Anda di halaman 1dari 9

EFEK LAKSATIF KANGKUNG (Ipomoea aquatica Forsk.

) PADA TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN GAMBIR

Siswandhi Hady Saputra*), Jatmiko Susilo**), Niken Dyahariesti***)

*) Mahasiswa Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


**) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

INTISARI
Latar Belakang : Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) mempunyai kandungan serat
yang diduga mempunyai aktivitas laksatif. Tujuan: untuk mengetahui efek laksatif
blenderan kangkung pada tikus putih jantan yang diinduksi dengan gambir dan dosis
efektif kangkung yang berbeda tidak signifikan dengan bisakodil.
Metode Penelitian : Penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test only
control group design terdiri dari 5 kelompok perlakuan masing-masing terdiri dari 5
ekor tikus, kelompok I kontrol negatif, II kontrol positif, III kadar 20% b/v, IV kadar
30% b/v dan V kadar 40% b/v. Tikus diinduksi dengan 600 mg gambir selama 2 hari,
kemudian setiap kelompok diberikan perlakuan, setelah 45 menit diberikan suspensi
norit sebagai marker, 25 menit setelah pemberian marker tikus dikorbankan dan dibedah
untuk diukur panjang usus seluruhnya dan panjang usus yang dilalui marker. Rasio
panjang usus dianalisa menggunakan SPSS versi 17,0 for Windows dengan uji
parametik ANAVA satu jalan taraf kepercayaan 95%.
Hasil : Rata-rata persen rasio tiap kelompok,kelompok I 20.346 ± 4,015, kelompok II
79,540 ± 4,380, kelompok III 64, 186 ± 8,319, kelompok IV 77,630 ± 5,294 dan
kelompokV 73,368 ± 1,127. Kesimpulan : kelompok III dan kelompok IV memiliki
efek yang berbeda tidak signifikan dengan bisakodil dengan nilai 0,680 dan 0,361.

Kata kunci : Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), serat, laksatif


ABSTRACT

Backround : Water spinach (Ipomoea aquaticaForsk.) has fiber content alleged to have
activity as a laxative.Objectives : This study aims to determine laxative effect of water
spinach juice in male rats induced by gambir and its effective dose which is comparable
to bisakodil.
Method :An experimental study pure post test only control group design consists of 5
groups each consisting of 5 rats, I negative control , II positive control, III rate of 20%
w/v, IV rate of 30% w/v and V rate 40% w/v. Rats were induced with 600 mg gambir
for 2 days, then each group was give treatment, after 45 minutes was given as
suspension norit marker, 25 minutes after administration the rats were sacrificed and
dissected marker to measure the length of the entire colon and intestinal lengthtraveled
marker. The ratio of the length of the intestine were analyzed using SPSS version 17.0
for Windows with one way ANOVA parametic test level of 95%.
Results : The average percent ratio of each group, group I20,346 ± 4,015, group II
79,540 ± 4,380, group III 64,186 ± 8,319, group IV 77,630 ± 5,294 and group V 73,368
± 1,127. Conclusion : Group III and group IV have defferent effects are not significant
with bisakodil with the 0,680 and 0,361.

