Anda di halaman 1dari 45

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA
---------------------

RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 66, 71, 79/PUU-VIII/2010

PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT
TERHADAP
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN
SAKSI DARI PIHAK TERKAIT
(VII)

JAKARTA

SELASA, 5 APRIL 2011


MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 66, 71, 79/PUU-VIII/2010

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat terhadap Undang-Undang


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 [Pasal 28 ayat (1), Pasal 30 ayat (2) dan Pasal 32 ayat
(4)], [Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (3) dan (4)], serta [Pasal 28 ayat (1)]

PEMOHON PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010

- Frans Hendra Winarta - Murad Harahap - David Abraham


- Bob P. Nainggolan - Lelyana Santosa - Firman Wijaya
- Maruli Simorangkir - Nursyahbani Katjasungkana - SF. Marbun

PEMOHON PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010

- H.F. Abraham Amos - Harisan Aritonang


- Djamhur - Edi Prastio
- Togar Efdonat Sormin

PEMOHON PERKARA NOMOR 79/PUU-VIII/2010

- Husen Pelu - Nasib Bima Wijaya - Joni Irawan


- Andrijana - Siti Hajijah - Supriadi Budisusanto
- Abdul Amin Monoarfa - R. Moch. Budi Cahyono

ACARA

Mendengarkan Keterangan Saksi dari Pihak Terkait (VII)

Selasa, 5 April 2011 Pukul 10.00 – 12.54 WIB


Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Achmad Sodiki (Ketua)


2) Maria Farida Indrati (Anggota)
3) Harjono (Anggota)
4) Muhammad Alim (Anggota)
5) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota)
6) M. Akil Mochtar (Anggota)
7) Hamdan Zoelva (Anggota)

Cholidin Nasir
Panitera Pengganti

i
Pihak yang Hadir/Berbicara:

Pemohon (Perkara Nomor 66/PUU-VIII/2010)

- Frans Hendra Winarta

Kuasa Hukum Pemohon (Perkara Nomor 66/PUU-VIII/2010)

- Firman Wijaya

Pemohon Perkara Nomor (71/PUU-VIII/2010)

- H. F. Abraham Amos
- Djamhur

Kuasa Hukum Pemohon (Perkara Nomor 79/PUU-VIII/2010)

- Taufik Basari -
- Ronggur Hutagalung

Pemerintah

- Mualimin Abdi (Direktur Litigasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi


Manusia)
- Heni Susila Wardaya (Kasubdit Penyiapan Pendampingan Persidangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Pihak Terkait

- Humphrey Djemat (AAI)


- Machtiar Siwa (Dewan Kehormatan IPHI)
- Samuel Kikilaitety (DPP Peradin)
- Leonard Simorangkir (Peradi)
- Sutrisno (Peradi)
- Chairil Poloan (Peradi)
- Happy Sihombing (Peradi)
- Hasanuddin Nasution (SPI)
- Suherman Kartadinata (HAPI)
- Erman Umar (KAI)
- Mia Lubis (KAI)
- Sapta (KAI)
- Sri Wiguna (Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal)

ii
Saksi dari Pihak Terkait (Peradi)

- Achiel Suyanto
- Tazman Gultom
- Thomas Edison Tampubolon
- H. Fauzie Yusuf Hasibuan
- Lintong Oloan Siahaan
- H. M. Lutfie Hakim
- Tamsil Syoekoer

Saksi dari Pihak Terkait (KAI)

- Musidah
- Erwin
- Tomi Sihotang
- Zakirudin Chaniago

iii
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.00 WIB

1. KETUA: ACHMAD SODIKI

Sidang Perkara PUU Nomor 66, 71, dan 79 dengan ini saya
nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Assalamualaikum wr. wb.


Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Kami persilakan
dari Perkara Pemohon Nomor 66, hadir?

2. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Ya, saya hadir. Saya Frans Winarta, Pemohon 1 (…)

3. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik.

4. PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-VIII/2010): FRANS


HENDRA WINARTA

Terima kasih, Pak.

5. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya.

6. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Ya, saya Firman Wijaya.

7. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik. Nomor 71?

8. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): H. F.


ABRAHAM AMOS

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Abraham Amos, Pemohon 1 dari


Pengujian Undang-Undang Nomor 71. Terima kasih.

1
9. KETUA: ACHMAD SODIKI

Nomor 71 (…)

10. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): DJAMHUR

Terima kasih.

11. KETUA: ACHMAD SODIKI

Oh, ya. Masih, ya?

12. PEMOHON (PERKARA NOMOR 71/PUU-VIII/2010): DJAMHUR

Saya…, terima kasih, Yang Mulia. Saya Djamhur dari Pemohon


uji…, nomor…, PUU Nomor 71. Terima kasih.

13. KETUA: ACHMAD SODIKI

Nomor 79?

14. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): TAUFIK BASARI

Terima kasih, Yang Mulia. Nama saya Taufik Basari, Kuasa Hukum
Pemohon Nomor 79.

15. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 79/PUU-


VIII/2010): RONGGUR HUTAGALUNG

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Kuasa Pemohon dari Perkara


Nomor 79, Ronggur Hutagalung. Terima kasih.

16. KETUA: ACHMAD SODIKI

Cukup ya dari Pemohon semua? Dari Pemerintah, silakan, Pak.

17. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI (DIREKTUR LITIGASI


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA)

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Pemerintah
hadir, saya sendiri Mualimin Abdi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi

2
Manusia dan didampingi oleh Pak Heni Susila Wardaya dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terima kasih, Yang Mulia.

18. PIHAK TERKAIT (PERADI): LEONARD SIMORANGKIR

Selamat pagi, Yang Mulia. Saya Leonard Simorangkir dari Peradi.

19. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik.

20. PIHAK TERKAIT (AAI): HUMPHREY DJEMAT

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Humphrey Djemat dari Asosiasi


Advokat Indonesia, Pihak Terkait.

21. PIHAK TERKAIT (DEWAN KEHORMATAN IPHI): MACHTIAR


SIWA

Assalamualaikum wr. wb.


Saya dari Dewan Kehormatan IPHI, Pihak Terkait.

22. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya, silakan.

23. PIHAK TERKAIT (KONGRES ADVOKAT INDONESIA): ERMAN


UMAR

Kami dari Pihak KAI ada berapa orang, pertama saya Erman
Umar, dua Saudara Mia Lubis, dan Saudara Sapta (…)

24. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya.

25. PIHAK TERKAIT (KONGRES ADVOKAT INDONESIA): ERMAN


UMAR

Sebagai Pihak Terkait, terima kasih.

26. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya, dari DPR ndak ada Bapak, ya? Ndak hadir. Silakan yang lain.

3
27. PIHAK TERKAIT (DPP PERADIN): SAMUEL KIKILAITETY

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Samuel Kikilaitety dari DPP


Peradin.

28. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ada lagi yang ingin mengenalkan diri?

29. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (PERADI): HAPPY SIHOMBING

Saya…, saya Heppy Sihombing dari Kuasa Hukum Peradi, Terkait.

30. KETUA: ACHMAD SODIKI

Silakan.

31. PIHAK TERKAIT (PERADI): SUTRISNO

Saya Sutrisno, Ketua Tim Pihak Terkait Peradi dalam Perkara


Nomor 79.

32. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya.

33. PIHAK TERKAIT (HIMPUNAN KONSULTAN HUKUM PASAR


MODAL): SRI WIGUNA

Saya Sri Wiguna dari Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal,


Pihak Terkait. Terima kasih.

34. PIHAK TERKAIT (SPI): HASANUDDIN NASUTION

Assalamualaikum wr. wb.


Saya Hasanuddin Nasution, Pihak Terkait dari Serikat Pengacara
Indonesia.

35. PIHAK TERKAIT (PERADI): CHAIRIL POLOAN

Terima kasih. Saya Chairil Poloan dari Kuasa Hukum Peradi.


Terima kasih.

36. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ada lagi? Masih? Cukup?

4
37. PIHAK TERKAIT (HAPI): SUHERMAN KARTADINATA

Yang Mulia, Assalamualaikum wr. wb.

38. KETUA: ACHMAD SODIKI

Yang mana ini? Oh ya, silakan Bapak.

39. PIHAK TERKAIT (HAPI): SUHERMAN KARTADINATA

Saya Suherman Kartadinata, Wakil Ketua Umum HAPI, Pihak


Terkait.

40. KETUA: ACHMAD SODIKI

Tolong yang muka ini dimatikan, ya. Ibu, ya.


Silakan yang lain ada yang masih belum mengenalkan diri?
Cukup, ya?
Hari ini kita akan mendengarkan keterangan saksi, ya. Ada yang
belum disumpah di sini, Saudara Zakirudin Chaniago, S.H., M.H. Hadir
ndak di sini?

41. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ZAKIRUDIN CHANIAGO

Hadir.

42. KETUA: ACHMAD SODIKI

Hadir, suruh maju ke depan dulu.


Silakan, Pak Alim. Ya, silakan, Pak.

43. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai


Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain
daripada yang sebenarnya.

44. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ZAKIRUDIN CHANIAGO

Bismillahirrahmanirrahim. Demi Allah saya bersumpah, sebagai


Saksi, akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain
daripada yang sebenarnya.

5
45. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

Ya, terima kasih.

46. KETUA: ACHMAD SODIKI

Silakan duduk kembali. Hari ini ada 12 Saksi yang akan di…,
memberikan keterangan. Pertama, Saudara Achiel Suyanto dari Peradi…,
Saksi dari Peradi. Silakan.

47. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Saya hadir, Achiel Suyanto, Pak.

48. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya, silakan memberi (…)

49. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Langsung? Baik, terima kasih. Mohon izin untuk tetap di sini, Pak.

50. KETUA: ACHMAD SODIKI

Silakan.

51. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Ya, terima kasih.


Assalamualaikum wr. wb.

52. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam.

53. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Selamat pagi, salam sejahtera. Bapak Ketua dan Anggota Majelis


Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan, para Pemohon, dan Pihak-
Pihak Terkait yang terhormat, Sidang Mahkamah Konstitusi Yang Mulia.
Pertama-tama saya mohon izin untuk memperkenalkan diri dulu
bahwa saya Saksi Fakta dari Pihak Terkait DPN Peradi, dimana saya
sebagai advokat berkecimpung dalam dunia praktisi hukum dimulai sejak
tahun 1980 dan kemudian bergabung di dalam Peradin tahun 1983 dan
tahun 1985 pertama kali mengikuti Munas Advokat di Hotel Indonesia,
yang menghasilkan wadah satu-satunya organisasi advokat pada waktu

6
itu, Ikatan Advokat Indonesia, yang merupakan integrasi daripada
organisasi-organisasi seperti Puspadi, LPPH, Peradin, LKBL Tusila, dan
organisasi-organisasi lainnya.
Pendirian Ikadin tersebut tercatat tidak mengakomodir semua
advokat sehingga pada tahun 1987 yang dimotori oleh rekan Aziz
Muhammad Balmar di Surabaya, didirikanlah Ikatan Penasihat Hukum
Indonesia, sehingga untuk pertama kalinya kembali cita-cita wadah
tunggal organisasi advokat tidak utuh.
Nah, kemudian ketidakutuhan itu terjadi kembali pada Munas
pertama Ikadin tahun 1990 di Hotel Horizon, Ancol. Yang terjadi akibat
tarik ulur kepentingan antara Menteri Kehakiman dan Ketua Mahkamah
Agung yang tidak dapat terselesaikan pada saat itu, maka Munas
pertama Ikadin tetap berhasil berjalan dengan mengukuhkan Bapak
Haryono Citro Subono sebagai ketua umum, namun demikian di tempat
lain, di tempat yang sama, di area yang sama di Putri Duyung Cottage
dideklarasikanlah berdirinya Asosiasi Advokat Indonesia dengan ketua
umum pertamanya Bapak Gani Djemat. Sehingga selain ada Ikadin ada
juga IPHI dan juga ada AAI.
Ketua dan Anggota Majelis Mahkamah Konstitusi yang saya
muliakan, perkembangan dunia organisasi advokat mengalami
perubahan dan perbaikan sejak diundangkannya Undang-Undang 18
Tahun 2003 tentang Advokat, dimana di dalam undang-undang a quo
diatur tentang mekanisme pengangkatan, sumpah, dan status advokat
sebagai penegak hukum, pengawasan dan penindakan, serta
pemberhentian advokat oleh suatu organisasi advokat, hak dan
kewajiban advokat, kode etik dan dewan kehormatan, serta organisasi
advokat.
Perihal organisasi advokat sebagaimana diatur di dalam Pasal 28
ayat (1) bahwa organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah
profesi advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini dengan maksud dan tujuan untuk
meningkatkan kualitas profesi advokat. Terhadap ketentuan pasal ini
telah pernah diajukan uji material ke Mahkamah Konstitusi dengan
putusan (...)

54. KETUA: ACHMAD SODIKI

Saudara Saksi, Saudara kan mengemukakan kesaksian, bukan


pendapat ya.

55. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Ya.

7
56. KETUA: ACHMAD SODIKI

Silakan.

57. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Terima kasih. Kami tidak berpendapat tapi ini hanya cuma fakta
sejarah yang kami ikuti perkembangannya sejak awal.

58. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya, itu sudah tahu semua kita.

59. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): ACHIEL SUYANTO

Baik. Ketua Majelis dan Anggota Yang Terhormat, selain


perjalanan organisasi di atas, kemudian tidak diaturnya bagaimana
mekanisme pembentukan organisasi advokat sebagaimana yang
dimaksud di dalam Undang-Undang Advokat, maka kemudian pada
tanggal 16 Juni tahun 2003 dibentuk apa yang dinamakan dengan
Komite Kerja Advokat Indonesia, yang bertugas untuk melaksanakan
verifikasi organisasi advokat, verifikasi advokat, serta menjalankan fungsi
advokat sebagai yang dimaksud oleh undang-undang a quo, serta
mempersiapkan terbentuknya organisasi profesi advokat dalam waktu 2
tahun.
Dalam hal ini juga terjadi perdebatan diantara 8 organisasi
tersebut karena di dalam Pasal 32 ayat (3) tidak mengatur bagaimana
mekanisme pembentukan organisasi, kemudian juga siapa yang
menjalankan organisasi, siapa yang mempunyai wewenang untuk
mengadakan pertemuan-pertemuan dalam rangka pembentukan wadah
organisasi advokat tersebut. Maka kemudian dari masing-masing
kedelapan organisasi dimintakan untuk mandat kepada anggotanya.
Sebagai contoh, Ikadin telah meminta mandat dari anggotanya melalui
Munaslub yang berlangsung pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2004 di
Pontianak, Kalimantan Barat. Begitu juga diharapkan dengan organisasi-
organisasi yang 7 lainnya, yakni dengan membawa mandat dari
anggotanya masing-masing yang tergabung di dalam KKAI tadi, berhasil
membentuk wadah satu-satunya profesi advokat yang akan menjalankan
fungsi organisasi advokat sebagaimana dimaksud oleh undang-undang
yang diberi nama Perhimpunan Advokat Indonesia.
Dengan terbentuknya Peradi atau disingkat Peradi, dengan
terbentuknya Peradi semua hasil kerja KKAI seperti verifikasi, sertifikasi,
dan membentuk komisi-komisi, serta melengkapi dengan anggaran
dasar, serta mendaftarkan anggaran dasar tersebut ke Menteri
Kehakiman, maka tugas kedelapan organisasi yang tergabung dalam
KKAI tadi sudah dianggap selesai dan hanya tercatat di dalam sejarah

8
profesi advokat sebagai perintis dan pendiri organisasi advokat sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Advokat.
Ketua dan Anggota Majelis Mahkamah Konstitusi yang saya
muliakan, sejarah memang kembali berulang. Dalam perjalanan
menjalankan tugas konstitusionalnya ternyata Peradi tidak hanya
mendapat tantangan dari luar profesi advokat tetapi juga di dalam
anggota-anggota itu sendiri, seperti rasa ketidakpuasan, perbedaan
sudut pandang, alasan lain yang semuanya bermuara kepada makin
terkoyak-koyaknya kebersamaan perjuangan organisasi advokat dengan
kembali berdirinya organisasi-organisasi yang merupakan wadah, tubuh
wadah daripada organisasi advokat.
Sedangkan Peradi tetap menjalankan tugas konstitusionalnya
selain menjalankan fungsi sebagai wadah satu-satunya profesi advokat
dengan menjalankan pendidikan-pendidikan calon advokat, bekerja sama
dengan beberapa perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penyelenggara
profesi advokat, melaksanakan ujian dan mengangkat advokat,
penyumpahan-penyumpahan advokat oleh pengadilan tinggi di seluruh
Indonesia, serta membentuk cabang-cabang yang hingga saat ini telah
terbentuk 54 cabang di seluruh Indonesia. Dan Peradi telah pula
menyelenggarakan Munas pertama yang berlangsung tanggal 31 April
dan sampai dengan 1 Mei 2010 di Pontianak Kalimantan Barat, yang
diikuti oleh sekitar 450 advokat yang merupakan wakil-wakil advokat dari
seluruh Indonesia, yang jumlah keseluruhan tercatat dalam database
Peradi adalah 17.890-an lebih, yang terdaftar dalam database Peradi,
dan Munas berhasil mengukuhkan kembali rekan Dr. Otto Hasibuan
sebagai Ketua Umum untuk masa bakti 2010-2015.
Ketua dan Majelis Yang Terhormat, perseturuan organisasi
advokat dengan undang-undangnya belum juga selesai. Dengan
keinginan luhur daripada ketua terpilih untuk menyatukan organisasi
advokat, upaya penyatuan kembali organisasi advokat, maka pada
tanggal 8 Mei 2010, saya ditugaskan oleh Ketua Umum terpilih untuk
berkomunikasi dengan Saudara Raymond Hasibuan, S.H., Sekretaris
Jenderal DPP KAI versi Indra Sahnun Lubis. Kenapa saya bilang versi
Indra Sahnun Lubis? Karena masih ada versi KAI yang lain. Dan
Alhamdulillah komunikasi berlangsung cukup baik dan kekeluargaa, serta
timbul keinginan untuk menyatukan para advokat Indonesia dengan
semacam rekonsiliasi. Kemudian, saya dan Saudara Raymond Hasibuan
membuka kontak dan mengupayakan bertemunya Saudara Otto
Hasibuan dengan Saudara Indra Sahnun Lubis. Dan lagi-lagi,
Alhamdulillah pertemuan tersebut bisa terlaksana. Kemudian, Ketua
terpilih Peradi Dr. Otto Hasibuan menugaskan kepada kami bersama-
sama dengan Saudara Hasibuan, untuk merumuskan bagaimana
mekanisme penyatuan organisasi profesi advokat tersebut dalam satu
wadah, maka pembahasan-pembahasan pun berlangsung berulang-
ulang, lebih dari satu bulan untuk merumuskan draf atau MoU
kesepakatan bersama antara Peradi dan KAI.

9
Dari pertemuan-pertemuan intensif tersebut, disepakatilah draf
MoU yang isinya antara lain;
1) Bahwa advokat Indonesia tetap memerlukan wadah satu-satunya
profesi advokat untuk menjalankan fungsi organisasi advokat dalam
rangka meningkatkan kualitas profesi advokat.
2) Menyepakati bahwa nama wadah tersebut adalah tetap Perhimpunan
Advokat Indonesia dengan logo baru yang merupakan perpaduan
antara logo Peradi dan logo KAI.
3) Menyepakati mengangkat Indra Sahnun lubis, sebagai chair…,
honorary chairman, sedangkan Saudara Otto Hasibuan tetap sebagai
Ketua Umum Peradi masa bakti 2010-2015.
4) Mengakomodir secara berimbang susunan kepengurusan DPN Peradi
periode 2010-2015, antara yang berasal dari lingkungan Peradi dan
KAI.
5) Membuat kesepakatan bagi advokat pada KAI dilakukan verifikasi dan
ujian khusus. Sementara sebelum ujian berlangsung, diberikan kar…,
para advokat diberikan kartu anggota sementara.

Semua dokumen-dokumen pembahasan, koreksi, dan catatan-


catatan lengkap, ada pada kami, yang nanti pada saatnya akan diajukan
oleh Pihak Terkait DPN Peradi sebagai bukti tambahan.
Draf kesepakatan termaksud adalah hasil maksimal yang telah
dikonsultasikan, baik saya kepada ketua umum terpilih Dr. Otto
Hasibuan, maupun Saudara Ibnu Hasibuan, kepada Saudara Indra
Sahnun Lubis. Dan pada tanggal 21 Juni 2010, Ketua Umum Peradi
bersama-sama dengan Presiden KAI dan Sekjen Raymond Hasibuan,
serta beberapa anggota pengurus KAI dan Saudara Otto, didampingi
oleh calon-calon pengurus Peradi menghadap Ketua Mahkamah Agung
untuk melaporkan adanya rencana penyatuan antara Peradi dan KAI,
dan hal tersebut disambut baik oleh Ketua Mahkamah Agung dan jajaran
pimpinan Mahkamah Agung, yang berjanji akan mengundang semua
pejabat penegak hukum dan ketua pengadilan tinggi se-Indonesia, pada
saat penandatanganan MoU antara Peradi dan KAI tersebut. Dan itu
akan dilakukan di gedung Mahkamah Agung, yang secara formal
disepakati akan dilaksanakan pada tangal 24 Juni 2010. Bahkan timbul
ide dari Saudara Indra Sahnun Lubis pada waktu itu, tanggal 24 Juni
2010 akan dijadikan sebagai momentum dan hari berserajah…,
bersejarah bagi kebangkitan advokat Indonesia.
Kemudian, pada tanggal 24 Juni…, maaf sebelumnya, tetapi pada
tanggal 23 Juni 2010 sore sekitar pukul 17.30, saya mendapat kabar dari
Ketua Umum Peradi terpilih, rekan Otto Hasibuan, bahwa pihak KAI
meminta agar perencanaan penandatanganan MoU diundur atau bahkan
dibatalkan. Tetapi rekan Otto Hasibuan, menyatakan untuk tetap
menjaga komitmen dengan Ketua Mahkamah Agung, menjaga
kehormatan profesi advokat itu sendiri, termasuk Peradi karena sudah
mengundang perwakilan-perwakilan Peradi seluruh Indonesia.

10
Maka apa pun yang terjadi, acara di Mahkamah Agung pada
tanggal 24 Juni tersebut, harus tetap terlaksana. Dan kemudian,
ternyata pada tanggal 24 Juni 2010, acara penandatanganan
kesepakatan bersama antara Peradi dengan KAI ditandatangani di ruang
Muchtar Kusuma Atmadja Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Demikian pernyataan kesaksian fakta dari kami.
Terima kasih, Wassalamualaikum wr. wb.

60. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam.
Berikut Saudara Tazman Gultom. Silakan, Pak.

61. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): TAZMAN GULTOM

Terima kasih, Yang Mulia. Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi


yang saya muliakan, hadirin dan rekan-rekan profesi yang saya cintai.
Dalam kesempatan sidang yang terhormat ini, saya akan menyampaikan
keterangan sebagai Saksi Fakta dari Pihak Terkait yaitu DPN Peradi.
Nama lengkap saya, Tazman Gultom, jabatan saya sebagai Wakil Sekjen
Dewan Pengurus Pusat Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia,
selanjutnya saya sebut HAPI. Saya nyatakan dalam Sidang yang
terhormat ini, jabatan ini saya sudah konfirmasikan kepada ketua umum
kami, sayangnya tidak hadir hari ini, yaitu rekan Suhardi Somomoeljono.
Sebelumnya, saya sampaikan bahwa keterangan saya ini akan
saya mulai dengan periode-periode kepengurusan HAPI sebelum
dilaksanakannya Munas bulan Juni 2004. Sebelum itu, Ketua Umum HAPI
adalah H. A. Z. Arifin Syafii, Sekjennya Soehardi Somomoeljono. Pada
bulan Juli tahun 2004, ketika itu DPP HAPI melaksanakan Munas di Hotel
Century Jakarta dengan agenda pemilihan hanya satu saja, yaitu memilih
Ketua Umum dan Sekjen DPP HAPI dengan sistem paket.
Dalam putaran kedua muncul 2 pasang kandidat yaitu Jimmy Budi
Haryanto dan Elza Syarief, dan Soehardi Somomoeljono, serta
Mahendradatta. Jimmy Budi Haryanto dan Elza Syarief terpilih menjadi
Ketua Umum dan Sekjen. Munas DPP HAPI menghasilkan beberapa
keputusan yang beberapa diantaranya adalah; pertama, mendukung dan
turut serta secara aktif atas lahirnya wadah tunggal advokat, pengertian
yang lahir ketika itu sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat. Yang kedua, membentuk LBH (Lembaga Bantuan
Hukum) DPP HAPI. Ketika…, ketiga, membentuk pendidik…, membentuk
pusat pendidikan dan pelatihan advokat DPP HAPI yang selanjutnya saya
terpilih sebagai direktur pendidikan, sekretarisnya adalah Maria Kaisarina
Salikin, bendaharanya adalah Iin, dibantu dengan beberapa anggota-
anggota lainnya dengan nama P3A yaitu Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Advokat. P3A ini terbentuk hampir di seluruh DPD HAPI se-Indonesia.
Selanjutnya pelantikan pengurus periode Jimmy Budi Haryanto dan Elza

11
Syarief dilaksanakan di Hotel Borobudur dan saya dipilih menjadi Wakil
Sekjen pertama.
Tahun 2005 setelah Munas, setidak-tidaknya setelah bulan Juli
2004 atau awal tahun 2005, hasil rapat dewan pengurus harian DPP
HAPI mengirim pengurusnya untuk rapat pembentukan dan penamaan
wadah tunggal advokat di Hotel Yasmin Cipanas. Ketika itu yang hadir
dari DPP HAPI yang saya ingat adalah; satu, Jimmy Budi Haryanto
sebagai Ketua Umum, Haji Isomi sebagai Ketua, Andi Hakim sebagai
Ketua, Umar Tuasikal sebagai Ketua, Johnson Siregar sebagai Wakil
Sekjen, dan saya sendiri Tazman Gultom sebagai Wakil Sekjen.
Ketika rapat pembentukan dan penamaan wadah tunggal
advokat, saya masih ingat betul beberapa nama dari rekan-rekan yang
hadir di Yasmin Hotel dari organisasi awal yang lain yaitu…, yang saya
ingat ini; Otto Hasibuan, Leo Simorangkir, Denny Kailimang, Hari Pontoh,
Teguh Samudera, dan Indra Sahnun Lubis. Pertemuan 8 organisasi di
Yasmin tetap sepakat terbentuknya wadah tunggal, dalam pengertian
ketika itu bentuk wadah tunggal yang disepakati ketika itu. Penamaan
betul tertunda, sebab ketika itu hampir disepakati wadah tunggal yang
bernama PAI yaitu Perhimpunan atau Persatuan Advokat Indonesia.
Namun nama PAI sementara tidak disepakati peserta lain yang dalam
pengertian wong kito, itu istilah ketika itu di Sumatera Selatan, PAI
mempunyai arti yang kurang sedap didengar, saya sendiri tidak mengerti
apa artinya.
Selanjutnya deklarasi rapat di Nikko Hotel tanggal 21 Desember
2004, Deklarasi Peradi. Disepakati oleh 8 organisasi awal lahirnya wadah
tunggal advokat yang bernama Peradi. Jimmy Budi Haryanto dan Elza
Syarief menandatangani nota kesepakatan sebagai Ketua Umum dan
Sekjen sesuai amanah hasil Munas DPP HAPI di Hotel Century Jakarta.
Dalam kepengurusan pertama Peradi, Jimmy Budi Haryanto duduk
sebagai salah satu Ketua Ex Officio, Elza Syarief duduk sebagai Wakil
Sekjen Ex Officio. Tahun 2005, 8 organisasi bekerja sama dengan
Pascasarjana Universitas Indonesia untuk membentuk PKPA dan saya
Tazman Gultom, Meti, itu salah satu Ketua di DPP HAPI, Safril Partang
itu Ketua DPD HAPI Jakarta, ikut serta sebagai perwakilan DPP HAPI.
Ketua pelaksana ketika itu adalah Humphrey Djemat dan Chandra
Hamzah yang sekarang sebagai Ketua KPK.
Selanjutnya Peradi membentuk PUPA tahun 2005, DPP HAPI
mengirim Umar Tuasikal sebagai Anggota PUPA. Umar Tuasikal sebagai
salah satu Ketua di DPP HAPI melalu asas perwakilan. Pelaksanaan ujian
pertama sekali yang dilaksanakan Peradi melalui PUPA, saya ditunjuk
dan dipilih sebagai observer di Jakarta sebagai perwakilan HAPI. Tahun
2006-2007 saya tidak terpilih menjadi observer sebab saya berbeda
pendapat dengan rekan-rekan di DPP HAPI. Tahun 2008 saya sebagai
observer DPP PUPA di Surabaya…., DPP PUPA di Surabaya dan juga
sebagai korektor ujian. Tahun 2009 saya sebagai observer DPP PUPA di
Lampung dan juga sebagai observer. Tahun 2010 saya sebagai anggota

