Gejala yang dapat ditemukan antara lain : • Perdarahan perektal merupakan gejala yang paling
sering terjadi (60%) pasien. • Perubahan pola defekasi seperti perubahan bentuk feses,
tenesnus, rasa tidak puas setelah BAB. • Occult bleeding (tes darah samar) positif pada 26%
kasus. • Nyeri abdomen, sidapatkan sekitar 20% kasus. • Malaise (9% kasus).
Pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan metastase seperti pembesaran KGB atau
hepatomegali. Dari pemeriksaan colok dubur dapat diketahui : 1,7 • Adanya tumor rektum •
Lokasi dan jarak dari anus • Posisi tumor, melingkar / menyumbat lumen • Perlengketan dgn
jar.sekitar • Dapat dilakukan biopsi cubit
Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan CEA (carcinoembrionic antigen). • Fungsi hati dan ginjal.
• Trasnrectal ultrasonography (TRUS) • Magnetic Resonane Imaging (MRI) • Pemeriksaan FOBT
(fecal occult bleeding test) • Kolonoskopi. • CT Scan abdomen • Doule contras barium enema.
3. Adeno Ca Recti 1/3 Tengah T4aNoMo Pro Kemo Symplifed Biwekly ke-10
4. Adeno Ca Recti 1/3 Tengah T4aNoMo Pro Kemo Symplifed Biwekly ke-3
5. KNF Pro Kemoterapi ke-1
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan karsinoma yang muncul pada daerah nasofaring (area di
atas tenggorok dan di belakang hidung), yang menunjukkan bukti adanya diferensiasi skuamosa
mikroskopik ringan atau ultrastruktur
FAKTOR RISIKO 1. Jenis Kelamin Wanita 2. Ras Asia dan Afrika Utara 3. Umur 30 – 50 tahun 4.
Makanan yang diawetkan 5. Infeksi Virus Epstein-Barr 6. Riwayat keluarga. 7. Faktor Gen HLA
(Human Leokcyte Antigen) dan Genetik 8. Merokok 9. Minum Alkohol
Pencegahan
Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya KNF
Patogenesis NPC Kanker nasofaring (NPC) merupakan tumor ganas yang diasosiasikan dengan
virus EBV (EpsteinBarr virus). Telah ditemukan bahwa perkembangan NPC salah satunya
dipengaruhi faktor risiko yang sudah sering dikemukakan yaitu kenaikan titer antibody anti-EBV
yang konsisten. Akan tetapi, mekanisme molekuler dan hubungan patofisiologis dari
karsinogenesis terkait EBV masih belum sepenuhnya jelas.[3] Selain itu, meski NPC seringkali
diasosiasikan dengan EBV, EBV tidak mengubah sel-sel epitel nasofaring menjadi sel-sel klon
yang proliferative, meski ia dapat mentransformasi sel B primer. Agar terbentuk NPC, mula-mula
dibutuhkan infeksi laten dan litik EBV yang diduga disokong oleh perubahan genetik yang dapat
diidentifikasi pada epitel nasofaring premalignan. Setelah itu infeksi laten dan litik terjadi dan
menghasilkan produk-produk tertentu, barulah ekspansi klonal dan transformasi sel epitel
nasofaring premalignan menjadi sel kanker. Selain faktor genetik, faktor lingkungan berupa
konsumsi karsinogen dalam diet pada masa kanak-kanak juga dapat mengakibatkan akumulasi
dari lesi genetik dan peningkatan risiko NPC. Selain diet, faktor-faktor lainnya adalah pajanan
zat-zat kimia pada pekerjaan, misalnya formaldehida dan debu kayu yang mengakibatkan
inflamasi kronis di nasofaring.
Gejala-gejala NPC dapat dibagikan menjadi 4 kategori: (1) gejala terkait massa nasofaring
seperti epistaxis, obstruksi, dan nasal discharge; (2) gejala terkait disfungsi tuba Eustachius
seperti berkurangnya pendengaran dan tinnitus; (3) gejala terkait keterlibatan basis cranii (erosi)
seperti sakit kepala, diplopia, rasa sakit pada wajah, dan baal/paresthesia; dan (4) massa pada
leher.[5] Pada pemicu ini, pasien mengalami beberapa gejala: merasa adanya benjolan (massa)
di leher kanan yang semakin besar yang terlihat sejak 3 bulan yang lalu, tidak nyeri dan imobil
mimisan ringan 6 bulan yang lalu berkurangnya pendengaran telinga kanan, rasa penuh pada
telinga, serta munculnya bunyi pada telinga sejak setahun yang lalu munculnya penglihatan
ganda berkurangnya penciuman dan tersumbatnya hidung