Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal ,yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata , ginjal, saraf dan pembuluh darah,disertai lesi pada membran basalis dalam

pemeriksaan dengan mikroskopik electron” (Mansjoer, 2011) .

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun

diakibatkan pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang

mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi

glukosa di dalam darah. Pada penderita diabetes mellitus, kemampuan tubuhnya untuk

bereaksi terhadap insulin menurun sehingga pankreas dapat menghentikan produksi

insulin (Riskesdas, 2014).

B. Etiologi

1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM tipe 1

ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan

mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.

a. Faktor genetik

Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearah DM tipe I,

kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human

Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20x pada individu yang memiliki

tipe HLA DR3 atau DR4.

b. Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan

cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.

C. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi

sel beta.

2. DM tipeII / NIDDM

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM

tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas,

riwayat keluarg

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun.

3. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang menyerang pada kondisi kehamilan.

Diabetes gestasional menyebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang

cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi si Ibu dan janin.

Diabetes gestasional didiagnosis pada 24 sampai 28 minggu usia kehamilan dengan

kondisi janin telah membentuk organ tubuh.

C. Klasifikasi

Penyakit diabetes terdiri dari tiga tipe utama, yaitu diabetes tipe 1diabetes tipe 2, dan

diabetes gestasional.Tipe diabetes yang disebut terakhir bersifat incidental,

berhubungan dengan kondisi kehamilan seseorang.

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 sering disebut dengan insulin dependent diabetes atau diabetes

bergantung dengan insulin merupakan diabetes yang sering menyerang pada anak-

anak, diabetes tipe 1 juga ditemukan pada semua umur terutama pada dewasa

muda.

Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang terjadi karena adanya gangguan

pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan

optimal. Pankreas berperan penting dalam keseimbangan kadar gula darah, namun
pada diabetes tipe 1 pankreas memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit

sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk mengatur kadar gula darah dengan

tepat (Helmawati, 2014).

2. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 disebut juga sebagai noninsulin dependent diabetes atau diabetes

yang tidak beragantung pada insulin. Perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes

tipe 2. Pada diabetes tipe 1 penderita memiliki ketergantungan pada injeksi insulin,

hal ini dikarenakan organ pankreas penderita tidak mampu memproduksi insulin

dengan jumlah yang cukup bahkan tidak memproduksi insulin sama sekali.

3. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang menyerang pada kondisi kehamilan.

Diabetes gestasional menyebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang

cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi si Ibu dan janin.

Diabetes gestasional didiagnosis pada 24 sampai 28 minggu usia kehamilan dengan

kondisi janin telah membentuk organ tubuh. Karena kondisi tersebut pada dasarnya

diabetes gestasional tidak sampai menyebabkan cacat pada janin, namun diabetes

gestasional yang tidak terkontrol sangat berisiko pada bayi (Helmawati, 2014).

D. Manifestasi klinis

Menurut Helmawati,(2014), gejala penyakit diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus

tipe 2 , dikenal dengan istilah 3P:

1. Poliuria (banyak kencing)

Poliuria adalah seringnya seseorang buang air kecil atau kencing. Penderita sering

buang air kecil, terutama pada malam hari, dan dengan volume yang banyak.

Kondisi ini disebabkan oleh tinnginya kadar gula dalam darah yang tidak bisa di

toleransi oleh ginjal, dan agar urine yang di keluarkan tidak terlalu pekat, ginjal harus

menarik banyak cairan dari dalam tubuhn (Helmawati, 2014).


2. Polidipsia (banyak minum)

Polidipsia adalah seringnya seseorang minum karena rasa haus yangbesar. Kondisi

polidipsia ini adalah akibat dari kondisi sebelumnya, yaitu poliuria. Ketika ginjal

menarik banyak cairan dari tubuh, maka secara otomatis tubuh akan merasa

kehausan. Akibatnya, penderita akan minum terus menerus untuk mengobati rasa

hausnya (Helmawati, 2014).

3. Polifagia ( banyak makan )

Polifagia adalah seringnya seseorang makan karena rasa lapar yang besar. Orang

yang menderita diabetes sering merasa kelaparan karena gula darah tidak bisa

masuk ke dalam sel, akibatnya sel-sel akan mengirim sinyal lapar ke otak. Glukosa

merupakan makanan untuk sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh yang tidak dapat menyerap

glukosa mengakibatkan kelaparan, sehingga tubuh secara keselurahan kekurangan

energi dan menjadi lemas. Kondisi ini membuat otak mengirim sinyal untuk

menggerakkan penderita agar makan terus-menerus. Biasanya,, pada fase ini

penderita akan menunjukkan berat badan yang terus naik atau bertambah gemuk

(Helmawati, 2014).

