Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TIPE IOC (INSIDE OUTSIDE

CIRCLE) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 3 PALOPO

Siti Masruroh1, Suharni Syam2, Irajuana Haidar3


Program Pascasarjana (PPs) Pendidikan Matematika UNM
Email: MASRUROH26.993@gmail.com1; arni0266@gmail.com2;
irajuanahaidar93@gmail.com3

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mendeskripsikan: keterlaksanaan pembelajaran matematika jika diajarkan melalui
model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual, hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palopo sebelum dan setelah
diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual dan respon belajar, aktivitas belajar serta peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 palopo setelah diterapkan model kooperatif
tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual. Satuan eksperimen
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palopo yang tersebar dalam sepuluh
kelas tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan
teknik Random sampling yang menghendaki pengacakan pada kelas sehingga terpilih
kelas VIII J dengan jumlah siswa 30 orang.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan tentang karakteristik
distribusi skor dari variabel penelitian yaitu diperoleh hasil belajar sebelum
pembelajaran dengan nilai skor rata-rata 41,53 dari 30 siswa; hasil belajar setelah
pembelajaran dengan nilai skor rata-rata 84,60 dari 30 siswa; perolehan skor rata-rata
untuk keseluruhan keterlaksanaan pembelajaran adalah sebesar 4,13 dan berada pada
kategori sebagian besar terlaksana; respons siswa setelah pembelajaran adalah sebesar
3,11 dan berada pada kategori baik; aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
termasuk kategori aktif yaitu dengan perolehan skor rata-rata untuk keseluruhan
aktivitas siswa adalah 3,25 berdasarkan klasifikasi gaint ternormalisasi disimpulkan
bahwa peningkatan hasil belajar setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII J
SMP Negeri 3 Palopo, berada pada kategori tinggi; hasil analisis statistik inferensial
dengan menggunakan uji-t pada bagian one samples test, diperoleh nilai probabilitas
<0,001. Oleh karena nilai probabilitas < 0,05 (< 0,001  0,05) maka H0 ditolak.
Kata kunci: Implementasi, IOC (Inside Outside Circle), pendekatan kontekstual,
kubus, balok.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak pernah terpisahkan dalam perjalanan
hidup anak manusia dalam sejarah peradaban. Kualitas sebuah bangsa dan
peradaban ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Ia menjadi bagian yang penting,
sebab, dengan adanya pendidikan manusia mampu mengembangkan nalar
berfikirnya, serta meningkatkan taraf hidup dan kemampuanya dalam
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Dalam Undang–Undang No. 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 12 ayat 1 butir (b)
dinyatakan ‘’Setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya’’.
Selanjutnya pada butir (f) dinyatakan bahwa ‘’Siswa pada setiap satuan pendidikan
berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing–masing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan’’. Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh perkembangan anak bangsa sebagai
generasi penerus bangsa, dan kemajuan generasi bangsa ditentukan oleh
perkembangan pendidikan suatu bangsa tersebut. Untuk memperoleh pendidikan
yang maju dan berkembang dibutuhkan suatu perencanaan yang berhubungan
dengan tujuan pendidikan nasional di dalam UU No 2 Tahun 1989 yaitu:
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawabkemasyarakatan dan kebangsaan”. (UUSPN, 1989 (Hasbullah, 2015).
Menurut Isjoni (2009:7), pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan
dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan perkembangan
dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih
dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak perhatian
khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang berbagai model pembelajaran. Secara
harfiah model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berfikir
kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih
optimal.
Informasi ilmu pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah memegang peranan yang sangat penting termasuk pengetahuan dasar dari
mata pelajaran matematika. Matematika merupakan sarana berfikir logis, analisis
dan sistematis, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk atas landasan
dan kerangka berfikir matematika. Pendidik dan tenaga pengajar bertanggung jawab
untuk mendidik dan membimbing siswanya sehingga mereka harus membutuhkan
sejumlah pengetahuan, kecakapan dasar dan metode dalam melaksanakan tugas
sebagai guru dikelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dituntut agar guru mata
pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika disamping menguasai materi
pelajaran yang akan diajarkan juga harus dapat memberikan daya dorong atau
motivasi dan minat siswa untuk belajar dengan tenang, senang dan bersemangat
serta mempunyai rasa kemandirian. Sehingga siswa dengan segala potensi yang
dimilikinya dapat menjadikan siswa untuk tetap dapat belajar dengan baik dan benar
tanpa harus menunggu teguran dari orang lain dan tumbuh rasa percaya akan
kemampuan yang dimilikinya.
Guna mendukung hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka gurulah atau
pendidik yang paling mengetahui dan mengenal anak didiknya bagaimana
kemampuan siswanya di dalam belajar matematika, dengan melihat hasil belajar
matematika siswa dalam kurung waktu tertentu. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Antara lain telah dilakukannya
berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar
matematika. Pembelajaran matematika yang dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit sehingga menjadi momok permasalahan pokok dalam pembelajaran
matematika berkaitan dengan tujuan pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut
serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai.
Kegiatan pembelajaran merupakan hal yang paling cocok dari keseluruhan
proses pendidikan disekolah. Hal ini berarti bahwa keberhasilan tujuan pendidikan
sebagian besar bergantung pada proses pembelajaran matematika. Soedjadi
(2000:44) mengemukakan bahwa bagaimanapun baik materi yang ditetapkan tidak
akan mungkin tercapai tujuan pendidikan sekiranya tidak melalui proses
pembelajaran yang tepat. Dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas
merupakan salah satu tugas utama guru. Dalam hal ini pemelajaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Namun dalam proses
pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan
keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan
kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu
sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan,
sikap yang semestinya dapat juga diusahakan sendiri.
Matematika yang banyak menyajikan fakta dan konsep yang bersifat abstrak
membutuhkan kemampuan berfikir dari siswa. Obyek abstrak tersebut dalam
pendidikan matematika diusahakan agar mudah dipahami oleh peserta didik.
Beberapa hal yang menjadi keluhan dalam dunia pendidikan matematika adalah
kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika disekolah dengan dunia
nyata dan kehidupan sehari-hari siswa. Situasi tersebut dapat memberikan kesan
kepada siswa bahwa banyak materi matematika yang diajarkan disekolah tidak
terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dunia nyata. Situasi tersebut mendorong
dikembangkannya pemikiran bahwa pembelajaran matematika sebaiknya bersifat
kontekstual (lingkungan) kehidupan siswa sehari-hari. Misalnya, pembelajaran
matematika dilaksanakan dengan menggunakan benda-benda atau peristiwa-
peristiwa yang berasal dari kehidupan siswa tersebut dapat digunakan sebagai bahan
untuk menggawali pembahasan topik-topik matematika. Dalam pendekatan
kontekstual, siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman
melalui kelompok kerja atau diskusi dan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu komponen
pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Untuk
itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat. Salah satu
metode yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode
pembelajaran kelompok atau kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat
cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena menuntut siswa belajar
kelompok, saling bekerja sama, berinteraksi antara siswa yang satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
IOC.
Pembelajaran kooperatif tipe IOC merupakan strategi belajar dimana siswa
atau peserta didik belajar dalam lingkaran kecil dan lingkaran besar yang
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran ini menciptakan
situasi yang mana keberhasilan individu masing-masing siswa dipacu oleh
kelompok. Secara umum metode Inside Outside Circle (IOC) adalah teknik
mengajar dengan sistim lingkaran kecil lingkaran besar (Inside-Outside-Circle) yang
dikembangkan oleh Spencer kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar
saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini
adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu siswa bekerja dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka timbul keinginan bagi penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘'Implementasi Model Kooperatif Tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Palopo.
1.2 Tinjauan Pustaka
1. Hakikat matematika
matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus bahasa Indonesia
diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunnakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan (Depdiknas (Hamzah & Muhlisrarini, 2014)).
Terdapat ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum
pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:
a) Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering
juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek
dasar itu meliputi: (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4)
prinsip.
b) Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan adalah penting dalam matematika dan keseharian.
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitive.
Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian
sedangkan konsep primitive diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar
dalam pendefinisian. Aksioma disebut sebagai postulat ( yang sering
dinyatakan tidak perlu dibuktikan). Sedangkan konsep primitive disebut
sebagai undefined term ataupun pengertian-pangkal tidak perlu
didefinisikan.
c) Berpola pikir deduktif
Pemikiran deduktif mengikuti alur ‘’ umum ke khusus’’ terdapat
deduktif sederhana’’ dan deduktif tidak sederhana atau ketat’’ dalam
matematika sebagai ‘’ilmu’’ hanya diterima pola pikir deduktif. Dimana pola
pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran ‘’ yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada
hal yang bersifat khusus’’.
d) Memiliki symbol yang kosong dari arti
Symbol kosong dari arti dapat dimanfaatkan oleh yang memerlukan
matematika sebagai alat. Menempatkan mate-matika sebagai bahasa symbol.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan
Semesta pembicaraan bermakna sama dengan universal set. Semesta
pembicaraan dapat sempit dapat juga luas sesuai dengan keperluan.
f) Konsisten dalam sistemnya (anti-kontradiksi) (Soedjadi, 2000).
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman
diantaranya yaitu:
a) perubahan perilaku
b) perilaku terbuka
c) belajar dan pengalaman
d) belajar dan kematangan
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran
Gagne, lima kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar berupa:
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
4. Model pembelajaran kooperatif
Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif, sebagai berikut:
a) Team rewards : tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria
tertentu yang ditetapkan
b) Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar
individual dari semua anggota tim.
c) Equal opportunities for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada
timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu.
Pembelajaran kooperatif sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar, memiliki konsep
dasar yaitu: Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan
itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran
kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community). Siswa tidak hanya
terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa. Selain itu, terdapat tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Meningkatkan hasil belajar akademik
2. Penerimaan terhadap keragaman
3. Pengembangan keterampilan sosial.
Langkah – langkah dalam penggunaan model cooperative learning
secara umum (Stahl, 1994; Slavin, 1983, (Solihatin, 2012)) dapat dijelaskan
secara operasional sebagai berikut:
1. Guru Merancang rencana program pembelajaran.
2. Guru Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam
kelompok-kelompok kecil
