Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah didefinisikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang akibat
kegiatan manusia yang tidak atau belum memiliki nilai ekonomi dan nilai positif
bahkan dapat memiliki nilai ekonomi negatif (Murtadho, 1988). Limbah pada
industri umumnya dibagi menjadi tiga yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah
gas.
Penanganan limbah dalam suatu industri merupakan hal yang penting
karena secara tidak langsung berhubungan dengan proses produksi serta
kredibilitas industri di mata masyarakat. Limbah yang dibuang begitu saja tanpa
diolah terlebih dahulu, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
yang kemudian dapat mempengaruhi beberapa aspek lain seperti kesehatan
karyawan, kenyamanan kerja karyawan, dan keseimbangan lingkungan.
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan
usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan
limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai,
sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan
oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari
pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes
dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan
gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan. Oleh karena
itu, upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini yang dianggap mengganggu
karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara yang
tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari
penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena
tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan
peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya
tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
Limbah ternak khususnya mengandung bahan organik yang tinggi dan
cocok untuk perkembangbiakan bakteri baik aerob maupun anaerob. Penanganan
terhadap limbah yang dihasilkan oleh ternak ini perlu dilakukan upaya sedini
mungkin untuk meminimalisasi potensi pencemaran lingkungan yang dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Sebenarnya jika ditangani
secara serius, limbah peternakan memiliki potensi besar untuk dikembangkan
menjadi bahan yang berguna baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun
pertanian. Hanya saja, kesadaran masyarakat masih rendah untuk mengolah dan
menangani limbah tersebut sehingga tumpukan limbah di sekitar kandang atau
industri peternakan masih tinggi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis pengolahan
limbah pada agroindustri peternak ayam petelur di Jember serta membandingkan
dengan pustaka yang ada.

1.3 Manfaat
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi ilmiah
kepada mahasiswa serta masyarakat khususnya pelaku agroindustri tentang
pengolahan limbah dari agroindustri peternak ayam petelur.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumberdaya (Ginting, 2007). Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan konsentrasi dan kuasntitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah
(Soeparman dan Soeparmin, 2002).
Secara umum, pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan sumber limbah (source reduction), penggunaan kembali,
pemanfaatan kembali (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan.
Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang atau
dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yangdapat dikonversikan ke
produk lain, misalnya limbah industri pangan. Limbah tersebut biasanya masih
mengandung serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral
sehingga dapat mengalami perubahan secara biologis dan dapat dikonversikan ke
produk lain seperti: energi, pangan, dan pakan (Mahida, 2010).
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
ataububur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari
kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk
limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat:
kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri,
kulit telur, dan lain-lain.
Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula,
pulp,kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.
Secaragaris besar limbah padat terdiri dari :
1. Limbah padat yang mudah terbakar.
2. Limbah padat yang sukar terbakar.
3. Limbah padat yang mudah membusuk.
4. Limbah yang dapat di daur ulang.
5. Limbah radioaktif.
6. Bongkaran bangunan.
7. Lumpur

2.2 Metode Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah merupakan pemisahan padatan dan stabilisasi polutan.
Stabilisasi bertujuan untuk mendegradasi materi organik sampai pada suatu titik
dimana reaksi kimia dan biologis tidak berlangsung lagi. Perlakuan juga bisa
berarti menghilangkan racun atau substansi yang berbahaya (misalnya logam berat
atau phospor) yang bisa menghentikan siklus biologis yang berkelanjutan,
meskipun telah terjadi stabilisasi materi organik. Pada umumnya bahan pencemar
yang menjadi perhatian utama adalah bahan-bahan organik yang larut dan tidak
terlarut, berbentuk senyawa nitrogen, fosfor, dan materi inert tidak terlarut.
Pengolahan limbah dibagi menjadi beberapa metode, yaitu pengolahan limbah
secara fisika, secara kimia, dan secara biologi.
2.1.1 Pengolahan limbah secara fisika
Pengolahan limbah secara fisika dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan fisik pada limbah untuk dapat diolah. Pada umumnya bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan lanjutan
terhadap air buangan. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap.
Pemisahan padatan-padatan dari cairan atau limbah merupakan tahapan
pengolahan yang sangat penting untuk mengurangi beban dan mengembalikan
bahan-bahan yang bermanfaat serta mengurangi resiko rusaknya peralatan akibat
adanya kebuntuan pada pipa, valve, dan pompa. Proses ini juga mengurangi
abrasivitas cairan terhadap pompa dan alat-alat ukur yang dapat berpengaruh
secara langsung terhadap biaya operasi dan perawatan peralatan. Menurut
Sugiharto (1987), cara pengolahan fisika antara lain :
1. Mengayak
Tujuannya adalah memisahkan kotoran-kotoran yang berupa zat padat kasar
yang ada dalam air limbah. Ayakan dapat berupa kawat-kawat, kisi-kisi,
kawat kasar maupun plat berlubang.
2. Sedimentasi
Memisahkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih berat dari air dengan
membiarkan supaya air tidak bergerak dan kotoran diendapkan dengan gaya
beratnya sendiri. Operasi ini sering dipakai misalnya untuk memisahkan
pasir, kotoran-kotoran khusus dalam tangki pengendap pendahuluan, flok
biologi, flok-flok kimia dari proses koagulasi.
3. Pengapungan
Operasi untuk memisahkan partikel-partikel padat atau cairan dari fase cairan
yang lebih ringan dari fase cairnya. Pemisahan terjadi karena pemasukan
gelembung-gelembung gas kedalam fase cair, gelembung melekat pada
partikel-partikel dan mendorong naiknya partikel-partikel kepermukaan.
Bahan yang dapat dipisahkan misal suspensi minyak dalam air.
2.1.2 Pengolahan limbah secara kimia
Pengolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian
yang sangat penting dalam proses pengolahan limbah cair. Bahkan di dalam
proses fisika dan biologi pun didalamnya sering terjadi proses kimia secara
bersamaan. Untuk limbah yang mengandung COD tinggi, jelas proses
pengolahannya adalah proses kimia (Alaerts, 1984).

Pengolahan secara kimia pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki
proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi
konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi,
serta mengoksidasi warna dan racun (Siregar, 2005). Beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk mengolah limbah secara kimia, antara lain :
1. Netralisasi
Perlakuan netralisasi ini dilakukan untuk menghilangkan aciditas atau
alkalinitas. Pada umumnya, semua treatment air limbah dengan ph yang
terlalu rendah atau tinggi membutuhkan proses netralisasi sebelum limbah
tersebut dibuang ke lingkungan.
2. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan
bahanbahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan-padatan
(flok dan lumpur). Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk
menghilangkan logam berat, sulfat, fluorida, dan garam-garam besi.
3. Koagulasi dan flokulasi
Faktor-faktor yang menunjang dalam proses koagulasi dan flokulasi harus
diperhatikan karena proses ini mempunyai peranan yang sangat penting.
Pemilihan zat koagulan harus berdasar pertimbangan antara lain jumlah dan
kualitas air yang akan diolah, kekeruhan, metode penyaringan serta sistem
pembuangan lumpur endapan. Jenis koagulan antara lain alum (aluminium
sulfat), ferro-sulfat, poly aluminium chlorida (PAC), dan lain-lain
(Tchobanoglous et al., 2003).
2.1.3 Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan secara biologi memiliki tujuan menghilangkan zat padat
koloid yang tidak dapat mengendap, serta menstabilkan zat-zat organik dan
dilaksanakan oleh aktivitas jasad renik. Jasad renik dapat berupa bakteri, kapang,
algae, protozoa, kadang-kadang metazoa dan lain-lain. Pengolahan secara biologi
dikenal sebagai proses fermentasi dengan menggunakan kemampuan bakteri asam
laktat dan penambahan karbohidrat yang dapat berlangsung dalam keadaan
anaerobik (Indriati, 2005). Fermentasi dapat terjadi karena adanya kegiatan
mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki.
Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Berbagai metode atau cara pengolahan
limbah secara biologis, antara lain :
1. Lumpur aktif (aktivated sludge)
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di
britania raya (inggris) pada tahun 1914 oleh ardern dan lockett. Dinamakan
lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mikroorganisme aktif yang
tumbuh saat prosesnya, biasanya berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman.
2. Kolam aerasi (lagoon aeration)
Lagoon aeration adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses
kerja reaktor ini ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam besar yang
diatur supaya suasana aerobik berjalan melalui pengadukan mekanis ataupun
memasang penggelembung udara seperti gambar dibawah ini. Biomassa yang
terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplay oksigen juga terkadang
mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang dalam kolam
tersebut.
3. Saringan tetes (trickling filter)
Saringan tetes merupakan penyaring berbentuk silinder dengan media berpori
yang disusun secara bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini yakni
mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh lengan yang dapat
berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil kemudian berkontak
dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian
berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media
secara merata. Media itu sendiri dapat berupa potongan-potongan batu
kerikil/zeolit, silika, arang, pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang
berukuran antara 40-80 mm. Permukaan batuan ini mengandung lapisan
(film) mikroorganisme biasanya, bakteri zoogloea ramigera dan spesies
protozoa bersilia (carchesium, opercularia dan vorticella). Suplai oksigen
didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah. Penghembusan
oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan air limbah menjadi
tetesan kecil pada lengan putar.
4. Cakram biologis putar (rotating biological contactor)
Cakram biologis putar yaitu pengolahan yang terdiri atas disc/cakram
melingkar yang diputar oleh poros yang diletakkan setengah tercelup dengan
kecepatan tertentu (2-3 rpm). Cakram digerakkan oleh motor drive system
yang dibenam dalam air limbah, dibawah media. Mikroba tumbuh melekat
pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang
disebut biofilm (biasanya terdiri atas bakteri, alga, protozoa, fungi). Media
film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang
ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk
suatu modul atau paket. Pada saat cakram tercelup kedalam air limbah,
biofilm menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah dan pada saat
biofilm berada di atas permuaan air, biofilm menyerap okigen dari udara atau
oksigen terlarut dalam untuk menguraikan senyawa organik. Pertumbuhan
biofilm tersebut makin lama makin tebal, sampai akhirnya karena gaya
gravitasi sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air
keluar. Selanjutnya, biofilm pada permukaan medium akan tumbuh lagi
dengan sedirinya hingga terjadi kesetimbangan.
BAB 3. METODOLOGI PENULISAN