Tanda gejala penyerta lainnya adalah sebagai berikut :

1. Kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki

Kondisi ini disebabkan karena rusaknya urat saraf pada diabetes. Kandungan gula

darah yang tinggi menyebabkan rusaknya urat saraf. Gangguan inilah yang

menyebabkan terjadinya kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki (Susilo,

2011).

2. Mudah lelah dan sering mengantuk

Kekurangan energi dan terganggunya metabolisme karbohidrat menyebabkan

penderita DM menjadi mudah lelah. Seseorang yang dalam waktu terus menerus
sering merasa mudah lelah dan sering mengantuk walaupun tidak melakukan

aktivitas berat harus segera kedokter untuk memeriksakan kesehatan (Susilo, 2011).

3. Penglihatan kabur

Kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan

penderita mengeluh penglihatan kabur. Biasannya penderita akan sering mengganti

kacamata (Susilo, 2011).

4. Pusing dan mual

Seseorang yang sudah lama menderita DM, urat saraf pada lambung akan

mengalami kerusakan, sehingga mengakibatkan fungsi lambung akan menjadi

lemah dan tidak sempurna. Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut terasa

penuh, kembung, makanan tidak lekas turun serta kadang-kadang rasa sakit di ulu

hati, namun apabila ditangani dengan baik, keluhan-keluhan tersebut akan hilang

dalam 10-20 hari (Susilo, 2011).

5. Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu

Kadar glukosa yang tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan urat saraf akibat DM

disebut neuropati diabetik. Rusaknya urat saraf ini menyebabkan koordinasi gerak

tubuh menjadi tidak normal seperti biasannya. Gangguan bisa berupa reaksi lambat

atau tidak merespon adannya aksi dari luar tubuh dan secara terus menerus dapat

menganggu aktivitas penderita DM (Susilo, 2011).

6. Berat badan menurun

Karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih sehingga mengalami

penururnan berat badan dan apabila tidak diimbangi dengan makan serta mengikuti

pola aturan sehat dan bergizi, penerita diabetes akan terus kehilangan berat

badannya (Susilo, 2011).

E. Faktor resiko

Menurut American Diabetes Association, (2016). Fakor resiko DM tipe 2 sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik yang kurang

2. Riwayat keluarga dengan diabetes

3. Ras tau etnis ((Aborigin, Afrika, Asia dan Hispanik)

4. Wanita yang melahirkan bayi dengan BB >9

5. Wanita dengan riwayat diabetes gestasional

6. HDL-C <35 mg/dL dan/atau TG >250 mg/Dl

7. A1C ≥ 5,7%, IGT atau IFG

8. Hipertensi (≥140/90 atau pengobatan)

9. Obesitas

10. Obat-obatan (glukokortikoid, antipsikotik, aipikal, HAART)

Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes mellitus tipe 2 , yakni :

1. Keturunan

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki faktor resiko genetik artinya, diabetes

ada hubungannya dengan faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang tuanya

menderita diabetes mellitus berisiko terkena diabetes. Faktor keturunan merupakan

faktor pemicu diabetes yang tidak dapat dimodifikasi artinya, faktor ini tidak dapat

nawar-menawar, dengan memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, maka resiko

seseorang untuk terkena penyakit gula darah menjadi tinggi jika di bandingkan

dengan orang lain yang tidak memiliki riwayat kencing manis dalam keluarganya

(Helmawati, 2014).

2. Gaya hidup yang salah

Setelah keturunan (genetik), faktor resiko diabetes selanjutnya adalah gaya hidup.
Gaya hidup dapat menentukaan besar kecilnya resiko seseorang untuk terkena
diabetes, karena hal ini berkaitan dengan pola makan dan aktivitas yang dilakukan
seseoramg sebagai gaya hidupnya. Terbukti membawa dampak negatif dalam hal
kesehatan pada orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pola makanan, orang lebih mencari makanan yang enak rasanya dari pada
makanan dengan kekayaan nutrisinya (Helmawati, 2014).
3. Obesitas atau kegemukan
Obesitas berisiko pada diabetes berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin.
Artinya, obesitas dapat menyebabkan terjadinya resistensi insuin, dimana kondisi
resistensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya diabetes, khususnya
diabetes tipe 2 (Helmawati, 2014).
4. Faktor usia
Faktor resiko diabetes selanjutnya adalah faktor usia sebagaimana faktor resiko
disebbkan keturunan, faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi
atau direkayasa. Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki resiko terkena
diabetes. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula
resiko seseorang mengalami diabetes tipe 2 (Helmawati, 2014).
5. Rokok dan alkohol
Kaitanya rokok dengan diabetes ternyata merokok dapat meningkatkan resiko
seseorang untuk terserang diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan mereka
yang tidak merokok. Berdasarkan artikel yang pernah dirilis oleh Jurnal Of The
Amerika Medical Associaton. Merokok dan diabetes memiliki keterkaitan, merokok
akan menyebabkan diabetes dan merokok akan memperparah penyakit diabetes
yang telah diderita, sama halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang tidak
berbeda jauh, Mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan resiko
diabetes adalah daya rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh khususnya organ
pankreas. Disamping dapat menyebabkan timbulnya diabetes, alkohol juga dapat
memperparah kondisi diabetes yang telah diderita seseorang (Helmawati, 2014)..
6. Stress
Salah satu faktor resiko timbulnya penyakit diabetes, yaitu stres. Stres memang
faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya
secara mental tetapi juga secara fisik, penelitian terbaru membuktikan komponen
kecemasan, depresi, dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya
penyakit diabetes khususnya dikalangan pria (Helmawati,2014).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari seminggu
selama sekitar 30-45 menit,dengan total150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan
tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung
maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a. Obat antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid.

- Sulfonilurea, Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu sekresi


insulin oleh sel beta pankreas.

- Glinid, Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan


sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase
pertama. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)

- Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati


(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2

- Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator


Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti termasuk di sel
otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer.Obat ini dikontraindikasikan
pada pasien dengan gagal jantung (NYHA FCIII-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan faal
hati,dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara berkala. Obat
yang masuk dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
3) Penghambat Absorpsi Glukosa: Penghambat Glukosidase Alfa.Obat ini
bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan bila GFR ≤30ml/min/1,73 m,
gangguan faal hati yang berat, irritable bowel syndrome
4) Penghambat
DPP-IV(Dipeptidyl Peptidase-IV)Obat golongan penghambat DPP-IV
menghambat kerjaenzimDPP-IV sehingga GLP-1(Glucose Like Peptide-
1)tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1
untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon
bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent).
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2) Obat golongan
penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang
menghambat reabsorpsi glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara
menghambat transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini
antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin
b. Obat Antihiperglikemia Suntik

- Insulin

- NPH:neutral protamine Hagedorn; NPL:neutral protamine lispro. Nama obat


disesuaikan dengan yang tersedia di Indonesia. [Dimodifikasi dari Mooradian et al.
Ann Intern Med. 2006;145:125-34]. 2) Agonis GLP-1/Incretin MimeticPengobatan
dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru untuk pengobatan
DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja sebagai perangsang pengelepasan insulin yang
tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang biasanya
terjadi pada pengobatan insulin ataupun sulfonilurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin
menurunkan berat badan. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara
lain rasa sebah dan muntah.
c. Terapi Kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara terpisah ataupun fixed
dose combination dalam bentuk tablet tunggal, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran
kadar glukosa darah yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat
antihiperglikemia oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia
oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral
dapat menjadi pilihan. Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.
Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang
baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-
10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut
dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Pada keadaaan dimana
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat
insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, serta
pemberian obat antihiperglikemia oraldihentikan.
G. Patofisiologi (terlampir)
H. Komplikasi
Menurut Helmawati (2014), komplikasi diabetes di bedakan menjadi dua yaitu:

1. Komplikasi jangka pendek (akut ):

a. Ketoasidosis diabetic

b. Hipoglikemia

c. Sindrom hiperosmolar diabetik

2. Komplikasi jangka panjang (kronik)

a. Penyakit jantung koroner

b. Gangguan mata (retinopati diabetik)

c. Gangguan ginjal (nefropati diabeteik )


d. Gangguan saraf (neuropati diabetik )

e. Diabetes dan infeksi

f. Kaki diabetik

Daftar Pustaka

ADA, 2016. American Diabetes Association. Standarts of medical care in diabetes


2016. Diabetes care. 2013;39 (suppl1):s1-S106. http;//www.ndei.org/ADA
diabetesmanagement guidelinnes-diagnosis-A1C-testing.aspx.html

Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). Gagal ginjal. Jakarta: Gramedia

Eliana, 2015. Update Penatalaksanaan DM


http://www.pdui-pusat.com/wp-content/uploads/2015/12/SATELIT-SIMPOSIUM-
6.1-DM-UPDATE-DAN-Hb1C-OLEH-DR.-Dr.-Fatimah-Eliana-SpPD-KEMD.pdf

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu.


Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media

Helmawati, H. 2014, Hidup Sehat tanpa diabetes. Yogyakarta: Notebook

Anda mungkin juga menyukai