Artikel Jurnal Indo II
Artikel Jurnal Indo II
Arisal1), Jailani2)
SMPN Pasang, Polewali Mandar, Sulbar, Indonesia1), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
Indonesia2)
oifalser12@gmail.com1), jailani@uny.ac.id2)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk instrumen penilaian
autentik dalam pembelajaran geometri di SMP yang valid, reliabel dan praktis sehingga dapat membantu
guru dalam melakukan penilaian kompetensi yang dicapai siswa. Kualitas hasil pengembangan
ditentukan berdasarkan pada kriteria yaitu valid, reliabel, dan praktis. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan. Model pengembangan instrumen penilaian autentik dalam penelitian ini
diadaptasi dari model pengembangan Borg & Gall. Tahap-tahap yang dilakukan meliputi (a) studi
pendahuluan terdiri dari analisis kompetensi, pengamatan kelas (b) perencanaan produk terdiri dari
penetapan kompetensi dan pemetaan teknik penilaian autentik (c) pengembangan produk yang terdiri
dari penyusunan produk, validasi produk dan revisi (d) uji coba terbatas (e) revisi (f) uji coba lapangan
dan (g) revisi sebagai produk akhir. Uji coba dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu (1) uji coba/validasi
ahli; (2) uji coba terbatas; dan (3) uji coba lapangan. Penelitian ini menghasilkan instrumen penilaian
autentik dalam pembelajaran geometri SMP yang berkualitas dan layak digunakan dalam pembelajaran.
Masing-masing komponen instrumen penilaian autentik tersebut memenuhi kriteria valid, reliabel, dan
praktis. Kevalidan produk pengembangan ditentukan oleh validasi ahli, reliabilitas soal pilihan ganda
dilihat dari hasil output analisis menggunakan bantuan software MicroCAT ITEMAN 3.00 ditunjukkan
di Scale Statistics pada nilai Alpha. kepraktisan produk pengembangan ditentukan oleh validator dan
penilaian guru.
Kata kunci: Pengembangan, instrumen, penilaian autentik, matematika SMP
Abstract
The purpose of this research is developing a learning set geometry based on learning trajectory
with good quality and feasible to be used in the learning process and describe the quality of the learning
device development result. The quality of development outcomes is determined based on the criteria of
Nieveen, that is valid, practical and effective. This research is a development research. The learning
device development model in this research is adapted from the Plomp’s model. The steps are (1)
preliminary research which includes analysis the characteristics and background of the students and
literature study, (2) design and product development, and (3) evaluation. The experiment were
conducted in three stages: (1) expert validation test, (2) small scale trial and (3) large scale or field
trials. The result of this research in a learning set of junior high school geometry based on learning
trajectory that was suitable for learning process. Each components of the learning device meets the
criteria very valid, and valid, very practical and effective. The validity and product development is
determined by the validation of the expert, the practically of the product development is determined by
the teacher’s assessment, the student’s assessment, and the percentage of learning activity meanwhile
the product development effectiveness is evaluated from critical and creative thinking skill of students.
Keywords: development, geometry learning set, learning trajectory, critical and creative thinking skill
Pendahuluan sebagai proses untuk memperoleh informasi
yang digunakan untuk membuat keputusan
Kurikulum merupakan salah satu
terhadap peserta didik, kurikulum, program dan
komponen suatu sistem pendidikan yang berisi
sekolah dan kebijakan pendidikan. Miller
rancangan pelajaran yang akan diberikan
(2008, p.2) menyatakan bahwa assessment
kepada peserta pelajaran dalam satu periode
provide comprehensive information about
jenjang pendidikan. Salah satu fungsi dari
individual or group achievement over time.
kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai
Penilaian memberikan informasi yang
tujuan pendidikan sesuai dengan UU No. 20
komprehensif tentang prestasi individu atau
tahun 2003, yaitu bertujuan untuk
kelompok dari waktu ke waktu. Sedangkan
berkembangnya potensi peserta didik agar
Miller, Linn, & Gronlund (2009, p.28)
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
menyatakan bahwa penilaian adalah suatu
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
proses untuk memperoleh informasi terhadap
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
kinerja peserta didik . Sebaliknya, kalau terjadi
dan menjadi warga negara yang demokratis
kesalahan dalam penilaian hasil belajar akan
serta bertanggungjawab. Oleh karena itu,
terjadi kesalahan informasi tentang tingkat
pendidikan nasional harus berfungsi optimal
ketercapaian kompetensi peserta didik dan
sebagai wahana utama dalam pembangunan
kualitas pembelajaran yang digunakan oleh
bangsa dan karakter. Tetapi yang menjadi
guru. Hal ini menyebabkan tujuan pendidikan
kendala sekarang adalah belum semua sekolah
yang sesungguhnya tidak dapat tercapai.
di Indonesia melaksanakan kurikulum ini
Penilaian pendidikan sebagai proses
secara serentak.
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
Di samping penerapannya, keberhasilan
mengukur pencapaian hasil belajar peserta
proses pendidikan ditentukan salah satunya
didik mencakup: penilaian autentik, penilaian
dengan sistem penilaian yang digunakan.
diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
ulangan harian, ulangan tengah semester,
diperlukan perbaikan sistem penilaian yang
ulangan akhir semester, ujian tingkat
diterapkan. Penilaian pendidikan merupakan
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,
proses pengumpulan dan pengolahan informasi
ujian nasional, ujian sekolah/madrasah. Salah
untuk mengukur pencapaian hasil belajar
satu penekanan dalam kurikulum ini adalah
peserta didik. Penilaian dalam kurikulum 2013
penilaian autentik (authentic assessment).
mengacu pada Permendikbud nomor 23 tahun
Sebenarnya kurikulum sebelumnya, yakni
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Standar Penilaian bertujuan untuk (1) Penilaian
sudah memberikan ruang terhadap penilaian
hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
belum berjalan secara optimal. Melalui
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi
secara berkesinambungan. (2) Penilaian hasil
penekanan yang serius dimana guru dalam
belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik
menilai pencapaian Standar Kompetensi
benar-benar memerhatikan penilaian autentik.
Lulusan untuk semua mata pelajaran. (3)
Penilaian autentik adalah kegiatan
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah
menilai peserta didik yang menekankan pada
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
apa yang seharusnya dinilai, baik proses
lulusan secara nasional pada mata pelajaran
maupun hasil dengan berbagai instrumen
tertentu.
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
Mengingat begitu pentingnya penilaian
kompetensi yang di Standar Kompetensi (SK)
dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
diperlukan sistem penilaian yang tepat.
Dasar (KD). Selain itu, kemampuan berpikir
Kunandar (2014, p.61) menjelaskan bahwa
yang dinilai dalam penilaian autentik sudah
dengan penilaian hasil belajar yang tepat akan
mencapai level konstruksi dan aplikasi
memberikan informasi yang akurat tentang
sehingga peserta didik dapat menerapkan
ketercapaian kompetensi peserta didik dan
pengetahuannya dalam kehidupan nyata,
kualitas pembelajaran yang digunakan oleh
sedangkan kemampuan berpikir yang dinilai
guru. Menurut Nitko & Brookhart (2011, p.3-7)
pada penilaian sebelumnya cenderung hanya
penilaian adalan istilah yang luas didefenisikan
pada level memahami saja. Oleh sebab itu,
penilaian autentik dianggap sebagai penilaian yang dilakukan dan bagaimana peserta didik
yang tepat untuk menilai hasil belajar peserta melakukannya sebagai dasar untuk
didik. pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian
Kurikulum 2013 menganggap penilaian autentik dapat membantu guru dan pengguna
autentik merupakan penilaian yang tepat untuk informasi untuk melihat jelas dimana letak
menilai hasil belajar peserta didik. Menurut kelebihan dan kekurangan peserta didik,
Frey & Schmitt (2007, p.417) menyatakan sehingga bantuan yang diberikan untuk
bahwa penilaian autentik digunakan untuk mengatasi kekurangan peserta didik tersebut
mengukur kemampuan dalam tugas yang tepat sasaran.
mewakili masalah dunia nyata. Frey, et. al. Penilaian autentik melibatkan peserta
(2012, p.12) autetik sering di gunakan sebagai didik di dalam tugas-tugas yang bermanfaat,
tugas cerminan dari kenyataan pengetahuan penting, dan bermakna. Melalui penilaian
yang dimiliki peserta didik. Sedangkan menurut autentik peserta didik menjadi partisipan yang
Nitko & Brookhart (2011, p.246) dan Miller, aktif dalam kegiatan penilaian dan pendidik
Linn, & Gronlund (2009, p.261), salah satu bisa menjadi proaktif dalam membantu
bentuk penilaian otentik adalah penilaian unjuk perkembangan belajar peserta didik, serta
kerja (performance assessment) yang dilakukan pendidik dapat mengevaluasi strategi
dengan penugasan-penugasan yang pembelajaran yang telah diterapkan.
memungkinkan peserta didik untuk Tujuan penilaian autentik adalah
menciptakan suatu produk, atau mengukur kompetensi peserta didik yang
mendemonstrasikan proses atau meliputi aspek sikap, pengetahuan dan
menggabungkan keduanya. Kata “autentik” keterampilan. Pengukuran terhadap ketiga
dalam penilaian autentik bermakna aspek tersebut harus disesuaikan dengan tingkat
memberikan tugas kepada peserta didik yang atau karakteristik peserta didik. Sebagaimana
memberikan makna terhadap apa yang yang dikemukakan Todorov (1998, p.1) bahwa
dipelajarinya. Mueller (2008) menyatakan [t]he authentic assessment has as it goal the
“authentic assessment is a form of assessment developmental of volountary classroom level
in which students are asked to perform real- assessment to asses student progress towards
world tasks that demonstrate meaningfid meeting the important standard of conducting
application of essential knowledge and skills”. investigation, group discussion and sible
Gulikers, et. al (2004, p.5) menyatakan personal conduct.
bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang Barber et al (2015, p.60) menyebutkan 4
diperlukan peserta didik untuk menunjukkan karakteristik umum dari penilaian autentik
kompetensi yang sama, atau kombinasi yaitu: (a) real world tasks, tugas yang diberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap, peserta kepada peserta didik merupakan tugas yang
didik perlu menerapkan dalam kehidupan yang berkaitan dengan kehidupannya dan terjadi di
nyata. Pantiwati (2013, p.1) authentic lingkungannya, (b) collaborative assessment,
assessment is considered more applicative and penilaian autentik merupakan penilaian yang
meaningful as it improves motivation, leads to memadukan semua aspek kognitif, afektif dan
effective learning, and demonstrates students’ psikomotor, (c) co-constructed assessment,
knowledge, skill, and competence Hal ini penilaian autentik merupakan penilaian yang
sejalan dengan Retnawati, et. al (2017, p.23) membangun dan mengembangkan kemampuan
bahwa penilaian autentik (authentic peserta didik secara utuh serta menyeluruh (d)
assessment) adalah bentuk penilaian yang multiple products and artefacts, penilaian
menghendaki peserta didik menampilkan sikap, autentik tidak hanya menghasilkan suatu
menggunakan pengetahuan dan keterampilan produk penilaian yang sejenis dan bersifat saat
yang diperoleh dari pembelajaran dalam itu atau berlaku pada saat itu saja.
melakukan tugas pada situasi yang Sedangkan menurut Wiana et. al (2017,
sesungguhnya. p.108), karakteristik penilaian autentik adalah:
Berdasarkan beberapa definisi di atas (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses
dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan
adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur
dalam hal ini sikap, pengetahuan, dan adalah pengetahuan dan keterampilan; (4)
keterampilan dengan cara mengamati, berkesinambungan; (5) terintegrasi; dan (6)
merekam, dan mendokumentasikan pekerjaan dapat digunakan sebagai feed back.
Selain itu, ada beberapa manfaat lain kemampuan pemecahan masalah; (c) geometri
penggunaan penilaian autentik, sebagaimana memainkan peranan penting dalam
dikemukakan Mueller (2008), yaitu sebagai mempelajari konsep lain dalam pembelajaran
berikut. Pertama, penggunaan penilaian matematika; (d) geometri digunakan setiap hari
autentik memungkinkan dilakukannya oleh banyak orang; (e) geometri adalah
pengukuran secara langsung terhadap kinerja pelajaran yang menyenangkan. Perlunya
pembelajar sebagai indikator capaian mempelajari geometri juga dinyatakan Usiskin
kompetensi yang dibelajarkan. Kedua, (1982, p.26) bahwa (1) geometry as the study
penilaian autentik memberikan kesempatan of visualization, drawing, and construction of
pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil figure, (2) geometry as study of the real,
belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekedar physical word, (3) geometry as a vehicle for
meminta pembelajar mengulang apa yang telah representing mathematical ar other concepts
dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih whose origin is not visual or physical, and (4)
mereka menghafal dan mengingat saja yang geometry as axample of a mathematical system.
kurang bermakna. Ketiga, penilaian autentik Pernyataan tersebut bermakna bahwa
memungkinkan terintegrasikannya kegiatan geometri dipelajari secara pola-pola visual.
pengajaran, belajar, dan penilaian menjadi satu Cabang matematika yang menghubungkan
paket kegiatan yang terpadu. Dalam matematika dengan dunia fisik atau dunia nyata,
pembelajaran tradisional, juga model penilaian geometri juga dapat digunakan untuk
tradisional, antara kegiatan pengajaran dan menyajikan fenomena yang menghubungkan
penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, matematika atau konsep lain dengan fenomena
atau sengaja dipisahkan. Keempat, penilaian yang tidak tampak atau tidak bersifat fisik, dan
autentik memberi kesempatan pembelajar untuk suatu contoh sistem matematika. Dari apa yang
menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, telah dikemukakan, nampak sangat logis bahwa
dengan cara yang dianggap paling baik. peranan geometri di jajaran matematika
Singkatnya, model ini memungkinkan sangatlah kuat. Bukan hanya geometri mampu
pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau membina proses berfikir kritis peserta didik,
tampilan yang menurutnya paling efektif. tetapi juga sangat mendukung banyak topik lain
Ruang lingkup materi bahan kajian dalam matematika. Selain itu menurut Ozerem
matematika pada kurikulum pendidikan dasar (2012, p.25) mengatakan: “[s]tudying geometry
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) is an important component of learning
terdiri dari: bilangan, aljabar, geometri, mathematics because it allows students to
statistika, dan peluang. Menurut Van De Walle analyse and interpret the world they live in as
(2002, p.149) masing-masing mempunyai ciri- well as equip them with tools they can apply in
ciri dan hakikatnya sendiri, pemahaman yang other areas of mathematics”. Mempelajari
luas tentang geometri memiliki implikasi yang geometri merupakan komponen penting dari
jelas dan penting dengan bagian-bagian materi pembelajaran matematika, karena
yang lain ini. Dalam rangka mengembangkan memungkinkan peserta didik menganalisis dan
proses pembelajaran matematika di sekolah menafsirkan dunia mereka tinggal serta
terutama pembelajaran geometri, maka semua melengkapi mereka dengan alat yang dapat
faktor yang dapat berpengaruh harus diterapkan dalam bidang selain matematika.
diperhatikan termasuk hakikat geometri itu Pada dasarnya geometri mempunyai peluang
sendiri. yang lebih besar untuk dipahami peserta didik
Di antara berbagai cabang matematika, dibandingkan cabang matematika lain, karena
geometri merupakan ilmu yang paling banyak ide-ide geometri sudah dikenal oleh peserta
menyentuh hampir semua aspek kehidupan kita. didik sejak sebelum mereka masuk sekolah.
Banyak benda di sekitar kita yang menyerupai Dalam dunia pembelajaran matematika
bentuk bangun geometri yang dapat kita di sekolah, geometri merupakan cabang
dijumpai, misalnya ventilasi, pigura, pintu, matematika yang menempati posisi khusus.
