Rekuren
Abstrak
Latar belakang: Baik asma dan urtikaria, keduanya adalah kondisi yang dimediasi secara
parsial melalui peningkatan pelepasan histamin dari sel mas yang teraktifasi tinggi.
Mereka memiliki patofisiologi yang berbeda, karena degranulasi sel mas yang terjadi
pada kedua kelainan ini yang diakibatkan dari mekanisme yang berbeda. Tujuan: Untuk
menilai insiden urtikaria pada pasien dengan asma dan asma pada pasien dengan urtikaria
spontan kronik (CSU). Pasien dan Metode: Selama 1 tahun pemeriksaan lanjuta, pasien
asma (n = 110) dinilai insidennya dan karakteristik urtikaria, dan hubungan diantara
keduanya, bila ada, eksaserbasi musiman dan keparahan asma akan ditelusuri. Kami juga
menilai secara prospektif pasien CSU (n = 95) selama periode waktu yang sama dengan
insiden asma. Individu sehat (n = 100), dijadikan kelompok control dan dinilai juga.
Hasil: Episode urtikaria terjadi pada 26/110 pasien asma (23,6%), tetapi hanya pada 2/100
subyek kontrol sehat (2%) (p< 0,0001). Selama 1 tahun periode observasi, episode
urtikaria lebih sering terjadi pada pasien asma secara bermakna dengan reaksi uji tusuk
kulit (skin prick) positif (terutama serbuk bunga musiman) dan oleh sebab itu, sebagian
besar terjadi pada saat eksaserbasi asma musiman, misalnya selama episode akut
urtikaria. Insiden asma pada pasien CSU tercatat sebanyak 10,5 dari kelompok tersebut,
sama dengan kontrol populasi sehat. Diskusi: Penelitian kami menunjukkan, untuk
pertama kali, bahwa pasien asma sering kali menderita urtikaria akut, terutama pada saat
eksaserbasi musiman. Sebaliknya, pasien CSU tidak menunjukkan suatu peningkatan
insiden asma.
Kata kunci: Urtikaria, asma, alergi musiman
Pendahuluan
Asma bronkial dan urtikaria adalah kondisi yang sangat umum dimediasi oleh sel
mast. Mereka berbeda dalam rangsangan yang mengaktifasi sel mast mereka, tetapi sama
dalam hal histamin dan mediator sel mast inflamasi yang terlibat dalam pathogenesis
mereka. Kedua kelainan ini meliputi keterlibatan sitokin/mediator, seperti IL-4, IL10, IL-
33, dan faktor aktifasi sel B (BAFF) – semua sitokin ini berperan dalam aktifasi beberapa
sel imun dan influks leukosit ke dermis dan saluran napas [1-3]. Pada kedua kondisi, IgE
sering kali meningkat dan terapi anti-IgE sangat efektif. Mereka juga mengalami
peningkatan respon terhadap glukokortikosteroid, dan antihistamin yang sering
digunakan untuk terapi mereka [4-6]. Berdasarkan kesamaan tersebut, peneliti menduga
bahwa asma dan urtikaria berhubungan dan bahwa mereka sering kali terjadi pada pasien
yang sama. Bahkan, pasien yang mengalami serangan urtikaria berat sering melaporkan
sensasi ‘gangguan napas’, walaupun sebagian besar kasus tersebut bukanlah asma.
Sebaliknya, pasien asma mengalami gatal (pada hidung, telinga, dan mata), tetapi jarang
berkembang menjadi bengkak. Walaupun terdapat dalam beberapa laporan, asma
nampaknya terjadi pada pasien yang menderita urtikaria spontan kronik (CSU) [7,8].
Kelompok kami dan peneliti lain telah melaporkan sebelumnya bahwa terjadi
peningkatan IgE total dalam serum pasien CSU dan ditemukan kadar IgE yang
berhubungan dengan keparahan CU. Pada penelitian kami, dan sejalan dengan panduan
yang baru dipublikasi oleh CSU, peningkatan IgE total tidak berhubungan dengan uji
kulit positif hingga aeroallergen [9,10]. Sampai dengan saat ini, tidak ada penelitian
konklusif yang menjelaskan apakah urtikaria lebih sering terjadi pada pasien yang
menderita asma. Laporan ini adalah yang pertama dibuat berdasarkan penelitian skala
besar yang memeriksa kejadian asma pada pasien CSU dan urtikaria pada pasien asma.