Wa0000
Wa0000
Halaman
JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ......................................................................................... 3
2.2 Bentuk-bentuk Akad Syariah ........................................................ 3
2.3 Instrumen Pasar Modal Syariah ................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
1. Mampu menerangkan apa pengertian dari Wadiah , Ijaroh, Gadai, Syirkah,
Mudhorobah
2. Dapat menjelaskan bagaimana efek Syariah, Obligasi dan Saham?
2.1 Definisi
Instrumen security Syariah adalah keamanan intrumen islami dalam kata lain
menjadi penting agar tidak bergantung pada satu segmen instrumen atau segmen pasar.
Perkembangan keuangan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan.
Perkembangan pasar dan minat instrumen syariah global tidak hanya terjadi di negara
dengan mayoritas berpenduduk Islam. Sebagai contohnya ialah London, Inggris, yang
telah menjadi salah satu kota dengan pangsa sukuk yang besar di dunia. Yang mana ini
cukup besar menampung dari sisi pendanaan atau demand side-nya.
Potensi secara global tersebut membuktikan bahwa keuangan syariah merupakan
salah satu instrumen investasi yang menarik sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk
berinvestasi di instrumen syariah yang ditawarkan pemerintah.
3
4
1. Akad Wadi’ah
Akad berpola titipan (Wadi'ah) ada dua, yaitu Wadi’yad Amanah dan Wadi’ah
yad Dhamanah. pada awalnya,bentuk yad al-amanah `tangan amanah,' yang
kernudian dalam perkembangannya memunculkan yadh-dharnanah `tangan
penanggung: Aia Wadi' ah yad Dharnanah ini akhirnya banyak dipergunakan dalam
aplikasi perbankan syariah dalam produk-produk pendanaan.
1. Wadi’ah yad Amanah
Secara umum Wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip kepada pihak
penyimpan (muwaddi') yang mempunyai barang/aset kepada pihak penyimpan
(mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik individu maupun badan
hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian,
keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja penyimpan
menghendaki.
Barang/aset yang dititipkan adalah sesuatu yang berharga yang dapat
berupa uang, barang, dokumen, surat berharga, atau barang berharga lainnya.
Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak penitip sebagai kompenjsasi
atas tanggung jawab pemeliharaan.
pihak penyimpan tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan
barang/aset yang dititipkan, melainkan hanya menjaganya. Selain itu,
barang/aset yang dititipkan tidak boleh dicampuradukkan dengan barang/aset
lain, melainkan harus dipisahkan untuk masing-masing barang/aset penitip.
2. Wadi’ah yad Dhamanah
Dari prinsip yad al-amanah `tangan amanah' kemudian berkembang prinsip
yadh-Dhamanah `tangan penanggung' yang berarti bahwa pihak penyimpan
bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada
barang/aset titipan.
Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan sekaligus penjamin keamanan
barang/aset yang dititipkan. Ini juga berarti bahwa pihak penyimpan telah
mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/aset yang
dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa
pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh
5
pada saat penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam
agar aset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle didiamkan saja).
Rukun dari akad titipan Wadi'ah yad Amanah. maupun yad Dhamanah) yang
harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal berikut.
1. Pelaku akad, yaitu penitip (mudr’/muwaddi) dan penyimpan penerima
titipan (muda’/mustawda');
2. Objek akad, yaitu barang yang dititipkan; dan
3. Shighah, yaitu ijab dan qabul
Sementara itu, syarat Wadi'ah. yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebagai
berikut:
1) Bonus merupakan kebijakan penyimpan; dan
2) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya.
2. Akad Ijarah
Transaksi nonbagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola
sewa atau ijarah. Ijarah, biasa juga disebut sewa, jasa atau imbalan, adalah akad yang
dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa.
1. Ijarah
Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan
merupakan bentuk pembiayaan, tatapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli.
Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membiayai pembelian aset
produktif. Pemilik dana kemudian membeli barnag dimaksud dan kemudian
menyewakannya kepada yang membutuhkan aset tersebut.
Rukun dari akad iajrah yanh harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa:
1) Pelaku akad. Yaitu musta’jir (penyewa) dalah pihak yang menyewaaset,
dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan
2) Objek akd, yaitu ma’jur (aset yang disewakan), dan ujarah 9harga sewa);
dan
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
6
4. Akad Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan
barang di kemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan
tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
7
Barang yang diperjualbelikan belum tersedia pada saat transaksi dan harus
diproduksi terlebih dahulu, seperti produk-produk pertanian dan produk-produk
fungible (barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya) lainnya. Barang-barang non fungible seperti batu mulia, lukisan
berharga, dan lain-lain yang merupakan barang langka tidak dapat dijadikan objek
salam (Al-Omar clan Abdel-Haq, 1996). Risiko terhadap barang yang
diperjualbelikan masih berada pada penjual sampai waktu penyerahan barang. Pihak
pembeli berhak untuk meneliti dan dapat menolak barang yang akan diserahkan
apabila tidak sesuai dengan spesifikasi awal yang disepakati.
Rukun dari akad salam yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1) pelaku akad, yaitu muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan
memesan barang, clan muslam ilaih (penjual) adalahpihak yang memasok
atau memproduksi barang pesanan;
2) objek akad, yaitu barang atau hasil produksi (muslam fiih) dengan
spesifikasinya dan harga (tsaman); dan
3) shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
5. Musyarakah / Syirkah
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim
pembiayaan Syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah
yang lebih umum digunakan dalam fikih Islam (Usmani, 1999).
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik
dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, rnembiayai investasi usaha baru atau
yang sudah berjaian. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen
perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi
pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta
gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.
