Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru kepada
muridnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan pendidikan berguna unuk
perkembangan suatu pola pikir. Seperti yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional mengatakan, bahwa intinya pendidikan
nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan bangsa dan
membentuk perilaku seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk mencapai suatu tujuan tersebut perlu adanya suatu model dalam
pembelajaran agar di dalam proses pembelajaran menghasilkan suatu yang diingkan yaitu
kemajuan pola pikir dan peserta didik menjadi berkembang. Para peserta didik sejatinya
mempunyai beranekaragam karakteristik, maka dari itu para ahli merancang dan
menciptakan suatu model pemelajaran yang akan memunculkan rumpun-rumpun model
pembelajaran agar memudahkan para pendidik dalam proses pembelajaran yang efektif.
Rumpun-rumpun model pembelajaran diantaranya ada empat yaitu, rumpun
pembelajaran informasi yang merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif,
rumpun pembelajaran perubahan perilaku yang merupakan pengembangan dari teori
belajar behavioristik, rumpun pemblajaran sosial yang bertumpu pada teori rekayasa
sosial, kemudian rumpun pembelajaran personal merupakan pengembangan dari teori
humanistik. Ke empat rumpun tersebutlah yang natinya kebanyaan akan diguakan dalam
proses pembelajaran.
Didalam makalah ini penulis akan menjelaskan beberapa rumpun pembelajaran,
diantaranya yaitu rumpun pembelajaran sosial dan rumpun pembelajaran personal.
Seorang pendidik haruslah paham dan mengerti akan ke dua rumpun tersebut maupun
rumpun-rumpun yang lainnya, agar peserta didik dan pendidik mempunyai suatu
pendekatan yang efektf dan saling mengerti satu sama lain. Guru atau pendidik harus
mengerti semua peserta didikya, begitu juga peserta didik harus mengerti dan menghargai
seorang gurunya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dari rumpun model pembelajaran sosial dan personal?
2. Apa sajakah jenis model pembelajaran sosial dan personal?
3. Bagaimana penerapan rumpun model pembelajaan sosial dan personal?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang rumpun model pembelajaran sosial dan personal.
2. Mengetahui jenis model pembelajaran sosial dan personal.
3. Mengetahui penerapan rumpun model pembelajaan sosial dan personal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rumpun Pembeajaran Personal


Mengutip beberapa pendapat dari para pakar tentang definisi model
pembelajaran personal, penyusun mendefinisikan model rumpun pembelajaran
personal adalah model pembelajaran yang bertitik tolak dari teori belajar
humanistik. Model pembelajaran ini berorientasi terhadap pengembangan diri
individu.
Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan
harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Menurut teori ini,
guru harus berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, agar siswa
merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan potensi dan minat bakatnya,
baik potensi emosional maupun intelektual.
Menurut Soemantrie (Abdullah: 160-161) dalam pandangan humanistik
kurikulum berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa
sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Prioritasnya
adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada tanggapan minat, kebutukah dan
kemampuan anak.

2.2 Jenis Model Pembelajaran Personal


Ada beberapa model pembelajaran yang menurut para ahli dikategorikan
ke dalam rumpun model pembelajaran personal sebagai berikut:

2.2.1 Pengajaran Non direktif


Pembelajaran non direktif ini pertama kali ditemukan oleh Carl Rogers.
Pembelajaran ini memberikan perhatian dalam hal pembentukan kemampuan
untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, dan
kemandirian.
Penerapan model pembelajaran non-direktif menurut Aunurrahman (2013:
165) lebih banyak dilakukan dalam bentuk interview tidak langsung yang
dilakukan dalam beberapa urutan yang terbagi menjadi lima fase, yaitu: (1.)
Membantu siswa mendefinisikan situasi. (2.) Menemukan masalah. (3.)
Mengembangkan/pengertian siswa. (4.) Merencanakan dan merumuskan

3
keputusan. (5.) Integrasi dimana para siswa mendapat pemahaman paling
mendalam dan mengembangkan tindakan-tindakan positif.