3. Guru Mengarahkan dan membimbing peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap
dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4. Guru memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, dimana guru bertindak
sebagai moderator.
5. Model pembelajaran IOC
Pembelajaran IOC (Inside Outside Circle) adalah model pembelajaran
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat dan teratur (Isjoni, 2012).
Model pembelajaran ini merupakan salah satu struktur dari model
pembelajaran kooperatif. Dimana bahan pelajaran yang paling cocok digunakan
dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan
informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur
yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu siswa saling bekerja sama dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Adapun langkah–langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan
menghadap kedalam.
c. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan
dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat,
sementara siswa yang berada pada lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran siswa yang berada pada lingkaran besar yang membagi
informasi dan seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Guru juga bisa menggunakan struktur enam langkah seperti berikut:
Langkah 1: Pembentukan kelompok lingkaran luar dan lingkaran dalam
Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 8 orang dan kepada setiap
anggota berdiri membentuk lingkaran dalam melingkar menghadap keluar dan
lingkaran luar berdiri melingkar menghadap ke dalam. Dengan demikian antara
anggota lingkaran dalam dan lingkaran luar saling berpasangan disebut
kelompok asal.
Langkah 2: Memberikan tugas
Guru memberikan tugas tiap-tiap pasangan asal itu sesuai dengan indikator
pembelajaran yang dirumuskan.
Langkah 3: Berdiskusi
Memberikan waktu secukupnya untuk berdiskusi kepada tiap-tiap pasangan.
Langkah 4: Bergerak berputar lingkaran dalam dan lingkaran luar membentuk
pasangan baru.
Setelah mereka berdiskusi, guru meminta kepada anggota kelompok lingkaran
dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar.
Setiap pasangan terbentuk pasangan baru. Pasangan ini wajib memberi informasi
berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok asal, demikian seterusnya.
Pergerakan akan berhenti jika anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran
luar bertemu dengan pesangan asal. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar
tersebut dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok.
Langkah 5: Penilaian dan mengevaluasi
Guru memberikan ulasan dan mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran IOC (Inside Outside
Circle) yaitu:
a. Adapun kelebihan dari model pembelajaran IOC (Inside Outside Circle)
antara lain:
1) Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan
2) Mudah dipecah menjadi berpasangan
3) Lebih banyak ide muncul
4) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
5) Guru mudah memonitor
b. Adapun kekurangan dari model pembelajaran IOC (Inside Outside Circle)
antara lain:
1) Membutuhkan ruang kelas yang besar
2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau
3) Kurang kesempatan untuk kontribusi individu
4) Jumlah ganjil bisa menyulitkan proses pembentukan kelompok
5) Membutuhkan lebih banyak waktu.
6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh seorang pengajar
atau guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat
diserap oleh siswa. Pengertian konteks dan kontekstual menurut Kamus Bahasa
Indonesia yaitu: ‘’konteks merupakan situasi yang berkaitan dengan suatu
peristiwa, kondisi, atau suatu lingkungan’’, sedangkan kontekstual adalah’’
berhubungan dengan konteks’’. Sehingga pendekatan kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan suatu
konteks tertentu. Pembelajaran kontekstual adalah suatu usaha untuk membuat
siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat,
sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan
mengaitkannya dengan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme
(contructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (auhtentic assessment).
Selanjutnya menurut Trianto (Roby, 2013) mengatakan bahwa,
pembelajaran kontekstual menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi, transfer
pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan
pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.
Disamping itu, telah didefinisikan enam unsur kunci pembelajaran kontekstual
seperti berikut:
1) Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi
siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari.
Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka;
2) Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada saat
sekarang dan akan datang;
3) Berfikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berfikir kritis
dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau
memecahkan suatu masalah;
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, negara bagian
nasional, asosiasi, dan/atau industri;
5) Responsif terhadap budaya: pendidik harus memahami dan menghormati
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan siswa, sesama
rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik. Berbagai budaya
perorangan dan kelompok mempengaruhi pembelajaran;
6) Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari
siswa. Strategi-strategi ini dapat meliputi penilaian atas proyek dan kegiatan
siswa, penggunaan portofolio, rubrik, check list, dan panduan pengamatan
disamping memberikan kesempatan kepada siswa ikut aktif berperan serta
dalam menilai pembelajaran mereka dan penggunaan untuk memperbaiki
keterampilan menulis mereka.
7. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika yang diajar
melalui model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual.
b. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Palopo sebelum diterapkan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
c. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Palopo setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
d. Untuk mengetahui Bagaimana respon belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Palopo setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
e. Untuk mengetahui Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Palopo setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
f. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Palopo setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Palopo dengan objek penelitiannya


adalah kelas VIII J dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. SMP Negeri 3 Palopo ini
bertempat dijalan Andi Kambo Kecamatan Wara Timur. Waktu pelaksanaan penelitian
ini pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Jenis pendekatan dalam teknik samplingnya, peneliti menggunakan
pendekatan satuan eksperimen dan perlakuan sebagai sumber data dalam penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah ‘’One-Group Pretest-Posttest
Design’’. Desain tanpa kelompok pembanding dilakukan karena hanya terdapat satu
kelompok eksperimen yang diteliti, yaitu dengan cara menganalisis perlakuan (X)
melalui skor yang diperoleh dari pelaksanaan Pretest (O1) dan Posttest (O2). Desain
dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test. Desain yang
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2
(Sumber: Tiro dan Ahmar, 2014)
Keterangan:
O1: Nilai Pre-test
X: perlakuan terhadap kelas eksperimen
O2: Nilai Post-test
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3
palopo yaitu terdiri dari 10 kelas tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu dilakukan dengan teknik Random Sampling, sampel diambil secara
acak. Perlakuan dalam penelitian ini, adalah kelas yang terpilih sebagai kelas
eksperimen diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside-Outside-
Circle) dengan pendekatan kontekstual. Kelas eksperimen tersebut diberikan tes awal
(pretest). Langkah pada pembelajaran selanjutnya diberikan perlakuan (treatmen)
menggunakan model pembelajaran IOC dengan pendekatan kontekstual. Posttest
diberikan setelah pemberian perlakuan. Data hasil pretest dan posttest digunakan untuk
mengetahui kemampuan kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan model
kooperatif tipe IOC (Inside-Outside-Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika.
Pelaksanaan eksperimen yang dimaksud disini yaitu implementasi model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika siswa pada penelitian eksperimen. Dalam hal ini, peneliti
yang langsung bertindak sebagai guru (yang memberi perlakuan).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Perencanaan Eksperimen
a. Melakukan diskusi awal tentang pelajaran matematika dikelas eksperimen
b. Membuat rancangan perangkat pembelajaran (RPP) dan menyiapkan lembar
kerja siswa (LKS) yaitu membuat soal-soal berbentuk essay (uraian) yang akan
dijadikan sebagai instrumen pretest dan posttest serta penyusunan bahan ajar
yang akan dijelaskan pada siswa selama pembelajaran. Perangkat pembelajaran
yang dipersiapkan sudah divalidasi oleh validator yang menilai valid tidaknya
perangkat tersebut atau pakar pendidikan.
c. Mempersiapkan instrumen pengumpul data (lembar observasi keterlaksanaan
model pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, angket respons siswa, tes
hasil belajar). Lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi siswa pada
saat proses eksperimen berlangsung, yang meliputi keaktifan, kerapian siswa,
ketertiban siswa, dan absensi. Sedangkan tes hasil belajar untuk mengetahui
apakah hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model kooperatif tipe
IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual. Serta angket
respons siswa yaitu untuk mengetahui respons siswa terhadap model kooperatif
tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika. Instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh
validator untuk menilai layak tidaknya untuk digunakan atau menilai kesesuaian
dengan indikator.
d. Mempersiapkan observer
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Eksperimen
a. Pretest (Tes awal)
Pada tahap pelaksanaan tindakan eksperimen, proses yang dilakukan yaitu:
1) Sebelum melakukan pretest, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri.
2) Peneliti selanjutnya menjelaskan kepada siswa mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
3) Peneliti melakukan tes awal kepada peserta didik tanpa melakukan pengajaran
sebelumnya.
4) Setelah tes awal (pre-test) selesai dilakukan, kemudian hasilnya dikumpulkan ke
dalam daftar nilai.
b. Pemberian materi pengajaran
1) Melakukan kegiatan pengajaran kepada siswa yang sesuai dengan jadwal mata
pelajaran pada sekolah tempat dilakukan penelitian.
2) Peneliti melakukan kegiatan pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual.
3) Memberikan tes setelah pengajaran.
c. Posttest (tes akhir setelah pemberian materi)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah peningkatan hasil belajar siswa
setelah dilakukan pengajaran.
3. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi
keterlaksanaan model pembelajaran dan aktivitas siswa.
b. Data respons siswa akan dikumpulkan dengan menggunakan angket yang
diberikan kepada siswa kelas eksperimen setelah pembelajaran selesai.
Pemberian angket respons siswa untuk memperoleh data siswa terhadap
pembelajaran.
c. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui pemberian tes. Tes diberikan 2
kali yaitu, sebelum proses pembelajaran berlangsung (tes awal) dan setelah
proses pembelajaran (tes akhir). Tes awal dan tes akhir ini merupakan tes yang
sama.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil statistika deskriptif menunjukkan tentang karakteristik distribusi skor
masing-masing variabel sekaligus jawaban atas masalah deskriptif yang dirumuskan
dalam penelitian ini.
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran yang diobservasi adalah aktivitas pembelajaran yang
berkaitan dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual. Adapun observasi terhadap aktivitas pembelajaran tersebut
mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Observasi dari seorang observer (pengamat) terhadap aktivitas pembelajaran
selama empat pertemuan mengacu pada lima kategori penilaian sebagai berikut: (1):
berarti tidak ada terlaksana, (2): berarti sebagian kecil terlaksana, (3): berarti
separuh terlaksana, (4): berarti sebagian besar terlaksana, dan (5): berarti semua
terlaksana.
Pada pertemuan pertama berada pada ketegori sebagian besar terlaksana dan
berada pada angka 3,93. Pada pertemuan kedua berada pada kategori sebagian besar
terlaksana dan berada pada angka 4,27. Pada pertemuan ketiga berada pada kategori
sebagian besar terlaksana dan berada pada angka 4,07. Begitu pula pada pertemuan
keempat berada pada kategori sebagian besar terlaksana dan beradapada angka 4,27.
b. Hasil Belajar Matematika
1) Hasil Belajar Matematika Siswa sebelum diajar dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 68, nilai terendah 12, dan
rentang skor 56. Skor hasil belajar matematika siswa kelas VIII J SMP Negeri 3
Palopo sebelum diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual dikelompokkan dalam lima kategori menurut
nurkancana (1986:80), maka diperoleh tabel distribusi frekuensi dan presentase
hasil belajar seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa (pretest) sebelum
diajar dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54 Sangat Rendah 24 80
55 – 64 Rendah 5 17
65 – 79 Sedang 1 3
80 – 89 Tinggi 0 0
90 – 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 30 100
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 siswa kelas VIII J SMP Negeri 3
Palopo yang menjadi sampel pada penelitian (pretest) hasil belajar matematika sebelum
diajarkan dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual pada materi Kubus dan Balok. Pada siswa yang dikategorikan sangat tinggi
tidak ada yang mencapai nilai tersebut, pada kategori sedang ada 1 siswa, pada kategori
rendah ada 5 siswa dan kategori sangat rendah ada 24 siswa.
2) Hasil Belajar Matematika Siswa setelah diajar dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan Pendekatan Kontekstual.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika Siswa (posttest) setelah diajar
dengan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
Pendekatan Kontekstual

Statistik Nilai Statistik


Ukuran Sampel 30,00
Rata-rata 84,60
Nilai Tengah 84,00
Deviasi Standar 7,21
Variansi 52,04
Rentang Skor 25,00
Skor Ideal 100,00
Nilai Terendah 75,00
Nilai Tertinggi 100,00
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel 3, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100, nilai
terendah 75, dengan rentang skor 25. Jika skor hasil belajar matematika siswa kelas
VIIIJ SMP Negeri 3 Palopo setelah diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dikelompokkan dalam lima kategori
menurut Nurkancana (1986:80), maka diperoleh tabel distribusi frekuensi dan
persentase hasil belajar seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa (posttest) setelah diajar
dengan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
Pendekatan Kontekstual
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54 Sangat Rendah 0 0
55 – 64 Rendah 0 0
65 – 79 Sedang 8 27
80 – 89 Tinggi 13 43
90 – 100 Sangat Tinggi 9 30
Jumlah 30 100
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)
Besarnya peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual yang
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Koefisien Normalisasi Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Gain
g < 0,3 Rendah 0 0
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang 11 37
g ≥ 0,7 Tinggi 19 63
Jumlah 30 100
Rata-rata 0,75 Tinggi
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh keterangan peingkatan hasil belajar siswa
setelah diterapkannya model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual. Adapun yang memperoleh peningkatan hasil belajar dengan
kategori sedang jumlah frekuensi siswa sebanyak 11 orang siswa dengan persentase
37%, sedangkan peningkatan hasil belajar dengan kategori tinggi jumlah frekuensi
siswa sebanyak 19 orang siswa dengan persentase 63%.
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di SMP Negeri 3
Palopo yang digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar
matematika siswa secara klasikal pada kelas eksperimen yang di ajar dengan model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual, dapat
dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
Ketuntasan Pretest Posttest Pretest(%) Posttest(%)
0 – 74 Tidak Tuntas 30 0 100 0
75 – 100 Tuntas 0 30 0 100

(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)


Peningkatan hasl belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan persentase siswa
yang mencapai ketuntasan. Pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa persentase siswa
yang tuntas secara klasikal sebesar 100% ˃ 85%. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa secara deskriptif hasil belajar matematika siswa setelah diajar
dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar. Oleh karena itu, pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual dapat dikatakan efektif.
c. Hasil Analisis Data Respons Siswa
Data hasil respons siswa terhadap pembelajaran matematika setelah diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual diperoleh dari angket respons siswa. Data respons siswa
berfungsi untuk mengetahui pendapat siswa dalam pembelajaran matematika setelah
diterapkannya model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika sesuai indikator yang ada pada lembar
angket respons siswa.
Sebagaimana dikemukakan dalam instrumen penelitian pada Bab III bahwa
butir-butir indikator respons siswa ada empat. Pada indikator tersebut diminta pendapat
(sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan sangat kurang setuju) siswa tentang: (1)
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual membuat saya terdorong untuk
aktif dalam belajar, (2) materi yang disampaikan oleh guru menjadi mudah dipahami,
(3) pembelajaran yang diaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual menarik, (4) pembelajaran yang
diaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual membuat saya semangat belajar dan termotivasi untuk
lebih giat belajar, (5) pembelajaran yang diaksanakan dengan menggunakan model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual membuat
saya lebih aktif mengerjakan soal, (6) pembelajaran ini membuat saya senang berdiskusi
dan berbagi informasi dengan setiap anggota kelompok / pasangan untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru, (7) saya tidak merasa malu dan takut lagi untuk berbicara
didepan kelas, (8) setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
model kooperatif tipe pembelajaran yang diaksanakan dengan menggunakan model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual saya mulai
menyukai matematika dan menganggap matematika bukanlah pelajaran yang sulit
Tabel 7. Deskripsi Nilai Rata-rata Respons Siswa terhadap Pembelajaran Matematika
setelah diajar dengan Model Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan Pendekatan Kontekstual
Rata-rata
No Pernyataan tiap Kategori
pernyataan

pembelajaran yang dilaksanakan dengan


menggunakan model kooperatif tipe IOC
1 (Inside Outside Circle) dengan pendekatan 3,40 Baik
kontekstual membuat saya terdorong untuk
aktif dalam belajar
materi yang disampaikan oleh guru menjadi
2 3,27 Baik
mudah dipahami
pembelajaran yang diaksanakan dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC
3 3,07 Baik
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual menarik
pembelajaran yang diaksanakan dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC
4 (Inside Outside Circle) dengan pendekatan 2,90 Baik
kontekstual membuat saya semangat belajar
dan termotivasi untuk lebih giat belajar
pembelajaran yang diaksanakan dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC
5 (Inside Outside Circle) dengan pendekatan 3,20 Baik
kontekstual membuat saya lebih aktif
mengerjakan soal
pembelajaran ini membuat saya senang
berdiskusi dan berbagi informasi dengan
6 3,70 Sangat Baik
setiap anggota kelompok / pasangan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru
saya tidak merasa malu dan takut lagi untuk
7 2,93 Baik
berbicara didepan kelas
setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model kooperatif tipe
pembelajaran yang diaksanakan dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC
8 2,47 Kurang Baik
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual saya mulai menyukai matematika
dan menganggap matematika bukanlah
pelajaran yang sulit

Rata-rata Respons Siswa Secara Keseluruhan 3,11 Baik

(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)


Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perolehan skor rata-rata untuk
respons siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo selama pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual adalah sebesar 3,11 di mana menurut kategori respons siswa
termasuk dalam kategori baik.
d. Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa merupakan keterlibatan siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung mulai awal sampai akhir pembelajaran. Data dari lembar observasi
dianalisis berdasarkan kriteria keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar
menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika, yaitu mulai pertemuan pertama sampai
pertemuan ke empat dan diamati oleh dua orang pengamat (observer).
Data dari lembar observasi dianalisis berdasarkan kriteria keaktifan siswa selama
kegiatan belajar mengajar menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika, yaitu mulai
pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-4 dan diamati oleh dua pengamat (observer). Skor
penilaian yang diberikan meliputi; skor (1) jika aktivitas siswa sangat aktif, skor (2) jika
aktivitas siswa aktif, skor (3) jika aktivitas siswa tidak aktif, skor (4) jika aktivitas siswa
sangat tidak aktif. Kriteria setiap skor penilaian pada rubrik penilaian terdapat pada
lampiran.
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual, adapun indikator yang dinilai dalam pengamatan adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru
2) Membaca materi pembelajaran
3) Saling berdiskusi dengan tiap-tiap pasangan lingkaran luar lingkaran dalam, saat
menyelesaikan tugas yang diberikan
4) Mempersentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas
5) Menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru / teman kelompok tentang
tugas yang diberikan
6) Menjawab/menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman
7) Menarik kesimpulan mengenai materi yang diajarkan
8) Perilaku yang tidak sesuai dengan KBM seperti makan di dalam kelas, tidur,
mengganggu teman, ribut.
Berikut data hasil lembar observasi yang ditunjukkan pada tabel 15 berikut:
Tabel 8. Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual
Indikator Pertemuan Rata-rata Kategori
Tiap
Pertemuan

I II III IV
1 2,0 3,5 3,5 4,0 3,25 Aktif
2 3,5 3,0 4,0 4,0 3,63 Sangat Aktif
3 3,0 3,5 3,5 4,0 3,5 Sangat Aktif
4 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 Aktif
5 3,5 3,5 4,0 3,5 3,63 Sangat Aktif
6 2,5 3,5 3,5 3,5 3,25 Aktif
7 2,5 3,0 3,0 3,5 3,0 Aktif
8 3,0 3,0 3,0 2,0 2,75 Aktif

Rata-rata Aktivitas Siswa secara Keseluruhan 3,25 Aktif

(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)