3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data


Tempat pengambilan data dilakukan di UD Selamet Jaya yang berada di
Dusun Krajan Barat RT/RW 006/002, Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten
Jember. Waktu pengambilan data dilakukan pada hari selasa tanggal 13 maret
2018.

3.2 Jenis Penulisan


Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah survei langsung
pada objek pengamatan. Tulisan ilmiah ini disusun berdasarkan data primer yang
bersumber dari narasumber yang diwawancarai langsung oleh penulis dan data
sekunder yang bersumber dari telaah pustaka untuk membandingkan hasil
dilapangan dengan pustaka yang ada di perkuliahan.

3.3 Objek Penulisan


Objek pada penulisan makalah ini yaitu pengamatn pengolahan limbah pada
Agroindustri ternak ayam petelur di UD Selamat Jaya yang berada di Dusun
Krajan Barat RT/RW 006/002, Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember.
Data kemudian diolah dan dibandingkan dengan pustaka yang telah ada.

3.4 Prosedur Penulisan


Prosedur penulisan makalah ini dilakukan beberapa tahapan guna mencapai
hasil yang diharapkan dan sesuai dengan studi kepustakaan. Tahapan-tahapan
tersebut akan dijelaskan melalui diagram alir berikut.

Konsultasi Permohonan Diskusi


Penentuan
dengan ijin kepada bahan
Industri
dosen pemilik industri wawancara

Penarikan Membandingkan Pengolahan


Wawancara
kesimpulan dengan pustaka data

Gambar 1. Prosedur Penulisan


3.5 Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan
Analisa data adalah proses menyusun dan mengolah data yang diperoleh
dari narasumber serta dari telaah pustaka yang telah didapatkan secara sistematis
sehingga mudah dipahami. Analisa data dilakukan membandingkan temuan
dilapangan berdasarkan hasil wawancara narasumber dengan pustaka-pustaka
yang telah diperoleh yang bersumber dari buku, dokumen, jurnal, artikel, maupun
karya tulis ilmiah dan data lain yang berkaitan dengan topik. Berdasarkan data-
data yang telah diperoleh beserta analisisnya dapat ditarik sebuah kesimpulan
yang disesuaikan dengan tujuan penulis melakukan pengamatan.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum UD Selamet Jaya


Peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang mempunyai
prospek yang sangat bagus apabila dikembangkan secara optimal. Kemajuan dan
perkembangan subsektor peternakan akan membawa dampak positif dalam
meningkatkan kesejahteraan petani. Sularso et al., (2014), menyatakan bahwa
pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian
negara secara umum dan bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
Pembangunan subsektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi
peternakan dengan prioritas untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi serta
meningkatkan pendapatan peternak. Salah satu perusahaan peternakan yang ada di
Kabupaten Jember yaitu UD Selamet Jaya.
UD Selamet Jaya merupakan perusahaan agroindustri yang bergerak
dibidang peternakan. Perusahaan ini merupakan perusahaan peternak ayam ras
petelur. Perusahaan ini memelihara kurang lebih 1000 ekor ayam ras petelur
dengan produksi telur setiap bulan mencapai …… kg.
4.2 Pengolahan Limbah di UD Selamet Jaya
4.3 Pengolahan Limbah yang Seharusnya/?
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya.


Yogyakarta: Kanisius.
Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit
Usaha Nasional.
Ginting, P. 1992. Mencegah dan Pengendalian Pencemaran Industri. Jakarta: PT
Gramedia.
Indriyati. 2005. Pengolahan Limbah Cair secara Biologi menggunakan Reaktor
Anaerobik Lekat Diam. JAI . Vol. 1, No. 3
Mahida, U.N. 2010. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
Penerbit Rajawali.
Siregar, M.H. 2009. “Studi Keanekaragaman Plankton Di Sungai Asahan Porsea”.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Soeparman dan Soeparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:
Buku Kedokteran.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: University
Indonesia Press.
Sularso, E., Budi H., Hari D.U. 2013. Analisis Ekonomi Usaha Peternakan Ayam
Petelur di UD. Hs Indra Jaya Desa Ponggok Kecamatan Ponggok
Kabupaten Blitar. Malang: Universitas Brawijaya.
Tchobanoglous G, et al, 1993, Solid Waste Principle and Management Issues, Mc Graw
Hill, Tokyo

Anda mungkin juga menyukai