Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menumbuh

kembangkan potensi manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan memiliki

peran yang besar dalam pembangunan suatu bangsa. Fungsi dari pendidikan dalam

pembangunan bangsa, menurut Sonhadji (2014:92) antara lain sebagai pembentuk

wawasan kebangsaan, pertumbuhan ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) penyiapan tenaga kerja, dan peningkatan etika dan

moralitas.

Pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia menjadi terampil,

profesional, memiliki kompetensi sesuai bidangnya serta berdaya saing. Hubungan

pendidikan dan penyiapan tenaga kerja diuraikan sebagai berikut (Sonhadji,

2014:94). Dalam lembaga pendidikan terjadi transformasi sumber daya manusia,

yaitu input (masukan peserta didik) yang diproses dalam suatu sistem pendidikan

dan pembelajaran, menghasilkan output (kompetensi lulusan) dan outcome (kinerja

lulusan). Pada proses tersebut terjadi transmisi pengetahuan, dimana output

memiliki kompetensi yang lebih baik di banding inputnya. Output tersebut

diharapkan dapat siap memasuki lapangan kerja. Teori tersebut didukung oleh

penelitian Sonhadji, Purnomo, dan Kustono (1993) yang menyatakan bahwa

penggunaan kurikulum pada proses pembelajaran memiliki dampak pada

karakteristik lulusan ketika sudah berada di lapangan kerja.

1
2

Sistem penyelenggaran pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada

dunia kerja terdapat pada pendidikan kejuruan. Berdasarkan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Sekolah Menengah

Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan

mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Lulusan di SMK diharapkan dapat

(a) bekerja sesuai dengan bidang keahliannya, (b) tengggang waktu mendapat kerja

setelah lulus maksimal satu tahun, (c) keterserapan lulusan dalam periode dua tahun

setelah lulus minimal 75%, dan (d) jumlah lulusan yang mampu menciptakan

lapangan kerja 5% (Depdiknas, 2003). Didukung dengan Instruksi Presiden Nomor

9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka

Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, dengan

tujuan meningkatkan kualitas serta daya saing SDM di Indonesia baik tingkat

nasional maupun global. Pemerintah mendukung peningkatan kualitas dan daya

saing di SMK dengan menyusun peta kebutuhan tenaga kerja, menyelaraskan

kurikulum SMK (link and match), meningkatkan akses sertifikasi, peningkatan

akses luas untuk melakukan PKL serta mendorong BUMN untuk menyerap tenaga

kerja lulusan SMK. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan telah

melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan performansi untuk menghasilkan

lulusan yang dapat diserap pasar tenaga kerja.

Namun kenyataannya masih banyak lulusan yang menganggur. Hal ini

ditunjukkan dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang

menyatakan bahwa jumlah pengangguran terbuka per Februari 2016 mencapai 7,02

juta orang atau 5,5 persen. Masih dalam BPS, berdasarkan taraf pendidikannya,

tingkat pengangguran tertinggi adalah lulusan sekolah menengah kejuruan dengan


3

presentase 9,84 persen, meningkat dari 9,05 persen. Angka pengangguran di SMK

per Februari 2016 tercatat sebanyak 1,34 juta jiwa. Data tersebut diperkuat dengan

keterserapan tenaga kerja lulusan SMK masih belum maksimal. Di provinsi Jawa

Timur sendiri angka keterserapan kerja siswa SMK sebanyak 64,7% per tahunnya

(http://suryamalang.tribunnews.com).

Tingginya angka pengangguran lulusan SMK dan belum maksimalnya

keterserapan lulusan SMK menjadi salah satu kelemahan SMK. SMK belum

sepenuhnya mampu mencetak tenaga kerja siap pakai untuk pihak industri. Masih

tingginya angka pengangguran lulusan SMK disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah perencanaan kebutuhan tenaga kerja

masih belum jelas dan belum bisa dijadikan patokan (http://www.republika.co.id),

lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan jurusannya

(http://www.republika.co.id), lulusan SMK yang masih belum berani berwirausaha

(http://bisnis.liputan6.com), rendahnya kualitas lulusan yang ditandai dengan masih

rendahnya kompetensi yang dimiliki siswa SMK, sarana penunjang kegiatan belajar

di SMK yang masih kurang, waktu praktik yang masih kurang, serta ketidak

sesuaian antara pengajar dengan bidang kejuruan yang dibebankan di sekolah

(http://www.republika.co.id). Dunia kerja sendiri masih belum sepenuhnya

mempercayai mutu lulusan SMK. Pernyataan tersebut didukung dari penelitian

Callan (2003) dan Clarke (2007), dunia pendidikan memandang bahwa lulusan

yang memiliki kompetensi tinggi adalah mereka yang lulus dengan nilai tinggi

dalam waktu yang cepat, sedangkan dunia industri menginginkan lulusan yang

berkompetensi tinggi yakni memiliki kemampuan teknis dan sikap yang baik.
4

Karena berbagai hal yang telah dijabarkan sebelumnya, membuat mutu lulusan

SMK menjadi rendah.

Keterserapan lulusan sebuah lembaga pendidikan erat kaitannya dengan

kesiapan kerja lulusan. Menurut Utami (2013), kesiapan kerja merujuk pada tingkat

sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan

tugas tertentu. Pendapat lainnya mengemukanan bahwa kesiapan kerja merupakan

keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan

pengalaman serta adanya kemauan untuk siap melaksanakan suatu pekerjaan atau

kegiatan (Slameto, 2010:113). Kesiapan kerja sangat penting dimiliki lulusan SMK

agar mampu berdaya saing di dunia kerja.

Menurut penelitian Sari (2012) kesiapan kerja siswa SMK dipengaruhi oleh

beberapa faktor: (a) pengalaman saat praktik luar (PKL), (b) bimbingan vokasional,

(c) motivasi belajar, (d) latar belakang ekonomi orang tua, (e) prestasi belajar

sebelumnya, dan (f) informasi pekerjaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Farida

(2012) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa

SMK antara lain: (a) pribadi siswa dan guru yang meliputi taraf intelegensi, sifat-

sifat, strategi mengajar dan minat; (b) On the job training meliputi dunia industri

dan sekolah, kegiatan industri dan bakat khusus; dan (c) kurikulum yang meliputi

kurikulum, kelembagaan dan tempat belajar. Didukung penelitian dari Karina

(2012), ada tiga faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK, yakni (1)

potensi yang dimili oleh siswa seperti variabel motivasi belajar, ekspektasi masuk

dunia kerja, pengetahuan dan wawasan, kecerdasan, sikap dan sifat-sifat pribadi

(keyakinan diri); (2) faktor kepribadian siswa seperti kondisi fisik, mental,

emosional, kebutuhan, motif dan tujuan, kecakapan, bakat dan minat; serta (3)
5

faktor sekolah seperti pengalaman praktik di industri, bimbingan vokasional, hasil

belajar sebelumnya dan informasi pekerjaan. Beberapa unsur penting yang

mendukung kesiapan kerja siswa SMK dari beberapa penelitian diatas seperti hasil

belajar yang diperoleh siswa di kelas, keyakinan diri (efikasi diri) serta pengalaman

yang didapat saat di Industri akan dijadikan faktor-faktor pendukung kesiapan kerja

pada penelitian ini.

Lulusan SMK setidaknya menguasai mata pelajaran kejuruan yang

diajarkan di SMK baik teroritis maupun praktiknya. Depdiknas (2004)

menyebutkan bahwa program produktif adalah kelompok mata diklat yang

berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi standar atau

kemampuan produktif pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan

dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja. Penguasaan pada komponen ini

meliputi semua mata pelajaran yang bersifat kejuruan.

Pada Kurikulum 2013, Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa memiliki

berbagai Program Keahlian. Salah satu paket keahlian yang ada di SMK adalah

Paket Keahlian Otomotif yang memiliki tiga paket keahlian yakni: Teknik

Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Perbaikan Bodi Otomotif serta

Teknik Alat Berat (Dispendik). Pada Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan

memiliki beberapa mata pelajaran seperti pada Tabel 1.1 di bawah ini:
6

Tabel 1.1 Mata Pelajaran pada Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Mata Pelajaran
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya
8. Prakarya dan Kewirausahaan
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10. Fisika
11. Kimia
12. Gambar Teknik
C2. Dasar Program Keahlian
12. Teknologi Dasar Otomotif
13. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif
14. Teknik Listrik Dasar Otomotif
15. Simulasi Digital
C3. Paket Keahlian
16. Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan
17. Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan
18. Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan
(Sumber: luk.staff.ugm.ac.id/.../Permendikbud70-2013KD-StrukturKurikulum-SMK-
MAK.pdf)

Mata pelajaran produktif kejuruan ada pada Kelompok C (Peminatan). Pada

kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian terdapat 1 mata pelajaran produktif (1)

Gambar Teknik. Pada C2 Dasar Program Keahlian yang terdiri dari 4 mata

pelajaran: (1) Teknologi Dasar Otomotif; (2) Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif; dan

(3) Teknik Listrik Dasar Otomotif dan (4) Simulasi Digital. Pada kelompok C3

Paket Keahlian yang terdiri dari 3 mata pelajaran: (1) Pemeliharaan Mesin

Kendaraan Ringan; (2) Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan

Ringan; dan (3) Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan merupakan mata pelajaran

praktik kejuruan.

Peran penguasaan materi pendidikan kejuran baik teori (pengetahuan)

maupun praktiknya (keterampilan) menjadi sangat penting karena hal tersebut


7

merupakan salah satu indikator dari kesiapan kerja siswa. Dengan penguasaan

materi dan praktik yang tinggi, individu akan lebih siap dalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Anni (2010) menyatakan hasil belajar merupakan perilaku yang

diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Komponen pendidikan yang

menjadi perhatian utama di SMK adalah kemampuan produktif. Pada penelitian

(Mu’ayanti, 2014:333) dijelaskan jika rata-rata nilai mata diklat produktif tinggi,

maka kesiapan kerja juga tinggi karena siswa sudah memiliki bekal akademik untuk

melakukan pekerjaan. Senada dengan penelitian diatas, jika siswa sudah menguasai

kompetensi pada bidang tertentu, maka akan menimbulkan kepercayaan diri bagi

siswa untuk memasuki dunia kerja (Naser, 2014).

Selain harus memiliki kemampuan kompetensi yang baik, dunia kerja erat

kaitannya dengan lingkungan, pergaulan, tugas-tugas dari pekerjaan yang

membutuhkan kesiapan mental, fisik ataupun psikis yang baik, memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi dan segala sesuatu yang membutuhkan

keseriusan dan kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus tersebut adalah

calon pekerja harus memiliki kemampuan dan kesiapan mental yang baik.

Seseorang harus memiliki efikasi diri (self afficacy) atau keyakinan terhadap

kemampuan dirinya menghadapi lingkungan dimana ia bekerja. Self afficacy

merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mampu dan berkompeten untuk

melakukan suatu tugas secara sukses seperti yang diharapkan (Widyarini, 2009:25).

Efikasi diri bagi siswa SMK sangat diperlukan untuk beradaptasi di lingkungan

dunia kerja karena akan menambah keyakinan atau rasa percaya diri ketika

seseorang berkecimpung dalam pekerjaan. Dari beberapa penelitian (Utami, 2013

dan Yuwanto, 2013) mengungkapkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang
8

dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan kerja orang tersebut. Begitu

juga sebaliknya. Jika siswa memiliki efikasi diri yang rendah, maka akan rendah

pula kesiapan kerjanya.