Pada tabel di atas tampak bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan siswa
pada sebagian besar indikator setiap pertemuan. Adapun perolehan skor rata-rata untuk
keseluruhan aktivitas siswa dari pertemuan ke-1 hingga pertemuan ke-4 adalah sebesar
3.25 dimana menurut kriteria keaktifan siswa termasuk dalam kategori Aktif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo
selama pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual termasuk kategori aktif yaitu 3,25.
1. Hasil Analisis Statistika Inferensial
Sebagai syarat untuk melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah data yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Adapun
keputusan yang diambil dari output SPSS 20 yaitu nilai signifikan dari tabel Test of
Normality dikolom Shapiro-Wilk dengan pedoman pengambilan keputusan adalah:
Berdasarkan tabel Test of Normality:
Shapiro-Wilk, dari tabel diperoleh nilai probabilitas untuk pretest adalah 0,397
(p ≥ 0,05) dan nilai probabilitas untuk posttest adalah 0,54 (p ≥ 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa data pada pretest dan posttest berdistribusi normal (simetris).
b. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil analsis yang diperoleh sesuai dengan lampiran pada tabel Paired Samples
Test digunakan untuk menguji hipotesis penelitian sekaligus menjawab rumusan
masalah apakah H0 dapat ditolak atau diterima. Adapun dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan nilai probabilitas:
1) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima.
2) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak.
Berdasarkan hasil analisis data yang dapat dilihat pada lampiran, pada bagian
Paired Samples Test, diperoleh thitung = -24,99 dengan nilai probabilitas p<0,001. Oleh
karena nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan nilai rata-rata skor
hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada nilai rata-
rata skor hasil belajar siswa sebelum diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe
IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual.
Untuk keperluan pengujian hipotesis, telah dirumuskan statistiknya, yaitu:
H0 : µB ≤ 0 lawan H1 : µB ≥ 0 ; µB = µ2 - µ1
Dimana µ2 = 84,60 (parameter rata- rata hasil belajar matematika siswa setelah
diajar melalui model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual) dan µ1 = 41,53 (parameter rata- rata hasil belajar matematika siswa
sebelum diajar melalui model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual).
Berdasarkan nilai dari kedua parameter diatas, terlihat parameter rata-rata skor
hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi daripada parameter
rata- rata hasil belajar matematika siswa sebelum diajar dengan menggunakan model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual). Dengan
demikian H0 ditolak. Karena nilai rata-rata posttest siswa lebih tinggi daripada nilai
rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe
IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual.
c. Pencapaian Keefektivan Pembelajaran
Pencapaian keefektivan pembelajaran model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual ditentukan berdasarkan ketercapaian ketuntasan
belajar, ketercapaian keefektivan aktivitas siswa, respons siswa terhadap pembelajaran
yang positif, serta perbedaan rata-rata selisih pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. Pencapaian Keefektivan Pembelajaran secara Deskriptif
Kriteria keefktivan Pencapaian Kategari
Nilai Rata-rata Hasil Belajar Posttest 84,60 Melebihi KKM
Keterlaksanaan Pembelajaran 4,13 Sebagian Besar Terlaksana
Aktivitas Siswa 3,25 Aktif
Respons Siswa 3,11 Baik
Nilai Gaint 0,75 Tinggi
Pencapaian Ketuntasan Belajar 100% Tuntas

(Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2015)


Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa model kooperatif tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual efektif untuk diterapkan dikelas VIII J
SMP Negeri 3 Palopo dan dapat diterapkan dikelas VIII SMP Negeri 3 Palopo lainnya.
1.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah diuraikan, maka pada bagian
pembahasan hasil penelitian meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Pembahasan meliputi: (1) keterlaksanaan model pembelajaran, (2) hasil
belajar siswa, (3) respons siswa setelah pembelajaran dan (4) aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Pembahasan aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil analisis statistik deskriptif
a. Keterlaksanaan model pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian pada aspek keterlaksanaan model kooperatif tipe
IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual, diperoleh fakta bahwa
pada model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual keterlaksanaan model adalah 4,13. Data tersebut menunjukkan
bahwa keterlaksanaan model pembelajaran tersebut sebagian besar terlaksana.
Pertemuan pertama berada pada kategori sebagian besar terlaksana dan berada
pada angka 3,93. Pada pertemuan kedua berada pada kategori sebagian besar terlaksana
dan berada pada angka 4,27. Pada pertemuan ketiga berada pada kategori sebagian besar
terlaksana dan berada pada angka 4,07. Begitu pula pada pertemuan keempat berada
pada kategori sebagian besar terlaksana dan berada pada angka 4,27.
Hasil penelitian juga mengindikasikan adanya perkembangan keterlakasanaan
model pembelajaran setiap pertemuan. Pada model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual rata-rata keterlaksanaan model pada pertemuan
pertama adalah 3,93 (kategori sebagian besar terlaksana), pertemuan kedua adalah 4,27
(kategori sebagian besar terlaksana), pertemuan ketiga adalah 4,07 (kategori sebagian
besar terlaksana) dan pertemuan keempat adalah 4,27 (kategori sebagian besar
terlaksana).
b. Hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo pada materi kubus dan balok
secara umum sebelum diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual dikategorikan sangat rendah, hal ini di tunjukkan dari
perolehan nilai rata-rata pretest sebesar 41,53 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi
12,94 dan variansi 167,49. Hal ini masih menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
belum benar-benar menguasai materi sepenuhnya.
Berbeda dengan hasil analisis statistik deskriptif yang menunjukkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo pada materi kubus dan balok
secara umum setelah diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual dikategorikan tinggi, dengan perolehan nilai rata-rata
posttest sebesar 84,60 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 7,21 dan variansi
52,04. Hal ini disebabkan karena meningkatnya minat belajar siswa yang didukung oleh
bakat dan kemampuan yang dimilikinya serta bimbingan belajar baik secara individu
maupun bimbingan secara kelompok sehingga dapat menguasai sepenuhnya materi atau
mencapai ketuntasan belajar.
Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar matematika setelah menerapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo,
dimana hasil belajar matematika setelah diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII J SMP Negeri 3
Palopo lebih baik dari sebelum diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside
Circle) dengan pendekatan kontekstual.
c. Respons Siswa setelah Pembelajaran
Berdasarkan hasil angket respons siswa, pada umumnya siswa memberikan
respons positif terhadap model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual. Banyak siswa yang merespons positif terhadap komponen
pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas, LK, dan suasana pembelajaran di
kelas.
Pilihan setuju dan sangat setuju yang diberikan oleh sebagian besar siswa
menunjukkan adanya respons positif siswa baik terhadap komponen model kooperatif
tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual.
Berdasarkan hasil respons siswa, diperoleh bahwa nilai rata-rata respons siswa
pada model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual,
Sebesar 3,11. Berada pada kategori baik, ini berarti memenuhi kriteria keefektifan.
d. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa dapat dilihat bahwa
setiap aspek yang dinilai mulai dari pertemuan pertama (ke-I) sampai dengan pertemuan
keenam (ke-IV), aktifitas siswa masuk kedalam kriteria batas keefektifan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo saat
diterapkannya model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika adalah efektif.
Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa, tercapainya tujuan yaitu model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual ketuntasan
belajar setiap unit materi pelajaran yang tecermin dari meningkatnya hasil belajar siswa
melebihi atau sama dengan taraf minimal kriteria ketuntasan belajar yaitu 85%. Dengan
hasil penelitian kriteria ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palopo
pada materi kubus dan balok setelah diterapkan model kooperatif tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual lebih dari taraf atau kriteria ketuntasan
belajar minimal.
2. Hasil analisis statistik inferensial.
Sesuai dengan hipotesis penelitian, diperoleh bahwa Berdasarkan hasil analisis
data yang dapat dilihat pada lampiran, pada bagian Paired Samples Test, diperoleh thitung
= -24,99 dengan nilai probabilitas <0,001. Oleh karena nilai probabilitas < 0,05, maka
H0 ditolak. Dapat disimpulkan nilai rata-rata skor hasil belajar siswa setelah diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual lebih baik daripada nilai rata-rata skor hasil belajar siswa
sebelum diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual.
Secara deskriptif telah tercapai ketuntasan klasikal untuk pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan
kontekstual yaitu 100%. Dari persentase ketuntasan dengan menggunakan model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual tersebut
telah melampaui kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 85%. Secara
inferensial hal ini terpenuhi artinya kriteria persentase ketuntasan klasikal tidak hanya
terjadi pada sampel yang dijadikan eksperimen tetapi juga terjadi pada populasi sampel
secara keseluruhan.
Untuk uji proporsi ini, banyaknya anggota sampel pada kelas VIII J SMP
Negeri 3 Palopo 30 siswa dengan 30 siswa tuntas. Sehingga H0 diterima. Dengan
demikian ukuran sampel yang kecil ini mempengaruhi uji hipotesis.
Dari uraian sebelumnya, keefektifan pembelajaran berdasarkan 3 (tiga) kriteria
yakni (1) rata-rata nilai gain ternormalisasi lebih besar dari ˃ 0,29 (0,75 > 0,29), (2)
Rata-rata nilai posttes melampui nilai KKM (100 > 74,9) (3) Persentase ketuntasan
klasikal lebih dari 85% (100% > 85%). Dengan demikian secara umum model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual efektif
dalam pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok, siswa kelas VIII J SMP
Negeri 3 Palopo.
3. Keefektifan Pembelajaran
Berdasarkan pencapaian keefektifan pembelajaran, model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual efektif untuk diterapkan pada
materi kubus dan balok, siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo. Berdasarkan hasil
analisis pencapaian ketentusan belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual maka hasil belajar siswa VIII J
SMP Negeri 3 Palopo masuk dalam kategori tuntas, kemudian menggunakan gain
ternormalisasi diperoleh hasil belajar siswa dalam kategori tinggi, sedangkan aktivitas
siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual berada pada kriteria batasan aktif, begitu pula dengan respons
siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual berada pada kategori baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kriteria keefektifan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual efektif
untuk diterapkan pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo
dengan:
1. Rata-rata skor keterlaksanaan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual saat diterapkan pada materi kubus dan balok
dikatakan baik atau model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle)
dengan pendekatan kontekstual berada dalam kategori sebagian besar terlaksana.
2. Hasil belajar matematika siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo yang diajar
sebelum menggunakan model kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan
pendekatan kontekstual dikategorikan rendah. Dan Hasil belajar matematika siswa
kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo setelah diajar dengan menggunakan model
koope kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual
dikategorikan tinggi.
3. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka disimpulkan bahwa Aktivitas siswa
kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo saat diterapkannya model kooperatif tipe IOC
(Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika adalah aktif.
4. Respons siswa kelas VIII J SMP Negeri 3 Palopo saat diterapkannya model
kooperatif tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran matematika adalah baik.
5. Terjadi peningkatan hasil belajar matematika setelah penerapan model kooperatif
tipe IOC (Inside Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual dimana hasilnya
dapat di lihat dari peningkatan signifikan dari nilai Pretest dan Posttest.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di kelas VIII SMP Negeri 3 Palopo,
maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Guru
Diharapkan agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside
Outside Circle) dengan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika agar
lebih efektif.
2. Peserta didik
Diharapkan agar lebih meningkatkan prestasi belajar dan motivasi belajar dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas untuk meningkatkan hasil belajar.
3. Peneliti lain
Kepada peneliti lain yang berminat pada penelitian ini, untuk mengembangkan hasil
penelitian ini pada pokok bahasan lain dan lokasi yang luas dalam upaya
meningkatkan pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai