KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
“HIDRODINAMIKA LAUT” ini dengan baik.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para asisten yang telah membantu
praktikan dalam pembuatan laporan ini.Namun tidak lepas dari semua itu, praktikan menyadar
sepenuhnya bahwa ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka praktikan membuka selebar-lebarnya untuk memberikan saran dan
kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki laporan ini dengan lebih baik lagi.
Akhirnya praktikan mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE KERJA..................................................................
3.1 Waktu Dan Tempat
3.2Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja
3.4 Analisa Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas air yang bagus di tentukan oleh pH air tersebu. Bila pH air berkisar 7 maka kualitas air
tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa-senyawa yang mengandung logam berat
yang dapat menyebabkan air tidak layak lagi untuk di pakai atau di pergunakan oleh manusia atau
organieme lain karena menyebabkan kematian.
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi
oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah
daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut
diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong
dan legokan).
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat di katakana bahwa semua jenis
kehidupan bersifat aquatik. Beberapa faktor tersedianya air antara lain curah hujan, kelembaban,
penguapan, angin, suhu dan udara.
Limnologi merupakan ilmu dari perairan umum, berhubungan seluruh faktor yang mempengaruhi
populasi yang hidup didalam perairan itu. Tidak benar menyatakan bahwa limnologi adalah sebagai
kajian perairan tawar karena pada daerah kering, genangan yang ada sungguh beragam.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai / saluran /
mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : 1. dibagian sungai yang relatif lurus, 2. jauh dari
pertemuan cabang sungai 3. tidak ada tumbuhan air, 4. aliran tidak turbelenl, 5. aliran tidak
melimpah melewati tebing sungai (Penuntun Praktikum Limnologi). Pengukuran debit air sangat
dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air
ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
1.3 ManfaatPraktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah
a. Mengetahui volume debit air saat pasang surutdi perairan Alue Naga.
b. Mengetahui kecepatan arus di perairan Alue Naga.
c. Mengetahui arah pergerakan arus di perairan Alue Naga.
d. Mengetahui pengaruh pertambahan debit air oleh pergerakan arus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Debir air adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang pada
suatu titik tertentu per satuan waktu, pada umumnya dinyatakan dalam m³/s. Debit sungai
diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat pengukur atau pelampung untuk
mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalirkannya dengan luas
melintangnya (luas potongan lintang sungai) pada lokasi pengukuran kecepatan
tersebut(Sosrodarsono)2003
pergerakan air sungai sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam , semakin besar ukuran
batuan dasar dan semakin banyak curah hujan , pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus
semakin cepat maka berpengaruh pada debit. Dalam SI (Satuan Internasional) besarnya debit
dinyatakan dalam satuan m³/s. Bagi pengelola sumberdaya air debit aliran merupakan suatu
informasi penting. Debit puncak over terjadi banjir maka diperlukan suatu bangunan penampung
air tambahan dalam pengendaliannya. Debit air kecil maka membutuhkan perencanaan akan
pemanfaatan air untuk berbagai keperluan , utamanya dalam pengentasan akan musim kemarau
yang berkepanjangan, serta gambaran potensi sumberdaya dari sungai tersebut (Effendi 2003)
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi
secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya
yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah
vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu
eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient
tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990).
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan,
sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang
memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga
terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang
bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara
angin dengan permukaan laut dapat (Supangat)
Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan maupun
di bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil tetapi juga bisa
berukuran sangat besar. Penampilan yang paling mudah terlihat adalah arus di permukaan laut.
Ada arus yang hanya bersifat lokal saja tetapi ada pula yang mengalir melintas samudra. Arus
sangat penting artinya bagi pelayaran, oleh karena itu pengukuran arus sudah dilakukan sejak
dulu (Nontji,2002).
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkaan arus pantai yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Pola arus pantai ini ditentukan
terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai.
Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan hidrostatik (Dahuri, Rais et al. 1996)
BAB III
METODELOGI KERJA
3.2.1 TabelAlatdanBahan
No NamaAlat Jumlah
1. PapanSkalar 1 Unit
2. Floating Grade 1 Unit
3. Life Jacket 1 Unit
4. Stopwatch 1 Unit
5. Sepatu Gambir 1 Pasang
6. P3K 1 Set
7. AlatTulis 1 Set
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari diagram arus diatas terlihat bahwa pada menit 9:45 sampai dengan menit 10:05 arus
dikatan rendah karna masih 0,2 m/s namun pda jam 10:15 arus meningkat drastis yaitu hampir
mendekati 1 m/s dan di sepuluh menit kemudian arus kembali menurun lalu pada jam 10:35 arus
kembali naik sama seperti pada jam 10:15, dan sepuluh menit kemudian arus kembali naik
seperti pada jam 10:35 lalu menurun secara perlahan dengan kecepatan sekitar 0,7 m/s. Naiknya
kecepatan arus yang secara cepat tadi mungkin bisa dikarnakan dorongan dari angin yang
kencang atau dikarnakan adanya kapal kapal nelayan yang lewat sehingga arus tidak stabil, pada
jam 11:15 sampai dengan jam 12:55 kecepatan arus naik turun dan pada jam 13:05 sampai 13:15
kecepatan arus sama yaitu 0,8 m/s kemudian perlahan turun dan menurun seperti yang terlihat
pada diagram laulu setelah itu arus hampir tidak terlihat mulai dari jam 13:45 sampai pada jam
15:45.
Kemudian pada pengukuran debit air terlihat pada diagram pada jam 9:45 sampai pada jam 10:05
debit air dibawah 1000 m3. Lalu pada 10 menit kemudian, tepat pada jam 10:15 debit air
meningkat secara drastis diatas 4000 m3. Lalu di sepuluh menit kemudian debit air kembali
turun dibawah 1000m3 lalu pada jam 10:35 debit air kembali meningkat melebihi yang sebelum
nya yaitu 6000m3 dan di sepuluh menit kemudian debit air kembali turun. Sedikit yaitu sekitar
5200m3 lalu turun sedikit demi sedikit lagi hingga debit air kembali rendah yaitu sekitar 1000m3
hingga jam 12:55.Lalu kemudan kembali meningkat lagi diatas 4000m3 setelah itu
turun kembali
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan maupun di
bawahnya
b. Debit air tertinggi yaitu pada jam 10:35
c. Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi
secara terus menerus
d. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan
semakin besar arus permukaan
5.2 Saran
Saran saya pada saat praktiku untuk selalu fokus dalam pengambilan data agar tidak
terdapat kesalahan nantinya pada saat pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., et al. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta. PT
Pradaya Paramitha.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan
Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. 5th Edition. Prentice Hall. London.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. PT. Djambatan. Jakarta
Sosrodarso, S. dan K. Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Supangat, A., Susanna. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-
Hayati, BRPKP-DKP. ISBN.No. 979-97572-4-1
Dahuri, R., et al. (1996). "Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara
terpadu." PT. Pradnya Paramita. Jakarta 305.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan,
Kanisius.
Supangat, A. "Susanna." Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya
Non-Hayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
http://nandabako.blogspot.co.id/2016/10/laporan-pengukuran-arus-dan-debit-air.html
MATA KULIAH
Manajemen Kualitas Air
OLEH KELOMPOK 3
BENONI KADUNG
BASRAH
CARKAYA
RISKY HANDAYANI
PIETER DAVID SAIYA
OKTAVIANUS. M. TETRAPOIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JOINT PROGRAM PPPPTK – SEAMOLEC
2011
JUDUL
Menghitung Debit Air dengan Metode Pelampung
TUJUAN PRAKTIKUM
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan maka tujuannya adalah untuk menentukan debit air
saluran air yang ada di Departemen Perikanan Budidaya.
HASIL PRAKTIKUM
Diketahui
d1 = 45 cm
d2 = 42 cm d1 + d2 + d3 + d4 + d5
rata-rata =
d3 = 46 cm 5
d4 = 51 cm = 45 + 42 + 46 + 51 + 43
d5 = 43 cm 5
d1 = 45 cm d1 + d2 + d3 + d4 + d5
rata-rata =
d2 = 42 cm 5
d3 = 55 cm = 45 + 42 + 55 + 38 + 33
d4 = 38 cm 5
Ditanya
berapa debit air yang mengalir pada aliran air (Q dalam satuan m3/ detik)
maka :
VxA
Q=
dimana
D
V=
t
25 meter
=
50 detik
=0,5 meter/detik
Kemudian
A1 =l 1 x d 1
=1, 26 meter x 0,454 meter
A2 =l 2 x d 2
A1+A2
A=
2
VxA
Q=
=0,5 meter/detik x
PEMBAHASAN
Debit (discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu,
biasanya dinyatakan dalam m3/detik. (Hefni Effendi, 2003 hal 28)
Sedangkan menurut Slamet soeseno, 1971 hal 13 yang dimaksud debit saluran adalah jumlah riil
yang mengalir dalam saliran tersebut yang dinyatakan dengan ukuran liter perdetik.
Dalam Hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang
terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan kubik per detik (m3/detik).
Berikut tabel parameter kualitas air budidaya ikan
Sumber : Gusrina. Budidaya ikan jilid I. tahun 2008 hal 87
Dilihat dari table diatas untuk debit air nilai kisaran untuk budidaya ikan ada dua jenis kolam,
pada kolam air deras debit yang berkisar 50 liter/detik dan untuk kolam air tenang berkisar
antara 0,5 – 5 liter/detik.
Kemudian dari hasil praktikum yang dilaksanakan pengukuran dilakukan pada aliran air di
Departemen Perikanan Budidaya. Dimana aliran tersebut dapat dikatakan sebagai aliran air
kolam air tenang. Hasil pengukuran yang kami lakukan diketahui debit air (Q) sebesar 0,445
m3/detik atau jika di lakukan pembulatan 1 desimal dibelakang koma maka Q = 0,5 m3/detik.
Artinya jika melihat tabel kualitas air (sumberGusrina. Budidaya ikan jilid I. tahun
2008 hal 87) kemudian melihat hasil praktikum pengkuran debit air ada persamaan persepsi
yaitu artinya dalam tabel air tenang Q = 0,5 – 5 liter/detik sedangkan pada praktik yang kami
lakukan hasil pengukuran debit air (Q) = 0,445 m3/ detik. Dilihat dari hasil makan aliran kolam
perairan di Departemen Perikanan Budidaya dapat dikatakan baik untuk budidaya dilihat dari
debit airnya.
Selanjutnya dari hasil Q = 0,445 m3/ detik jika kita terjemahkan menurut pengertian pada buku
Hefni Effendi 2003 hal 28 volume yang mengalir pada aliran air sebesar 0,445 m3/ detik
Kemudian dalam praktik tersebut perlu secara hakikatnya debit air waktu ke waktu dalam
kurun hari bahkan bulanan. Menurut diskusi kelompok kami debit air yang dihasilkan oleh
sumber air ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Curah hujan
Curah hujan mempengaruhi debit air pada suatu perairan semakin tinggi curah hujan maka
akan menyebabkan debit air akan meningkat, hal ini dikarenakan aliran sungai atau aliran akan
semakin deras sehingga debit yang dihasilkan akan tinggi dalam satuan meterkubik/detik.
Jika hutan ditebang kemudian hutan menjadi gundul maka kemungkinan besar akan terjadi
erosi. Karena jika terjadi hujan yang tinggi maka air pada endapan tanah tidak ada yang
menyerap. Hal ini terjadi kerana subjek penyerapan air (tumbuhan/pepohonan) sudah tidak
ada lagi sedangkan penurunan debit air dapat terjadi jika terjadinya erosi akibat penggundulan
hutan.
Menurut Hefni Effendi 2003 hal 26 Evaporasi transpirasi adalah adalah proses penguapan air
sungai, danau, dan lautan. Sehingga yang dihasilkan nantinya berupa uap air dan dari uap air
maka naik ke udara mengasilkan uap air diudara maka memicu terjadinya hujan, dengan
adanya hujan maka akan menyebabkan akan bertambahnya debit suatu perairan. Hal ini sangat
berhubungan dengan factor diatas yaitu curah hujan.
KESIMPULAN
Dari hasil praktik pengukuran debit air pada aliran air di Departemen Perikanan budidaya ada
beberapa kesimpulan :
1. Hasil pengkuran debit air (Q) sebesar 0,445 m3/ detik atau 0,5 m3/ detik
2. Aliran air di Departemen Perikanan Budidaya sudah bisa digunakan untuk budidaya dilihat
dari debit air sudah sesuai standar optimal dalam budidaya yaitu untuk kolam air tenang
berkisar 0,5 – 5 liter/detik
3. Hasil diskusi bahwa debit air perairan dipengaruhi oleh tiga factor yaitu :
1. Curah hujan
2. Pergangtian hutan menjadi lahan pertanian/penggundulan hutan dan proses
3. Evaporasi dan transpirasi
DAFTAR PUSTA
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK . Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan . Kenesius, Yogyakarta.
Soeseno, Slamet. 1971. Pemeliharaan Ikan Di kolam Pekarangan. Kanesius, Yogyakarta.
https://riskyhandayani.wordpress.com/2011/04/30/laporan-praktikum-menghitung-debit-air-dengan-
metode-pelampung/
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Debit adalah banyak air yang mengalir persatuan waktu. Biasanya banyak air yang
mengalir diukur dengan satuan liter atau m3 dan satuan waktu pengaliran adalah detik, menit,
atau jam. Besarnya debit air yang mengalir terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu: luas
penampang lintang aliran air dan kecepatan aliran air. Secara matematis hal tersebut di atas dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Q=AxV
Keterangan:
Q = debit air, m3/det
A = luas penampang lintang air yang mengalir (m3)
V = kecepatan aliran air, m/det (Sigit Sudjatmiko dan Sigit Mujiharjo, 2016).
Nilai V yang diperoleh dengan metoda pelampung masih merupakan nilai kasar atau nilai
yang mencerminkan nilai kecepatan aliran dipermukaan. Untuk memperoleh kecepatan aliran
sesungguhnya nilai V yang diperoleh dapat menggunakan rumus yang telah dipelajari pada
kegiatan praktikum ke -9.
Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dengan menggunakan sekat ukur, dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
mengukur luas saluran dan mengatur aliran air. Kecepatan aliran air (V) dapat diukur dengan
berbagai cara seperti menggunakan metode pelampung, current meter, atau dengan
menggunakan persamaan (Hasibuan, 2009).
Menurut Takeda,(2007) pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat
profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar
aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian
(segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit
aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi. Keterangan : Qi : Debit aliran segmen I, Ai : Luas aliran
pada segmen I, Vi : Kecepatan aliran pada segmen i (Takeda, 2007).
Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat
mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Adanya
kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran air juga dapat
membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991).
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan
melalui empat katagori ( Gordon et al., 1993):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang
melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran
sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran air lambat)
atau flume ( aliran cepat).
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah
bangunan intake / pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20 tahun 2006). Saluran irigasi
terbagi atas 3 jenis yaitu :
A. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang akan diairi.
B. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petakpetak tersier
yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
C. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama
ke dalam petak tersier saluran kuarter. (Herliyani at al, 2012)
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral, implementer,
memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu didapatkan pada tanah-tanah
yang menerima pengairan dari air yang berasal dan memlalui daerah aliran yang memiliki jenis
tanah yang sama dengan tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah
kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air
irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari
pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen, drainase atau
pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh air
irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana et al, 1999).
BAB II
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan
1.1.1 Waktu dan temat pratikum
Pratikum dilaksanakan pada tanggal, 30 April 2016 di Irigasi Kemumu, Bengkulu Utara.
1.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran debit air saluran terbuka dan
menghitung lama waktu irigasi adalah pelampung (kayu dan gabus), current meter, stop watch,
buku pratikum, dan meteran/alat pengukur panjang.
1.2 Prosedur Kerja
Dalam praktikum acara ini, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Dipilih bagian saluran irigasi Kemumu yang sudah dekat dengan sawah. Dipilih lokasi yang
lurus dengan perubahan lebar sungai, dalam air dan gradien yang kecil.
2. Ditetapkan dua buah titik (patok) tempat pengamatan dengan jarak kisaran 20m.
3. Pelampung dilemparkan ke sungai dengan jarak 20 m sebelah hulu titik pengamatan pertama.
4. Waktu tempuh pelampung antara dua titik pengamatan tersebut di atas dicatat dengan
menggunakan stop watch.
5. Kecepatan aliran dapat diperoleh dengan membagi jarak tempuh dengan waktu tempuh
pelampung antara dua titik pengamatan.
6. Selain dengan pelampung, hal ini dapat di ukur dengan menggunakan alat current meter yang
disediakan.
7. Dipilih kedalaman tertentu dari saluran irigasi, ukur kecepatan alirannya pada berbagai
kedalaman sesuai dengan kondisi di lapang.
8. Untuk mengukur luas penampang lintang aliran air, maka bagian penampang aliran tersebut
dibagi atas beberapa bagian (sesuai dengan lebar dan kondisi dasar aliran air). Tujuan pembagian
ini adalah untuk memperoleh hasil perhitungan yang mendekati luas sebenarnya.
9. Jumlah luas dari bagian-bagian tesebut merupakan luas penampang lintang aliran.
10. Pengukuran kecepatan aliran air diulang sebanyak 3 kali setiap pelampung.
11. Dihitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengairi sawah (luasan diukur dilapangan)
dengan volume 200 mm.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2. Pengamatan pada saluran sekunder dengan menggunakan alat (current meter).
Metode KecepatanAliran (m/det) Kedalaman Lebar Luas Debit (m3/det)
3 titik Aliran Tepi Tepi (m) (m) Penampang(m2)
Tengah atas atas
kiri kanan
T1 0.7 0.5 0.6 0.45 1.68 0.756 0.53 0.38 0.45
T2 0.7 0.6 0.7 0.45 1.68 0.756 0.53 0.45 0.53
T3 0.6 0.6 0.6 0.45 1.68 0.756 0.45 0.45 0.45
Rata – rata 1.68 0.756 0.50 0.43 0.48
Pengamatan pada Saluran Tersier (saluran yang membagi ke lahan pertanian)
Volume: 200 mm
Luas sawah = 1 ha
Asumsi :Tanaman :padi
Kondisi :vegetatif 1 dan vegetatif 2
ET0 = 3
Kc = 1.4
ETC = ET0x Kc
= 3 x 1.4 = 4.2 mm
Kebutuhan air tanaman per hari
1 ha x 4.2 mm = 104 m2 x 0.0042 = 42 m3
A =pxl
= 2000 cm x 168 cm
= 336000 cm2 = 33.6 m2
Q = A x V= 33.6 m2 x 0.2 m/s
= 6.72 m3/s
Waktu yang dibutuhkan untuk mengairi lahan 1 ha :
42 m3 / 6.72 m3/s = 6.25s / 60 s = 0.10 menit.
3.2 Pembahasan
Pengukuran debit air pada saluran terbuka yang dilaksanakan pada hari sabtu, 30
April 2016 di kemumu, Bengkulu Utara. Pada pengukuran debit air di saluran sekunder
(manual dan current meter) dan saluran tersier. Pengukuran debit air menggunakan alat
Current meter dengan menggunakan metode 3 titik, metode ini digunakan pada kecepatan
arus yang tidak normal (non parabolik), contohnya dapat digunkan untuk sungai yang
banyak terdapat tanaman air yang tumbuh.
Pengukuran pada saluran sekunder secara manual dengan metode pelampung diukur
mengunakan bahan kayu dengan jarak tempuh 10m membutuhkan waktu 29 detik pada
ulangan pertama, 32 detik ulangan kedua dan 29 detik ulangan ketiga, dengan demikian
rataan pada ketiga percobaan tersebut dalam menempuh jarak 10m pelampung kayu
membutuhkan waktu 30 detik. Pelampung pembanding yang digunakan selanjutnya adalah
berbahan gabus. Percobaan yang sama pelampung gabus untuk menempuh jarak 10m
pada ulangan yang pertama memerlukan waktu 32 detik, ulangan kedua 34 detik dan yang
ketiga 29 detik maka rataan waktunya 31.7 detik. Selanjutnya kedua rataan tersebut
diratakan kembali sehingga kecepatan rata-rata sebesar 0.32 m/s dengan luas penampang
sebesar 33.6 m diperoleh rataan debit air sebesar 10.78m 3/secon. Hal ini berarti dalam satu
detik saluran primer mengeluarkan air sebanyak 10780 liter. Hasil ini merupakan
perhitungan debit permukaan. Teori yang ada bahwa debit air yang berada pada saluran
irigasi memiliki perbedaan antar kedalaman.
Pengukuran debit air yang selanjutnya masih saluran sekunder tapi mnggunakan alat
current meter dengan metode 3 titik .T1 dengan KecepatanAliran (m/det) pada Aliran
Tengah 0.7, tepi atas kiri 0.5, dan Tepi atas kanan 0.6, dengan Luas Penampang0.756
m2 dan di dapat nilai Debit (m 3/det) air aliran tengah 0.53, tepi atas kiri 0.38 dan sedangkan
tepi atas kanan 0.45. Untuk nilai T2 dengan KecepatanAliran (m/det) pada Aliran Tengah
0.7, tepi atas kiri 0.6, Tepi atas kanan 0.7 dan Luas Penampang0.756 m 2. Nilai debit air
aliran tengah 0.53, tepi atas kiri 0.45dan sedangkan tepi atas kanan 0.53.
sedangkan untuk nilai T3 dengan Luas Penampang0.756 m 2, pada nilai KecepatanAliran
(m/det) Tengah 0.6, tepi atas kiri 0.6, Tepi atas kanan 0.6 dan dapat nilai debitnya adalah
0.45.
Pengamatan pada saluran tersier akan memfokuskan pada kebutuhan waktu untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Contoh yang digunakan menunjukkan komoditi padi pada
fase vegetatif 1 dan vegetatif 2. Perhitungan ini pada dasarnya untuk menentukan waktu
sehingga kita dapat meng efisenkan pengunaan air. Hasil hitung diperoleh waktu yang
dibutuhkan hanya 0.10 menit atau 6 detik untuk mengairi sawah pada tanaman padi
dengan nilai kc dan ET0. Dengan demikian pengunaan air yang perlu di alirkan hanya
selama 6 detik, jika melebihi waktu tersebut maka air yang diselebihnya hanya sia-sia
terbuang.
Pengetahuan ini penting bagi petani. Hal ini ditinjau pada jumlah air yang semakin
lama jumlahnya berkurang dan tidak nenentu. Pengetahuan semacam ini tentu jika
disosialisasikan pada petani akan menambah efisiensi air dan tidak akan terjadi defisit air
selama proses budidaya dilahan.
BAB IV
KESIMPULAN
Debit air pada pengukuran dengan metode sederhana menunjukkan setiap detiknya
irigasi sekunder mampu menyuplai air sebanyak 10.780 liter. Hasil pengukuran
mengunakan current meter menujukkan bahwa perdetik saluran sekunder mengalir sama.
Perbedaan debit ini terjadi dimungkinkan karena ketidak sesuaian prosedur pengukuran
atau alat yang digunakan. Nilai debit air yang sebenarnya paling mendekati adalah hasil
current meter, sebab pada pengukurannya eror hanya sedikit terjadi, sedangkan metode
pelampung banyak terjadi kesalahan baik dari segi lingkungan maupun teknisnya.
Kebutuhan waktu pengairan sebenarnya bergantung pada komoditi dan jenis
tanahnya. Prinsip dasar yang perlu kita anut bahwa penghitungan waktu ini erat kaitannya
dengan efisiensi air. Hal ini diperhatikan dengan pertimbangan bahwa jumlah air setiap
musim tanam tidak sama maka untuk membagi air yang seefisien mungkin perlu
pengetahuan tentang lama waktu pengairan.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon, Judit R.1993. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior Boston: Allyn and Bacon.
Hasibuan, A 2009. Efisiensi Air Irigasi dan Drainase pada Tanaman Padi Sawah. Jurnal
Agrikultura. 2 (4) : 22-34
Herliyani at al, 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi Kunyit Kabupaten Tanah
Laut. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin. Jurnal Intekna, Tahun Xii, No. 2:
132 - 139
Sudjatmiko, S. dan S. mujiharjo. 2016. Penuntun Pratikum Irigasi dan Drainase. Fakultas Pertanian
Unib: Bengkulu.
Suyana, at al.1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas Air dari Irigasi Bengawan Solo. Laporan
Penelitian. LembagaPenelitian Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.
Takeda S 2007. Water Management in The Field. Kyoto: Kyoto University Press
Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi, hal 141- 167. dalam E.
Pasandaran (edt). Irigasi di Indonesia Strategi danPengembangan. LP3ES. Jakarta
http://bezad97.blogspot.co.id/2016/06/laporan-irigasi-menghitung-debit-air.html
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi
dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi
suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat
untuk memonitor dan mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber
daya air permukaan yang ada.Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok
air dengankuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilirDalam praktek,
sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dankecepatan aliran dianggap seragam
di setiap titik pada tampang lintang yang besarnyasama dengan kecepatan rerataV,sehingga debit
aliran adalah:
Q=A.V
Dengan :Q = Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)`
Alih guna lahanhutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata
air pada daerah aliran sungai (DAS) yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat
didaerah hilir.Konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunanfungsi hutan
dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAStersebut.Untuk menjaga
agar air yang keluar dariDAStidak melebihi dari kapasitas penerimaan dihilir,perlu
dilakukan perhitungan debit air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat
atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan
memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa
mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada
masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumAliran
air sungai sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Air yang berasal dari sungai telah digunakan untuk banyak kegiatan antara lain:
pertanian, perhubungan, pertahanan negara dan sarana olah raga (renang, arung jeram, dan lain
sebagainya). Akan tetapi yang perlu diperhatikan jika dimanfaatkan sebagai sarana olah raga
adalah kecepatan arus air di permukaan dan di bawah permukaan sungai, karena kecepatannya
berbeda-beda. Apabila hal tersebut diabaikan, maka akan membahayakan keselamatan jiwa
manusia, sebab kecepatan arus air sungai yang di permukaan berbeda dengan kecepatan arus air
sungai yang ada di bawah permukaan air (Priyantini, 2010).
Hal yang menarik terhadap unsur aliran sungai adalah volume aliran yang mengalir pada
suatu penampang basah persatuan waktu
(m3/det) atau sering disebut dengan debit. Debit dari suatu penampang sungai
dapat dinyatakan dengan rumus:
Q=Av
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang basah (m2)
v = kecepatan aliran rata-rata (m/s) (Asdak,2007)
Debit diartikan sebagai volume air yang mengalir per satuan waktu melewati suatu
penampang melintang palung sungai, pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit
diperlukan untuk menentukan volume aliran atau perunahan – perubahannya dalam suatu sistem
das. Data debit diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi (Soemarto, 1987).
Pengukuran debit air secara tidak langsung:
1.Pelampung
Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu:
(i) pelampung permukaan, dan
(ii) pelampung tangkai.
Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada
permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran
seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada
angin.Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh
pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang
dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata – rata yang
diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut(Raswari. 1986).. Sedang kecepatan rata – rata
didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya
tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Keterangan:
B = lebar permukaan aliran
H = kedalaman air
Vm = kecepatan rata – rata
Vs = kecepatan pada permukaan
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung
tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung
baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan
pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan
berdasarkan kecepatan rata – rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung,
dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini
dicari penampang melintang rata – ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air
kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama – sama disusun berimpitan,
Vp = kecepatan rata – rata pelampung
Ap = luas aliran rata – rata
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Tabel 1.1 Pengukuran debit air metode pelampung
Ulangan Jarak Waktu Kecepatan Luas Debit Rata-
tempuh tempuh aliran penampang (m3/det) rata
(m) (detik) (m/det) saluran (m2)
Gabus I 32 51,01 0,62 0,896 0,56 0,6
Gabus II 32 45,02 0,71 0,896 0,64
Kayu I 32 43,66 0,73 0,896 0,65 0,69
Kayu II 32 38,44 0,82 0,896 0,73
Tabel 1.3 Pengukuran debit air Saluran irigasi tersier metode pelampung
Jarak Waktu Kecepatan Luas Debit
tempuh tempuh aliran penampang (m3/s)
(m) (s) (m/s) saluran
(m2)
Ialah =
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang saya lakukan dan saya amati bisa disimpulkan sebagai berikut :
Dari pengamatan paktikum diatas dapat dilihat bahwa pengukuran debitaliran juga dapat
dilakuka secara sederhana yaitu dengan menggunakan pelampung. Selain tiu pengukuran debit
dengan menggunakan alat ukur current meter juga mempunyai kelemahan. Sehingga jika dalam
sebuah pengamatan yang tidak teliti akan memberikan hasil yang berbeda juga
Besarnya debit saluran irigasi dipengaruhi oleh luas penampang irigasi dan dalam saluran irigasi
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu.
Daftar pustaka
http://apollo-haloho.blogspot.co.id/2015/03/pengukuran-debit-air-saluran-terbuka.html