilayah baru
perawan  Berjarak lebih dari 60 km dari
 Dikembangkan dari kota kecil kota besar atau kota menengah
yang telah ada lainnya
2. Kota  Kota industri  Dikembangkan pada lahan  Pada wilayah lahan perawan
perusahaan  Kota pertambangan perawan atau pada permukiman atau
 Kota usaha hutan  Dikembangkan pada kota kecil yang telah ada
permukiman atau kota yang  Pada umumnya berjarak lebih
berdekatan dengan kegiatan besar dari 60 km dari kota besar
Mandiri
usaha yang akan atau kota menengah lainnya
dikembangkan  Terpisah oleh wilayah bukan
kota
3. Kota khusus  Instalasi militer  Dikembangkan pada lahan  Pada wilayah baru atau
 Instalasi ketenagaan perawan wilayah baru permukiman/kota kecil yang
 Pusat penelitian dan  Dikembangkan dari telah ada
percobaan permukiman atau kota kecil  Berjarak fisik lebih besar dari 60
 Pusat rekreasi (resort) yang telah ada km dari kota besar atau kota
 Permukiman khusus menengah lainnya
1. Kota baru  Perumahan / permukiman  Dikembangkan pada lahan  Wilayah pinggiran luar kota
satelit lengkap (dermitory town) kosong dan luas (minimum  Berjarakm maks, 20 km dari
 Permukiman berskala besar 1.000 Ha) di pinggiran kota kota induk
 Terpisah oleh suatu jalur hijau
(green belt)
Penunjang 2. Kota baru  Perumahan / permukiman  Peningkatan dan  Permukiman atau kota kecil
metropolitan berskala besar yang lengkap pengembangan permukiman yang telah ada
tetapikegiatan kerja sebagian atau kota kecil yang sudah  Berjarak sampai 50 km dari kota
besar penduduknya di kota ada di sekitar kota induk
induk metropolis di wilayah  Terpisah oleh wilayah bukan
metropolitan kota
Sumber : Prof. Djoko Sujarto, 1997.
JENIS KOTA BARU
KRITERIA UMUM
KOTA BARU MANDIRI KOTA BARU PENUNJANG
Fungsi Kota :
 Esensi 1. Suatu kota mandiri yang dapat memenuhi 1. Memecahkan masalah kekurangan perumahan di kota
Pengembangan kebutuhan kegiatan usaha dan fasilitasnya induk/kota besar
sendiri 2. Mengatur perkembangan permukiman berskala besar di
2. Mengembangkan pusat pengembangan yang wilayah pinggiran luar kota
dapat mendorong pembangunan wilayah 3. Menumbuhkan pusat-pusat kegiatan baru di wilayah
3. Mengembangkan pusat-pusat baru yang dapat perkotaan (wilayah metropolitan) dari kota besar / kota
berfungsi sebagai daya tarik baru bagi arus induk
urbanisasi 4. Pemerataan penyebaran penduduk
 Fungsi utama kota Ditetapkan sesuai dengan potensi sosial ekonomi,1. Sebagai pusat tempat tinggal (dormitory town)
sumber daya alam dan sosial budaya yang dimiliki2. Sebagai lokasi suatu kegiatan-kegiatan perkotaan dari kota
induk
 Hiararki kota Ditetapkan sesuai dengan kebijaksanaan Merupakan bagiiian dari kota induk yang hierarki
pengembangan kota masional atau regional fungsionalnya harus dipertimbangkan berdasarkan struktur
internal kota induk atau dalam lingkup wilayah perkotaan
(RUTRP)
 Kelembagaan Ditetapkan berdasarkan kewenangan sistem Ditetapkan sebagai bagian dari sistem administrasi
pemerintahan yang berlaku dan mencakup wilayah pemerintahan kota induk yang bersangkutan, misalnya
kota baru tersebut kelurahan, kecamatan atau wilayah administrasi tertentu
Besar Kota :
 Kependudukan Ditetapkan berdasarkan jenis, fungsi utama dan Ditetapkan berdasarkan fungsin utamanya sebagai pusat
komponen penunjang yang ditetapkan di atas. permukiman yang didominasi perusahaan
Berdasarkan batasan umum kota baru mandiri akan
berpenduduk 60.000 s.d. 150.000
Pengembangan Kota:
 Letak Geografis Pengembangan kota yang disesuaikan dengan Pada wilayah pinggiran luar kota induk atau di dalam wilayah
keadaan geografisnya. Umumya berlokasi lebih perkotaan (metropolitan) dari kota induk. Umumnya
besar dari 60 km dari kota menengah atau kota berlokasi antara 5 sampai 20 km dari kota induknya.
besar lain
 Keadaan fisik dan Lebih mempertimbangkan faktor-faktor fisik alami Lebih mempertimbangkan faktor-faktor fisik binaan
penggunaan lahan
 Pengembangan Pengembangan faktor wilayah Pertimbangan faktor kota induk dan wilayah perkotaan /
fisik wilayah metropolitan.
PLANNED UNIT DEVELOPMENT (PUD)
ACCELERATED GROWTH CEMTER
FREESTANDING COMMUNITY
REGIONAL GROWTH CENTER
DEVELOPMENT TOWN

NEW TOWN INTOWN

NEW TOWN IN-CITY


LAND SUBDIVISION
NEW COMMUNITY

HORIZONTAL CITY
COMPANY TOWN

SATELLITE TOWN

METRO TOWN
VERTICAL CITY
NEW TOWN

NEW CITY
CHARACTERISTIC

1 PUBLIC OR UNIFIED LAND OWNERSHIP (SEMI


 ─  ─   ─ ─ ─  ─  ─ ─  
PUBLIC)
2 CONFINED GREEN BELT           ─  ─  ─ 
3 COMBINE TOWN AND COUNTRY             ─  ─ 
4 INTERSECTING GREEN OPEN SPACE         ─ ─ ─ ─   ─ 
5 DEFINED AND COMPACT AREA  ─       ─  ─  ─  ─ 
6 LIMITED POPULATION SIZE  ─ ─ ─   ─ ─ ─  ─  ─  ─ 
7 BALANCED COMMUNITY           ─  ─   
8 NEIGBOURHOOD UNITS                
9 SOUND ECONOMIC BASE           ─  ─ ─ ─ 
10 PROXIMATE PLACES OF WORK AND
 ─       ─  ─  ─ ─ ─ 
RESIDENCES
11 LOCAL PROVISION OF INFRASTRUCTURE             ─   
12 SUPPORT INDUSTRIAL DECENTRALIZATION           ─  ─ ─  
13 PUBLIC AS MAIN ENTERPRISER  ─ ─ ─   ─ ─ ─  ─ ─ ─ ─  
14 STRONG PLANNING CONTROL    ─     ─       
Key ─ NOT APPLICABLE
 APPLICABLE IN PART
 APPLICABLE
Sumber : - Bappeda Tangerang, Bekasi, Bogor dan Karawang

- Developer yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai