Definisi
pada mata , ginjal, saraf dan pembuluh darah,disertai lesi pada membran basalis dalam
diakibatkan pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang
glukosa di dalam darah. Pada penderita diabetes mellitus, kemampuan tubuhnya untuk
B. Etiologi
ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan
mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.
a. Faktor genetik
kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human
Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20x pada individu yang memiliki
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
C. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi
sel beta.
2. DM tipeII / NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM
tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas,
riwayat keluarg
3. Diabetes gestasional
cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi si Ibu dan janin.
C. Klasifikasi
Penyakit diabetes terdiri dari tiga tipe utama, yaitu diabetes tipe 1diabetes tipe 2, dan
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 sering disebut dengan insulin dependent diabetes atau diabetes
bergantung dengan insulin merupakan diabetes yang sering menyerang pada anak-
anak, diabetes tipe 1 juga ditemukan pada semua umur terutama pada dewasa
muda.
Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang terjadi karena adanya gangguan
optimal. Pankreas berperan penting dalam keseimbangan kadar gula darah, namun
pada diabetes tipe 1 pankreas memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit
sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk mengatur kadar gula darah dengan
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebut juga sebagai noninsulin dependent diabetes atau diabetes
yang tidak beragantung pada insulin. Perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes
tipe 2. Pada diabetes tipe 1 penderita memiliki ketergantungan pada injeksi insulin,
hal ini dikarenakan organ pankreas penderita tidak mampu memproduksi insulin
dengan jumlah yang cukup bahkan tidak memproduksi insulin sama sekali.
3. Diabetes gestasional
cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi si Ibu dan janin.
kondisi janin telah membentuk organ tubuh. Karena kondisi tersebut pada dasarnya
diabetes gestasional tidak sampai menyebabkan cacat pada janin, namun diabetes
gestasional yang tidak terkontrol sangat berisiko pada bayi (Helmawati, 2014).
D. Manifestasi klinis
Menurut Helmawati,(2014), gejala penyakit diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus
Poliuria adalah seringnya seseorang buang air kecil atau kencing. Penderita sering
buang air kecil, terutama pada malam hari, dan dengan volume yang banyak.
Kondisi ini disebabkan oleh tinnginya kadar gula dalam darah yang tidak bisa di
toleransi oleh ginjal, dan agar urine yang di keluarkan tidak terlalu pekat, ginjal harus
Polidipsia adalah seringnya seseorang minum karena rasa haus yangbesar. Kondisi
polidipsia ini adalah akibat dari kondisi sebelumnya, yaitu poliuria. Ketika ginjal
menarik banyak cairan dari tubuh, maka secara otomatis tubuh akan merasa
kehausan. Akibatnya, penderita akan minum terus menerus untuk mengobati rasa
Polifagia adalah seringnya seseorang makan karena rasa lapar yang besar. Orang
yang menderita diabetes sering merasa kelaparan karena gula darah tidak bisa
masuk ke dalam sel, akibatnya sel-sel akan mengirim sinyal lapar ke otak. Glukosa
merupakan makanan untuk sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh yang tidak dapat menyerap
energi dan menjadi lemas. Kondisi ini membuat otak mengirim sinyal untuk
penderita akan menunjukkan berat badan yang terus naik atau bertambah gemuk
(Helmawati, 2014).
Kondisi ini disebabkan karena rusaknya urat saraf pada diabetes. Kandungan gula
darah yang tinggi menyebabkan rusaknya urat saraf. Gangguan inilah yang
menyebabkan terjadinya kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki (Susilo,
2011).
penderita DM menjadi mudah lelah. Seseorang yang dalam waktu terus menerus
sering merasa mudah lelah dan sering mengantuk walaupun tidak melakukan
aktivitas berat harus segera kedokter untuk memeriksakan kesehatan (Susilo, 2011).