Rahayu (2007) mengungkapkan bahwa penguasaan terhadap materi tanpa

diimbangi dengan kemampuan praktik yang memadai akan sia-sia. Pengetahuan

yang diperoleh di sekolah saja belum cukup bagi siswa untuk bekal menuju dunia

kerja. Para lulusan SMK diharapkan dapat memiliki kualifikasi yang sesuai dengan

standarisasi dunia kerja. Oleh karena itu, disamping pembelajaran teoritis, juga

diperlukan pembelajaran praktik yang diimplementasikan dalam Praktik Industri

atau disebut juga Praktik Kerja Lapangan (PKL). Program Kerja Lapangan

merupakan program yang disusun bersama antara sekolah dan institusi

pasangan/industri dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik. Proses tersebut

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi

mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap

(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.

Dengan adanya program Praktik Kerja Lapangan maka siswa akan memiliki

pengalaman, keterampilan serta gambaran tentang keadaan dunia kerja

sesungguhnya akan mendorong siswa untuk meningkatkan kesiapan dirinya dalam

memasuki dunia kerja. Hasil penelitian dari Valid (2013) dan Idkhan (2016)

menunjukkan terdapat pengauh positif dan signifikan antara pengalaman praktik

Industri terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI. Selain itu didukung dari hasil

penelitian dari Indriani (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara hasil praktik kerja industri dengan kesiapan kerja siswa SMK.
9

Sehigga dapat dikatakan makin baik hasil praktik kerja industri maka semakin baik

kesiapan kerja yang dimiliki siswa SMK.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa

SMK di Kota Malang yang memiliki paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan

beberapa Industri tempat siswa melaksanakan PKL, didapalah kesimpulan sebagai

berikut: 1) nilai mapel produktif yang bersifat teoritik masih rendah (baik nilai

rendah di bawah Standart Kompetensi Minimum maupun lebih rendah dari pada

nilai praktik), 2) nilai teoritik mapel produktif yang rendah ada pada kompetensi

yang berkaitan dengan hitung-hitungan (seperti kompetensi dasar-dasar mesin,

elektronika dasar, dasar-dasar kelistrikan, dan pengukuran), 3) pada mapel

produktif praktik, yang memiliki nilai terendah ada pata mata pelajaran

Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan, 4) rata-rata siswa memiliki nilai praktik

di atas Standart Kompetensi Minimum, namun ada beberapa kompetensi yang

memiliki nilai yang rendah seperti kompetensi yang berhubungan dengan sistem

injeksi bahan bakar, sistem transmisi, dan merangkai sistem pengkabelan, 5)

perencanaan PKL masih belum tersatandar dilihat dari masih belum adanya standart

kompetensi yang diinginkan antara sekolah dan pihak industri, 6) kompetensi yang

diajarkan pada siswa di sekolah hanya mengacu pada silabus, tanpa adanya campur

tangan dari industri, padahal saat melakukan PKL, siswa secara otomatis harus

mengikuti kompetensi yang ada di industri, 7) pelaksanaan PKL selama di industri

selama ini belum terstandarisasi, siswa PKL hanya membantu pekerjaan yang ada

di industri tanpa adanya penjadwalan terstruktur yang bertujuan meningkatkan

kompetensi siswa, dan 8) industri tidak mengevaluasi siswa secara keseluruhan

(Nilai PKL yang diberikan oleh industri belum terukur secara kompetensi).
10

Ditunjang penelitan-penelitian terdahulu, pelaksanaan PKL akan

menunjang kesiapan kerja lulusan SMK. Pelaksanaan PKL yang baik akan

membuat siswa benar-benar mengerti kondisi kongkrit dari pekerjaan. Dengan

adanya kegiatan PKL akan meningkatkan pemahaman siswa tentang dunia kerja.

selain itu setelah melaksanakan PKL keterampilan profesional siswa dan tingkat

kesadaran sikap profesional juga akan meningkat (Sukanti, 2005). Siswa yang telah

melaksanakan PKL akan lebih memahami pekerjaan sehingga akan memiliki

informasi tentang lingkungan pekerjaan yang lebih memadai, dapat menentukan

pilihan-pilihan yang lebih tepat jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak

memiliki informasi yang cukup memadai. Siswa yang melaksanakan PKL akan

berinteraksi dengan para karyawan sehingga akan memperoleh informasi mengenai

motivasi orang bekerja.

Namun sayangnya banyak faktor-faktor yang menjadi penghambat proses

PKL. Seperti pada penelitian Nurharjadmo (2008) dan Putriatama (2014) yang

menyatakan pelaksanaan PKL di SMK masih belum maskimal, seperti:

keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah, hambatan yang bersumber dari

siswa seperti kurangnya keseriusan siswa dalam melaksanakan PKL, masih belum

jelasnya kompetensi yang harus dicapai siswa selama program PKL, tempat PKL

yang masih belum sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai siswa serta

minimnya bimbingan baik dari guru maupun tempat industri. hal-hal tersebut

menyebabkan pelaksanan program PKL menjadi belum maksimal.

Pelaksanaan PKL dirasa sangat penting untuk meningkatkan kualitas

lulusan siswa SMK, namun sayangnya masih belum terlihat efektivitas pelaksanaan

PKL yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan maupun evaluasinya. PKL


11

merupakan program yang akan selalu dilaksanakan di SMK maka perlu kiranya

untuk ditinjau tingkat ketercapaiannya.

Dari observasi maupun penelitian-penelitian terdahulu dapat ditarik

kesimpulan bahwa siswa SMK masih belum sepenuhnya memiliki kesiapan kerja

karena ada beberapa faktor seperti prestasi belajar dan kegiatan PKL yang belum

maksimal. Berdasarkan uraian yang dijabarkan sebelumnya, hasil belajar mata

pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL memililiki peran yang penting dalam

kesiapan kerja siswa SMK. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji tentang:

“Kontribusi Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif dan Efikasi Diri terhadap Nilai

Praktik Kerja Lapangan serta dampaknya pada Kesiapan Kerja Siswa SMK

Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata

pelajaran produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa

SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?

2. Apakah ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap nilai

Praktik Kerja Lapangan pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan

Ringan di Kota Malang?

3. Apakah ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara nilai hasil

belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja
12

Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan

di Kota Malang?

4. Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata

pelajaran produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian

Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?

5. Apakah ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap kesiapan

kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota

Malang?

6. Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai Praktik Kerja Lapangan

(PKL) terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan di Kota Malang?

7. Apakah ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara hasil belajar

mata pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL terhadap kesiapan kerja

pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran

produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK

Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.

2. Ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap nilai Praktik

Kerja Lapangan pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan

di Kota Malang.
13

3. Ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara nilai hasil belajar

mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja

Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan

Ringan di Kota Malang.

4. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran

produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan di Kota Malang.

5. Ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap kesiapan kerja

pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.

6. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL)

terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan

Ringan di Kota Malang.

7. Ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara hasil belajar mata

pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL terhadap kesiapan kerja pada

siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

bermanfaat pada berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi SMK

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan terkait program sekolah dalam menyiapkan lulusannya menjadi

pribadi yang siap kerja.


14

2. Bagi Guru dan Kepala Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran

yang terkait dengan peningkatan kesiapan kerja siswa dalam hal peningkatan

hasil belajar mata pelajaran produktif dan kinerja siswa dalam melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan.

3. Bagi Siswa

Sebagai tolok ukur capaian siswa terkait dengan hasil belajar mata pelajaran

produktif, efikasi diri dan hasil Praktik Kerja Lapangan.

4. Bagi Pihak Industri

Sebagai bahan masukan untuk ikut serta meningkatkan kesiapan kerja siswa

SMK dalam memasuki dunia usaha dan dunia industri dengan cara

mengawasi, membimbing dan mengarahkan siswa selama melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan rujukan untuk studi lanjutan bagi para peneliti yang tertarik

dengan masalah yang sama serta pemilihan variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi kesiapan kerja siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi lokasi, subyek penelitian dan

variabel penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian adalah:


15

1. Lokasi

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK paket keahlian Teknik Kendaraan

Ringan di Kota Malang.