Keyword : water spinach (Ipomoea aquatica Forsk.), Fiber, laxatives

PENDAHULUAN

Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) pada usus
besar pada waktu yang cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini
terjadi akibat tidak ada gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak
teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut, Akmal, dkk,
(2010). Konstipasi dapat diobati dengan menggunakan obat herbal, salah satunya
dengan menggunakan serat pada buah atau sayuran karena serat mempunyai efek
laksatif yang sangat baik bagi konstipasi.
Serat makanan (dietary fiber) merupakan bahan tanaman yang tidak dapat
dicerna oleh enzim dalam pencernaan manusia. Serat dengan berbagai tipe yang
berbeda-beda dan jumlah yang berlainan terdapat dalam segala struktur tanaman. Serat
tersebut berada didalam dinding sel dan di dalam sel-sel akar, daun, batang, biji, serta
buah, Beck (2000). Serat pangan ini membentuk struktur dinding sel tanaman yang
sebagian besar mengandung tiga macam polisakarida yaitu selulosa, pektin, dan
hemisellulosa (Moehji, 2002).
Pengaruh utama mengkonsumsi serat pangan terjadi pada usus besar. Serat
pangan yang memasuki usus besar akan berinteraksi dengan mikroflora, sel muksa, dan
otot usus. Interaksi tersebut kemudian Akan menghasilkan beberapa macam pengaruh
tergantung pada fermenbilitas masing-masing serat. Serat yang sukar di fermentasikan
oleh mikroflora usus pada umumnya memiliki efek laksatif yang sangat baik (Jhonson
dan Southgate 1994; Gallaher, 2000).
Prevalensi yang dikeluarkan International Database US Census Bureau pada
tahun 2003 prevalensi konstipasi di Indonesia sebesar 3.857.327 jiwa, Friedman dan
Grendell (2003). Penelitian pada tahun 1998 sampai 2005 di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) dalam jangka waktu tujuh tahun , dari hasil 2.397

2 Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar
Yang Diinduksi Dengan Gambir
pemeriksaan usus (kolonoskopi), sebanyak 9 persen atau 216 menunjukkan adanya
indikasi kasus konstipasi. Yakni 129 wanita dan 87 pria (Setiadi, 2004).
Penelitian tentang efek laksatif pernah dilakukan Dian (2010) menggunakan jus
daun asam jawa (Tamarindus indica linn.) terhadap tikus putih yang diinduksi dengan
gambir pada konsentrasi yaitu 60%, 40% dan 20 % dengan menggunakan serat sebagai
sebagai senyawa berkhasiat.Jus asam jawa (Tamarindus indica linn.) dosis 40%
mempunyai efek laksatif lebih besar dibandingkan dosis 60% dan 20% namun lebih
kecil dibandingkan dulcolax (Dian, 2010).
Kangkung dilaporkan mengandung serat yang tinggi dibandingkan dengan
sayuran dan buah-buahan yang lainnya yaitu serat tidak larutnya sebesar 54,63 dan serat
larutnya 6,71 (Akmal.dkk. 2010).
Kandungan serat kangkung sangat bermamfaat bagi konstipasi, serat kangkung
mempunyai mekanisme mencegah dan mengurangi konstipasi dengan menyerap air
ketika melewati saluran pencernaan sehingga meningkatkan ukuran fases AACC
(2001).

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain kandang tikus, blender, gunting, silet, beker glass,
gelas ukur, pipet, spuit oral, mikro pipet dan batang pengaduk.
Bahan penelitian meliputi kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), hewan uji tukus
putih jantan galur wistar umur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 180-200 gram, bisakodil
5 mg, aquadest, suspensi norit, CMC-Na 1% dan gambir.

Prosedur Penelitian
1. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponogoro Semarang. Untuk
mengetahui kebenaran dari kangkung(Ipomoea aquatica Forsk.) yang akan
digunakan dalam penelitian.
2. Kangkung diblender setiap hari sebelum perlakuan dengan menggunakan blender.
Fungsi utama blender untuk mengambil semua bagian buah atau sayuran.
3. Identifikasi serat, masukkan 5 ml pereaksi yaitu asam sulfat 70% kedalam tabung
reaksi lalu tambahkan bahan yang akan diuji ke dalam tabung reaksi yang sudah
berisi pereaksi lalu dipanaskan. Hasilnya akan larut karena penambahan asam sulfat
70% menunjukkan adanya kandung serat.
4. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar, berat rata-rata
tikus antara 180 gram sampai 200 gram dengan kondisi sehat. Untuk percobaan,
tikus putih jantan galur wistar diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari.
Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak kedalam 5 kelompok dan tiap
kelompoknya terdiri dari 5 ekor.

Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar 3
Yang Diinduksi Dengan Gambir
25 ekor tikus diadaptasikan dahulu selama 7 hari sebelum dilakukan
penelitian

25 ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok, masing-masing


kelompok terdiri dari 5 ekor

Tikus diinduksi gambir selama 2 hari

Tikus dipuasakan selama 18 jam dan tetap diberi minum

Klp 1 Klp 2 Klp 3 Klp 4 Klp 5

Kontrol (-) Kontrol (+) Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3


Diberi Diberi Diberi Diberi Diberi
aquades bisakodil blenderan blenderan blenderan
sebanyak dosis kangkung kangkung kangkung
2,5 ml/ 200 0,2534 g/ kadar 20% kadar 40% b/v kadar 60%
g BB 200 g BB b/v /200 g /200 g BB b/v /200 g
BB BB

Didiamkan selama 45 menit

Kemudian seluruh tikus diberikan suspensi norit sebagai marker

25 menit setelah pemberian norit, tikus dikorbankan dan dibedah

Diukur panjang usus seluruhnya dan panjang usus yang dilalui norit

Masukkan data dan anlisa


Gambar 2. Skema Kerja

4 Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar
Yang Diinduksi Dengan Gambir
Analisis Data
Data yang dianalisa adalah nilai rasio jarak marker terhadap panjang usus. Data
hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17,0 for Windows
dengan taraf 95% kepercayaan. Analisa data dilakukan dengan cara statistik parametik
atau non parmetik yang didasarkan pada hasil homogenitas dan normalitasnya. Untuk
mengetahui normalitas data menggunakan uji Shapiro-wilk untuk mengetahui apakah
data yang terdistribusi normal atau tidak, jika nilai signifikansi <0,05 maka data tidak
terdistribusi normal, uji dilanjutkan dengan Levene test (Test Homogenity of Variences)
untuk mengetahui apakah data diperoleh dari populasi yang sama, jika nilai signifikansi
<0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian tidak sama, sebaliknya
jika nilai signifikansi >0,05 maka data berasal dari varian yang sama.
Data homogen yang terdistribusi normal (p>0,05) dianalisa dengan statistik
parameter ANOVA satu arah ( One-Way ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dengan
program SPSS 17,0. Uji ANOVA satu arah digunakan untuk mengetahui perbedaan
antara kelompok. Jika ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan
dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui mana yang paling berbeda diantara
kelompok perlakuan. Apabila data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen
(p<0,05) data dianalisa dengan menggunakan uji Kruskal Wallis kemudian dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Hewan uji yang digunakan adalah jenis
tikus putih jantan galur wistar karena beberapa organ fisiologis tikus memiliki
kesamaan dengan organ fisiologis manusia dan penanganannya tidak terlalu sulit
dibandingkan dengan hewan uji lain.
Kemudian tikus diadaptasikan selama 1 minggu dan diberi makan, makanan
yang diberikan dari jenis yang sama dan mempunyai jumlah yang sama begitu juga
dengan minumannya, ini bertujuan untuk mengontrol proses penyembelitan. Tikus
diinduksi terlebih dahulu dengan menggunakan gambir selama 2 hari dengan tujuan
memberikan efek sembelit pada tikus. Gambir dapat memberikan efek sembelit karena
mempunyai kandungan tanin yang dapat menyebabkan terabsorbsinya cairan dalam
lumen usus seehingga menyebabkan sembelit. setelah itu tikus dipuasakan 18 jam dan
tetap diberi minum sebelum perlakuan yang bertujuan untuk mengosongkan isi lambung
tikus tersebut.
Gambir adalah sediaan yang kurang larut dalam air sehingga ditambahkan CMC
Na 1% sebagai suspending agent untuk melarutkan sediaan tersebut dengan cara
menurunkan tegangan permukaan sehingga sediaan gambir bisa terlarut sempurna.
Kontrol positif juga diberikan CMC Na 1% karena kontrol positif juga sukar larut
dengan air. Untuk mendapatkan CMC Na 0,1% serbuk CMC Na ditimbang sebanyak 1
gram, kemudian dalarutkan dalam sebagian aquadest hangat, diaduk sambil
ditambahkan aquadest sambil terus diaduk memakai batang pengaduk. Setelah larut
baru ditambahakan aquadest sampai didapatkan volume 100 ml.
Penelitian ini menggunakan kontrol positif (bisakodil) dimaksudkan untuk
menunjukan hasil kesembuhan yang positif dengan menggunakan produk sintetik yang
umum digunakan sebagai obat laksatif yaitu dengan meningkatkan motilitas dan sering

Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar 5
Yang Diinduksi Dengan Gambir
kali menyebabkan keram perut. Sementara itu kelompok kontrol negatif menggunakan
aquadest karena aquadest tidak memiliki efek laksatif, tujuannya untuk mendapatkan
hasil negatif sebagai pembanding untuk hasil perlakuan dan kontrol positif.
Setelah tikus diinduksi dengan gambir dan sudah mengalami sembelit dengan
tanda jumlah feses sedikit dan bertekstur padat dan keras. Selanjutnya diberikan
perlakuan, kelompok kontrol negatif diberi aquadest, kelompok perlakuan I diberikan
blenderan kangkung dengan kadar 20% b/v, kelompok perlakuan II diberikan kangkung
dengan kadar 30% b/v, kelompok perlakuan III diberikan blenderan kangkung dengan
kadar 40% b/v dan kontrol positif diberikan bisakodil dengan dosis 5 mg.
Setelah semua tikus diberikan perlakuan didiamkan selama 45 menit tujuannya
untuk membiarkan semua zat aktif (serat) yang telah diberikan melewati saluran usus,
setelah itu semua tikus diberikan suspensi norit sebagai marker, didiamkan 25 menit
untuk memberikan waktu norit mengalami proses transit, setelah pemberian suspensi
norit, tikus dikorbankan dan dibedah. Diukur panjang usus seluruhnya dan panjang usus
yang dilalui norit.
Pengukuran usus dilakukan dengan cara membentangkan usus lalu diukur
dengan menggunakan penggaris dari pylorus sampai rektum tikus untuk mendapatkan
panjang usus seluruhnya, dan mengukur dari pylorus sampai akhir marker untuk
mendapatkan panjang usus yang dilalui norit dengan tanda usus berwarna hitam.
Semakin panjang rasio panjang usus maka efek laksatif kangkung semakin bagus.
Tabel 1. Rasio panjang usus yang dilalui norit terhadap panjang usus pada tikus putih
jantan yang diberi kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), Bisakodil dan
aquadest
% Rasio Jarak Norit terhadap panjang usus
No Aquadest Kangkung Kangkung Kangkung Bisakodil
20% 30% 40% 5 mg
Mean (±sd) 20,34 ± 4,01 64,18 ± 8,31 77,63 ± 5,29 73,36 ± 1,12 79,54 ± 4,38