12
PUPA, PUPA adalah Panitia Ujian Profesi Advokat, juga sebagai observer
di Bandung. Untuk kegiatan, baik sebagai observer dan atau sebagai
korektor PUPA, DPP HAPI terwakili dengan aktifnya nama rekan-rekan
saya sebagai berikut; Maria Caezarina Salikin (Wakil Sekjen), Tazman
Gultom (Wakil Sekjen), saya sendiri, Johnson Siregar (Wakil Sekjen), dan
Ketua DPD HAPI Jawa Barat, H. Munir Sidqon sebagai Wakil Sekjen.
Dalam perjalanan DPP HAPI era Jimmy Budi Hariyanto dan Elza
Syarief, di tengah jalan kepengurusannya suasana DPP HAPI sudah
dapat dikatakan kurang harmonis. DPP HAPI melaksanakan Raker dan
Putusan Raker mengganti Sekjen Elza Syarief kepada Suhardi
Somomoeljono. Suhardi Somomoeljono selanjutnya kembali menjadi
Sekjen, Ketua Umum tetap dipegang oleh Jimmy Budi Hariyanto. DPP
HAPI kembali melaksanakan Raker yang diperluas. Putusannya adalah
Jimmy Budi Hariyanto berhenti menjadi Ketua Umum, Suhardi
Somomoeljono menjadi Ketua Umum, dan Umar Tuasikal menjadi
Sekretaris Jenderal.
Masa sidang Perkara Nomor 66, 71, 79 yang sedang kita ikuti ini
saya bertemu kembali dengan Ketua Umum saya yaitu…, saya biasanya
panggil Mas Suhardi Somomoeljono di gedung Mahkamah Konstitusi
sebelum sidang dimulai dan saling bertegur sapa dengan baik dan
sopan. Saya sempat bertelepon via handphone sebelum sidang kedua.
Dan rekan saya Suhardi Somomoeljono sebagai Ketua Umum
menyatakan dengan tegas bahwa saya masih tetap sebagai Wakil Sekjen
di era beliau, walaupun sampai sekarang saya belum pernah menerima
SK keputusan dari beliau.
Fakta-fakta lain yang saya bisa sampaikan adalah beberapa DPD
HAPI, para pengurusnya, dan anggotanya tetap setia bergabung di
Peradi. Contohnya seperti DPD Lombok, Mataram, DPD Makasar, DPD
Pekanbaru, DPD Ambon, DPD Bali, dan DPD Jawa Barat. Bahwa HAPI
menyatakan diri keluar dari Peradi hanya merupakan keinginan beberapa
personal yang duduk di DPH DPP Peradi. Ini bukan pendapat saya, ini
adalah faktanya. Bahwa HAPI berafiliasi dengan organisasi advokat di
luar Peradi, hal itu tanpa melalui garis-garis kebijakan organisasi seperti
Raker maupun Munas.
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia, kesaksian saya ini
terkesan tidak tersusun dengan runtut, sebab data-datanya masih
tersimpan baik oleh saudara saya yang baik yaitu Suhardi
Somomoeljono, sayang tidak ada di sini, seharusnya saya memberikan
hormat kepada beliau. Walaupun kami berbeda tempat duduk tadinya,
tetapi hati saya tetap hormat kepada Ketua Umum saya yaitu Suhardi
Somomoeljono.
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia dan hadirin yang
saya cintai, demikian kesaksian saya ini, saya ucapkan dengan sebenar-
benarnya. Terima kasih, selamat siang.

13
62. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik, dilanjutkan Saudara Thomas Edison Tampubolon.

63. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): THOMAS EDISON


TAMPUBOLON

Terima kasih, Pak Ketua. Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi


Yang Mulia, Perkara Nomor 66, 71, dan 79/PUU-VIII/2010 tentang
Advokat. Kami Thomas Edison Tampubolon yang dipercayai Peradi untuk
menjadi Ketua Panitia Ujian Profesi Advokat atau PUPA sejak tahun 2005
sampai dengan saat ini. Dan sudah kami melaksanakan ujian profesi
advokat selama 6 kali. Pada saat ini juga kami juga menjabat sebagai
Ketua Sertifikasi Ujian dan Magang Peradi periode 2010/2015 era setelah
Munas pertama Peradi, akhir April 2010 yang lalu di Pontianak.
Pada kesempatan ini, Pak Ketua dan Majelis Mahkamah Konstitusi
Yang Kami Muliakan, kami menyampaikan penjelasan tentang ujian
profesi advokat yang diselenggarakan Peradi. Dasar hukum untuk
pelaksanaan ujian profesi advokat ini yaitu Pasal 3 ayat (1) huruf f
Undang-Undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003 yang berbunyi sebagai
berikut, “Untuk dapat diangkat menjadi advokat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut; huruf f…, lulus ujian yang diadakan
organisasi advokat.” Dan Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut,
“Yang dapat diangkat sebagai advokat adalah sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan
khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh organisasi advokat.
Mengenai organiasai advokat yang dimaksud, yang menurut kami
tidak lain adalah Peradi, ini adalah pendapat kami baik secara historis, de
facto, de jure, kami tidak bacakan secara keseluruhan pendapat kami
mengenai hal ini. Tapi akan kami sampaikan nanti kepada kuasa hukum
yang terkait berkaitan dengan hal itu.
Kemudian khusus menyangkut mengenai Ujian Profesi Advokat
atau UPA Peradi. Syaratnya sesuai dengan perundang-undangan, yang
tadi kami sudah bacakan, yaitu bahwa dia adalah warga negara
Indonesia, sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum yang
ijazahnya telah dilegalisir oleh perguruan tinggi yang mengeluarkannya
dan telah mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat atau kita…, kami
singkat PKPA yang diadakan oleh Peradi. Dalam Pendidikan Khusus
Profesi Advokat atau PKPA sebanyak minimum 19 materi yang diajarkan
dan kurang lebih 58 jam. Materi ujian yang profesi advokat hanya 8
materi saja yaitu peran fungsi dan perkembangan organisasi advokat,
kode etik advokat indonesia, hukum acara perdata, hukum acara pidana,
hukum acara perdata agama, hukum acara peradilan hubungan
industrial, hukum acara peradilan tata usaha negara, dan untuk ujian
essay ujian hukum acara perdata atau alternatif penyelesaian sengketa,
jadi dipilih salah satu.

14
Sebagaimana kami telah jelaskan tadi, Majelis yang kami
muliakan, bahwa ujian dilaksanakan sejak tahun 2005 sampai dengan
2010 sudah 6 kali dan demikian daftarnya yang mengikuti dan serta
yang lulus ujian tersebut. Pada tahun 2005 jumlah ujian…, di jumlah
kota…, tempat ujian yaitu 18 kota di seluruh Indonesia, kemudian
peserta yang hadir 6.606 orang dan peserta yang lulus 1.944 atau
kurang lebih 29,42% yang lulus. Tahun 2006 di 18 kota peserta 3.485,
yang lulus 593 orang atau 17,01%. Tahun 2007 di 16 kota, peserta ujian
5.628, yang lulus 1.659 atau 29,47%. Tahun 2008 di 19 kota pesertanya
3.816 dan yang lulus 1.323 atau 34,66%. Kemudian tahun 2009 di 17
kota, pesertanya 3.481 dan yang lulus 1.917 orang atau 55,07%, yaitu
nilai yang lulus yang tertinggi pada saat ini. Dan terakhir tahun 2010
yang lalu diadakan ujian di 14 kota dengan peserta 3.325 orang dan
yang lulus 833 atau 25,05%. Jadi total secara keseluruhan yang ikut
ujian 26.341 dan yang lulus 8.269 atau 31,40%.
Peningkatan mutu menuju advokat yang bermutu. Ujian Profesi
Advokat atau UPA diadakan sesuai amanat atau perintah Undang-
Undang Advokat untuk melahirkan advokat yang bermutu yaitu
profesional dan proporsional. Memang tidak secara instan kita
melahirkan advokat yang demikian, tapi dengan kesungguhan,
kejujuran, dan kesabaran serta konsisten kami yakin akan kita lahirkan
para advokat yang bermutu tersebut di tahun-tahun mendatang. Itulah
obsesi kami, itulah obsesi Peradi, dan juga itulah obsesi pembuat
Undang-Undang Advokat tersebut yang pada akhirnya bermanfaat pada
para pencari keadilan atau justicia belen. Jangan sampai terjadi tirani
advokat yang tidak profesional pada kliennya seperti istilah Bapak Hakim
Garuda Nusantara, Ahli yang telah berkesaksian yang sebelumnya.
Untuk menjaga pelaksanaan ujian secara profesional dan tidak
ada permainan atau kami istilahkan zero KKN, kami bekerjasama dengan
pihak luar atau outsourcing yang berpengalaman dan mempunyai
reputasi internasional. Pihak outsourcing bertugas untuk antara lain:
a. Menetapkan soal-soal pilihan ganda dan esai yang akan diujikan dan
mencetak buku soal tersebut.
b. Soal-soal dari tim soal yang dibuat dalam minimum 5 paket soal tapi
tim tidak pernah tahu paket soal mana yang akan keluar dan paket
soal tersebut tahun demi tahun makin bertambah.
Kemudian melakukan pendaftaran dan verifikasi dokumen
pendaftar, melakukuan pengawasan pada saat ujian. Dalam pelaksanaan
UPA berbagai rintangan kami sebagai panitia ujian profesi advokat
hadapin, tekad kami panitia ujian yaitu bahwa harus bisa kita para
advokat di Peradi buktikan bahwa ujian profesi advokat berjalan dengan
jujur, adil, tanpa…, atau zero KKN. Pada mulanya pada saat diumumkan
hasil ujian profesi advokat tahun 2005 kami didemo keras oleh peserta
yang tidak lulus dengan berbagai tuduhan antara lain ada soal yang
bocor, ada yag lulus karena menyogok panitia, dan lain sebagainya, kami
meminta buktinya tetapi tidak dapat dibuktikan sampai dengan saat ini.

15
Ada pese…, ada pejabat tinggi yang anaknya tidak lulus tapi
mereka tidak protes dan juga Saudara dari pengurus teras DPN Peradi
juga tidak lulus mereka juga dapat menerima. Bahkan seorang bekas
Kapolri tidak lulus ujian pertama kemudian ikut lagi ujian dan baru lulus
ujian kedua. Wartawan senior teman baik kami sendiri dan Ketua Umum
Peradi, Otto Hasibuan, teman baiknya, 3 kali ikut ujian dan baru ujian
ketiga dia lulus.
Kami pernah mendapat surat dari Abang Adnan Buyung Nasution
untuk meluluskan beberapa orang pembela umum di LBH tapi kami
menjawab surat beliau dengan menjelaskan, “Ujian dilaksanakan secara
murni karena hanya jawaban peserta ujian yang dapat meluluskan yang
bersangkutan.” Abang dapat menerima atau setidaknya tidak
mempersoalkannya. Verifikasi calon advokat eks-KAI sebagai tindak
lanjut dari piagam kesepahaman antara Peradi dan KKAI di Mahkamah
Agung Republik Indonesia pada tanggal 24 Juni 2011, seperti tadi rekan
saya Achiel Suyanto tadi sudah menyampaikan, DPN Peradi telah
menetapkan kebijakan untuk menyelesaikan persoalan calon advokat
KAI, sebagaimana diumumkan dalam pengumuman di harian Kompas
edisi Rabu 22 September 2010. Dari seluruh Indonesia telah masuk
sebanyak 958 Pemohon untuk eks-KAI untuk diverifikasi dan sebanyak
806 syarat..., sudah memenuhi syarat lengkap, dan 152 belum lengkap
syaratnya.
Kepada mereka yang sudah memenuhi syarat akan diberikan
kartu sementara Peradi, dan yang belum lengkap diminta untuk
melengkapi syaratnya. Ternyata masih banyak permintaan dari calon
advokat agar bisa dibuka lagi pendaftaran susulan, dan DPN Peradi
menetapkan untuk melakukan verifikasi tahap kedua atau yang terakhir.
Demikianlah penjelasan kami sebagai Saksi dalam perkara ini dan
mudah-mudahan bermanfaat sebagai masukan untuk Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi Yang Mulia. Dan terima kasih atas perhatiannya.

64. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik, terima kasih Pak Thomas.


Saya persilakan Saudara Dr. Fauzie Yusuf Hasibuan.

65. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. FAUZIE YUSUF


HASIBUAN

Bismillahirahmanirrahim, Assalamualaikum wr. wb.


Selamat siang kepada Saudara-Saudara sekalian. Majelis
Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan, izinkan kami memberikan
keterangan yang diminta sebagai Saksi Fakta, sebagaimana kami uraikan
di bawah ini.
Profesi advokat merupakan salah satu profesi yang sudah mapan
dan memiliki peran besar dalam pembangunan negara dan

16
pembangunan hukum di Indonesia. Dikatakan sebagai profesi yang
mapan karena keberadaan profesional bidang hukum ini telah ada sejak
sebelum Indonesia merdeka. Profesi ini juga mensyaratkan kualifikasi
tertentu, saya ulangi kembali memenuhi syarat kualifikasi tertentu yang
harus dipenuhi bagi mereka yang ingin bekerja dalam bidang yang
sangat spesifik ini. Untuk dapat bekerja sebagai advokat seseorang
harus menempuh pendidikan tinggi hukum dan mengikuti tahap-tahap
ujian, dan pengakuan formal profesional atas kualifikasi dan kompetensi
yang dimiliki dan diperlukan untuk dapat menyandang profesi advokat di
Indonesia.
Sejak kemunculannya hingga kini profesi advokat Indonesia telah
melewati tahap perkembangan dan kemajuan yang sangat dinamis,
dinamika perkembangan dan kemajuan profesi advokat dapat ditilik pada
eksistensi profesionalitas, organisasi kelembagaan dan juga landasan
hukum yang ditabalkan dalam legislasi nasional, khususnya dengan
perkembangan mutakhir berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat.
Dengan adanya landasan hukum dan bentuk undang-undang ini
tampaknya implikasi penting pada;
a. Konfirmasi formal, legalitas profesi advokat, dan organisasi
institusionalnya dalam sistem hukum di Indonesia.
b. Jaminan mutu dan/atau standarisasi profesionalitas advokat secara
institusional dan berkelanjutan.
Namun demikian, jika diletakkan dalam kerangka sistem
pendidikan tinggi di Indonesia dan tantangan kerangka kualifikasi secara
nasional dan internasional, pendidikan profesi advokat yang selama ini
diselenggarakan dengan pendekatan pendidikan khusus PKPA atau PKPA
istilah Undang-Undang Advokat, dapat dikatakan masih merupakan
langkah awal dan memerlukan pengembangan serta penyempurnaan.
Majelis Mahkamah Konstitusi yang saya muliakan, mengacu
kepada pasal..., mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003, ada kedua tekanan 2 pasal yang menyebutkan pengertian dan
pemahaman tentang pendidikan. Yang pertama adalah Pasal 2 ayat (1)
yaitu syarat diangkat menjadi advokat. Kemudian Pasal ketiga adalah
pilihan kekhususan bidang tertentu, disebut dengan Pasal 3 ayat (2), di
dalam Undang-Undang Advokat itu ada kedua pasal, Pasal 2 ayat (1)
dan Pasal 3 ayat (2).
Oleh karena itu Saudara-Saudara, pada saatnya di tahun 2003,
pada tahun 2003, bermula pada..., mohon maaf..., karena itu salah satu
organ pendukung yang pertama dibentuk Peradi adalah Komisi
Pendidikan Profesi Advokat Indonesia (KP2AI), jadi nama pertama dari
komisi pendidikan itu adalah Komisi Pendidikan Profesi Advokat
Indonesia (KP2AI) dengan Surat Keputusan Nomor 3 Peradi Tahun 2005
tanggal 21 Maret 2005, berdasarkan keputusan ini diangkat 2 orang
advokat dalam rangka melaksanakan pendidikan itu, yang pertama, Dr.
H. Fauzi Yusuf Hasibuan, S.H., M.H., sebagai Ketua dan Prof. Dr. Felix O.

17
Subagio, S.H., LL.M., sebagai Wakil Ketua Komisi Pendidikan Profesi
Advokat.
Tujuan dibentuknya KP2AI adalah untuk mengurus secara teknis
pelaksanaan Pendidikan Khusus Profesi Advokat. Pada bulan Mei 2005
KP2AI langsung menyiapkan petunjuk pelaksanaan program Pendidikan
Khusus Profesi Advokat berupa sebuah buku. Petunjuk pelaksanaan ini
memberikan gambaran tentang PKPA dilaksanakan, setelah sekitar 1
tahun dilaksanakan tepatnya akhir 2006 Komisi Pendidikan Profesi
Advokat bekerja sama dengan Fakultas Hukum Tarumanegara Jakarta
mengadakan evaluasi atas petunjuk pelaksanaan tersebut, hasilnya pada
tanggal 8 Desember 2006 diterbitkan petunjuk pelaksanaan baru yang
merupakan penyempurnaan atas petunjuk pelaksanaan yang lama.
Dalam pelaksanaan PKPA, Peradi..., Peradi menyelenggarakannya
dengan bekerja sama dengan organisasi pendiri Peradi, dan perguruan
tinggi seluruh wilayah Indonesia, serta institusi lain yang berwenang
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Sekarang ini, dengan telah makin banyaknya cabang-cabang
Peradi terbentuk kewenangan guna melakukan kerja sama langsung
dengan perguruan tinggi dan instansi lain tersebut, telah dimulai
didelegasikan kepada cabang-cabang perhimpunan advokat di seluruh
daerah.
Majelis Mahkamah Konstitusi yang kami muliakan, kami ingin
memberikan tekanan kepada…, bahwa sesungguhnya, walaupun ada
suatu istilah pendidikan yang disebutkan di dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2003, kemudian disebut dengan Pasal
3 ayat (2) tentang Continue Legal Education, itu tidak berarti bahwa
Peradi dengan kesewenang-wenangan, walaupun dia memberi…,
melaksanakan otoritas pendidikan…, otoritas Undang-Undang Advokat,
melaksanakan sendiri. Kami tahu berdasarkan Undang-Undang Nomor
…, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
pemben…, pelaksanaan pendidikan itu hanya boleh sesuai dan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas.
Oleh karena itu, kebijakan yang dilakukan oleh Peradi adalah
melakukan harmonisasi ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Sistem
Pendidikan Nasional. Sehingga otoritas pendidikan ini, direkrutlah
berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Bapak dan Ibu Majelis Hakim Konstitusi yang dimuliakan, pada
tahun 2005, bekerja sama pelaksanaan pendidikan ini dilakukan atas 121
perguruan tinggi di seluruh Indonesia dan/atau lembaga pendidikan
profesional yang telah diberikan izin oleh Pemerintah, telah
melaksanakan jumlah peserta 7.840 peserta pendidikan khusus profesi
advokat. Yang kedua, pada tahun 2006, ada tambahan 12 jumlah
penyelenggara…, 12 jumlah penyelenggara dan telah mengadakan

18
jumlah peserta 694 orang. Kemudian pada tahun 2007, jumlah
penyelenggara 60…, 60 terdiri dari perguruan tinggi, kemudian jumlah
peserta yang melaksanakannya…, yang dilaksanakan adalah 4.738
orang. Kemudian pada tahun 2008, jumlah penyelenggara 49 perguruan
tinggi dan lembaga profesional, jumlah pesertanya adalah 3.928 peserta.
Pada tahun 2009, 52 penyelenggara di seluruh Indonesia terdiri dari
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga profesional, jumlah peserta yang
dilaksanakan adalah 3.187 peserta. Yang keenam, tahun 2010, 47
penyelenggara terdiri dari perguruan tinggi dan lembaga profesional,
telah menyelenggarakan peserta dengan 3.350. Pada tahun…, nomor
tujuh, pada tahun 2011 dengan tambahan 6 penyelenggara telah
menyelenggarakan peserta pendidikan 520. Sehingga total seluruh
jumlah peserta yang dilaksanakan dimulai tahun 2005 sampai 2011
adalah 2.000…, 24.257 peserta PKPA.
Bapak dan Ibu, selanjutnya kami ingin menambahkan. Oleh
karena ada tekanan di pada…, dalam Pasal 3 ayat (2) itu mengatakan
ada…, setelah diangkat menjadi advokat, ada regulasi tertentu yang
mengatur seseorang advokat untuk bisa berpraktik di dalam bidang-
bidang spesialisasi tertentu, umpamanya bidang perpajakan, bidang
HaKI, bidang pendi…, bidang pasar modal, kurator, dan sebagainya,
nama-nama yang terakhir kami sebutkan, ini mempunyai regulasi
sendiri, sehingga akhirnya di bawah otoritas Peradi, Peradi juga
melaksanakan pendidikan-pendidikan seperti…, dilaksanakan oleh
Anggota Peradi HKHPM berupa pasar modal, kemudian anggota-anggota
yang dikirimkan untuk mengikuti HaKI, dan lain-lain.
Kemudian selanjutnya, oleh karena lonjakan yang akan kita
laksanakan sesuai dengan Pasal 2 ayat (1), disyaratkan untuk diangkat
menjadi…, menjadi advokat itu adalah mengikuti PKPA, namun
selanjutnya di dalam Pasal 3 ayat (2) ada Continue Legal Education dan
kemudian kami hubungkan kembali dengan ketentuan-ketentuan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, stressing
utamanya di dalam Pasal 4 ayat (6), Pasal 54 ayat (2) dan ayat (1),
kemudian Pasal 25 ayat (1), (2), dan (3), yang khususnya mengatakan,
“Perguruan tinggi menetapkan syarat kelulusan untuk mendapatkan
gelar akademik, profesi, atau vokasi.”
Sehingga dengan demikian, kami telah melakukan kerja sama
dengan beberapa perguruan tinggi dan kita mengambil pilot project-nya
di daerah kawasan Jawa, itu mengambil pilot project pada Universitas
Gadjah Mada dan Universitas Islam Indonesia untuk melaksanakan
pendidikan dengan double degree yaitu Integrasi Kurikulum Pendidikan
Khusus Profesi dengan Sisdiknas atau Magister Hukum Advokat. Itu
dilaksanakan di Universitas Gadjah Mada dan di UII, kemudian
dilaksanakan…, sekarang sedang dilaksanakan di Airlangga. Kemudian,
sedang dilaksanakan…, diberikan otoritasnya kepada Undip. Kemudian,
Universitas Ujung Pandang. Selanjutnya akan kita laksanakan di UI dan
di, di…, di Universitas Sumatera Utara, dan Unsri di Palembang. Itulah

19
kira-kira program lanjut yang sedang kita laksana…, yang sedang
dilaksanakan oleh Peradi dalam rangka menindaklanjuti amanah
sebagaimana disampaikan oleh Pasal 28 Undang-Undang Advokat,
tentang…, apa namanya itu…, tentang satu-satunya organisasi profesi
yang melaksanakan otoritas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 itu.
Mudah-mudahan keterangan dan penjelasan-penjelasan kami ini
dapat bermanfaat di dalam forum ini dan selanjutnya seluruh fakta-fakta
yang nanti akan kami persiapkan akan kami serahkan kepada tim
penasihat hukum kami untuk dijadikan sebagai fakta dalam perkara ini.
Terima kasih, selamat siang, Wabillahi Taufik Hidayah,
Wassalamualaikum wr. wb.

66. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam.
Saya persilakan Dr.Lintong Oloan Siahaan.

67. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): LINTONG OLOAN


SIAHAAN

Selamat siang dan salam sejahtera buat kita sekalian. Yang Mulia
Majelis Hakim Konstitusi, perkenankan saya sebagai Saksi Fakta dari
Pihak Terkait Peradi, dalam mengemukakan pengalaman saya dalam
menempuh ujian advokat.
Nama saya adalah Dr.Lintong Oloan Siahaan, S.H., saya
pensiunan hakim, terakhir Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara di
Medan. Kemudian, saya juga dosen di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, baik strata 1, strata 2, di Fakultas Hukum Pelita Harapan,
Atmajaya, dan juga saya dosen di pelatihan hakim maupun di PKPA
berbagai PKPA, dan juga di…, apa namanya…, diklat-diklat seperti
pertanahan, badan pemeriksa keuangan, dan lain-lain.
Pengalaman saya mengikuti ujian ini, begitu saya pensiun 3,5
tahun yang lalu, saya masih merasa mempunyai keinginan untuk
melanjutkan kemampuan praktisi saya, meskipun saya pensiun sebagai
hakim, dan untuk menyalurkan itu adalah mengikuti program advokat.
Kemudian segera setelah itu, untuk mewujudkan itu, saya mengikuti
PKPA meskipun saya juga dosennya, waktu itu di Medan. Kemudian,
saya mengikuti…, mendaftar ujian, kalau enggak salah tahun 2007,
barangkali itu. Di dalam mengikuti, mendaftar ujian itu dan saya
mengikuti ujian, ada kesalahan-kesalahan berpikir yang saya anut pada
waktu mengikuti, saya anggap enteng mengenai ujian ini, karena saya 2
kali mengalami kegagalan. Yang ketiga saya baru berhasil.
Kegagalan saya yang pertama, kesalahan bepikir saya adalah saya
ini kan mantan hakim yang sudah luar biasa pengalaman 30 tahun, masa
ya saya enggak bisa lulus. Itu kesalahan yang pertama.

