Anda di halaman 1dari 10

Prinsip dan Prosedur Penilaian

Prinsip dan Prosedur Penilaian


Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya
merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan
prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang
harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan
dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang
digunakannya.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-mengajar.
Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga
pelaksanaannya berkesinambungan.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan
kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian
dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang
dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat
bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam
catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk
menyempurnakan program pengajaran , memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran dan
memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian
hasil belajar, yakni :

a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil


belajar adalah mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya
mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat
penilaian.

b. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal
ini penting mengingat isi tes atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang
diberikan.

c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan dalam menilai
jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat
penilaian hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.

Dalam penyusunan alat-alat penilaian, hal-hal yang harus ditempuh yakni :

 Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan,
terutama materi pelajaran.
 Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus
dinilainya. Tujuan instruksional khusus harus dirumuskan secara operasional, artinya bisa
diukur dengan alat penilaian yang biasa digunakan.
 Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus tampak
abilitas yang diukur serta proporsinya, lingkup materi yang diujikan, tingkat kesulitan
soal, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut.
 Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam menulis
soal, perhatikan aturan-aturan yang berlaku.
 Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
d. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk
kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan
bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan

Prinsip-prinsip umum evaluasi :

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak
dari prinsip – prinsip umum sebagai berikut :

1. Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu
proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu. Hasil evaluasi
yang diperoleh pada suatu waktu harus senan tiasa dihubungkan dengan hasil – hasil pada waktu
sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan
peserta didik. Perkembangan pelajar peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja,
tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi imput.

2. Komprehensif

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu
sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh
aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif,
afektifmaupun psikomotor. Begitu juga dengan objek – objek evaluasi yang lain.

3. Adil dan Objektif

Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Kata “adil” dan
“objektif” memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Meskipun demikian, kewajiban
manusia adalah harus berikhtiar. Semua peserta didik harus diberlakukan tanpa “pandang bulu”.
Guru juga hendaknya bertindak secara objektif , apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat
negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang
sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

4. Kooperaktif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua
peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak – pihak tersebut
merasa dihargai.

5. Praktis

Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan
bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Dalam konteks penilaian hasil belajar, depdiknas ( 2003 ) mengemukakan prinsip-prinsip umum
penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai
dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran ; mengukur sampel tingkah laku yang representatif
dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran ; mencakup jenis-jenis
instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan ;
direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara khusus ;
dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati ; dan
dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.

Di samping itu , guru harus memperhatikan pula hal-hal teknis, antara lain :

1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.
2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat (
instrumen ) , baik yang berbentuk tes maupun non tes.
4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik,
proyek, dan portofolio.
6. Objek penilaian harus mencangkup aspek pengetahuan, keterapilan, sikap dan nilai –
nilai.
7. Penilaian harus mengacuh kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang
dapat dilakukan.
8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus berlaku adil dan bersikap jujur
kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut (fol-low-up)
10. Penilaian harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.
Prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas beserta penerapan/contohnya :
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian sebagai berikut:

1. Valid
Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai
untuk mengukur kompetensi, sehingga penilaian tersebut menghasilkan informasi yang akurat
tentang aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian
kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan
standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan
eksperimen maka kegiatan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di nilai.

Contoh : Dalam pelajaran penjaskes, guru menilai kompetensi permainan badminton siswa,
penilaian dianggap valid jika menggunakan test praktek langsung, jika menggunakan tes tertulis
maka tes tersebut tidak valid.

2. Obyektif

Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta
didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik tersebut, bukan atas dasar
siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai.

Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan tetangga dari
guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 80. Ini
adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan. Pemberian nilai haruslah
berdasarkan kemampuan siswa tersebut.

3. Adil

Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil belajar tidak menguntungkan
atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, fisik, dan gender.

Contoh : guru penjaskes laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari murid
perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid berhak diperlakukan
sama saat KBM maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan sesuai dengan kenyataan
hasil belajar siswa tersebut.

4. Terbuka

Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus tau bagaimana pelaksanaan
penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan
bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima.

Contoh : pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang kesepakatan pemberian nilai
dengan bobot masing-masing aspek, misal, Partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, Tugas
individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 25%, ujian akhir semester 35%. Sehingga
disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.

5. Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang dapat
ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat.

Contoh : bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna untuk melihat seberapa besar keberhasilan
metode pembelajaran yang digunakan, sebagai evaluasi untuk perbaikan kedepan, serta
memberikan pengukuran prestasi belajar kepada siswa.

6. Mendidik

Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik maupun pendidik
untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara memperbaiki kualitas belajar mengajar.

Contoh : Budi mendapatkan nilai 60 untuk pelajaran matematika, 50 untuk bahasa Indonesia, dan
65 untuk Fisika, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal, ia meraih prestasi yang
membanggakan. Budi sadar bahwa ia harus menyeimbangkan prestasi akademik dan non
akademiknya, Kemudian budi terpacu untuk mengevaluasi kesalahannya dan memperbaiki
kualitas belajar dan hidupnya, memperoleh nilai yang baik, juga memperoleh prestasi yang baik.

7. Menyeluruh

Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi peserta didik dan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, termasuk mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar
peserta didik. Penilaian meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan sikap
(affectif).

Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan berbagai bukti
aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari pengetahuan
tentang seni budaya, keterampilan menari, menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM, dan
penilaian sikap peserta didik, semua hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan
nilai.

8. Berkesinambungan

Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus
untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik.

Contoh : guru matematika melakukan KBM secara terencana, guru menjelaskan materi tiap
pertemuan, memberikan tugas, mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester, serta ujian
akhir semester, semua dilaksanakan secara terus menerus dan bertahap, dan dari setiap tahap
tersebut, guru mengumpulkan informasi yang akan diolah untuk menghasilkan nilai.

9. Akuntabel

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.

Contoh : guru bahasa mandarin dapat menjelaskan secara benar kepada pihak terkait, tentang
proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan kenyataan kemampuan
hasil belajar peserta didiknya.

Prinsip khusus penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:

Jenis penilaian yang digunakan harus memberikan kesempatan terbaik kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuannya.
Implikasi dari prinsip ini adalah:

 pelaksanaan penilaian berbasis kelas hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak
mengancam;
 semua siswa memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama dalam mengikuti
pembelajaran dan selama proses penilaian;
 siswa memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam penilaian; dan
 kriteria untuk mebuat keputusan atas hasil penilaian hendaknya disepakati dengan orang
tua/wali.
Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian dan pencatatan secara tepat.
Implikasi dari prinsip ini adalah:

 prosedur penilaian harus dapat diterima dan dipahami secara gelas oleh guru;
 prosedur penilaian dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan
sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran dan tidak menggunakan waktu yang
berlebihan;
 catatan harian harus mudah dibuat, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan
pembelajaran;
 informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa dengan berbagai
cara harus digunakan sebagaimana mestinya;
 penilaian pencapaian hasil belajar yang bersifat positif untuk pembelajaran selanjutnya
perlu direncanakan oleh guru dan siswa;
 klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan bimbingan
dan bantuan belajar yang sewajarnya;
 hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan pencapaian hasil
belajar siswa;
 penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya efektivitas
pembelajaran dan kurikulum perlu dilaksanakan;
peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan
membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan; dan
 pelaporan penampilan siswa kepada orang tua atau wali dan atasannya (kepala sekolah,
pengawas) dan instansi lain yang terkait seharusnya dilaksanakan.
PROSEDUR PENILAIAN
1. Kajian Materi Pembelajaran

Tahap pertama yang harus dilakukan Gadik sebagai penilai adalah mempelajari dan
mengkaji materi pembelajaran dari satu atau lebih kompetensi dasar. Kajian materi ini dapat
dilakukan melalui beberapa referensi untuk memperoleh bahan secara komprehensif dari
beragam sumber dengan bertolak pada kompetensi yang diharapkan.

2. Memilih Teknik Penilaian

Tahap kedua Gadik memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan
pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian
melalui tes dan non tes. Pusdik dan sekolah biasanya para Gadik banyak menggunakan teknik
pertama, yaitu dengan tes. Dalam menentukan keakuratan perlu dipertimbangkan pemilihan
teknik, yaitu tingkat ke-akurat-an dan kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian
nilai dengan cara tes lebih mudah dibandingkan dengan non tes.