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata rasio panjang usus yang dilalui norit
kelompok aquadest, blenderan kangkung dosis 20%, 30%, 40% dan bisakodil masing-
masing adalah 20,34%, 64,18%, 77,63%, 73,36% dan 79,54%. (Tabel 4.1)
Pada tabel terlihat bahwa aquadest memiliki rasio terkecil yang artinya tidak
mempunyai efek laksatif sedangkan bisakodil mempunyai rasio jarak norit terhadap
usus terbesar, yang artinya mempunyai efek laksatif tertinggi dibandingkan kelompok
uji lainnya. Pada kelompok blenderan kangkung dosis 40% rasio jarak norit terhadap
panjang usus lebih kecil dibandingkan 30% akan tetapi tidak lebih rendah jika
dibandingkan dengan dosis 20%. Ini menunjukkan bahwa efek laksatif dari blenderan
kangkung 30% lebih kuat dibandingkan blenderan kangkung 40%.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan perlakuan kontrol positif (bisakodil 5
mg) dan semua blenderan kangkung mempunyai efek laksatif dibandingkan dengan
kontrok negatif (aquadest). Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda tidak
signifikan dengan kontrol positif maka dilakukan uji statistik menggunakan SPSS 19 for
Windows dengan taraf kepercayaan 95%. Pertama dilakukan uji normalitas data
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kecil (<50). Data dikatakan
terdistribusi normal jika p>0,05. Tujuannya dilakukan uji normalitas data adalah untuk
mengetahui data-data tersebut dinyatakan terdistribusi normal.

6 Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar
Yang Diinduksi Dengan Gambir
Gambar 1. Pengaruh pemeberian blenderan kangkung terhadap efek laksatif pada tikus
putih jantan galur wistar

Uji normalitas data menggunakan Shapiro-wilk, data dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel2. Uji Normalitas Shapiro-wilk


Kelompok perlakuan p-value Kesimpulan
Kontrol Negatif 0,075 Normal
Kadar 20% 0,629 Normal
Kadar 30% 0,212 Normal
Kadar 40% 0,498 Normal
Kontrol Positif 0,393 Normal

Berdasarkan tabel diatasdiketahui bahwa hasil uji normalitas diperoleh nilai


signifikansi, ini menunjukkan bahwa data-data tersebut dinyatakan terdistribusi normal.
Kemudian dilanjutkan denga uji levene’s test untuk mengetahui homogenitas data
artinya variansinya merata.

Tabel 3. Uji Homogenitas Varian


Lavene Statistic Df1 Df2 p-value
1,946 4 20 0,538

Berdasarkan hasil uji homogenitas didapat nilai signifikansi 0,538 (p>0,05),


maka disimpulkan bahwa data yang diperoleh mempunyai varian yang homogen.

Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar 7
Yang Diinduksi Dengan Gambir
Setelah hasil data yang diperoleh homogen dan terdistribusi normal selanjutnya data
dianalisa dengan uji statistik parametrik ANAVA satu jalan.

Tabel 4. Uji ANAVA


Variabel Dependen F hitung p-value
Jarak marker 58,135 0,000

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari hasil uji ANAVA diperoleh
nilai signifikansi 0,000. Oleh karena signifikansina 0,000 (p<0,05), maka disimpulkan
bahwa ada perbedaan secara bermakna jarak marker di antara berbagai kelompok
perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang memiliki jarak marker
yag berbeda, maka dilakukan uji Pos Hoc Test menggunakan uji LSD. Hasil uji LSD
blenderan kangkung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Uji LSD


Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan
K20% vs K30% 0,008 Berbeda signifikan
K20% vs K40% 0,058 Berbeda tidak signifikan
P30% vs P40% 0,361 Berbeda tidak signifikan
K20% vs K(+) 0,003 Berbeda signifikan
K30% vs K(+) 0,680 Berbeda tidak signifikan
K40% vs K(+) 0,191 Berbeda tidak signifikan
Keterangan :
Signifikan p <0,05 = Berbeda signifikan
Signifikan p>0,05 = Berbeda tidak signifikan