3. Penglihatan kabur
Kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan
Seseorang yang sudah lama menderita DM, urat saraf pada lambung akan
lemah dan tidak sempurna. Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual, perut terasa
penuh, kembung, makanan tidak lekas turun serta kadang-kadang rasa sakit di ulu
hati, namun apabila ditangani dengan baik, keluhan-keluhan tersebut akan hilang
Kadar glukosa yang tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan urat saraf akibat DM
disebut neuropati diabetik. Rusaknya urat saraf ini menyebabkan koordinasi gerak
tubuh menjadi tidak normal seperti biasannya. Gangguan bisa berupa reaksi lambat
atau tidak merespon adannya aksi dari luar tubuh dan secara terus menerus dapat
Karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih sehingga mengalami
penururnan berat badan dan apabila tidak diimbangi dengan makan serta mengikuti
pola aturan sehat dan bergizi, penerita diabetes akan terus kehilangan berat
E. Faktor resiko
Menurut American Diabetes Association, (2016). Fakor resiko DM tipe 2 sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik yang kurang
9. Obesitas
Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes mellitus tipe 2 , yakni :
1. Keturunan
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki faktor resiko genetik artinya, diabetes
ada hubungannya dengan faktor keturunan. Seseorang yang kedua orang tuanya
faktor pemicu diabetes yang tidak dapat dimodifikasi artinya, faktor ini tidak dapat
seseorang untuk terkena penyakit gula darah menjadi tinggi jika di bandingkan
dengan orang lain yang tidak memiliki riwayat kencing manis dalam keluarganya
(Helmawati, 2014).
Setelah keturunan (genetik), faktor resiko diabetes selanjutnya adalah gaya hidup.
Gaya hidup dapat menentukaan besar kecilnya resiko seseorang untuk terkena
diabetes, karena hal ini berkaitan dengan pola makan dan aktivitas yang dilakukan
seseoramg sebagai gaya hidupnya. Terbukti membawa dampak negatif dalam hal
kesehatan pada orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pola makanan, orang lebih mencari makanan yang enak rasanya dari pada
makanan dengan kekayaan nutrisinya (Helmawati, 2014).
3. Obesitas atau kegemukan
Obesitas berisiko pada diabetes berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin.
Artinya, obesitas dapat menyebabkan terjadinya resistensi insuin, dimana kondisi
resistensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya diabetes, khususnya
diabetes tipe 2 (Helmawati, 2014).
4. Faktor usia
Faktor resiko diabetes selanjutnya adalah faktor usia sebagaimana faktor resiko
disebbkan keturunan, faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi
atau direkayasa. Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki resiko terkena
diabetes. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula
resiko seseorang mengalami diabetes tipe 2 (Helmawati, 2014).
5. Rokok dan alkohol
Kaitanya rokok dengan diabetes ternyata merokok dapat meningkatkan resiko
seseorang untuk terserang diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan mereka
yang tidak merokok. Berdasarkan artikel yang pernah dirilis oleh Jurnal Of The
Amerika Medical Associaton. Merokok dan diabetes memiliki keterkaitan, merokok
akan menyebabkan diabetes dan merokok akan memperparah penyakit diabetes
yang telah diderita, sama halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang tidak
berbeda jauh, Mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan resiko
diabetes adalah daya rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh khususnya organ
pankreas. Disamping dapat menyebabkan timbulnya diabetes, alkohol juga dapat
memperparah kondisi diabetes yang telah diderita seseorang (Helmawati, 2014)..
6. Stress
Salah satu faktor resiko timbulnya penyakit diabetes, yaitu stres. Stres memang
faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya
secara mental tetapi juga secara fisik, penelitian terbaru membuktikan komponen
kecemasan, depresi, dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya
penyakit diabetes khususnya dikalangan pria (Helmawati,2014).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari seminggu
selama sekitar 30-45 menit,dengan total150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan
tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung
maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a. Obat antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid.
- Insulin
a. Ketoasidosis diabetic
b. Hipoglikemia
f. Kaki diabetik
Daftar Pustaka