Anda di halaman 1dari 2

Yesus dielu-elukan di Yerusalem (Yoh.

12:12-19)

Makna seruan “Hosana” dan Daun Palem (12:12-13)


Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Israel biasa menggunakan daun-daun palem di Bait
Allah dalam perayaan Pondok Daun dan mereka sudah menyiapkan sebelumnya dari rumah,
kemudian ketika mereka bertemu dengan Yesus mereka melambai-lambaikan daun-daun palem
tersebut. Tindakan mereka tersebut menjadi sebuah tanda penghormatan kepada seorang
pemenang atau untuk menyambut pahlawan perang yang baru kembali dari pertempuran.

Di dalam pemikiran orang banyak itu, seruan “hosanna” mempunyai hubungan yang sangat kuat
dengan daun palem. Kata ‫( הוׁשיעה־נא‬hôši˓āh-nā) merupakan sebuah bentuk penekanan dari kata
perintah “give salvation now” (berikanlah keselamatan sekarang) yang kemudian menjadi sebuah
sambutan bahkan pujian. Hal ini mirip dengan perisitwa dalam Mzm 118:25 yang sangat familiar
dengan orang Yahudi. Dalam perayaan Pondok Daun, koor Bait Allah akan menyanyikan Mzm
113-118 (Hallel) setiap pagi dan ketika mereka tiba pada Mzm. 118:25 dan mengatakan
“Hosanna” maka semua laki-laki (muda dan dewasa) di Bait Allah melambai-lambaikan lulab
(melati yang diikatkan dengan daun palem) sambil menyerukan “hosanna” 3 kali. Tindakan ini
merupakan sebuah ekspresi dari sukacita atau kemenangan. Sehingga orang-orang Yahudi sudah
biasa mengasosiasikan lulab tersebut dengan seruan “hosanna.” Itulah sebabnya mereka secara
spontan menyerukan Mzm 118 “diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” ketika
mereka melambai-lambaikan daun palem. Ucapan ini pada awalnya ditujukan kepada para
peziarah yang datang ke Bait Allah, namun ucapan ini juga memiliki aplikasi yang khusus
kepada Mesias, menurut catatan Midrash dari Mzm 118.

Yesus Menunggangi Seekor Keledai (12:14-15)


Catatan injil sinoptik memberikan keterangan lebih detil mengenai persiapan Yesus masuk ke
Yerusalem dan dielu-elukan. Yesus menggunakan keledai dan bukan seekor kuda. Yesus
melakukan hal tersebut (naik keledai muda) untuk menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (9:9).
Kuda adalah simbol dari kekuatan dan keperkasaan dan memiliki asosiasi yang kuat dengan
peperangan (bnd. Yes. 31:1–3; 1 Raja 4:26), namun Yesus memilih menggunakan keledai. Selain
untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi, Yesus sebenarnya menyampaikan pesan
kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang
sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan
peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan
kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus adalah utusan Bapa supaya
barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Kutipan dari Zak. 9:9 menyebutkan bahwa raja yang darang dengan keledai beban yang muda itu
adalah raja yang lemah lembut. Sehingga hal ini semakin menegaskan bahwa wajah Mesias yang
datang tidaklah sesuai dengan keinginan orang-orang Yahudi. Jika dihubungkan dengan konteks
Zak 9:9, maka kurang lebih apa yang Yesus lakukan ini dapat disimpulkan demikian: (1)
Kedatangan raja yang lemah lembut berkaitan dengan penghetian peperangan, dalam arti misi
Yesus tidak dapat disamakan atau berjalan bersama dengan gerakan zelot. (2) Kedatangan raja
yang lemah lembut berasosiasi dengan proklamasi kedamaian bagi bangsa-bangsa, dan Zakharia
mengutip Mzm. 72:8 yang menegaskan janji akan pemerintahannya akan membentang dan
meluas ke ujung-ujung bumi. (3) Kehadiran raja yang lemah lembut itu juga berasosiasi dengan
darah perjanjian Allah yang akan membebaskan para tawanan (bnd. 1:29, 34; 3:5; 6:35-58; 8:31-
34) serta juga berhubungan dengan Paskah dan kematian dari raja yang melayani.

Ketidakmengertian para murid (12:16)


Meskipun murid-murid melihat Yesus dielu-elukan sebagai raja ketika masuk ke Yerusalem,
Yohanes mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.
Mereka baru mengerti bahwa nas Zakharia itu sungguh-sungguh berbicara tentang Kristus.
Yohanes memberikan kalimat kunci “setelah Yesus dimuliakan,” barulah mereka mengerti.
Bagian ini persis sama dengan peristiwa Yesus ketika Yesus membersihkan Bait Allah (Yoh.
3:22). Pengertian mereka menjadi jelas ketika Kristus sudah dimuliakan. Setelah Yesus
dimuliakan murid-murid pun menerima Roh Kudus, sehingga dapat kita simpulkan bahwa titik
balik pengertian dan pengenalan murid-murid akan Tuhan adalah kematian, kebangkitan dan
Roh Kudus. Sebab Yohanes, merupakan penulis Injil yang paling banyak berbicara tentang Roh
Kudus dibandingkan para penulis Injil yang lain. Oleh karena itu peran Roh Kudus untuk
membuat orang menjadi percaya kepada Kristus dan firman Allah sangat signifikan dalam Injil
Yohanes.

Orang banyak yang percaya kepada Yesus (12:17-19)


Bagian ini menjelaskan bahwa orang banyak yang hadir terbagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama adalah saksi mata kebangkitan Lazarus yang kemungkinan besar datang dari Betania.
Golongan kedua adalah orang-orang yang mendengar kesaksian tentang perbuatan Yesus yang
membangkitkan Lazarus dari kelompok yang pertama. Catatan ini menyatakan dengan jelas
bahwa usaha perlawanan orang-orang Yahudi tidak mampu membuat orang-orang menyangkal
bahwa sungguh Yesus adalah Tuhan dan Raja. Padahal para imam-imam kepala dan
komplotannya sudah berencana untuk membunuh Lazarus karena dengan kebangkitannya
banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus. Di sini Yohanes menegaskan bahwa para
orang-orang yang melihat kebangkitan Lazarus adalah “para penginjil” yang membuat kumpulan
orang banyak itu datang dan menyerukan “Hosana” kepada Yesus dengan palem-palem yang
melambai. Sehingga apa yang dijelaskan di prolog Injil merupakan suatu pola yang konsisten:

Anda mungkin juga menyukai