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil uji LSD efek laksatif kelompok K(-)
dengan kelompok K20%, K30%, K40% dan K(+) menunjukkan adanya perbedaan
signifikan (p<0,05) artinya kelompok K(-) tidak mempunyai efek laksatif yang sama
dengan kelompok K20%,K30%, K40% dan K(+). Pada kelompok K(+) dengan
kelompok K20% memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) artinya kelompok K20% tidak
mempunyai efek laksatif yang sama dengan K(+). Pada kelompok K(+) dengan
kelompok K30% dan K40% menunjukkan perbedaan tidak signifikan (p<0,05) artinya
kelompok K20% dan K30% mempunyai efek laksatif yang berbeda tidak bermakna
dengan K(+). Pada kelompok K20% dengan kelompok K30% menunjukkan perbedaan
signifikan (p<0,05) artinya kelompok K30% tidak mempunyai efek laksatif yang
sebanding dengan K20%.
Pada blenderan kangkung 20% b/v, 30% b/v dan 40 % b/v mempunyai efek
laksatif. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa blenderan kangkung dengan
konsentrasi 30% b/v mempunyai efek laksatif paling besar yaitu sebesar 77,63%
dibandingkan perlakuan yang lain. Blenderan kangkung dengan konsentrasi 30% b/v
dan 40% b/v mempunyai efek laksatif yang berbeda tidak signifikan dengan bisakodil,
efek laksatif kangkung memlaui peningkatan volume feses. Kadar serat 30% b/v lebih
efektif dibandingkan dengan kadar 40% b/v, mungkin karena kadar 30% kemampuan
pergerakan air optimal, seperti kita ketahui kadar serat yang dibutuhkan manusia adalah
20-40 atau bila dikonversikan (0,362-0,724 untuk tikus) gram per hari. Jika
mengkonsumsi serat secara berlebih justru akan menyebabkan sembelit karena cairan
didalam usus banyak diserap.

8 Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar
Yang Diinduksi Dengan Gambir
KESIMPULAN

1. Blenderan kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) mempunyai kemampuan efek


laksatif pada tikus putih jantan galur wistar.
2. Blenderan kangkung dengan konsentrasi 30% b/v dan 40% b/v mempunyai efek
laksatif yang berbeda tidak bermakna dengan bisakodil dan kadar 30% b/v efek
laksatifnya lebih optimal.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan uji perbandingan


menggunakan obat laksatif yang berbeda untuk mengetahui efektivitas laksatif
tersebut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stabilitas blenderan kangkung
(Ipomoea aquatica Forsk.) dalam jangka waktu yang lama sebagai alternatif laksatif.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha S., (2008), EnsiklopediaTanaman Obat Indonesia, 5, Dinamika Media,


Jakarta
Dahlan, S., 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Fitrianingsih, A.I.,(2013), Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Cermai (Phyllantus Acidus L.)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Galur Wistar dengan
Pembebanan Glukosa, Skripsi, Prodi Farmasi. Stikes Ngudi Waluyo, Ungaran.
Handoko, T., dan Suharto B. (1995).‘’Insulin, Glukagon dan antidiabetik’’ dalam
farmakologi dan Terapi, Edisi Empat, Editor: Sulistia G. Ganiswara, Jakarta:
Gaya Baru. Halaman 469, 471-472.
Scobie, Ian N dkk.. 2007. Atlas of diabetes mellitus. Third edition. UK: informa UK
Smeltzer, S.C, and Bare, G. B.,(2003),Bruner and Suddarth`s Textbook of Medical
Surgical Nursing. 10th Ed. E-Book.
Tjay. T.H., dan Rahardja, K.(2007). Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Samping. Edisi VI. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halama 738,
743, 748-749.
Tjokroprawiro, A.,(2006), Diabetes mellitus, Airlangga University Press, Hal 32-35,
Surabaya.
Wilson, dan Price., (2005), Patofisiologi Konsepklinis Proses-Proses Penyakit edisi VI,
1260-1261, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
WHO, (2013), The Diagnosis Treatmen and Prevention Of Diabetes Mellitus,
background document, World Health Organization, Geneva.
Wijayakusuma, H., (2004), Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Obat Indonesia, PT
Gunung Agung, Jakarta.

Efek Laksatif Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) Pada tikus Putih Jantan Galur Wistar 9
Yang Diinduksi Dengan Gambir

Anda mungkin juga menyukai