Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO K3 DALAM KEPERAWATAN

OLEH:
KELOMPOK 3

IKRIMAH SYAM
MUH. AQSA
SRI MAHARDIKA
WA ODE YULI ANTI TOGALA
JUMASING
SALMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga tugas makalah tentang
Manajemen Resiko K3 Dalam Keperawatan dapat terselesaikan, dan tak lupa pula
kita kirimkan shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw., yang telah
mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang
sampai sekarang ini.
Dalam usaha menyelesaikan tugas ini, penulis dihadapkan dengan berbagai
tantangan dan hambatan. Namun atas bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, doa restu orang tua serta izin Allah swt., akhirnya hambatan dan tantangan
tesebut dapat diatasi serta mencapai tahap penyelesaian.

Jika ada kekurangan dalam makalah ini, penulis sangat membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca, yang bersifat positif dan membangun. Sehingga dapat
memperbaiki penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Gowa, Januari 2018

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pentingnya Manajemen Resiko…………………………………………...


B. Proses Manajemen Resiko………………………………………………...
C. Hirarki Pengendalian Resiko……………………………………………...
D. Manajemen Resiko K3 Didalam Gedung………………………………
E. Manajemen Resiko K3 Di Luar Gedung…………………………………

BAB III. KASUS


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan


perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan
kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas kerja. Manajemen risiko kesehatan adalah proses
yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan
adalah menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan pekerja. Tujuan tersebut hanya akan
tercapai melalui kerja sama antara profesional kesehatan dan keselamatan kerja yang
membantu manajemen dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program
kesehatan kerja, dengan pengusaha yang bertanggung jawab dalam menjamin
kesehatan dan keselamatan perusahaan pada tingkat yang setinggi tingginya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang
banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan
segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum,
pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kita uraikan dalam makalah ini, yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko?
b. Bagaimana proses manajemen risiko?
c. Apa yang dimaksud dengan hirarki pengendalian risiko?
d. Bagaimana manajemen risiko k3 di dalam gedung?
e. Bagaimana manajemen risiko k3 di luar gedung?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


a. Untuk mengetahui pentingnya manajemen risiko
b. Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen risiko
c. Untuk mengetahui hirarki pengendalian risiko
d. Untuk mengetahui manajemen risiko K3 di dalam gedung
e. Untuk mengetahui manajemen risiko K3 di luar gedung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENTINGNYA MANAJEMEN RISIKO


Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen
untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang
ada. Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan
menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan
proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan
untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi
kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian
dari perencanaan dan pengendalian proyek. (Wicaksono I.K& Singgih M.L,2011)
Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap-
harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang
mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang
tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup dari suatu perusahaan. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang
negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut
merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelolah secara
efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai
tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi. ( Gabby E. M. Soputan,2014)
Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola
suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik.
Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses manajemen yang berjalan dalam
perusahaan atau lembaga .Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko
K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komphrehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik . Adanya
kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah
satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena
itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan
pengendalian proyek. Berdasarkan latar belakang yaitu semakin tingginya angka
kecelakaan kerja di tempat kerja di Indonesia maka permasalahan yang akan diteliti
pada penelitian ini adalah bagaimana mengidentifikasi, menilai, dan penanganan
terhadap risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terhadap proyek konstruksi
gedung mengingat masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan
bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek. ( Gabby E. M. Soputan,2014)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak
menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban
serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan
yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi . perilaku, baik di dalam
lingkungan sendiri maupun faktor lain. ( Gabby E. M. Soputan,2014)
1. Pengendalian resiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/
mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan
yang dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber
bahaya (hazard).
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik
pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cara melakukan pembuatan
prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training
dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, ara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall,
kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan. ( Gabby E. M. Soputan,2014)

2. Sumber-sumber Penyebab Risiko


Menurut sumber-sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi
dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan.
Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor manusia, alam, dan
teknologi. ( Gabby E. M. Soputan,2014)
B. Proses Manajemen Risiko
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:
1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan
bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk
proyek.
2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah
mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh
setiap pelaku bisnis.
3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah
proses menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan
efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran yang digunakan dalam
analisa kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS)
4360:2004. Skala pengukurannya sebagai berikut:
a. A : Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
b. B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
c. C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
d. D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
e. E : Jarang terjadi (rare) Skala pengukuran analisa konsekuensimenurut
NA/NZS 4360:2004
f. Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
 Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
 Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang
cukup tinggi.
 Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi. Bencana kematian : bahaya
radiasi dengan efek penyebaran yang luas, kerugian yang sangat besar.
.
4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric
probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.
5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang
dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas
yang dapat diterima.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses mengawasi
risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan
mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management
plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.
( Gabby E. M. Soputan,2014)
C. Hirarki pengendalian risiko
Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy
of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan
dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan.Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya
menuju ke titik yang aman. Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan
berurutan sampai dengan tingkat Resiko /bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Pengendalian resiko
merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya
berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah
eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD).
(Sugiyono,2015)
Hirarki pengendalian resiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu:
a. Long Term Gain
Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka
panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi,
rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan terakhir jatuh pada pilihan
penggunaan alat pelindung diri.
b. Short Term Gain
Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka
pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian ini
diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen belum dapat
diterapkan. Pilihan pengendalian resiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung
diri menuju ke atas sampai dengan substitusi. (Sugiyono,2015)