20
Kemudian, yang kedua, hakim hakim apa…, pengacara-pengacara
senior ini sudah banyak bertemu dengan saya di persidangan, semua
kawan-kawan ini. Mohon maaf, termasuk Bang Buyung Nasution, Mulya
Lubis, dan Pak Simorangkir, serta Pak Maruli Simorangkir barangkali
yang di belakang kita ini sudah tidak asing lagi, sering berhadapan
dengan kita, dia Pak, masa mereka-mereka ini tidak meluluskan saya, ini
pemahaman yang kedua.
Kemudian atas dasar itu, saya…, kekeliruan saya itu, saya
mengikuti ujian itu, di…, waktu itu penyelenggaraan di Universitas
Indonesia. Nah, di dalam saya mengikuti ini, begitu saya melihat soal-
soal itu, dan saya lakukan termasuk esai, saya menyatakan dalam diri
saya, “Saya keliru dan saya tidak akan lulus,” pada waktu itu. Ternyata,
yang saya bayangkan itu, “Saya tidak akan lulus,” kemudian, pada
pengumuman di…, di internet saya baca, saya cari nama saya yang
lulus, ternyata saya tidak lulus. Saya bertelepon dengan kawan-kawan
yang juga Profesor Doktor, antara lain Prof. Dr. Aloysius Wiyono, Ahli
Perburuhan atau Ahli Hubungan Industrial, juga mengalami tidak lulus
juga.
Nah, saya kesal, kok enggak bisa lulus saya dalam soal ini. Tetapi
di dalam pikiran saya muncul pemahaman, “Saya enggak lulus ini bukan
kesalahan siapa-siapa, kesalahan saya sendiri, kenapa saya tidak
mempersiapkan diri, melatih diri untuk itu,” waktu itu. Nah, untuk itu
saya mempersiapkan diri dan betul-betul saya tunggu 1 tahun lagi, saya
akan ambil 1 tahun lagi. Nah, saya persiapkan betul-betul, saya melatih
diri, dan saya memang benar-benar sudah siap. Tapi ada kekeliruan saya
yang kedua, waktu penyertaan yang kedua itu tahun berikutnya ini, 2008
barangkali…, akhir 2008, waktu itu saya begitu sibuk sebagai Pelaksana
Ketua Program Studi Hukum di Pelita Harapan, saya terlalu sibuk
mendapat tugas dari rektor dan yayasan untuk menyusun portofolio
dalam rangka penilaian akreditasi daripada waktu itu. Begitu tersita
waktu saya, meskipun saya sudah siap, saya lupa mendaftar. Akhirnya
sekretaris saya mengatakan bahwa Bapak sudah daftar? “Belum.” “Lha,
sudah lewat.” “Lewat berapa lama?” “Satu minggu.” Kira-kira gitu kan.
Nah, penyelenggaraan ujian mungkin 2 atau 3 minggu lagi waktu itu.
“Wah, bagaimana ini? Masa kawan-kawan enggak bisa menolong saya.”
Saya hubungi beberapa kawan, termasuk Pak Thomas Tampubolon ini
yang juga dekat dalam segi pekerjaan dengan saya. “Pak Thomas, aku
terlambat satu minggu, tolong saya ini pendaftar aku sudah benar-benar
siap ini…, untuk ini.” Tetapi waktu itu dengan segala apa namanya…,
sopan santunnya Pak Thomas ini, “Enggak bisa Pak Siahaan, enggak
mungkinlah ini sudah tutup, jangan. Karena peraturan mengatakan
demikian.”
Saya kesal lagi yang kedua, tetapi tetap saya tanggap
mengatakan, “Ini bukan kesalahan mereka, kesalahan saya. Kenapa saya
enggak melihat pengumuman, kenapa enggak tanya informasi, kenapa
saya enggak lihat pengumuman di internet.” Alasan bahwa saya sibuk,

21
bukan alasan. Akhirnya saya tetap bercita-cita untuk menjadi advokat,
“Satu tahun lagi saya akan tunggu kamu, masa ya saya enggak lulus.”
Saya pikir gitu.
Akhirnya 2009, saya enggak mau kecolongan lagi, pelatihan-
pelatihan PUPA waktu itu saya ikuti dan saya betul-betul tentir saya
melatih diri membulat-bulatin dengan pinsil 2B. Dan mengapa luar
kepala itu bentuk gugatan dan surat kuasa yang saya suruh istri saya
mendengar, saya betul-betul…, titik koma saya pelajari dan saya hafal.
“Mau kemana kamu? Masa saya enggak lulus.” Begitulah waktu itu. Dan
sehari sebelum ujian di Universitas Tarumanegara, saya juga enggak
mau kecolongan. Saya survei tempat, saya melihat di ruangan mana
saya, kelompok mana saya, di lantai mana saya, di kelas mana, di mana
kursi saya, supaya besoknya saya jangan kerepotan oleh adanya
kesibukan-kesibukan lalu lintas dan sebagainya. Saya betul-betul saya
tahu saya harus di mana saya duduk.
Nah, pada waktu esokan ikut ujian, betul-betul saya lakukan
semua apa yang…, apa ini…, Puji Tuhan setelah pengumuman, saya
lulus. Inilah pengalaman saya dan saya sudah sedikit-sedikit berpraktik
di mana-mana bahkan di muka Yang Mulia Hakim Konstitusi inipun, saya
sudah pernah mewakili klien saya dalam kasus Pilkada. Kira-kira
demikian, Yang Mulia dan hadirin sekalian pengalaman saya yang saya
katakan…, yang saya perlu kemukakan, mudah-mudahan pengalaman ini
bisa membantu bahwa one day dan seterusnya kita akan berhasil
menciptakan advokat-advokat yang profesional dan benar-benar handal,
bisa dibanggakan oleh para the user atau masyarakat yang
menggunakannya.
Terima kasih, sekian penjelasan saya.

68. KETUA: ACHMAD SODIKI

Terima kasih, Pak Lintong. Selamat sudah lulus.


Berikutnya Pak H. M. Lutfie Hakim.

69. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Saya memperkenalkan diri saya, saya Muhammad Lutfie Hakim.
Saya adalah Sekretaris Jenderal Ikatan Penasihat Hukum Indonesia
tahun 2003 hingga 2007, saya juga Wakil Sekretaris di KKAI, Komite
Kerja Advokat Indonesia, sekitar 2003 sampai 2005, dan saya sekarang
sudah tidak aktif lagi di organisasi. Saya sekarang aktif di dunia
akademisi, saya sekarang adalah Dekan pada Fakultas Hukum
Universitas Jayabaya.
Bapak-Bapak Hakim yang saya muliakan. Tadi sudah disampaikan
oleh salah seorang rekan saya, berkaitan dengan sejarah tumbuh

22
berkembangnya organisasi advokat di Indonesia. Saya akan
menambahkan tentang bagaimana pertumbuhan advokat itu sendiri atau
perkembangan advokat itu sendiri sebelum dan setelah Undang-Undang
Advokat. Sebelum Undang-Undang Advokat lahir, Undang-Undang
Advokat ini…, advokat ini berada dalam situasi yang menurut hemat saya
buruk sekali. Pada waktu itu ada 2 kriteria orang bisa praktik sebagai
pengacara. Yang pertama adalah pangacara praktik, dia bisa praktik
hanya di provinsi di mana dia diangkat. Kemudian yang kedua adalah
advokat, di mana dia diangkat oleh Menteri Kehakiman dan bisa praktik
di seluruh wilayah Republik Indoneisa.
Untuk menjadi pengacara praktik, Yang Mulia, hampir semua
provinsi menerapkan hal yang sama, kita harus bayar. Jadi ujian itu
hanya jatuh menjadi sebuah olok-olok belaka, di mana kita kadang-
kadang bahkan didiktekan apa jawabannya. Tetapi kalau kita tidak
membayar sejumlah uang tertentu, kita tidak bisa lulus. Hampir
semuanya begitu. Alhamdulillah saya tidak termasuk yang seperti itu
karena waktu itu ada yang menjanjikan untuk membayar saya, ternyata
yang menjanjikan ini enggak membayar ke sana. Saya dengar
belakangan saya ditagih. Loh, saya enggak ada janji dengan Anda,
begitu. Saya tahu secara persis karena waktu itu ada yang menagih pada
saya dari Pengadilan Tinggi, saya katakan, “Saya enggak pernah janji
dengan Anda, kenapa Anda tagih kepada saya?” sampai seperti itu.
Yang Mulia, kondisi ini menjadi berubah sama sekali setelah kita
ada Undang-Undang Advokat, dimana barusan kita mendengarkan dari
Bapak Mantan Hakim PTUN, bahwasanya ujian advokat tidak lagi
menjadi seperti itu. Ujian advokat menjadi suatu yang kredibel,
dilaksanakan oleh orang-orang yang pilihan…, kita melakukan apa…,
rekrutmen dengan saksama dan juga…, kita juga melibatkan dari pihak
luar untuk melakukan ujian advokat tersebut.
Beberapa hal yang saya mau kemukakan tentang lahirnya
Undang-Undang Advokat ini. Yang pertama, Undang-Undang Advokat ini
merupakan kehendak bersama dari organisasi-organisasi advokat yang
waktu itu ada, ditambah dengan tokoh-tokoh advokat, untuk
menghasilkan wadah tunggal. Jadi wadah tunggal itu sesuatu yang by
intention, suatu yang dengan sengaja, dikehendaki, Yang Mulia, pada
waktu menggodok Undang-Undang Advokat itu.
Adalah sesuatu kealpaan seandainya kita sekarang mengatakan
Undang-Undang Advokat ini tidak disengaja telah melahirkan suatu
wadah tunggal, kemana saja kita pada waktu itu? Orang-orang yang
menghasilkan Undang-Undang Advokat ini sebagian besar ada di sini,
ada di wilayah penggugat, di wilayah Pemohon, ada di wilayah termoh..,
apa…, Pihak Terkait, ada yang menjadi Saksi, ada yang menjadi Ahli,
hampir semua ada di sini, semua mengharapkan adanya wadah tunggal.
Mengapa? Karena kita ingin lepas, kita ingin mandiri, kita ingin menjadi
organisasi yang independent , kita menggangkat, kita mengadili mereka
yang nakal, dan kita juga yang memberhentikan ataupun memberikan

23
sanksi kepada mereka, itu seuatu yang sungguh-sungguh disengaja dari
ketika kita memproses Undang-Undang Advokat tersebut.
Kemudian setelah lahir Undang-Undang Advokat, ada suatu
proses antara paruh waktu untuk melakukan masa-masa persiapan
membutuhkan wadah tunggal itu yang dilakukan menurut undang-
undang oleh 8 organisasi yang ada. Asalnya hanya 7 organisasi,
kemudian 1 organisasi ditambahkan di situ, akhirnya lahirlah sebuah
organisasi yang kita namakan dengan Peradi (Perhimpunan Advokat
Indonesia), Yang Mulia.
Mengapa kita tidak lakukan langsung kongres? Ada beberapa
alasan yang faktual terjadi pada saat itu, yang tidak memungkinkan kita
melakukan kongres. Yang pertama, kerja organisasi sudah menunggu,
sudah 2 tahun pada waktu itu kita tidak melakukan ujian advokat, begitu
banyak orang-orang menanti diuji dan ingin menjadi advokat, begitu
besar jumlah orang yang ingin kerja sebagai advokat, dan kita harus
segera hadapi itu, kita tidak bisa sibuk sendiri mengurusi organisasi
sementara kemudian kita melalaikan mereka.
Yang kedua, kerja-kerja yang lain dari organisasi ini adalah
melakukan verifikasi. Begitu banyak orang berpraktik sebagai advokat,
sebagai pengacara praktik tapi tidak jelas apa sebetulnya dasar dia untuk
bekerja berperaktik tersebut, ini fakta yang nyata sekali. Bahkan dalam
melakukan verifikasi itu, Yang Mulia, kita menemukan beberapa
kesangsian kita tentang kebenaran sebagai pengacara praktik ataupun
advokat. Mengapa? Karena kita temukan ijazah-ijazah yang tidak benar.
Sampai sedemikan parah situasinya waktu itu, dan kerja verifikasi ini
berbulan-bulan, Yang Mulia. Bukan satu dua bulan, berbulan-bulan. Dan
tidak cuma satu tahap, tapi beberapa tahap verifikasi ini dilakukan.
Yang kedua adalah PKPA (Pendidikan Khusus Profesi Advokat).
Sebelum ujian kita siapkan dahulu mereka, kita orientasikan dahulu
mereka. Menetapkan untuk bisa lulus, berapa nilai atau pass graduate
untuk bisa lulus PKPA ini adalah suatu diskusi yang lama, panjang,
melelahkan. Kemudian ujian advokat itu sendiri suatu yang elit ya,
seperti tadi dikatakan, kita meyelenggarakan ujian advokat itu sebisa-
bisanya, seprofe…, seprofesional mungkin, Yang Mulia. Tempat duduk
sudah harus jelas ada nomornya sebelum sehari sebelum ujian
dilakukan, sedemikian rupa kita berusaha seprofesional mungkin.
Kemudian kami ini, Yang Mulia, pengurus ini, anak buah saya ada
yang tidak lulus, ada adik-adik dari pengurus Peradi yang tidak lulus, ada
istri yang tidak lulus, karena apa? Kami mencoba seprofesional mungkin
menyelenggarakan ujian ini, Yang Mulia. Artinya kerja Peradi ini, kerja
organisasi yang diamanatkan oleh 8 organisasi sebelumnya, bukan
kerjaan yang…, yang serampangan, kerjaan yang apa itu…, yang
amatiran, tidak! Kita berusaha sebaik-baik mungkin melakukannya.
Kemudian pelantikan pekerjaan selanjutnya, dan kemudian kita
membentuk dewan kehormatan, membentuk cabang-cabang, begitu
banyak organisasi yang harus kita lakukan sebelum sampai atau tiba

24
saatnya kita menyelenggarakan kongres, musyawarah nasional, atau
yang sejenis dengan nama tersebut. Kita mengkhawatirkan pada saat
itu, kita memiliki kearifan pada waktu itu, kalau kita lakukan begitu
selesai Undang-Undang Advokat…, kongres atau Munas, atau Muktamar,
kemungkinan besar yang terjadi adalah kita akan berpecah-pecah lagi
seperti sebelum kita ada Undang-Undang Advokat.
Yang Mulia, seluruh organisasi yang eksis pada waktu itu dengan
penuh kesadaran juga menyerahkan kewenangan-kewenangan pokok
yang seharusnya mereka bisa minta, yang diamanatkan oleh undang-
undang, terhadap advokat ini dalam bentuk mengangkat, mengadili,
memberhentikan ataupun membuat suatu hukuman kepada advokat, ini
kepada satu wadah tunggal. Mereka tidak menuntut untuk diri mereka
sendiri. Ikadin tidak menuntut, itu hak kami. IPHI tidak menuntut, itu
hak kami. AAI tidak menuntut, itu hak kami. Oleh karena itu kalau
sekarang ada yang menuntut adalah hak setiap organisasi, ini suatu set
back yang luar bisa.
Adalah ironi organisasi yang baru terbentuk menghendaki hal itu,
sementara mereka yang sudah tahunan, IPHI sudah puluhan tahun,
Ikadin sudah lebih tua lagi, adalah ironi. Saya tidak habis pikir mengapa
kita bisa set back seperti itu (…)

70. KETUA: ACHMAD SODIKI

Dibatasi yang masalah opini (…)

71. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Baik, Yang Mulia. Maafkan saya, Yang Mulia, ini agak terbawa
sedikit emosi.

72. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Interupsi, Yang Mulia.

73. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Kemudian (…)

74. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Interupsi, Yang Mulia.

25
75. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Satu, dua hal lagi yang akan saya sampaikan (…)

76. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Boleh interupsi dulu, Yang Mulia?

77. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya.

78. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Sebelum Pihak Pemohon mengajukan tanggapannya (…)

79. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Jadi kami pikir, Yang Mulia, karena ini banyak sekali nanti pihak
organisasi yang juga akan mengemukakan persoalan-persoalan yang
sama, kami sepakat bahwa ini persoalan fakta, kalau memang itu
menyangkut data kan itu bisa diserahkan. Jadi biar lebih efek…, efisien
(…)

80. KETUA: ACHMAD SODIKI

Ya baik, saya sudah memberi (…)

81. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Sekedar memberi pendapat ini, Yang Mulia.

82. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik.

83. KUASA HUKUM PEMOHON (PERKARA NOMOR 66/PUU-


VIII/2010): FIRMAN WIJAYA

Terima kasih, Yang Mulia.

26
84. KETUA: ACHMAD SODIKI

Silakan, Saudara Lutfie, untuk melanjutkan.

85. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Terima kasih, Yang Mulia. Saya lanjutkan, Yang Mulia.

86. PIHAK TERKAIT (AAI): HUMPHREY DJEMAT

Interupsi, interupsi, Yang Mulia.

87. KETUA: ACHMAD SODIKI

Sudah selesai kita, sudah selesai tadi.


Silakan.

88. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): H. M. LUTFIE HAKIM

Kemudian, pecahnya kembali wadah tunggal advokat ini dalam


kenyataannya, dalam faktanya, Yang Mulia, yang kami saksikan adalah
menimbulkan fenomena-fenomena baru. Antara lain, Yang Mulia, ada
seseorang yang telah dihukum dalam satu organisasi, kemudian dia
berpindah ke organisasi yang lain, ini fakta, Yang Mulia. Ada lagi mereka
sudah dilaporkan, baru akan disidangkan, kemudian dia berpindah, dia
berhenti di organisasi itu, kemudian dia pindah ke tempat yang lain,
Yang Mulia.
Fakta yang saya hadapi di beberapa organisasi advokat, di negara
lain saya hadir sebagai pengurus, baik pengurus (suara tidak terdengar
jelas), menjadi pengurus Peradi ke Jepang, ke Malaysia, dan ke
Singapura, Yang Mulia. Di Jepang organisasi advokat tidak seperti yang
disebutkan oleh Ahli sebelumnya, di sana organisasi advokat itu seperti
kalau kita umpamakan di Indonesia ini seperti organisasi sepak bola. Di
kota-kota…, masing-masing kota, Kyodo, Kyoto, Osaka, Tokyo, masing-
masing memiliki organisasi tapi hanya untuk masing-masing kota itu.
Dia tidak punya suatu struktural seperti yang dimiliki di Indonesia,
yaitu dari DPP, DPD, DPC, tidak. Dan kemudian mereka membuat suatu
wadah konfederasi, federasi dalam bentuk satu bar association. Khusus
untuk Tokyo saja ada 2, tapi di luar itu satu. Jadi hampir mirip dengan
persatuan sepak bola kita, dimana ada PSIS, Persema, dan seterusnya,
kemudian ada wadah tunggalnya namanya PSSI.
Seperti itulah, kalau orang mengatakan di sana diterima beragam
organisasi, tentu tidak seperti yang dibayangkan dengan beragam
organisasi yang ada di Indonesia. Di Malaysia yang kami saksikan, ada
organisasi yang bernama hampir dengan…, hampir sama dengan TPM

27
(Tim Pengacara Muslim) kalau di Indonesia, tetapi mereka tetap menjadi
bagian dari wadah tunggal advokat.
Sekian, Yang Mulia, terima kasih.
Assalamualaikum wr. wb.

89. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam.
Saya persilakan Saudara Tamsil Syoekur. Karena ini masih ada
kurang lebih 5 Saksi, tolong secara wise untuk memberikan
kesaksiannya. Silakan, Saudara Tamsil.

90. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): TAMSIL SYOEKOER

Terima kasih.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum wr. wb.
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia, serta persidangan
yang saya hormati, perkenankan saya memperkenalkan diri saya, nama
M. Tamsil Syoekoer. Dalam perkara ini saya menjadi Saksi Fakta dari
Pihak Terkait.
Saya menjadi seorang advokat sejak tahun 1990 dan saya
bergabung di Ikadin Pontianak dan diangkat sebagai pengurus di DPC
Ikadin Pontianak dengan jabatan sebagai ketua berdasarkan Surat
Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Ikadin Nomor
013/DPP/Ikdn/Kpts/XI/1995 tertanggal 4 November 1995 untuk masa
bakti 1995-1999, di mana surat keputusan tersebut ditandatangani oleh
Ketua Umum, Alm. Bapak Hardiyono Citrosubono, S.H. dan Sekjen H.
Johan Johari, S.H.
Kemudian pada tahun 2003-2006 saya terpilih kembali menjadi
Ketua DPC Ikadin Pontianak berdasarkan Surat Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Ikadin Nomor 014/DPP/Ikdn/Kpts/V/03 (…)

91. KETUA: ACHMAD SODIKI

Kalau yang ceritera begitu bagaimana kalau nanti diserahkan saja,


ya. Barangkali Bapak yang pokok-pokok saja, ya.

92. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (PERADI): TAMSIL SYOEKOER

Baik Pak, terima kasih. Baik, terima kasih. Di mana SK tersebut


ditandatangani oleh Bapak Otto Hasibuan, S.H., M.M. dan Sekjen, Bapak
Teguh Samudera, S.H.
Pada tahun 2004 berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan
Pusat Ikadin yang ditandatangani oleh Bapak Otto Hasibuan, S.H., M.M.,
Ketua Bapak Teguh Samudera, saya menetapkan DPP Ikadin akan
menyelenggarakan Munas Nasional Luar Biasa Ikadin pada tanggal 1 dan

28
2 Oktober 2004 di Pontianak Kalimantan Barat, dengan acara tunggal
menetapkan sikap Ikadin terhadap wadah/bentuk organisasi advokat
yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 dan
pengangkatan Panitia Penyelenggara OCY itu saya sebagai Ketua Panita
Pelaksanaan di daerah.
Setelah DPC Ikadin Kota Pontianak ditunjuk sebagai tuan rumah
Munaslub, DPP melakukan pemberitahuan dan pemanggilan Munas Luar
Biasa kepada DPC-DPC Ikadin dan koordinator wilayah seluruh Indonesia
tentang alasan penyelenggaraan Munaslub, yaitu Keputusan Munas
Ikadin tanggal 3, tanggal 4, dan 5 April 2003 di Hotel Patra Semarang
dan Rakernas tanggal 26, 27, 28 Februari di Bali telah
merekomendasikan agar DPP menyikapi pembentukan organisasi
advokat, sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat, dengan tidak bertentangan dengan anggaran
dasar dan peraturan rumah tangga, yaitu organisasi advokat adalah
berbentuk wadah tunggal dengan prioritas nama Ikadin atau dengan
nama disepakati bersama. Berdasarkan itu, DPP Ikadin telah melakukan
upaya maksimal konsep tersebut dapat diterima oleh organisasi-
organisasi lain di Komite Kerja Advokat Indonesia atau KKAI. Namun,
ternyata konsep usulan DPP Ikadin tidak dapat diterima.
Berdasarkan hasil Rakernas Ikadin tanggal 26, 27, 28 Februari
2004 di Bali, dimana salah satu rekomendasinya pada pokoknya adalah
agar dalam hal-hal DPP Ikadin mendapatkan kesulitan dan hambatan
dalam menyikapi konsep Munas dan Rakernas di atas, maka DPP Ikadin
dapat memanggil cabang-cabang Ikadin untuk menentukan sikap akhir
terhadap organisasi advokat.
Untuk memenuhi rekomendasi tersebut, DPP memandang perlu
mempergunakan mekanisme organisasi Ikadin sesuai dengan anggaran
dasar dan peraturan rumah tangga Ikadin. Dan dewan pimpinan pusat
telah menyelenggarakan rapat harian dan rapat pleno lengkap, telah
memutuskan untuk menyelenggarakan Munaslub dengan acara tunggal
menetapkan sikap Ikadin terhadap wadah/bentuk organisasi advokat
yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
Bahwa kemudian panitia Munaslub mengundang DPC Ikadin
seluruh Indonesia untuk menghadiri Munaslub di Pontianak, dimana dari
95…, 94 cabang yang diundang hadir 54 cabang. Munaslub Ikadin di
Pontianak telah menghasilkan keputusan tentang sikap Ikadin terhadap
wadah/bentuk organisasi advokat Indonesia yang dimaksud Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003. DPP Ikadin harus memperjuangkan
terlebih dahulu pilihan A kalau tidak berhasil pilihan B, kemudian
seterusnya, sampai pilihan E. Kalau tidak berhasil, DPP diberi mandat
untuk…, diberi mandat ter…, untuk membentuk nama…, memberi
mandat kepada Ikadin terhadap bentuk dan nama cara pembentukan
organisasi advokat Indonesia menurut pendapat DPP Ikadin.

29
Bahwa setelah itu kami dari DPC Pontianak Peradi ditunjuk
menjadi tuan rumah Munas Ikadin pertama di Pontianak dan
menghasilkan keputusan-keputusan terbentuknya, terpilihnya ketua yang
terbaru.
Demikian, Pak, kesaksian saya. Terima kasih.

93. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik, terima kasih. Selanjutnya dari keterangan Saksi Pihak


Terkait KAI yaitu Saudara Musidah, S.H.
Saya persilakan Saudara Musidah. Ada?

94. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (KAI): MUSIDAH

Ada.

95. KETUA: ACHMAD SODIKI

Oh, baik. Silakan.

96. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (KAI): MUSIDAH

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk semuanya. Yang Mulia,
Bapak Ketua dan Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, terima
kasih kesempatan yang diberikan kepada saya.
Kesaksian ini saya awali dari saya diputus sela oleh Pengadilan
Agama Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang kronologisnya sebagai
berikut;
1. Pada hari Senin, tanggal 1 Februari 2010, saya diputus sela dalam
Perkara Nomor 1484/Pdt. 61/2010/PA.NGJ oleh pengadilan agama,
dengan alasan saya belum dapat menunjukkan bukti sumpah dari
pengadilan tinggi setempat sesuai dengan bunyi Pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003. Saya sudah
menunjukkan bukti sumpah yang saya peroleh bersamaan dengan
pengangkatan saya sebagai advokat pada tanggal 7 Februari tahun
2009 oleh pemuka agama yang disaksikan oleh Drs. H. Soufan M.
Saleh, S.H., Ketua Pengadilan Tinggi Agama Provinsi Banten.
Pengadilan tinggi hanya menyaksikan, tidak menyumpah, karena
menurut keterangan lisan dari panitia penyumpahan bahwa
pengadilan tinggi tidak berani menyumpah advokat karena dilarang
oleh Mahkamah Agung, dengan alasan bahwa organisasi advokat
harus membentuk satu wadah tunggal sebagaimana diamanatkan
oleh Pasal 28 Undang-Undang Advokat Tahun 2003.

30
2. Setelah terbit Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101/2009, saya
beracara lagi karena di sana telah dinyatakan bahwa Pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4288 tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa di sidang terbuka
pengadilan tinggi di wilayah domisili hukumnya tidak dimaknai bahwa
pengadilan tinggi atas perintah undang-undang wajib mengambil
sumpah dari para advokat sebelum menjalankan profesinya, tanpa
mengaitkan dengan keanggotaan organisasi advokat yang pada saat
ini secara de facto ada, dalam jangka waktu 2 tahun sejak amar
putusan ini diucapkan. Karena organisasi Kongres Advokat Indonesia
adalah hasil kongres yang dilaksanakan pada tanggal 29, 30 Mei
2008, maka saya sangat yakin bahwa kongres advokat Indonesia
adalah termasuk organisasi de facto sesuai Amar Putusan Mahkamah
Konstitusi. Tetapi fakta mengatakan lain, pada hari Selasa tanggal 3
Agustus 2010 saya diputus sela lagi oleh Pengadilan Agama dengan
Perkara Nomor 620/Pdt.G/2010/PA Nganjuk. Kemudian saya
sampaikan nasib saya ini kepada Dewan Pimpinan Daerah Kongres
Advokat Indonesia Jawa Timur dan Dewan Pimpinan Daerah Kongres
Advokat…, Kongres Advokat Indonesia Provinsi Jawa Timur
memberikan data kepada saya tentang pengajuan permohonan
sumpah kepada Pengadilan Tinggi Provinsi Jawa Timur sebagai
berikut;
- Tanggal 26 Januari 2010 diterima oleh Saudara Haryono.
- Tanggal 5 Agustus 2010 diterima oleh Saudara Didi.
- Tanggal 3 September 2010 diterima oleh Saudara Sahmin.
- Tanggal 20 September 2010 diterima oleh Saudara Didi.
- Tanggal 22 Oktober 2010 diterima oleh Saudara Hasmokuswanto
dan Saudara Lilik.

