Secara teoretis, vessel dapat berbentuk apa saja, tetapi bentuk seperti spherical dan silinder
paling banyak digunakan, dan dalam beberapa kasus tertentu bentuk elips dan rectangular juga
digunakan. Desain yang umum adalah silinder dengan tutup (head) yang dapat berbentuk
hemispherical atau torispherical.
Bentuk-bentuk vessel:
Pemilihan jenis vessel horizontal atau vertikal terutama bergantung pada beberapa kriteria proses
sebagai berikut:
Ekonomi
Kasus Khusus
1
Jenis-jenis vessel:
1. Separator
Vertikal
Vessel vertikal cocok untuk pemisahan dua fase, gas – cair
Jenis vessel vertical adalah jenis vessel yang paling efektif digunakan untuk kasus dimana
rasio gas-oil (GOR) rendah. Selain itu, penggunaan vessel vertical juga dimaksudkan untuk
mengantisipasi pembentukan solid (endapan).
Vessel vertikal lebih mudah dalam pemasangan instrumentasi level (pengukuran tinggi
cairan), alarm dan sistem shutdown
Vessel vertical digunakan jika jumlah uap yang mau dipisahkan banyak pada zat cair yang
sedikit
Horizontal
Vessel horizontal cocok untuk pemisahan tiga fase, gas – cair – cair
Jenis vessel horizontal dikatakan paling ekonomis untuk separasi oil-water pada
umumnya, khususnya ketika terdapat masalah dengan emulsi, busa/buih, atau pada
kasus dimana rasio liquid-gas tinggi.
Vessel horizontal lebih efisien: total volume fluida besar dan jumlah gas terlarut dalam
zat cair lumayan banyak
Parameter Horizontal Vertikal
Kelebihan Memiliki efisiensi yang lebih baik Permukaan luas area cairan tidak berubah
dibandingkan separator vertikal seiring dengan naiknya tinggi cairan (liquid
level), sehingga laju entrainment konstan
Desain yang lebih cocok jika Tempat yang dibutuhkan lebih kecil
terdapat satu inlet dan dua outlet
Desain yang lebih cocok untuk Lebih mudah untuk pemasangan instrument
separator tiga fase level (pengukuran tinggi cairan), alarm dan
sistem shutdown
2
Memerlukan tempat yang lebih Kurang cocok untuk pengunaan separator
besar jika dibandingkan dengan tiga fase
separator vertikal
Pada level cairan yang tinggi, Kurang cocok utuk rasio cair - uap yang tinggi
entrainment akan lebih mudah
Kekurangan
terjadi
Sulit untuk dibersihkan jika Sulit untuk difabrikasi
terakumulasinya padatan
Sulit dan mahal dalam pengiriman
2. Pressure Vessel
Menurut ASME Boiler and Pressure Vessel Code (BPVC), section VIII, presure vessel
adalah kontainer untuk menahan tekanan baik dari dalam atau luar. Biasanya berisi fluida,
vapor, atau gas pada tingkat tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan atmosfer
Kegunaan:
Bejana penyimpanan
Industri kimia
Bidang medis
Bidang penelitian luar angkasa
Bidang nuklir, dll
Jenis:
3
Pertimbangan pengaruh cuaca
Piping and pumping lebih sulit
Uniform distribution
Memungkinkan tanpa fondasi
Walaupun membutuhkan ruang yang lebih sedikit, ketinggian akan dipengaruhi oleh
kecepatan angin
Horizontal
Endapan sulti diatasi
Plot area besar
Surge lebih besar
Range ketinggian kecil
Entrainment
Fondasi lebih stabil
Lebih membutuhkan banyak ruang
4. Inclined Vessel
Jarang digunakan karena instalasi vessel, terutama dalam hal dudukan, sangat sulit untuk
dilakukan.
Tidak ada di ASME, biasanya industri menggunakan software khusus untuk mengetahui
kemampuan Inclined Pressure Vessel
Contoh: Produksi Nitrous Oxide dengan reaksi pirolisis Ammonium Nitrate.
Kelebihan
1. Untuk ukuran vessel yang sama, lahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan horizontal
pressure vessel
2. Memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan separator vertical
3. Kebutuhan piping lebih sedikit dibandingkan separator vertikal, penggunaan
pompa/kompresor untuk pengairan feed opsional
4. Wetted perimeter area lebih besar dibandingkan vertical pressure vessel
Ukuran yang menentukan besar atau kecilnya suatu bejana adalah rasio L/D.
Penggunaan vessel:
Reaktor CSTR
Reaktor PFR
Separator
Pressure vessel & Storage vessel
1. Separator
2 fasa
a. Vap-Liq (flash drum)
b. Liq-Liq
c. Vap-Sol
d. Liq-Sol
3 fasa
a. Vap-Liq-Liq
4
2. Flash drum
Faktor yang mempengaruhi
a. Laju alir fasa gas
b. Laju alir tetes cairan (settling velocity)
c. Kapasitas total
d. Waktu hold up
e. Waktu respons kendali
f. Orientasi vessel
a. Vertikal:
• Ukuran tinggi:
• Tinggi untuk HLL (High Liquid Level) (bergantung pada jenis service di mana vessel dipakai)
• Jarak antara HLL dengan inlet nozzle (0.3D, dengan nilai minimal 0,3 m)
• Diameter dari inlet nozzle (bergantung pada aliran masuk dan alat input aliran yang dipakai)
5
Jarak yang
Kategori Direkomendasikan
• Persamaan untuk mencari diameter flash drum vertikal didasarkan pada settling velocity dari
tetes cairan pada flash drum
1/2
2
TZQ g ρg CD
D = 5,054 (| | )
P ρl − ρg dm
b. Horizontal
Penentuan ukuran L/D berdasarkan tekanan operasi:
Tekanan Desain Flash Drum L/D yang Disarankan
• Mengasumsikan persen volume dari cairan dalam vessel, lalu memakai nilai L/D untuk
mencari nilai D
𝟏/𝟑
𝐕𝐥𝐢𝐪
𝐃=( )
𝟏⁄ 𝛑(𝐋⁄ )𝐗
𝟒 𝐃 𝐥𝐢𝐪
• Menentukan nilai LLL dari vessel. Nilai tipikalnya adalah 0,2 m. Lalu, nilai luas permukaan
di bawah LLL dicari dengan rumus:
𝐀𝐋𝐋𝐋 (𝛟 − 𝐬𝐢𝐧 𝛟)
=
𝐀𝐭𝐨𝐭 𝟐𝛑
𝐇𝐋𝐋𝐋 𝟏 𝛟
= (𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 )
𝐃 𝟐 𝟐
• Menentukan nilai luas permukaan yang diisi oleh cairan, yaitu hold up dari vessel
ditambah dengan luas permukaan LLL sebelumnya
𝐕𝐥𝐢𝐪
𝐀𝐭𝐨𝐭,𝐥𝐢𝐪 = 𝐀𝐋𝐋𝐋 +
𝐋
• Menentukan nilai HLL dari vessel dengan cara yang sama dengan langkah 2 (mencari LLL),
dan menentukan luas permukaan yang berisi uap
• Mencari nilai laju uap maksimum dengan rumus:
6
ρl − ρv 1/2
vmax = K t ( )
ρv
Dengan Kt untuk vessel horizontal sebesar 0,08 m/s
• Menghitung laju uap aktual dari ruang uap yang berada di atas HLL, dan dibandingkan
dengan nilai laju uap maksimal.
• Batasan: Nilai HLL tidak boleh melebihi 80% diameter, dengan nilai tinggi ruang uap
minimum 0,3 m (tanpa demister) dan/atau 0,6 m (dengan demister)
3. Reaktor CSTR
Faktor yang mempengaruhi
a. Reaksi yang terjadi
b. Pola aliran
c. Jumlah impeller
• Untuk kasus normal di mana diperlukan 1 impeller, maka nilai L/D yang biasa digunakan
adalah sekitar 0,8 hingga 1,0
• (L/D > 1,5) → jarak tempuh resirkulasi menjadi panjang
• (L/D > 2) → diperlukan impeller lebih dari 2 untuk membuat pola aliran yang baik (untuk
kapasitas 10 kL)
Bila hanya digunakan impeller aksial, jarak tempuh resirkulasi menjadi panjang →
pencampuran lambat
Bila viskositas tinggi → terbentuk 2 pola aliran → pencampuran lambat
Reaktor dengan L/D sebesar 2 atau lebih hanya digunakan bila kapasitas reaktor besar
(dengan D > 4 m)
4. Reaktor PFR
PFR umumnya memiliki nilai L/D > 10
Alasan: Dalam PFR, kondisi yang diinginkan adalah tidak adanya gradien konsentrasi ke arah
radial, sehingga diperlukan nilai panjang yang jauh lebih besar dari diameternya
5. Reaktor PBR
Faktor yang mempengaruhi
a. Banyaknya katalis yang diperlukan
b. Pressure Drop
c. Kemampuan fabrikasi
Langkah-langkah:
• Diketahui laju massa
• Didapatkan luas permukaan (A) PBR
• Didapatkan panjang (L) PBR
• Trial nilai pressure drop (P/P0)
• Bila pressure drop tinggi, digunakan A yang lebih besar atau laju massa lebih kecil
6. Storage tank
Faktor yang mempengaruhi:
a. Lama penyimpanan
b. Tekanan dalam vessel
c. Banyak zat yang ditampung
d. Fasa zat yang disimpan
e. Efisiensi ruang
7
Biasanya, tangki penyimpanan yang menyimpan suatu zat dalam jumlah yang sangat besar
dalam waktu lama menggunakan tangki dengan L/D rendah
Tangki penyimpanan yang menampung fraksi gas dalam jumlah banyak biasanya
menggunakan nilai L/D yang lebih besar dari 1
Tangki penyimpanan yang menampung cairan dalam jumlah yang tidak begitu besar biasanya
menggunakan nilai L/D yang lebih besar dari 1
Nilai L/D yang lazim untuk tangki penyimpanan yang tinggi: 1,5 – 2,5
Nilai L/D yang lazim untuk tangki penyimpanan yang lebar: 0,8 – 1
di mana:
p adalah tekanan fluida yang ditampung
σt adalah maximum allowable stress pada vessel
Dinding Tipis
Radial Stress (σ3) bernilai sangat kecil dibandingkan dengan nilai jenis stress lain sehingga dapat
diabaikan.
Nilai Longitudinal Stress (σ1) dan Circumferential Stress (σ2) dianggap konstan di sepanjang
dinding bejana.
8
Dinding Tebal
Radial Stress (σ3) bernilai signifikan dibandingkan dengan nilai jenis stress lain.
Nilai Longitudinal Stress (σ1) dan Circumferential Stress (σ2) dianggap bervariasi di sepanjang
dinding bejana.
Berdasarkan ASME BPV Code Sec. VIII D.1., ketebalan dinding bejana paling minimum adalah 1,5 mm
(1/16 inch), dengan kondisi tidak memperhatikan:
dimensi bejana
pengaruh korosi.
Aplikasi
Bejana berdinding tebal digunakan dalam bejana tekanan tinggi, gun barrel.
Rumus untuk Perhitungan Ketebalan Shell Pressure Vessel untuk Tabung CNG
Spherical Shells 𝑃. 𝑅
𝑡=
2. 𝑆. 𝐸 − 0,2. 𝑃
Diketahui:
9
Case: Type 1 CNG Tank
Penyelesaian:
Suhu di dalam vessel adalah 70 0F, maka maksimum allowable stress adalah 15700 psi.
t (thickness)
R (radius) = 20 in
10
S (allowable stress) = 15700 psi
Pada industri, vessel CNG dirancang untuk dapat menahan 125% dari tekanan operasinya,
jadi desain harus mampu menahan sebesar 4500 psi.
4500 𝑝𝑠𝑖 𝑥 10 𝑖𝑛
𝑡=
15700 𝑝𝑠𝑖 𝑥 0.85 − 0,6 𝑥 4500 𝑝𝑠𝑖
𝑡 = 4,225 𝑖𝑛
F. Case Study: Perhitungan Ketebalan Shell untuk Tekanan Luar
Do/t >= 10
Cylindrical
Shell Do/t < 10
Spherical
Mekanisme kegagalan :
- Internal Pressure
Kegagalan vessel yang disebabkan adanya stress dalam beberapa bagian di dalam vessel yang
melebihi kekuatan dari materialnya
- External Pressure
Dijelaskan dengan adanya kehilangan stabilitas, di mana vessel tidak mampu lagi untuk
mempertahankan bentuknya dan membentuk volume baru yang lebih rendah.
Tekanan eksternal dapat dibuat melalui tiga cara:
- Vakum dalam vessel dan tekanan atmosferik di luarnya
- Tekanan di luar vessel lebih besar dibanding tekanan atmosfer
- Kombinasi keduanya
Dua sumber tak terduga yang menyebabkan kondisi vakum dalam vessel :
- Tidak memadainya proses venting pada unloading vessel atau tank
- Mendinginkan vessel yang berisi steam sehingga steam tersebut mengalami kondensasi
Batasan:
• Terbatas hanya shell silindris tanpa stiffening rings, tubes, dan shell berbentuk bola berdasarkan
ASME BPVC VIII UG-28
• Grafik-grafik yang digunakan dalam penentuan ketebalan minimum yang dibutuhkan diberikan
pada Section II Subpart 3, Part D
11
Prosedur Perhitungan
a. Shell Silindris Do/t >=10
1. Asumsikan nilai t dan tentukan rasio L/Do dan Do/t
2. Gunakan Fig. G pada Section II Subpart 3 untuk mencari nilai A, Part D pada nilai L/Do yang
telah ditentukan pada step 1. Untuk nilai L/Do > 50, gunakan nilai L/Do = 50. Untuk nilai L/Do
<0.05, gunakan nilai L/Do = 0.05
3. Nilai A didapatkan dengan cara menarik garis secara horizontal dari sumbu y hingga nanti
berpotongan dengan garis Do/t
4. Dengan menggunakan nilai A dari step 3 dan input pada grafik material yang berlaku, tarik
garis lurus hingga berpotongan dengan garis temperatur desain untuk mencari nilai B.
*Ketika nilai A berada di sebelah kanan dari garis temperatur, asumsikan perpotongan
terjadi di proyeksi horizontal dari bagian paling ujung garis temperatur.
*Ketika nilai A berada di sebelah kiri dari garis temperatur, lihat step 6.
12
5. Gunakan nilai B untuk menghitung tekanan eksternal maksimum operasi (Pa) dengan
menggunakan persamaan berikut :
4𝐵
𝑃𝑎 =
𝐷𝑜⁄
3( 𝑡)
6. Untuk nilai A yang berada di sebelah kiri garis temperatur, gunakan persamaan berikut
untuk menghitung nilai Pa :
2𝐴𝐸
𝑃𝑎 =
𝐷
3( 𝑜⁄𝑡)
7. Bandingkan hasil perhitungan Pa yang didapat dari step 5 atau 6 dengan P. Jika Pa bernilai
lebih kecil, ulangi langkah dengan menggunakan asumsi t yang lebih besar hingga nilai Pa
sama atau lebih besar dibandingkan dengan P.
b. Shell Silindris Do/t < 10
1. Menggunakan prosedur yang sama dengan sebelumnya untuk mendapatkan nilai B. Untuk
nilai Do/t yang lebih kecil daripada 4, nilai A dapat dihitung dari persamaan berikut :
1.1
𝐴=
𝐷𝑜⁄ 2
( 𝑡)
*Untuk nilai A yang lebih besar dari 0.1, gunakan nilai 0.1.
2. Gunakan nilai B yang didapat dari step 1 untuk menghitung nilai Pa1 menggunakan
persamaan berikut:
2.167
𝑃𝑎1 = [ − 0.0833] 𝐵
(𝐷𝑜 ⁄𝑡)
3. Hitung nilai Pa2 menggunakan persamaan berikut:
2𝑆 1
𝑃𝑎2 = [1 − ]
𝐷𝑜 ⁄𝑡 𝐷𝑜 ⁄𝑡
13
4. Bandingkan nilai antara Pa1 dan Pa2 lalu pilih nilai yang lebih kecil untuk digunakan sebagai
tekanan ekternal maksimum operasi Pa.
5. Bandingkan Pa dengan P. Jika Pa bernilai lebih kecil, ulangi langkah dengan menggunakan
asumsi t yang lebih besar hingga nilai Pa sama atau lebih besar dibandingkan dengan P.
c. Shell berbentuk bola
1. Asumsikan nilai t dan hitung A dengan menggunakan persamaan berikut :
0.125
𝐴=
𝑅
( 𝑜⁄𝑡)
2. Dengan menggunakan nilai A dari step 1 dan input pada grafik material yang berlaku, tarik
garis lurus hingga berpotongan dengan garis temperatur desain untuk mencari nilai B.
*Ketika nilai A berada di sebelah kanan dari garis temperatur, asumsikan perpotongan
terjadi di proyeksi horizontal dari bagian paling ujung garis temperatur.
*Ketika nilai A berada di sebelah kiri dari garis temperatur, lihat step 4.
3. Gunakan nilai B untuk menghitung tekanan eksternal maksimum operasi (Pa) dengan
menggunakan persamaan berikut :
𝐵
𝑃𝑎 =
𝐷
( 𝑜⁄𝑡)
4. Untuk nilai A yang berada di sebelah kiri garis temperatur, gunakan persamaan berikut
untuk menghitung nilai Pa :
0.0625𝐸
𝑃𝑎 =
𝑅
( 𝑜⁄𝑡)2
Bandingkan hasil perhitungan Pa yang didapat dari step 3 atau 4 dengan P. Jika Pa bernilai
lebih kecil, ulangi langkah dengan menggunakan asumsi t yang lebih besar hingga nilai Pa
sama atau lebih besar dibandingkan dengan P.
14
Definisi:
A :Nilai yang didapatkan dari Fig. G dalam Section II Subpart 3, Part D dan digunakan untuk input
pada grafik material yang berlaku
B :Nilai yang didapatkan dari Section II Subpart 3, Part D untuk desain temperatur maksimum
metal
L : Panjang total, in., dari tube atau panjang desain dari suatu vessel section di antara lines of
support
Pa : Hasil perhitungan tekanan eksternal maksimum untuk nilai t yang diasumsikan, psi
Stiffening ring
Stiffening rings digunakan untuk mendesain pada shell untuk menghadapi tekanan dari
luar dalam rangka menurunkan capital cost
Setiap ring yang digunakan harus memiliki jarak sebesar Lc antara satu ring dengan yang
lain atau lebih kecil dari Lc, dimana persamaan empiris dari Lc adalah (Southwell 1913)
15
4𝜋√6𝐷0 1 𝐷0 1/2
2 )4
𝐿𝑐 = [(1 − 𝑣 ] ( )
27 𝑡
Studi kasus:
Suatu pabrik PPCorp hendak mendesain suatu vessel silindris di mana vessel itu memiliki
panjang 21 ft dengan ID 14 ft dengan material bahan SA – 283 grade B, supervisor dari PPCorp
bernama U. Joz meminta saran dari engineernya bernama Andrew M.M. untuk menentukan
berapa tebal shell yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penurunan volume yang
diakibatkan oleh tekanan eksternal, dimana ketebalan shell yang diajukan Joz adalah sebesar
0.625 inch. Tentukan apakah ketebalan tersebut cukup untuk bertahan pada kondisi operasi
suhu 750 oF dan tekanan vakum? Jika tidak berapa saran yang seharusnya diajukan oleh
Andrew M.M. Pada kondisi tersebut?
Diketahui:
t = 0.625 inch
L = 21 ft x 12 in/ft = 252 inch
Do = Di + 2t = 169.25 inch
L/Do = 252 inch/ 169.25 inch = 1.5
Do/t = 169.25 inch / 0.625 inch= 270.8
Ditanya:
Apakah ketebalan tersebut cukup untuk bertahan pada kondisi operasi suhu 750 oF dan
tekanan vakum? Jika tidak berapa saran yang seharusnya diajukan oleh Andrew M.M. Pada
kondisi tersebut?
Penyelesaian:
1. Menentukan A
Didapatkan A = 0,0002
2. Menentukan B
Material Chart Mana yang Digunakan (untuk mencari B)?
Lihat dari material Bahan
16
Didapatkan yield strength = 18700 psi
17
Didapatkan B = 2300
3. Menentukan Pa
4𝐵
𝑃𝑎 =
𝐷
3( 𝑜⁄𝑡)
4.2300
𝑃𝑎 = = 11.32 𝑝𝑠𝑖
3(270.8)
Karena 11.32 (Pa) < 14,7 (P) maka ketebalan tersebut tidak dapat diterima
Sehingga Andrew M.M. menyarankan:
t = 0.813 inch
L = 21 ft x 12 in/ft = 252 inch
Do = Di + 2t = 169.63 inch
L/Do = 252 inch/ 169.63 inch = 1.49
Do/t = 169.63 inch/ 0.813 inch= 208.8
Dengan cara yang sama didapatkan:
B = 3400
4𝐵
𝑃𝑎 =
𝐷
3( 𝑜⁄𝑡)
4.3400
𝑃𝑎 = = 21.71 𝑝𝑠𝑖
3(208.8)
Karena 21.71 psi > 14.7 psi maka ketebalan tersebut dapat diterima tetapi karena masalah
perbedaan terlalu jauh yang berakibat pada cost yang lebih besar, sehingga diperlukan
perhitungan ulang. Caranya adalah dengan melakukan interpolasi:
t
Pa
0,625
11,71
18
x
14,7
0,8125
21,71
𝑥 = 0,688375
𝑥 = 0,7 𝑖𝑛𝑐ℎ
Sehingga ketebalan shell yang tepat adalah sebesar 0.7 inch
19