2.2.2 Latihan kesadaran


Pembelajaran latihan kesadaran ini ditemukan oleh Fritz Pearl dan Wilian
Schultz. Ia menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana
peningkatan kesadaran diri.
Khoirul, Sofan, dkk (2011) menjelaskan ada empat tipe perkembangan
yang dibutuhkan untuk merealisasikan potensi diri secara utuh, yaitu:
a. Fungsi tubuh,
b. Fungsi personal, termasuk di dalamnya akuisi pengetahuan dan pengalaman,
kemampuan berpokir logis dan kreatif, dan integrasi intelektual.
c. Perkembangan interpersonal, dan
d. Hubungan individu dengan institusi sosial, organisasi sosial dan budaya
masyarakat.
Landasan prosedur pembelajaran ini adalah teori encounter. Penjelasan
yang terdapat dalam teori ini merupakan penjelasan seputar metode untuk
meningkatkan kesadaran hubungan antar manusia yang didasarkan atas
keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap
perasaan diri sendiri dan orang lain, dan berorientasi pada keadaan sekarang.

2.2.3 Sinetik
Menurut Aunurrahman (2013: 162) sintetik merupakan salah satu model
pembelajaran yang didesain oleh Gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk
mengembangkan kreativitas. Gordon menggagas model sinektik dalam empat
gagasan yang intinya, menampilkan perubahan pandangan konvensional tentang
kreativitas.

2.2.4 Sistem-sistem konseptual


Dalam pandangan teori sistem konseptual mendeskripsikan manusia
menurut struktur konsep-konsep yang mereka gunakan untuk mengolah informasi
mengenai dunia secara luas. Cenderung memiliki pandangan dikotomis mengenai
hal-hal yang bersifat tabu, dan cenderung emosional dalam menyampaikan
pandangan-pandangannya. Mereka cenderung menolak informasi yang tidak

4
sesuai dengan konsep mereka, atau bahkan mengubahnya agar bisa cocok dengan
konsep milik mereka sendiri. Sehingga mereka sering kali memandang orang-
orang dan peristiwa-peristiwa menurut persepsi ‘benar’ atau ‘salah’. Sedangkan
konsep yang telah ada pada umumnya memang telah dilestarikan.

2.2.5 Pertemuan kelas


Pelopor pembelajaran ini adalah Wiliam Glasser. Menurut Aunurrahman
(2013: 167) Glasser mengadopsi model konseling untuk merancang model ini
dengan maksud membantu para pelajar memikul tanggungjawab atas perilakunya
dan tanggungjawab untuk lingkungan sosialnya. Didalam kelas, model ini
diwujudkan seperti layaknya rapat atau pertemuan dimana kelompok
bertanggungjawab untuk membangun sistem sosial yang sesuai untuk
melaksanakan tugas-tugas akademis dengan mempertimbangkan unsur perbedaan
perseorangan dengan tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang
lain.
Pembelajaran pertemuan kelas memiliki enam tahap pelaksanaan, yaitu:
a. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
b. Menyampaikan pemasalan diskusi.
c. Membuat penilaian pribadi.
d. Mengidentifikasi alternatif tindakan solusi.
e. Membuat komitmen.
f. Merencanakan tindak lanjut tindakan.

2.3 Pengertian Rumpun Pembeajaran Sosial


Sosial merupakan masyarakat. Hal-hal yang berhubungan dengan
masyarakat, cara berinteraksi sesama masyarakat maupun kedudukan sosial. Di
dalam pembelajaran juga perlu adanya pembelajaran sosial. Faktor sosial sangat
penting karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan pengembangan
pola pikir maupun pengambilan keputusan peserta didik (Vygotsky dalam Trianto,
2013:38). Jadi fungsi sosial didalam pembelajaran ini adalah untuk membantu
peserta didik mengetahui informasi-informasi yang akan mengembangkan suatu
pembelajaran. BELUM SELESAI

5
2.4 Jenis Model Pembelajaran Sosial
Ada beberapa model pembelajaran yang dikategorikan ke dalam rumpun
model pembelajaran sosial sebagai berikut.

