BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran umum
Penelitian ini dilakukan di desa Kebondalem Kabupaten Batang
dengan batas wilayah barat berbatasan dengan desa Yosorejo, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, sebelah selatan berbatasan
dengan desa Krengseng dan sebelah utara berbatasan dengan desa
Jatipurwo. Berdasarkan luas wilayah Desa Kebondalem menurut
penggunaan yaitu luas pemukiman 39,665 ha/m2 sedangkan luas
persawahan 74,015 ha/m2. Berdasarkan data jumlah penduduk Desa
Kebondalem 2113 orang dengan 601 kepala keluarga, sedangkan data
jumlah kepala keluarga yang mempunyai balita di desa Kebondalem
sejumlah 180 orang. Sebagian besar penduduk desa Kebondalem
beragama islam, kewarganegaraan Indonesia, mata pencarian sebagai
buruh tani serta nelayan. Sebagian besar berpendidikan tamat SD sebanyak
126 orang, SMP sebanyak 108 orang dan SMA sebanyak 110 orang
sedangkan perguruan tinggi sebanyak 44 orang. Desa Kebondalem
mempunyai sarana dan prasarana kesehatan yaitu 1 puskesmas, 5 unit
posyandu di setiap dukuh dan I unit Pos kesehatan desa.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik
Random Sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara undian, adapun
rencana jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 129 orang dan
penelitian sampel memenuhi target yaitu sebanyak 129 orang.
Penyebaran quisioner ini dilakukan mulai bulan 01 Maret 2014 s.d
31 Maret 2014, peneliti dalam menyebar quisioner dengan cara
mendatangi disetiap posyandu di masing-masing dukuh. Adapun jadwal
posyandu antar dukuh berbeda.
45
46
2. Karakteristik responden
a. Umur Ibu
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Kebondalem
Gringsing Kabupaten Batang, 2014
(n=129)
Mean Median Modus Nilai minimun Nilai maximum
31,01 30,00 28 23 40
b. Pendidikan Ibu
Tabel 4.2.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa
Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014
(n=129)
Pendidikan ibu Frekuensi Persentase
SD 67 51,9
SMP 37 28,7
SMA 17 13,2
PT 8 6,2
Total 129 100,0
c. Pekerjaan Ibu
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa
Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) menunjukkan
mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 129 (100,0%).
47
3. Analisis Univariat
a. Pengetahuan Ibu
Tabel 4.3.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan responden di
Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014
(n=129)
Pengetahuan ibu Frekuensi Persentase
Cukup 100 77,5
Baik 29 25,5
Total 129 100,0
4. Analisis Bivariat
Hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa
Kebondalem Kabupaten Batang
Tabel 4.5
Hubungan pengetahuan responden dengan frekuensi kejadian ISPA di
Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014
(n=129)
P
Frekuensi kejadian ISPA Total
Tingkat value
pengetahuan Sering Jarang
Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Cukup 12 (9,3) 88 (68,2) 100 (77,5) 0,001
Baik 11 (8,5) 18 (14,0) 29 (22,5)
Total 23 (17,8) 106 (82,2) 129 (100)
B. Pembahasan
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang dan responden
terkecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang . Pengetahuan
cukup tentang status gizi balita hal ini dikarenakan ibu dapat menjawab
49
zat – zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal
yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setnggi mungkin (Marmi,
2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan. Status Gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat - zat gizi yang digunakan
secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat - zat lebih esensial (Muchtadi, 2005).
Pengetahuan ibu yang cukup tentang status gizi balita biasanya balita
akan mengalami penurunan berat badan akibat dari kekurangan gizi karena
kurangnya informasi dan pendidikan yang rendah dari ibu biasanya ibu
akan memberikan makanan yang penting mengenyangkan, sehingga porsi
bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok bahan makanan lain seperti protein (Sulistyoningsih, 2011).
3. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan
Frekuensi terjadinya ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Batang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pengetahuan cukup dengan sering mengalami kejadian ISPA sebanyak 12
orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 88 orang , ibu yang
mempunyai pengetahuan baik dengan sering mengalami ISPA sebanyak
11 orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 18 orang.
Penghitungan menggunakan rumus Chi-square didapatkan nilai p
value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang.
Masyarakat kebondalem sebagian besar bermata pencaharian sebagai
nelayan dan petani, dari hasil laut dan ladangnya bisa diolah untuk
makanan yang dikonsumsi keluarga dan hasil laut sangat banyak
mengandung gizi yang banyak dibutuhkan untuk peningkatan gizi balita.
Dengan demikian tanpa disadarai dengan banyaknya asupan makanan
yang mengandung gizi bisa meningkatkan daya tahan tubuh balita dan
diharapkan angka frekuensi terjadinya ISPA akan jarang terjadi pada
balita.
Status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan zat–zat gizi
di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat–zat gizi dan digunakan
secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Marmi, 2012).
Kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh status gizi balita itu
sendiri, status imunisasi balita yang sudah diberikan dan berat badan bayi
baru lahir seperti bayi yang BBLR disamping itu dipengaruhi oleh
pemberian ASI, pendidikan orang tua yang mempengaruhi kualitas
makanan pada anak, status sosial ekonomi yang berhubungan dengan
asupan makanan pada anak, dan pemeriksaan kesehatan seperti apakah
anak di bawa keposyandu untuk mengontrolkan kesehatan anak (Marmi,
2012).
53
Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi mengingat zat
gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan
nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung
beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat
gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang
optimal (Hidayat, 2005). Nutrisi yang cukup dapat membantu kecukupan
gizi pada balita sehingga balita tidak mudah terserang penyakit ISPA yang
dapat menggangu kesehatan balita.
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian pada anak terutama pada bayi, karena saluran
napas pada bayi masih sempit dan daya tahan tubuh pada bayi masih
rendah (Ngastiyah, 2005). ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung
selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang
salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Widiarini (2011) tentang hubungan
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di
dapatkan hasil ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian ISPA pada bayi dengan nilai p value 0,003 (p< 0,05).
Penelitian Dwi Handayani (2008) yang berjudul hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan ibu pada balita
penderita ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Klaten Tengah didapatkan
hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA
dengan perawatan ibu pada balita penderita ISPA Non Pneumonia di
Puskesmas Klaten Tengah (τ = 0,686; p < 0,010). Sebagian besar tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA cukup (65,6%) da,n perawatan ibu pada
balita penderita ISPA Non Pneumonia baik (68,7%).
Keterbatasan peneliti yang ada dalam penelitian ini adalah
responden yang belum memahami dalam mengisi kuisioner, banyak ibu –
54