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SMK kelas XI paket Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan kelas XI di Kota Malang.

3. Variabel penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar mata

pelajaran produktif dan efikasi diri pada siswa.

b. Variabel Intervening

Variabel intervening pada penelitian ini adalah hasil nilai Praktik Kerja

Lapangan.

c. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesiapan kerja siswa SMK

paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan.

Penelitian ini memiliki keterbatasan masalah sebagai berikut:

1. Lingkup penelitian ini hanya terbatas pada SMK di wilayah Kota Malang,

dimana memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan wilayah lain.

Sehingga kondisi ini membuat hasil penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan pada wilayah lain yang memiliki karakteristik berbeda.

2. Variabel afikasi diri dan kesiapan kerja pengumpulan datanya dilakukan

dengan menggunakan angket. Angket yang disebarkan dan diisi oleh siswa

dengan anggapan siswa dapat memberikan jawaban yang benar. Meskipun


16

demikan, siswa dimungkinkan mengisi dengan tidak akurat dalam

memberikan informasi atas beberapa item yang ada dalam angket.

3. Hasil belajar mata pelajaran produktif dan hasil Praktik Kerja Lapangan

(PKL) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai siswa atas materi

produktif Teknik Kendaraan Ringan saat semester 1-2 (simdig, gamtek, TDO,

PDTO dan TLDO), serta nilai dari industri tempat PKL setelah siswa

menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan. Nilai PKL yang didapat dari tempat

Industri diasumsikan memiliki kriteria penilaian yang sama.

F. Definisi Operasional

Untuk mempertegas penelitian dan untuk menghindari kesalahpahaman

terhadap topik yang diteliti, maka dapat dirumuskan definisi operasional variabel

pada penelitian ini. Penjelasan dari definisi variabel penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif

Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif merupakan catatan nilai kelompok

mata diklat produktif yang dimiliki siswa selama belajar di SMK yang

menjadi dasar penguasaan pendidikan dan pelatihan. Nilai hasil belajar mata

pelajaran Produktif diambil dari nilai rapot siswa mulai semester 1 sampai

semester 2, dengan mata pelajaran kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian,

yakni Gambar Teknik, serta C2 Dasar Program Keahlian, yang terdiri dari:

Teknologi Dassar Otomotif, Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif, Teknik

Listrik Dasar Otomotif dan Simulasi Digital.


17

2. Efikasi Diri

Efikasi adalah keyakinan pada diri seseorang untuk menyelesaikan suatu

permasalahan atau tugas sesuai dengan harapan dan tujuan. Dalam penelitian

ini indikator yang digunakan untuk mengukur efikasi diri adalah: (1)

keyakinan diri terkait dengan kemampuan individu (strength) dalam

menghadapi tugas/pekerjaan, 2) keyakinan diri dalam mengatasi masalah

yang muncul, 3) keyakinan diri terkait dengan bidang atau tugas pekerjaan

(generality), serta 4) keyakinan diri dalam mencapai target/hasil yang

diharapkan. Data efikasi diri didapat dari hasil angket siswa.

3. Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Nilai PKL merupakan catatan nilai yang didapat siswa setelah melakukan

program Praktik Kerja Lapangan di Industri. Nilai PKL siswa didapat dari

penilaian pihak Industri atau saat siswa telah melakakukan program Praktik

Kerja Lapangan.

4. Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja merupakan kemauan dan kemampuan seseorang untuk

menyalurkan bakat atau kemampuan dengan tingkat kematangan yang baik

untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Indikator yang

diguankan dalam kesiapan kerja siswa diantaranya (1) aspek psikologis atau

mental siswa, (2) aspek pengetahuan yang dimiliki siswa, baik pengetahuan

secara kompetensi maupun kemampuan tentang lapangan kerja yang akan

digelutinya, serta (3) aspek keterampilan yang dimiliki siswa. Data kesiapan

kerja didapat dari hasil angket siswa.

Anda mungkin juga menyukai