Musyarakah pada umumnya merupakan perjanjian yang berjalan terus sepanjang
usaha yang dibiayai bersama terus beroperasi. Meskipun demikian, perjanjian
musyarakah dapat diakhiri dengan atau tanpa menutup usaha. Apabila usaha ditutup
dan dilikuidasi, maka masing-masing mitra usaha mendapat basil likuidasi aset
sesuai nisbah penyertaannya. Apabila usaha terus berjalan, maka mitra usaha yang
ingin mengakhiri perjanjian dapat menjual sahamnya ke mitra usaha yang lain
dengan harga yang disepakati bersama.
Rukun dari akad musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu:
1) pelaku akad, yaitu para mitra usaha;
2) objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh);
3) shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
6. Musyarakah / Syirkah
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal ialah penyerahan modal uang
kepada oarang yang beniaga sehingga ia mendapatkan persentase keuntungan (Al-
Mushlih dan Ash-Shawi, 2004)
Sebagai suatu bentuk kontark, mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika
pemilik dana/modal (pemodal), biasa di sebut shahibul mal/rabbul mal,
menyediakan modal (100 persen) kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa
disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa
keuntungan yang di hasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan
yang ditentukan sebelumnya dalam akad.
Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,
yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu shahibul mal (pemodal) adalah pihak yang memiliki
modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak
yang padai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal;
2) Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh); dan
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul
Sementar itu, syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam mudharabah terdiri
dari syarat modal dan kewuntungan. Syarat modal yaitu;
1) Modal harus berupa uang;
2) Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya;
3) Modal harus tunai bukan hutang; dan
4) Modal ahrus diserahkan kepada mitar kerja.
10
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang sesuai dengan syariah Islam atau
dengan kata lain instrumen yang digunakan berdasarkan pada prinsipsyariah dan
mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan dengan prinsip syariah antara lain
tidak boleh ada riba, gharar dan masyir.
Pasar modal berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 merupakan
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Sehingga Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal beserta
seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah.
Dan suatu efek yang dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah dari DSN-MUI. Instrumen pasar modal
syariah dikelompokkan ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
1. Sekuritisasi aset atau proyek aset yang merupakan bukti penyertaan, baik dalam
penyertaan musyarakah (partnership).Penyertaan musyarakah adalah yang
mewakili modal tetap (fixed capital) dengan hak pengelolaan, mengawasi
manajemen, dan hak suara dalam mengambil keputusan.
Penyertaan mudharabah adalah mewakili modal kerja dengan hak atas modal dan
keuangan itu tetapi tanpa hak suara, hak pengawasan atau hak pengelolaan.
2. Sekuritisasi hutang atau emisi surat hutang yang timbul atas jual beli atau
merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan.
3. Sekuritisasi modal. Merupakan emisi surat berharga perusahaan emiten yang telah
terdaftar dalam pasar modal syariah yang berbentuk saham.
Sehingga kriteria dan efek syariah yang dapat diperdagangkan menurut fatwa
DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 adalah sebagai berikut:
1. Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana
Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah,
dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
11
(PT), sehingga pemodal (shohibul maal) ikut serta dalam pengelolaan atas
perusahaan yang diinvestasikan.
2. Muraqadhah atau mudharabah Bonds
Obligasi yang sesuai dengan prinsip syariah adalah obligasi yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Biasanya dikeluarkan oleh perusahaan yang
bertujuan membiayai proyek-proyek tertentu atau proyek dari kegiatan
perusahaan yang bersifat jangka panjang. Perusahaan yang menerbitkan
obligasi syariah (mudharabah) bertindak sebagai mudharib (pengelola) yang
tujuannya adalah membiayai proyek tertentu dan pada saat yang sama investor
merupakan pihak yang memiliki dana tersebut (shohibul maal).
Diantara instrumen yang diperkenankan dalam Islam, ada yang diharamkan dari
beberapa instrumen pasar modal yang diharamkan, yaitu:
1. Preffered stock (Saham Istimewa)
Merupakan saham yang memeberikan suatu hak yang lebih besar
dibandingkan saham biasa dalam hal dividen ketika perusahaan yang
diinvestasikan atau dimiliki telah dilikuidasi. Ciri-cirinya; pertama, hak utama
atas dividen. Kedua, hak atas aktiva perusahaan. Ketiga, pendapatan tetap dalam
jangka waktu yang lain. Keempat, memiliki jangka waktu yang tidak terbatas
dan kelima, tidak memilki hak suara. Alasan diharamkannya adalah adanya
keuntungan yang bersifat tetap (pre-determined revenue), hal ini termasuk
dalam kategori riba. Selain itu, pemilik saham preference diperlakukan secara
istimewa terutama pada saat dilikuidasi, hal ini bertentangan dengan prinsip
keadilan.
2. Forward Contract
Merupakan salah satu jenis transaksi yang diharamkan karena bertentangan
dengan syariah. Forward contract merupakan jual beli yang di dalamnya
terdapat unsur riba, sedangkan transaksinya dilakukan sebelum tanggal jatuh
tempo.
3. Option
Transaksi yang tidak disertai dengan underlying asset atau real aset, atau
dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak dimilki oleh pihak penjual.
13
3.2 Saran
Makalah ini hanya sebagian kecil saja menguraikan tentang ‘Instruen Scurity
Syariah’. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna banyak
sekali kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari penyusunan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan “Alhamdulillah”
atas terselesaikannya makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/totok-sugiarto/pasar-uang-
syariah_558786a1727a6114048b456a Diakses pada Rabu, 21 Maret 2018 Pukul
09.00 WIB.
http://blackspace12.blogspot.co.id/2016/05/makalah-akad-akad-perbankan-
syariah.html Diakses pada Rabu, 21 Maret 2018 Pukul 09.00 WIB.
15