Anda di halaman 1dari 11

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran air yang disebabkan oleh komponen – komponen anorganik

dan organik yang berasal dari kegiatan manusia seperti industri diantaranya

berbagai logam berat berbahaya. Beberapa logam tersebut banyak digunakan

dalam berbagai keperluan, karena diproduksi secara rutin dalam skala industri.

Penggunaan logam – logam berat tersebut ternyata langsung maupun tidak

langsung telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya jika

ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut

mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup (Fajar dkk., 2013).

Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas

air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat

tersebut. Selain bermanfaat bagi manusia, air juga merupakan media sarang dan

penularan penyakit berbahaya bagi manusia. Salah satu komponen kimia yang

umumnya ada dalam air adalah zat besi (Fe). Namun kelebihan besi (Fe) dapat

menyebabkan keracunan dan kerusakan pada usus. Kandungan maksimal besi

(Fe) yang diperbolehkan supaya memenuhi syarat kualitas air terutama air minum

sesuai dengan peraturan Mentri Kesehatan RI tahun 2010 untuk parameter kadar

besi (Fe) maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/L (Khaira, 2013).

Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah

tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih

dapat menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak

terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah),

kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat
lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah

lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia (Supriyantini dan Hadi, 2015).

Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan

spektrofotometer. Sektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer

dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan

fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi (Neldawati dkk., 2013).

Salah satu metode pemeriksaan kadar besi (Fe) sering dilakukan dengan

menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) atau Atomic

Absorption Spectrophotometry (AAS), karena AAS termasuk salah satu

pemeriksaan kimia air khususnya logam-logam berat. Kelebihan metode AAS

dibandingkan dengan metode spektrofotometri lainnya adalah spesifik, batas

deteksi yang rendah, dan larutan yang sama dapat mengukur unsur-unsur

berlainan, pengukurannya langsung terhadap sampel, output langsung dapat

dibaca dan dapat diaplikasikan pada banyak unsur (Astuti dkk., 2015).

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah memeberikan cara

yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Metode

penetapan kadar tanin secara permanganometri yang di gunakan berdasarkan

materia medika Indonesia, karena lebih cepat di bandingkan dengan metode

permanganometri pada Official Methods Of Analysis Of Association Of Official


Analytical Chemist, yang memerlukan waktu 20 jam untuk penyairan dengan eter

anhidris yang mudah menguap (Ryanata, 2015).

Absorbans adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan

intensitas sinar datang. Nilai absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang

terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu

sampel maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain

nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung

didalam suatu sampel (Neldawati dkk., 2013).


3. Pembuatan larutan standar

Larutan baku 100 ppm


- dimasukkan kedalam 7 labu takar 100 ml

Labu takar Labu takar Labu takar Labu takar


- ditambahkanLabu takar
masing-masing Labu takar yangLabu takar
aquades
1 = 0 mL 2 =0,5 mL 3 =1 mL 4 = 2diasamkan
mL 5 = 3 mL
sampai 6 = 4 mL
tanda tera. 7 = 6 mL
- dihomogenkan
Larutan blanko
- diukur= absorbannya
0,000 Abs dengan SSA dengan
Larutan standar Fe 0,5 ppm = 0,045 Abs
Larutan standarpanjang
Fe 1 ppmgelombang 243,8 nm
= 0,135 Abs
Larutan standar Fe 2 ppm = 0,215 Abs
Larutan standar Fe 3 ppm = 0,355 Abs
Larutan standar Fe 4 ppm = 0,412 Abs
Larutan standar Fe 6 ppm = 0,602 Abs
1. Preparasi larutan sampel

10 mL air sampel
- dimasukan dalam gelas kimia 250 mL
- ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat
- diaduk
- diuapkan diatas hot plate hingga volumenya
menjadi 20 mL
- didnginkan
- dituangkan kedalam labu takar 100 mL
- ditambahkan sedikit aquades hingga tanda
tera
- dihomogenkan
- diukur absorbannya dengan SSA dengan
panjang gelombang 243,8 nm
-
Absorban = 0,552 Abs

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan
a) Absorbans larutan standar Fe

Konsentrasi larutan standar (ppm) Absorbans (Abs)


0 0,000
0,5 0,045
1 0,135
2 0,215
3 0,355
4 0,412
6 0,602
b) Absorbans sampel

Sampel Absorbans (Abs)


Air sumur 0,552
2. Grafik

3. Analisis Data
Dari Kurva Kalibrasi standar di dapatkan persamaan linear (y = 0.100x +

0.014) dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi (x) menyatakan kadar

besi dalam sampel.