Rencana pengendalian risiko:


1. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen
dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi
dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang
berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,
peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik dilakukan adalah
dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan.

2. Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahan-bahan
dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang
kurang berbahaya atau yang lebih aman.
3. Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja
untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang
dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan,
pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu
mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang
menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.
4. Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari
obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup
(control room) menggunakan remote control. (Sugiyono,2015)
Dalam menentukan pengendalian resiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Apakah telah ada control/ pengendalian resiko
yang telah lalu? Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum?
Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk menghilangkan atau
menekan resiko sampai pada tingkat serendah mungkin.
a. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja
basah dan ventilasi pergantian udara.
b. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda
peringatan, membuat daftar data bahanbahan yang aman, melakukan
pelatihan sistem penangganan darurat.
c. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.
(Sugiyono,2015)
Tujuan pokok keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah dan
mengurangi bahkan menghilangkan kecelakaan kerja. Dengan demikian keselamatan
dan kesehatan kerja tersebut menjadi sangat penting mengingat akibat yang
ditimbulkan dari adanya kecelakaan kerja. Dalam tindakan pencegahan kecelakaan
kerja harus diletakkan pengertian bahwa kecelakaan merupakan resiko yang melekat
pada setiap proses/kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Pada setiap
proses/aktifitas pekerjaan selalu ada resiko kegagalan (risk of failures). Saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan
efek kerugian (loss), oleh karena itu maka sebisa mungkin dan sedini mungkin,
kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya.(Agung B.D, Gusti A.P&Agung D.P 2017)
Penanganan masalah keselamatan kerja harus dilakukan secara serius oleh
seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial namun harus dilakukan
secara menyeluruh. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan jika mengerti
sumber-sumber yang menjadi penyebab kecelakaan kerja atau gejala-gejala yang
mungkin timbul yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Langkah
berikutnya adalah menghilangkan, mengamankan, dan mengendalikan sumbersumber
bahaya atau gejala-gejala tersebut. .(Agung B.D, Gusti A.P&Agung D.P 2017)
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menghilangkan, mengamankan, dan
mengendalikan sumber-sumber bahaya atau gejalagejala yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja adalah:

a. Peraturan perundangan
Peraturan perundangan di Indonesia telah disusun guna melindungi tenaga
kerja terhadap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh suatu pekerjaaan,
misalnya: UU No.1 Tahun 1970 tentang Kes. Kerja.
b. Standarisasi
Standarisasi merupakan penetapan standar-standar baik resmi maupun tidak
resmi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan
adanya standar yang telah ditetapkan maka derajat atau baik buruknya
kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat berdasarkan pemenuhan standar
tersebut.
c. Inspeksi
Inspeksi atau pemeriksaan merupakan kegiatan yang bersifat pembuktian
apakah tempat kerja sudah sesuai dengan peraturan perundangan dan standar
yang berlaku. Kegitan ini meliputi pemeriksaan, kalibrasi terhadap peralatan
yang digunakan di tempat kerja.
d. Riset teknis
Riset teknis ini ditujukan untuk mendapatkan data, sifat-sifat, dan ciriciri
bahan yang berbahaya, penyelidikan terhadap pagar pengaman, pengujian
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan, serta penelitian
teknis lainnya.
e. Riset medis
Riset medis ditujukan untuk mendapatkan data tentang efek psikologis,
patologis, faktor-faktor lingkungan, serta keadaan fisik yang mengakhibatkan
kecelakaan kerja.
f. Riset psikologis
Riset psikologis ditujukan untuk mengetahui pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
g. Riset statistik
Riset statistik ditujukan untuk mendapatkan data tentang kecelakaan kerja
yang terjadi baik menyangkut jenis, frekwensi, personal, penyebab, serta hal
lain yang terkait dengan kecelakaan kerja.
h. Pendidikan
Pendidikan sebagai wahana untuk menyampaikan materi tentang kesehatan
dan keselamatan kerja yang dapat dilakukan secar formal dan non formal atau
bisa juga dalam bentuk seminar, workshop, maupun demonstrasi.
i. Latihan
Latihan ini difokuskan pada tenaga kerja baru yang belum mempunyai banyak
pengalaman terhadap jenis pekerjaan dan lingkungan kerja yang akan
dihadapinya.
j. Persuasi
Persuasi merupakan suatu cara penyuluhan atau pendekatan di bidang
kesehatan dan keselamatan kerja untuk menimbulkan sikap mengutamakan
keselamatan tanpa adanya pemaksaan.

k. Asuransi
Asuransi/insentif financial ini ditujukan untuk meningkat-kan pencegahan
kecelakaan kerja. Perusahaan yang telah mememnuhi peraturan perundangan
dan standar keselamatan kerja akan membayar premi asuaransi yang lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memenuhi peraturan
perundangan dan standar keselamatan kerja.
l. Implementasi
Implementasi yang dimaksud adalah penerapan langkah-langkah yang telah
diuraikan di atas pada tempat kerja.
m. Teknis
 Eliminasi : penghilangan sumber bahaya
 Subtitusi : mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya
 Isolasi : proses kerja yang berbahaya disendirikan
 Enclosing : mengurung / memagari sumber bahaya
 Ventilasi
 Maintenance
n. Administrasi
 Monitoring lingkungan kerja
 Pendidikan dan pelatihan
 Labelling
 Pemeriksaan kesehatan
 Rotasi kerja
 Housekeeping: 5S
 Sanitasi yang bersih dan penyediaan fasilitas kesehatan
o. Supervisi
 Lakukan review terhadap prosedur pengawasan pekerjaan secara
menyeluruh
 Lakukan review terhadap kompetensi para Pengawas dalam
melakukan pengawasan pekerjaan melalui Ijin Kerja dan Audit
Lapangan
 Penegasan tugas Manajer Konstruksi sebagai penanggung jawab
tunggal dan yang berhak menyetujui Ijin Kerja
p. Kontrol pekerjaan
 Merevisi sistem Ijin Kerja yang akan memastikan adanya verifikasi
pada akhir jam kerja
 Penilaian resiko harus dilakukan (lagi) dan disetujui, jika terjadi
perubahan pekerjaan
q. Budaya dan motivasi karyawan/tim
 Kembangkan budaya untuk menghentikan pekerjaan apabila tidak
selamat
 Review tim kerja yang sudah lama bersama, karena cenderung
menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan (Sugiyono,2015)

D. Manajemen Risiko K3 Di Dalam Gedung


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia
belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. (Gusani,A.Della,2012)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di
RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas,
jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan tenaga kerja, pekerjaan dan
lingkungan kerja, yang meliputi segala upaya untuk mencegah dan
menanggulangi segala sakit dan kecelakaan akibat kerja. (Evryanti,2012)

Dasar Hukum dan Pedoman :

 UU No.1 /1970 tentang keselamatan kerja


 UU No.23 /1992 tentang kesehatan
 Permenkes RI No. 986/92 tentang kesehatan lingkungan RS
 Permenkes RI No. 472 tahun 1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan
 SK Menkes No.351 tahun 2003 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
 Permenaker no.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 Keputusan Dir.Jen. P2PLP nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit
 Pedoman K3 di rumah sakit th 2006 ( BinKesja DepKes )
 Pedoman teknis pengelolaan limbah klinis dan desinfeksi dan sterilisasi di
rumah sakit tahun 2002. ( Huda F.A,2017)

Program K3-RS:

1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus )


2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Sanitasi lingkungan RS
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
8. Pendidikan dan pelatihan K3
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3. ( Huda F.A,2017)

E. Manajemen Risiko K3 Di Luar Gedung


Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak
menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban
serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan
yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan perilaku, baik
di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari unsur eksternal
rumah sakit. ( Gabby E. M. Soputan,2014)
Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan
luar perusahaan.Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya
persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini
pemerintah sebagai penyelenggara Negara mempunyai kewajiban untuk memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan pemerintah dengan
dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3. Manajemen Risiko K3 adalah
suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak
diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman
yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan
cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. .( Gabby E. M.
Soputan,2014)
BAB III.
KASUS
Contoh kasus K3 di rumah sakit.
pada tanggal 1 Januari 2018 terjadi kecelakaan di jalan poros malino, korban
mengalami fraktur dibagian femur sebelah kanan dan warga yang melihat kejadian
tersebut lansung membawa korban di RS terdekat. Dan lansung ditangani oleh
perawat yang bertugas pada saat itu. Pada saat perawat R ingin memindahkan pasien
dari rostur ke brangkar, tiba-tiba perawat R meringis karena pergelangan tangannya
cedera akibat kesalahan posisi dalam memindahkan pasien. Perawat N yang melihat
peristiwa tersebut, lansung membantu perawat R untuk mengangkat pasien, dan
menggatikan perawat R menangani pasien tersebut.
Analisa konteks
1. Menetapkan konteks

Terjadinya kecelakaan kerja pada perawat pada saat pemindahan pasien dari
rostur ke brangkar, sehingga terjadi cedera dibagian lengan, dikarenakan
kesalahan posisi pada saat pemindahan.
2. Pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehod)

Kemungkinan Deskripsi Nilai


Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1
Kadang-kadang Dapat terjadi sewaktu-sewaktu 2
(Unlikely)
Mungkin (Possible) Mungkin terjadi sewaktu-waktu 3
Mungkin sekali (likely) Mungkin terjadi pada banyak keadaan 4
tapi tidak menetap
Hampir pasti (almost Dapat terjadi pada tiap keadaan dan 5
certain) menetap
Dalam kasus ini, kejadian mungkin terjadi sewaktu-waktu karena kejadiannya
dalam setahun bisa terjadi lebih dari 3 kali terjadi dalam setahun. Hal ini dikarenakan
kurang pengetahuannya perawat dalam posisi pemindahan pasien. Kasus ini
mendapatkan bobot likehood 3
3. Pengukuran kualitatif konsekuensi (dampak).
tingkat Descriptor Contoh
1 Tidak bermakna Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian
keuangan kecil
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian
keuangan besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi,
kerugian
5 Katastropik Kematian, kerugian keuangan sangat besar
Dampak yang terjadi pada kasus tersebut berbobot nilai 3 yaitu memerlukan
pengobatan medis kerugian keuangan kecil karena perawat cedera dibagian
lengannya.
DAMPAK
Kemungkinan Sangat Rendah Sedang Besar Ekstrim
(likehood) rendah
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25

Nilai :
1-3 4-6 8-12 15-25
rendah Sedang Bermakna tinggi
Skor risiko yang dapat dihitung:
Bobot likehood = 3
Bobot dampak = 3
Bobot total penilaian adalah berada di kolom sedang dan nilainya bermakna.
Rumus : TR = F X A
Ket :
TR = Terjadinya Resiko
F = Frekuensi
A = Akibat

4. Mengevaluasi Resiko
Dalam kasus ini pemberian konseling/informasi tentang cara memindahkan
pasien dari rostur ke brangkar sesuai dengan standar SOP sehingga tidak akan
terjadi cedera dalam memindahkan posisi

5. Menangani Resiko
Dalam kasus ini, penanganan resikonya adalah dengan cara perawat meminta
bantuan kepada perawat lain untuk menggantikan tugasnya dan perawat
tersebut lansung pergi ketempat penanganan medis.

6. Memantau Resiko
Dalam kasus ini, memantau resiko dengan cara pemberian pengetahuan
kepada perawat, tentang cara posisi yang benar dalam pemindahan pasien,
serta diperlukan pemantauan kepada perawat. Agar tidak terulang kesalahan
yang terjadi

7. Mengkomunikasikan resiko
Dari kasus tersebut, kejadian yang terjadi sewaktu-waktu terjadi dan lebih dari
3 kejadiaan dalam setahun dan perlu dilakukan pengawasan kepada perawat
dan menambah wawasan perawat. Kelalaian semacam ini harus segera
diantisipasi karena kejadian ini akan merugikan perawat senndiri
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pentingnya manajemen risiko
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana
dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
2. Proses manajemen risiko
 Perencanaan Manajemen Risiko
 Identifikasi Risiko,
 Analisis Risiko Kualitatif
 Perencanaan Respon Risiko
 Pengendalian dan Monitoring Risiko
3. Hirarki pengendalian risiko
Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian
(Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan
dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri
dari beberapa tingkatan secara berurutan.
4. Manajemen risiko K3 di dalam gedung
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah kesehatan dan keselamatan
yang berkaitan dengan tenaga kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja, yang
meliputi segala upaya untuk mencegah dan menanggulangi segala sakit dan
kecelakaan akibat kerja.

5. Manajemen risiko K3 di luar gedungRisiko Eksternal, yaitu risiko yang


berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan.Kecelakaan
kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena


sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi, oleh karena itu
kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal, baik perawat
maupun profesi lain.
DAFTAR PUSTAKA

Gusani,A.Della.(2012). Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Dipenyamakan Kulit X. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia , Depok

Sugiyono, 2015. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3).Universitas Negeri


Yogyakarta. Yogyakarta
(Huda F.A,2017. Pentingnya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang. Kalimatan Barat
Wicaksono I.K& Singgih M.L,2011. Manajemen Resiko K3 (Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja) Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Permai Surabaya .
ITS Cokroaminato- Surabaya
Agung B.D, Gusti A.P&Agung D.P 2017. Manajemen Resiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel & Resort
Petitenget. Jogjakarta
Gabby E. M. Soputan,2014. Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung Sma Eben Haezar) Universitas Sam
Ratulangi. Manado

Anda mungkin juga menyukai