2.4.1 Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)


Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan
cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasi-
kan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah
salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan
kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan
personalisasi. Oleh karena itu, bentuk pengajaran role playing memberikan pada
murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan
pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran
orang lain saat menggunakan bahasa tutur.

2.4.2 Model Pembelajaran Simulasi Sosial


Pengertian simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau
berbuat seolah- olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-
pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan
sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang
bersifat pura-pura. Atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan
seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya (Ismail SM, 2008:24).
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang
melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.
Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran
selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran,
tetapi dalam simulasi peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat
melakukan kegiatan. Misalnya sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang
siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu
(belum benar-benar terbang). Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan

6
lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold
Guetzkow.

2.5 Penerapan Rumpun Model Pembelajaran Personal Pada Pendidikan


Jasmani dan Kesehatan
Didalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, pembelajaran banyak
dilakukan di luar kelas karena perlu adanya gerak yang leluasa. Sejatinya dalam
hal ini banyak melakukan aktivitas fisik. Maka perlu adanya penerapan suatu
model pembelajaran, salah satunya adalah rumpun model pembelajaran personal.
Didalam pembelajaran personal, pendidik lebih memberikan pembelajaran yang
dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat
dengan mudah untuk mandiri. Peserta didik dapat belajar sendiri dan
mengembangkan pembelajaran yang sudah diberikan. Contohnya, guru
memberikan materi bola basket teknik dasar dribble, guru harus bisa memberikan
suatu stimulus agar siswa dapat berpikir sendiri. Jadi guru hanya mengarahkan
bagaimana teknik yang benar, siswa mempunyai inisiatif sendiri untuk latihan
teknik yang benar.

2.6 Penerapan Rumpun Model Pembelajaran Sosial Pada Pendidikan


Jasmani dan Kesehatan
Penerapan dalam penjas misal saat kita memberikan materi perwasitan
pada pembelajaran bola voli ketika sudah menerangkan semua tentang perwasitan
bola voli kita meminta anak didik untuk menyelenggarakan turnamen bola voli
dan yang menjadi wasit 1 ,2 dan hakim garis disitu sisawa didik kita dituntut
untuk dapat berbaur dengan pemain dan dapat merasakan menjadi wasit
sungguhan.
Saat kita sedang memberikan materi perwasitan sepakbola kita
memberikan bagaimana isyarat sebagai hakim garis, dimana ada berbagai isyarat
bendera yang wajib diketahui oleh hakim garis. Setelah kita memberikan
bagaimana isyarat itu semua kita mencoba dengan siswa kita bagi ada yang
sebagian menjadi pemain sepakbola dan yang lainya sebagai hakim garis disitu
kita coba mereka untuk mensimulasikan bagaimana isarat-isarat hakim garis pada

7
berbagai macam kejadian, disini bila ada kesalahan pendidik bias langsung
memberi arahan kepada siswa bagaimana seharusnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Iif Khoiro., Amri, Sofan., Dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP.

Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali

Pers.

Joyce., B., Weil, M., & Shower, B. 1992. Models of Teaching (4th ed). Englewood Cliff,

N.J: Prentice-Hall.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajawali Press.

http://ahmadnurhidayatarya.blogspot.co.id/2011/03/model-pembelajaran-simulasi-

sosial.html. Diakses pada tanggal 22 Febru

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Ersi Yuli T
    Ersi Yuli T
    Dokumen8 halaman
    Ersi Yuli T
    Muhammad Andi Catur Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • PPD Angket
    PPD Angket
    Dokumen2 halaman
    PPD Angket
    Muhammad Andi Catur Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Re Sensi
    Re Sensi
    Dokumen7 halaman
    Re Sensi
    Muhammad Andi Catur Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen74 halaman
    Bab 1
    Muhammad Andi Catur Ferdiansyah
    Belum ada peringkat