3. Perumusan Kisi – Kisi

Tahap ketiga merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik penilaian yang
telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi dan ruang lingkup dari
materi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk menulis soal atau matriks soal
menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk menentukan ruang lingkup dalam
menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai dengan indikator.

Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai serta bentuk tes
yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat berbentuk tes objektif benar-
salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian afektif dan psikomotorik.

Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adaya kisi-
kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan representatif. Dengan pedoman kepada
kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai
dengan tujuan tes.

1. Syarat penyusunan Kisi – kisi adalah,

 Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum.


 Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami.
 Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya sesuai bentuk soal yang ditetapkan.
 Sesuai dengan indikator.
2. Komponen kisi – kisi terdiri dari:

Komponen Identitas
Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan.
Mata pembelajaran.
Tahun ajaran
Jumlah soal.
Bentuk soal.
Standar Kompetensi.
Kompetensi Dasar.
Indikator
Dalam pembuatan kisi-kisi harus memenuhi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik
yang mengacu kepada teori Bloom sebagai berikut:

1. Aspek Kognitif

Menurut Taksonomi Bloom cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:

a. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.

b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal.
Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
menginterprestasikan.

c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat
tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan
menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.

d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi
lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan,
mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.

e. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga
menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.

f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu
situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur
tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
2. Aspek Afektif

Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,


kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
5. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya
3. Aspek Psikomotorik

Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual;
diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis,
keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif.

Berikut ini contoh pembuatan kisi-kisi dalam bentuk matrik dengan bentuk tes objektif yang
bervariasi dan nomor soal dibuat berurutan sesuai dengan bentuk soal dan indikator.

4. Penulisan Butir Soal

Tahap keempat, Gadik menulis dan membuat butir-butir soal yang sesuai dengan kisi-kisi dan
bentuk soal yang telah ditentukan. Bila Gadik menggunakan teknik non tes, maka
diperlukan untuk membuat pedoman pengisian instrumen. Misalnya untuk observasi atau
wawancara.

5. Penimbangan/Reviewe

Dalam tahap ini, butir soal dan atau pedoman yang telah disusun Gadik, ditimbang secara
rasional (analisis rasional oleh Gadik) ; dibaca, ditelaah dan dikaji kembali butir-butir soal dan
atau pedoman yang dibuat telah memenuhi persyaratan.

6. Perbaikan

Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan, bagian-bagian mana yang perlu dikurangi
atau ditambah kalimat atau kata-katanya perbaikan inipun biasanya didasarkan kepada pemikiran
peserta didik untuk memahami isi dari kalimat yang diberikan, hal ini mengandung arti bahwa
kalimat yang disusun hendaknya mudah di pahami oleh para peserta didik .

7. Uji-coba dan Penggandaan.

Uji-coba terhadap tes/soal yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir soal yang dibuat
telah memenuhi criteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat ketetapan, ketepatan,
tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk bentuk non tes kriterianya dituntut
adalah tingkat ketepatan (validitas) dan ketetapan (reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat
tes ataupun non tes yang baku (standar)

8. Diuji (diteskan)

Setelah diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang memenuhi persyaratan sudah barang
tentu perangkat alat ini diorganisasikan, disusun berdasarkan pada bentuk-bentuk atau model-
model soal bagi perangkat tes, dan untuk perangkat non tes.Setelah perangkat tes maupun non tes
digandakan kemudian siap untuk diujikan.

9. Pemberian Skor

Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomer induk peserta didik
untuk memudahkan dalam memasukkan skor peserta didik. Kemudian dilakukan pemberian
skor sesuai dengan kunci jawaban, sehingga diperoleh skor setiap peserta didik. Untuk bentuk
soal objektif diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan skor bentuk essay bergantung
kepada tingkat kesulitan soal. Untuk menafsirkan siapa yang lulus dan tidak lulus bergantung
pada batas lulus yang dipergunakan oleh Gadik.

10. Putusan.

Setelah pengelolaan, sampai pada menafsirkan, Gadik memperoleh putusan akhir dari kegiatan
penilaian. Putusan yang diambil diharapkan obyektif sesuai dengan aturan.

Anda mungkin juga menyukai