Tinjauan Pustaka Skabies
Tinjauan Pustaka Skabies
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh. Di Indonesia
skabies sering disebut kudis, orang jawa menyebutnya gudik. Penyakit ini mudah
menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. Factor yang mempengaruhi
penyakit ini adalah hygiene yang kurang baik.(3)
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
1
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.(9)
2
Gambar 2.2 Siklus Hidup dan Cara Penularannya
2.1.5 Patogenesis
Infestasi dari infeksi Sarcoptes scabiei dimulai saat tungau betina yang
sudah dibuahi berada diatas permukaan kulit. Kemudian tungau betina akan
menggali terowongan pada stratum corneum untuk meletakan telurnya. Munculnya
tungau dan produk-produknya yang berupa air liur yang bersifat iritan akan
merangsang sistem imun tubuh untuk mengeluarkan mediator- mediator
imunitas.(2)
Pada pertama infeksi Sarcoptes scabiei, perlawanan yang dilakukan berasal
dari sistem imun non- spesifik. Tanda pada kulit berupa gatal, kemerahan, panas,
nyeri dan bengkak. Hal tersebut terjadi karena aktivasi sel mast mengaktifasi
mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, kinin dan triptamin. Namun
apabila proses inflamasi yang dilakukan oleh sistem imun non spesifik belum dapat
mengatasi infestasi tungau dan produknya, maka imunitas spesifik akan teraktivasi.
Mekanisme pertahanan spesifik yang dilakukan oleh sel limfosit.(10)
3
Penelitian sebelumnya melaporkan keterlibatan rekasi hipersensitivitas tipe
I dan tipe IV. Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, terjadi pertemuan imunoglobulin
E dengan antigen tungau yang berlangsung di epidermis sehingga mengakibatkan
terbentuknya degranulasi sel mast yang mengakibatkan peningkatan antibodi IgE.
Sedangkan keterlibatan rekasi hipersensitivitas tipe IV akan muncul setelah 10-30
hari dari sensitisasi tungau, yang ditandai dengan perubahan histologik dan
kenaikan jumlah sel limfosit T pada infiltrat kutaneus.(11)
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.(12)
2.1.6 Diagnosis
Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila
memnuhi dua dari empat tanda cardinal.(10)
1) Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan
panas.
2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah
keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies, maka
biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit tersebut
pula. Terdapat istilah pembawa (carrier) yakni penderita yang terkena infestasi
tungau skabies tetapi tidak memberikan gejala klinis.
3) Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau
vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf
(gelembung leokosit).
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling sulit
pula. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
4
2.1.7 Diagnosis Banding
a. Dermatitis Atopik
b. Prurigo
c. Pedikulosis korporis
d. Impetigo
e. Psoriasis
f. Folikulitis
2.1.8 Penatalaksanaan
5
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di
bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra.
5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah
umur 2 bulan.
1.1.9 Pencegahan
1.1.10 Prognosa
6
DAFTAR PUSTAKA
3. Djuanda. A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Cetakan kedua.
Jakarta: FKUI; 2007.
9. Handoko, R. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
11. Burns D. Disease caused by arthropods and other noxious animals. In Burns
T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook's Textbook of Dermatology. 8th
ed. UK: Blackwell Publishing; 2010. p. 1830-40.
7
14. Craft N. Superficial Cutaneous Infections. In Goldsmith L, Katz S, Gilchrest
B. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw Hill; 2012. p. 2128-34.