Kelima permohonan itu, permohonan yang tertanggal 22 Oktober


2010 dibalas oleh Pengadilan Tinggi dengan Surat Nomor
W14.U/5337/HK/X/2010, tertanggal 27 Oktober 2010 dengan
memberitahukan bahwa Pengadilan Tinggi Surabaya hanya berpedoman
pada Surat Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 25 Juni
2010 Nomor 089/KMA/VI/2010.
Tetapi yang saya herankan mengapa Pengadilan Tinggi Provinsi
Jawa Timur pada hari Jumat, tanggal 5 November 2010 menyumpah
Anggota Peradi di Hotel JW Marriott Surabaya?
Yang Mulia, berdasarkan kesaksian saya di atas saya merasa
sebagai warga negara Republik Indonesia tidak dapat merasakan hak
hidup saya terlindungi dan diperlakukan adil sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar 1945, bahkan saya merasa dipermalukan dan
dilecehkan dengan alasan, Undang-Undang Advokat Pasal 4 ayat (1)
masih disrimpung atau dibelenggu lagi dengan Pasal 28 ayat (1)

31
Undang-Undang Advokat dan yang dipermalukan bukan saya saja tetapi
semua anggota advokat Indonesia serta para klien.
Fakta menunjukkan bahwa klien saya kebetulan seorang
perempuan yang harus saya tinggalkan karena saya dilarang oleh
Pengadilan Agama untuk mendampingi. Dia menangis dan bersimpuh di
hadapan saya karena dia diputus tidak adil oleh Pengadilan Agama. Ini
tidak hanya satu tetapi banyak, dan fakta pula mereka tidak mencari
gantinya saya, mereka memilih jalan sendiri kalau tidak saya dampingi.
Yang Mulia, Undang-Undang Advokat Pasal 4 ayat (1) dan Pasal
28 ayat (1) menyebabkan seorang advokat yang sudah memenuhi
persyaratan sebagaimana Pasal 2 dan 3 dipermalukan dan dilecehkan,
artinya saya tidak dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945, yang
pokok permasalahan adalah bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi 101
Tahun 2009 tidak ada masalah, karena antara Peradi dan KAI
mempunyai kedudukan yang sama.
Munculnya permasalahan karena adanya nota kesepakatan
tanggal 24 Juni 2010, pihak Mahkamah Agung Republik Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 089/KMA/VI/2010 dan
099/KMA/VII/2010 dan sebagai landasan adanya nota kesepakatan
tanggal 24 Juni 2010 yang cacat hukum dikarenakan tidak sesuai
rekomendasi tim perumus mengenai kesepakatan bersama dalam rangka
penyatuan organisasi Indonesia. Isi rekomendasi terlampir, tertanggal 16
April 2010. Dan nota kesepakatan oleh DPP KAI sudah dicabut atau
ditarik, bukti terlampir, tertanggal 30 Agustus 2010. Suasana semakin
runyam atau tidak terkendali adanya Surat Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 099/KMA/VII/2010, bukti terlampir, tertanggal
21 Juli tahun 2010 sebagai bukti intervensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia terhadap organisasi advokat.
Permohonan sumpah dan nama-nama anggota dalam
pengambilan sumpah advokat yang ketiga kalinya di wilayah hukum
Pengadilan Tinggi Jawa Timur yang diajukan oleh Dewan Pimpinan
Daerah KAI Jawa Timur telah ditolak, nama-nama advokat terlampir.
Pengadilan Tinggi Jawa Timur hanya berpedoman pada Surat Edaran
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 089/KMA/VI/2010,
bukti penolakan dari Pengadilan Tinggi Jawa Timur terlampir. Dan
Semua bukti yang saya sampaikan, saya lampirkan, dan saya serahkan
kepada Kuasa Terkait. Demikian kesaksian saya.
Wassalamualaikum wr. wb.

97. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam. Terima kasih, silakan.


Kami persilakan Saudara Erwin, S.H.

32
98. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (KAI): ERWIN

Terima kasih, Yang Mulia. Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah


Konstitusi, pada persidangan Perkara Nomor 66, 71, 79 PPU…, PUU-
VIII/2010.
Assalamualaikum wr. wb. Izinkan lah saya Erwin, S.H. advokat
dari kongres advokat dari domisili hukum Provinsi Lampung menge…,
mengemukakan dan perasaan kecewa atas penolakan yang dilakukan
oleh Pengadilan Negeri Gunung Sugih Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Saya ditolak melakukan registrasi surat kuasa dalam rangka
kepentingan untuk mendampingi, mewakili, dan/atau membela
kepentingan hukum dari klien saya atas Perkara Pidana Nomor 122/Pid-
B/2010/PN.GS. Untuk itu, saya ingin menyampaikan beberapa hal di
bawah ini, sebagai berikut;
Bahwa saya telah mengikuti dan menjalani didikan khusus profesi
advokat atau PKPA sebagaimana istilah yang disebutkan dalam undang-
undang, yang diadakan oleh Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi),
yang diselenggarakan oleh Assosiasi Konsultan Hukum Indonesia (HKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), dan Lembaga
Manajemen Keuangan Akun…, Akuntansi Pasar Modal (LKMA), yang
diselenggarakan dari tanggal 4 Februari 2008 sampai dengan 24 Maret
2008. Artinya saya telah memenuhi ketentuan Undang-Undang Advokat
sebagaimana yang ditentukan di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Advokat, bukti terlampir.
Bahwa saya telah melakukan dan menjalani magang di Kantor
Advokat Erman Umar & Partner yang berkantor di Jalan Asia Afrika Pintu
X ITC Senayan lantai 4 Nomor 1008, dari awal 2008 sampai saya dilantik
dan diambil sumpah sebagai advokat oleh DPP Kongres Advokat
Indonesia, pada tanggal 27 April 2009, sebagaimana ketentuan Pasal 3
ayat (1) undang-undang…, maaf, Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang-
Undang Advokat.
Bahwa saya telah mengikuti dan dinyatakan lulus ujian calon
advokat tahap 2 yang dilakukan oleh Kongres Advokat Indonesia,
dengan dikeluarakannya sertife…, Sertifikat Tanda Lulus Calon Advokat
Nomor 10/001-11/KAI-PUCA/II/2008, yang diterbitkan oleh DPP KAI
tertanggal 10 Januari 2009 sebagaimana ketentuan Pasal 3 ayat (1)
huruf f Undang-Undang Advokat, bukti terlampir.
Bahwa saya telah memenuhi persyaratan dan/atau ketentuan
sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-Undang Advokat, maka
saya dapat dipertimbangkan untuk diangkat sebagai advokat di wilayah
hukum Negara Republik Indonesia, dengan domisili kedudukan hukum
Pengadilan Tinggi Provinsi Lampung, sesuai dengan ketentuan Pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Advokat.
Bahwa Dewan Pimpinan Daerah KAI Lampung telah mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Lampung untuk dapat
menggelar sidang terbuka, guna mengambil sumpah advokat yang telah

33
memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditentukan oleh
Undang-Undang Advokat. Akan tetapi Ketua Pengadilan Tinggi Lampung
menolak permohonan tersebut, bukti terlampir.
Bahwa Dewan Pimpinan KAI Lampung sudah 3 kali mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Lampung untuk menggelar
sidang terbuka dan mengambil sumpah para advokat. Akan tetapi KPT
Lampung menyatakan bahwa akan menggelar dan mengambil sumpah
advokat KAI jika permohonan itu diajukan oleh organisasi Peradi. Tentu
hal ini bertentangan atau deviation dengan isi…, isi dan jiwa dari Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PPU.., /PUU-XII/2009 tentang merupakan
kewajiban hukum yang diberikan oleh Undang-Undang kepada KPT
untuk menggelar dan mengambil sumpah advokat berdasarkan
permohonan yang diajukan tanpa melihat asal-usul organisasi yang
secara de Facto ada pada saat ini, bukti terlampir.
Bahwa saya telah diangkat dan disumpah sebagai advokat
sebagaimana Surat Keputusan BP KAI Nomor 4392/KEP/Advokat/DPP-
KAI/2009 tertanggal 29 April 2009, bukti terlampir.
Bahwa saya berdasarkan surat kuasa yang diberikan…, saya turut
serta di…, diberi kuasa oleh pemberi kuasa, yang dalam hal ini adalah
Junaidi Rahmad Eko, yang telah yang telah memilih domisili hukumnya
pada Kantor Advokat Erman Umar.
Bahwa saya mendaftarkan surat kuasa tersebut bersama-sama
dengan advokat Erman Umar yang merupakan sah satu Vice President
Kongres Advokat Indonesia, di Pengadilan Negeri Gunung Sugih,
Lampung. Dan oleh, Eri Winarman…, maaf…, Eri Winarwan, S.H., selaku
penitera muda hukum, menolak registrasi kuasa kami tersebut, dengan
alasan bahwa saya dan rekan saya adalah advokat KAI yang tidak
disumpah oleh KPT.
Bahwa dengan adanya penolakan tersebut advokat Erman Umar,
S.H., berinisiatif untuk menghadap dan menemui Ketua Pengadilan
Negeri Gunung Sugih yaitu Ibu Diah, S.B, S.H. Di mana dalam
pertemuan tersebut pada prinsipnya KPN tidak mempermasalahkan asal
usul organisasi advokat asal secara substansial dan formal surat kuasa
tersebut benar secara yuridis.
Bahwa Ketua Pengadilan Negeri Gunung Sugih, kemudian
memanggil politis ya ini Asmar Josen, S.H., M.H., untuk menerima
pendaftaran registrasi surat kuasa kami. Akan tetapi, Panitera Sekretaris
secara tegas tidak menerima dan/atau menolak perintah PN, dengan
alasan bahwa saya yang dalam hal ini adalah Gufi Andrian, S.H, Pak
Tantamin, S.H., dan Heru Projodirika, S.H., M.H., adalah advokat KAI
yang tidak disumpah oleh Pengadilan Tinggi.

99. KETUA: ACHMAD SODIKI

Bisa disingkat, Saudara Saksi?

34
100. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (KAI): ERWIN

Ya, Yang Mulia. Bahwa melihat sikap konfrontasi dan arogansi


Panitera Sekretaris tersebut, saya merasa dizalimi dan hak asasi saya
telah dilecehkan, karena terbawa emosi saya pun hendak melempar
asbak Panitera Sekretaris tersebut yang berada di depan, di meja ruang
KPN.
Bahwa sikap arogansi dari…, maaf, saya tambahkan…, namun
niat saya tersebut langsung dihalangi oleh Advokat Erman Umar karena
asbak sudah dipegang oleh Advokat Erman Umar. Bahwa sikap arogansi
tersebut…, sikap dan arogansi Panitera Pengadilan Gunung Sugih
tersebut tidak hanya sampai di situ, Yang Mulia. Panitera Muda Hukum,
Eri Winarman kembali mencoret-coret nama saya dan rekan-rekan saya
yang tadi saya sebutkan di atas, kecuali Advokat Erman Umar.
Bahwa penolakan itu telah melanggar hak-hak asasi saya dan
rekan-rekan saya, dan merugikan kepentingan hukum dari klien kami
karena implikasinya saya adalah karena saya tidak dapat mendampingi
dan/atau memberikan pembelaan terhadap klien kami.
Bahwa atas penolakan tersebut, saya melaporkan hal itu kepada
Dewan Pimpinan Pusat yakni Sekretaris Jenderal DPP KAI yaitu Saudara
Advokat Abdul Rahim Hasibuan. Bahwa dalam laporan tersebut, Saudara
Hasibuan merekomendasikan untuk mengadukan hal tersebut kepada
pihak kepolisian. Akan tetapi, dengan berbesar hati saya demi
mempertimbangkan kepentingan hukum dari klien saya, saya
mengurungkan niat saya tersebut karena dikhawatirkan adanya
intervensi terhadap proses persidangan klien kami.
Bahwa saya pun secara langsung telah melaporkan tindakan
penolakan tersebut kepada Presiden Kongres Advokat Indonesia, H.
Indra Sahnun Lubis dan Presiden KAI pada saat itu mengatakan, “Akan
melakukan upaya hukum dengan melakukan gugatan perbuatan
melawan hukum terhadap KMA, Ketua Mahkamah Agung dan seluruh
Hakim yang melakukan penolakan, baik di Pengadilan Tinggi maupun di
Pengadilan Negeri.”
Bahwa melalui persidangan yang terhormat ini, saya meminta
kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi untuk dapat memberikan
keadilan, dan jaminan, serta perlindungan hukum kepada kami para
Advokat KAI yang terbelenggu hak asasinya, agar memberikan kepastian
hukum terhadap saya dan rekan saya yang berada di seluruh Indonesia
yang menanti kepastian hukum.
Demikianlah, Yang Mulia Majelis Hakim, kesaksian yang dapat
saya berikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

35
101. KETUA: ACHMAD SODIKI

Waalaikumsalam.
Saya persilakan Saudara Tomi Sihotang. Silakan dihidupkan
miknya. Nanti masih ada 1 Saksi lagi dan sidang akan diakhiri jam 12.00
tepat, silakan secara bijaksana memberikan kesaksian (…)

102. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (KAI): TOMI SIHOTANG

Baik, Majelis Yang Mulia, dan semua pihak yang hadir dalam
sidang yang mulia ini. Nama saya Dr. Tomi Sihotang S.H., LL.M., jabatan
Vice President Kongres Advokat Indonesia.
Di bawah ini adalah beberapa fakta yang ada sebelum Mahkamah
Agung membuat surat yang menyatakan bahwa seolah-olah Peradi
adalah wadah tunggal advokat yang juga telah dibicarakan pada waktu
pertemuan antara KAI dan Peradi serta beberapa pengurus organisasi
advokat lainnya dalam rangka membicarakan pembentukan wadah
tunggal advokat.
1. Sejak awal Peradi sendiri tidak pernah menganggap dirinya sebagai
wadah tunggal advokat dengan indikasi sebagai berikut;
a. Mahkamah Agung dan pengadilan-pengadilan di bawahnya tidak
pernah menerima atau mengakui bahwa Peradi adalah wadah
tunggal advokat. Terbukti dalam praktik persidangan, pengadilan-
pengadilan tidak pernah mempersoalkan atau mempertanyakan,
apakah seorang advokat berasal dari organisasi Peradi atau dari
organisasi advokat lainnya. Yang penting bagi pengadilan adalah
apakah seorang advokat dapat menunjukkan surat kuasa bahwa
dia adalah penerima kuasa dari justiciable. Kartu yang dikeluarkan
oleh Peradi juga sebenarnya bukan kartu advokat, melainkan
hanya sekedar kartu anggota Peradi karena sebagian besar
anggota Peradi sudah menjadi advokat jauh sebelum Peradi
berdiri. Organisasi advokat seperti Ikadin dan IPHI juga
mengeluarkan kartu anggota yang oleh pengadilan-pengadilan
juga sering dianggap sebagai kartu advokat. Sehingga dengan
demikian, sejak awal tidak ada keinginan nyata ataupun suasana
kebatinan dari para advokat atau organisasi advokat lainnya selain
Peradi yang menginginkan bahwa Peradi adalah satu-satunya
organisasi advokat yang kelak akan menjadi wadah tunggal
advokat.
b. Menyadari kenyataan itu, Peradi kemudian mengutus pengurus-
pengurus Peradi yang dipimpin oleh Denny Kailimang untuk
berunding dengan KAI yang tujuannya adalah untuk rekonsiliasi
organisasi advokat.
c. Antara KAI dan Peradi serta pengurus organisasi advokat lainnya,
kemudian melahirkan kesepakatan untuk membentuk wadah
tunggal advokat dalam kongres bersama para advokat yang

36
panitianya mengakomodir angota-anggota Peradi dan KAI,
dimana nama wadah itu akan disepakati dalam kongres dan
sistem pemilihan adalah ‘one man one vote’ vide kesepakatan
tertanggal 16 April 2010, dengan kata lain bahkan nama wadah
tunggal advokat itupun belum pernah disepakati oleh seluruh
advokat dalam kongres advokat atau oleh organisasi advokat
lainnya. Bahwa sikap KAI yang tetap memilih opsi ‘one man one
vote’ dalam pemilihan ketua umum organisasi advokat nantinya
adalah agar prinsip demokrasi mendapat tempat dan
penghormatan yang tinggi dalam tubuh organisasi advokat. Akan
tetapi, sistem itu telah ditolak karena ada oknum pengurus
organisasi advokat yang tetap berambisi menduduki jabatan ketua
umum dan dia takut jika dilakukan pemilihan dengan sistem one
man one vote enggak bakal terpilih. Adapun nama-nama yang
menandatangani kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut;
1. Felix Untung Subagyo
2. Adardam Akhyar
3. Siti Jamaliyah,
4. Sugeng Teguh Santoso
5. Sitor Situmorang
6. Juniver Girsang
7. Sri Wiguna
8. Adbul Rahim Hasibuan, dan kami sendiri Tomi Sihotang
d. Denny Kailimang kemudian melaporkan kesepakatan itu dalam
surat yang ditandatanganinya sendiri kepada Otto Hasibuan, dan
Otto Hasibuan tidak pernah menyatakan keberatannya secara
official terhadap para advokat atau organisasi advokat yang
berhubungan dengan kesepakatan itu, vide surat Denny Kailimang
kepada Ketua Umum DPN Peradi tertanggal 19 April 2010.

2. Persoalan menjadi rumit manakala Peradi dengan cara berkolaborasi


dengan Mahkamah Agung telah mengkondisikan seolah-olah KAI dan
Peradi telah bersepakat dan mengakui bahwa Peradi adalah satu-
satunya wadah tunggal advokat. Kolaborasi tersebut adalah dengan
cara sebagai berikut;
a. Peradi dan Mahkamah Agung telah membuat draf kesepakatan,
dimana seolah-olah KAI telah menyetujui bahwa Peradi adalah
satu-satunya wadah tunggal advokat. Tentu saja KAI sangat
keberatan karena hal itu bertentangan dengan konsep awal.
b. Dalam pembuatan draf itu Peradi juga telah menutup mata atau
mengingkari bahwa telah terjadi kesepakatan antara KAI dan
Peradi yaitu bahwa dalam kesepakatan itu KAI tidak pernah
mengakui bahwa Peradi adalah wadah tunggal advokat.
c. Untuk mencegah terjadinya manipulasi fakta oleh Peradi yang
bekerjasama dengan Mahkamah Agung, maka pada waktu
penandatanganan kesepakatan di hadapan Mahkamah Agung,

37
Presiden KAI, Indra Sahnun Lubis, telah mencoret kalimat, “Nama
wadah tunggal itu adalah Perhimpunan Advokat Indonesia
(Peradi).” Dan setelah melakukan mencoretan, maka Presiden KAI
juga membubuhkan tanda tangannya pada kesepakatan itu.
d. Secara hukum maka jika terdapat butir-butir kesepakatan yang
dicoret artinya tidak disetujui, maka para pihak yang membuat
kesepakatan hanya terikat pada butir kesepakatan yang tersisa,
yang tidak dicoret. Akan tetapi dengan arogan dan melanggar
hukum, Mahkamah Agung dan Peradi tetap menyatakan bahwa
KAI telah bersepakat dengan Peradi mengenai wadah tunggal
advokat dan nama wadah tunggal advokat itu adalah Peradi
(Perhimpunan Advokat Indonesia).
e. Situasi tersebut di atas juga semakin diperparah oleh sikap manja
dari pengurus organisasi advokat yang mati-matian memperoleh
pengakuan dari Mahkamah Agung supaya dinyatakan sebagai
satu-satunya organisasi advokat. Padahal sebagai advokat
pejuang, seharusnyalah mereka bersikap dan bermental mandiri,
bahkan sebenarnya tidak ada satu pun pasal dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan
bahwa organisasi advokat harus mendapat pengakuan dari
Mahkamah Agung. Inilah yang saya sebut dengan sikap tidak
dewasa, manja, dan tidak mandiri dalam berorganisasi.

3. Selanjutnya Mahkamah Agung membuat surat edaran ke seluruh


Pengadilan Tinggi yang pada pokoknya menyatakan bahwa
penyumpahan advokat harus melalui Peradi. Dan bagi advokat yang
tidak melalui penyumpahan oleh Pengadilan Tinggi yang diusulkan
Peradi, tidak boleh beracara di pengadilan, vide surat Mahkamah
Agung tertanggal 25 Juni 2010.
4. Hal itulah yang menjadi pelanggaran hukum yang notabene adalah
pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung bekerja
sama dengan Peradi atau yang dilakukan oleh Peradi bekerja sama
dengan Mahkamah Agung. Pelanggaran konstitusi itu telah
merugikan hak konstitusional dari ribuan advokat produk KAI yang
harus menafkahi dirinya, asistennya, karyawannya, dan keluarganya,
karena penyumpahannya telah ditolak oleh Pengadilan Tinggi, dan
yang mengakibatkan tidak bisa beracara di pengadilan dengan alasan
bahwa penyumpahan harus usulan dari Peradi.
5. Di samping itu pula, secara konstitusional sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Peradi tidak memenuhi
syarat untuk menjadi wadah tunggal advokat dengan penjelasan
sebagai berikut;
a. Pasal 28 menyatakan bahwa organisasi advokat merupakan satu-
satunya wadah profesi advokat yang bebas dan mandiri yang
dibentuk sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat.

38
Ketentuan mengenai susunan organisasi advokat ditetapkan oleh
para advokat dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Frasa ‘ditetapkan oleh para advokat’ bermakna bahwa advokatlah
yang aktif dalam pembentukan organisasi advokat tersebut yang
tentunya akan dilakukan melalui kongres advokat. Sementara
Peradi sendiri bukanlah organisasi yang dibentuk oleh para
advokat, melainkan organisasi tempat berhimpun dari beberapa
organisasi advokat yang pembentukannya pun hanya berupa nota
kesepahaman yang tidak melalui mekanisme yang benar dari tiap-
tiap organisasi advokat sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
masing-masing. Bahkan terdapat 4 organisasi advokat yang ikut
mendirikan Peradi telah menyatakan menarik diri dari Peradi,
sehingga sebenarnya Peradi tidak exist lagi sebagai suatu
organisasi. Organisasi advokat yang mengundurkan diri tersebut
adalah Ikadin versi Teguh Samudera, HAPI, IPHI, dan APSI.
b. Dengan demikian karena secara faktual Peradi tidak dibentuk
berdasarkan kesepakatan para advokat dalam kongres advokat,
maka Peradi bukanlah organisasi advokat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
c. Karena Peradi bukan organisasi advokat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28, maka secara hukum keberadaan dari 8 organisasi
advokat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat tetap exist dan berfungsi
sebagai organisasi advokat, selama belum ada organisasi advokat
yang didirikan oleh para advokat dalam kongrer bersama para
advokat, yaitu:
1. Ikadin
2. AAI
3. IPHI
4. HAPI
5. SPI
6. AKHI
7. HKHPM
8. APSI
d. Disamping itu pula dari segi waktu pembentukan, Peradi sendiri
telah terbentuk dengan melanggar Pasal 23 Undang-Undang
18/2003 yang mensyaratkan bahwa organisasi itu harus terbentuk
paling lambat 2 tahun setelah berlakunya undang-undang ini.

6. Perlu pula diketahui bahwa nama Peradi tidak ada dalam Undang-
Undang 18/2003 tentang Advokat. Oleh karena itu secara juridis
formal tidak ada alasan untuk menerima Peradi sebagai organisasi
advokat.

39
7. Dalam kaitan organisasi advokat yang harus dibentuk melalui kongres
advokat, maka KAI lebih pantas dan berdasar hukum jika dinyatakan
sebagai wadah tunggal advokat karena KAI dibentuk berdasarkan
kongres advokat oleh para advokat Indonesia.
8. Disamping itu pula dalam Undang-Undang 18/2003 tentang Advokat,
tidak ada satupun pasal yang menyatakan bahwa advokat hanya
boleh beracara di pengadilan jika penyumpahannya dilakukan melalui
Peradi. Dengan demikian surat Mahkamah Agung yang menyatakan
bahwa advokat hanya boleh disumpah jika melalui Peradi dan oleh
karena itu bisa beracara di pengadilan adalah pelanggaran hukum
berat contra legem dan harus dinyatakan inkonstitusional dan batal
demi hukum.
9. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah sikap dari Mahkamah
Konstitusi sendiri yang sebenarnya tidak menerima Peradi sebagai
wadah tunggal advokat, sebagaimana ternyata dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 101 yang antara lain menyatakan;
a) Menyatakan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang 18/2003 tentang
Advokat adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dipenuhi
syarat bahwa frasa di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah
domisili hukumnya tidak dimaknai. Bahwa Pengadilan Tinggi atas
perintah undang-undang wajib mengambil sumpah para advokat
sebelum menjalankan profesinya tanpa mengaitkan dengan
keanggotaan organisasi advokat yang pada saat ini secara de
facto ada, dalam jangka waktu 2 tahun sejak amar putusan ini
diucapkan.
b) Menyatakan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang 18/2003 tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa di sidang
terbuka pengadilan tinggi di wilayah domisili hukumnya tidak
dimaknai. Bahwa pengadilan tinggi atas perintah undang-undang
wajib mengambil sumpah bagi para advokat sebelum
menjalankan profesinya tanpa mengaitkan dengan keanggotaan
organisasi advokat yang pada saat ini secara de facto ada, dalam
jangka waktu 2 tahun. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101
inilah yang selama ini telah diabaikan oleh Mahkamah Agung,
yang tetap menganggap bahwa Peradi adalah wadah tunggal
advokat. Padahal jika saja Mahkamah Agung menghormati
Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut maka tidak sepantasnya
Mahkamah Agung membuat surat yang menyatakan bahwa
penyumpahan advokat harus melalui usulan Peradi.

10. Bahwa oleh karena itu secara faktual dan secara konstitusional maka
constitutional position terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
organisasi advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
18/2003 tentang Advokat sebagaimana diuraikan di bawah ini adalah

40
konsekuensi logis yang harusnya menjadi constitutional choices yang
akhirnya menjadi constitutional decision yaitu;
a) Peradi bukan organisasi advokat sebagaimana diatur dalam Pasal
28 Undang-Undang 18/2003 tentang Advokat.
b) KAI adalah organisasi advokat yang dibentuk melalui kongres para
advokat.
c) Atau setidak-tidaknya jika Mahkamah Konstitusi berpendapat lain
ex aequo et bono, agar Mahkamah Konsitutsi menyatakan bahwa
karena terdapat kesulitan konstitusional untuk menerima adanya
wadah tunggal advokat Indonesia atau single bar, maka oleh
karena itu menyatakan bahwa merupakan hal yang konstitusional
jika di Indonesia terdapat beberapa organisasi advokat multi bars,
baik mereka berdiri sendiri maupun tergabung dalam federasi
organisasi advokat dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan advokat dan organisasi advokat.

Demikian kesaksian ini kami sampaikan.


Hormat kami. Terima kasih.

103. KETUA: ACHMAD SODIKI

Baik, jadi ini sudah jam 12.00. Sidang akan dilanjutkan nanti hari
Rabu tanggal 13 April jam 10.00. Dengan demikian sidang saya nyatakan
selesai dan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 12.54 WIB

Jakarta, 5 April 2011


Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah,

t.t.d.

Mula Pospos
NIP. 19610310 199203 1 001

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah
Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

41

Anda mungkin juga menyukai