Diketahui : y = 0,552
a = 0,100
b = 0,014
Ditanyakan : x = ........?
Penyelesaian:
y = ax + b
x = y–b
a

x = 0,552 – 0,014 = 5,38 ppm


0,100

Konsentrasi sampel terukur


No SNI (ppm) *
(ppm)
1 5,38 ppm 0,3-1 ppm
*) peraturan Mentri Kesehatan RI tahun 2010

B. Pembahasan

Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang

menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan,

terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi

tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan

udara). Kebanyakan industri menggunakan air sebagai kebutuhan primer, namun

efek sampingnya adalah dihasilkannya limbah cair yang banyak mengandung

logam berat. Terkadang industri masih mengabaikan suatu proses yang steril,

sehingga pada produk yang dihasilkan masih terdapat logam-logam berat yang

berbahaya bagi proses selanjutnya atau dikonsumsi manusia.

Penentuan kadar kandungan logam yang ada dalam air perlu untuk

diketahui. Salah satu metode yang sering digunakan dalam penentuan kadar logam

dalam air adalah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom.

Metode spektofotometri serapan atom merupakan pengukuran yang berdasarkan

serapan dari atom-atom yang teratomisasi kebentuk dasar oleh nyala gas
pembakar. Dalam percobaan ini telah dilakukan analisis logam Fe dalam sampel

air sungai Lepo-lepo dan sampel air sumur Salangga.

Besi merupakan logam berat yang berbahaya bagi manusia, adapun bahaya

ringan yang biasa ditimbulkan seperti sakit perut dan kanker. Besi merupakan

salah satu logam yang banyak digunakan dalam bidang industri. Selain itu, besi

juga terkandung dalam air akibat pencemaran lingkungan. Air sangat bermanfaat

bagi mahluk hidup, tetapi apabila air yang mengandung besi dalam konsentrasi

yang tinggi, maka air tersebut tidak layak konsumsi karna hanya memberikan

dampak buruk bagi mahluk hidup. Biasanya air yang mengandung besi

menimbulkan warna agak kuning, keruh, bau amis dan dapat menimbulkan korosi

pada sisi pipa atau bak.

Proses awal dari percobaan ini adalah persiapan larutan contoh uji dengan

cara penambahan 2,5 mL HNO3 dalam 100 mL larutan contoh kemudian

dipanaskan sampai hampir kering. Kemudian sampel yang hampir kering

ditambahkan 50 mL air suling. Campuran larutan tersebut dimasukkan dalam labu

takar 100 mL kemudian ditambahkan lagi akuades sampai tanda tera. Fungsi

penambahan HNO3 dari percobaan ini adalah untuk membuat larutan berada

dalam suasana asam sehingga larutan tidak dapat bereaksi dengan senyawa lain.

Perlakuan kedua yaitu preparasi dan pengukuran larutan blanko. Perlakuan

ketiga yaitu preparasi dan pengukuran larutan standar dengan konsterasi 0, 0,5, 1,

2, 3, 4 dan 6 ppm. Perlakuan terkahir yaitu pereparasi dan pengukuran sampel,

larutan yang digunakan hanya air sampel. Selanjutnya pengukuran absorbans


setiap larutan yang dibuat dengan menggunakan spektofotometri serapan atom

(SSA).

Berdasarkan kurva kalibrasi standar di dapatkan kurva dengan nilai R 2

paling tinggi atau mendekati nilai 1 yang berarti data tersebut mendekati

kebenaran yaitu R2 = 0.990. Dari hasil pengukuran didapatkan konsentrasi sampel

air sumur yakni 5,38 ppm. Nilai tersebut masuk dalam range konsentrasi larutan

deret standar. Namun tidak memenuhi syarat kualitas air terutama air minum

sesuai dengan peraturan Mentri Kesehatan RI tahun 2010 untuk parameter kadar

besi (Fe) maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/L. Hal ini menandakan

bahwa sampel tersebut tidak aman untuk digunakan.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa penentuan kadar besi pada sampel air dapat dilakukan dengan
metode spektroskopi serapan atom yang didasarkan pada penyerapan energi

radiasi oleh atom-atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang

tertentu yang menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkat energi.

Berdasarkan pengukurn, kadar besi dalam sampel air sumur adalah 5,38 ppm.

B. Saran

Saran saya sebaiknya alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum

dipersiapkan dan dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. W., Muji R. dan Hieronimus R. P., 2015, Gambaran Kadar Besi (Fe)
pada Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Sleman Yogyakarta, Jurnal
Kesehatan Samodra Ilmu, 6(2).

Fajar M., Zul A. dan Harry A., 2013, Penentuan Kadar Unsur Besi, Kromium, dan
Aluminium dalam Air Baku dan pada Pengolahan Air Bersih di Tanjung
Gading dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Jurnal Saintia
Kimia, 1(2).
Khaira, K., 2013, Penentuan Kadar Besi (Fe) air sumur dan air PDAM dengan
Metode Spektrofotometri, Jurnal Saintek, 5(1).

Ryanata, E., 2015, Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari Kulit
Buah Pisang Masak (Musa Paradisiaca L.), Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 4(1).

Supriyantini, E. dan Hadi E., 2015, Kandungan Logam Berat Besi (Fe) pada Air,
Sedimen dan Kerang Hijau (Pernaviridis) di Perairan Tanjung Emas
Semarang, Jurnal Kelautan Tropis, 18(1).

Anda mungkin juga menyukai