layang-layang dan lain-lain. Van De Walle Pentingnya konsep yang termuat di dalamnya
(2001, p.399) mengemukakan alasan perlunya menempatkan materi geometri dalam proporsi
mempelajari geometri diantaranya adalah: (a) yang relatif banyak dalam kurikulum. Pada
geometri mampu memberikan pengetahuan tingkatan SMP, sekitar 38,8% materi yang
yang lebih lengkap mengenai dunia; (b) diajarkan berupa materi geometri. Untuk kelas
eksplorasi geometri dapat mengembangkan VII, ada lima dari enam belas kompetensi dasar
yang berisikan materi geometri baik di analisis kualitas produk pengembangan
kompetensi inti pengetahuan maupun pada instrumen penilaian autentik berupa perangkat
kompetensi inti keterampilan. Untuk kelas VIII, penilaian yang meliputi petunjuk penggunaan,
ada enam dari tiga belas kompetensi dasar yang cakupan instrumen, kisi-kisi indikator, lembar
berisikan materi geometri. Dan untuk kelas IX penilaian, dan rubrik penilaian pada KI 1, KI 2,
ada tiga dari tujuh kompetensi dasar yang KI 3, dan KI 4 berdasarkan aspek penilaian
berisikan materi geometri (Kemdikbud, 2013) autentik menunjukkan bahwa aspek konteks
Chambers (2008, p.187) mengungkapkan dalam kategori baik, aspek peserta didik dalam
bahwa geometri merupakan bidang matematika kategori sangat baik, aspek tugas dalam
yang memiliki potensi besar menjadikan bahan kategori baik, dan aspek indikator dalam
kajian lebih hidup. Selain itu, Chambers (2008, kategori sangat baik. Produk yang
p.187) juga menyatakan bahwa hakekat visual dikembangkan memenuhi kriteria reliabel, dan
geometri kaya akan sejarah dan budaya dengan produk perangkat penilaian autentik yang
latar belakang yang berbeda, berkaitan erat dikembangkan memenuhi kriteria valid
dengan seni dan desain, menjadikan peluang berdasarkan penilaian ahli. Karena pada kelas
besar untuk geometri menjadi materi yang VII semester I belum membahas masalah
menarik untuk dipelajari serta berpotensi besar geometri maka peneliti tertarik untuk
mengeksplorasi ide-ide matematika Pendapat “mengembangkan instrumen penilaian autentik
lain mengenai geometri disampaikan oleh dalam pembelajaran geometri SMP”.
Gantert (2008, p.2) bahwa “geometry is the Tujuan penelitian ini adalah
branch of mathematics that defines and relates mengembangkan instrumen penilaian autentik
the basic properties and measurement of line dalam pembelajaran geometri di SMP yang
segments and angles”. Geometri merupakan valid, reliabel dan praktis yang dapat membantu
bagian matematika yang sangat banyak guru dalam melakukan penilaian kompetensi
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. yang dicapai peserta didik.
Sejalan dengan pendapat Sardjana (2008, p.1)
berpendapat bahwa geometri merupakan Metode Penelitian
cabang matematika yang mempelajari titik,
Jenis Penelitian
garis dan bidang ruang serta sifat-sifat, ukuran-
ukuran dan hubungannya satu dengan yang lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan pengembangan atau research and development.
wawancara yang dilakukan peneliti ke beberapa Pengembangan ini bertujuan mengembangkan
guru matematika Sekolah Menengah Pertama di dan menghasilkan produk berupa Instrumen
Polewali Mandar, kesulitan utama dalam penilaian autentik dalam pembelajaran
menerapkan kurikulum 2013 adalah pada geometri SMP kelas VIII semester 2. Penelitian
pelaksanaan penilaian autentik, guru merasa ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
penilaian autentik terlalu rumit karena terlalu kualitas instrumen penilaian autentik
banyak aspek yang harus dinilai. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dari aspek
melakukan penilaian autentik, guru validitas, realibilitas, dan kepraktisan. Model
memerlukan waktu dan tenaga yang banyak pengembangan instrumen penilaian autentik
untuk membuat instrumen penilaian dan rubrik yang digunakaan dalam penelitian ini adalah
penilaian. Guru juga mengalami kesulitan model pengembangan menurut Borg & Gall.
dalam mengolah nilai menjadi laporan akhir Waktu dan Tempat Penelitian
(rapor). Meskipun sudah mendapatkan
pelatihan, namun guru merasa materi yang Penelitian dilaksanakan pada bulan
disampaikan masih abstrak. Berdasarkan hasil Maret sampai April 2017 di SMP Negeri 3
pengamatan peneliti, guru juga belum mampu Polewali Kabupaten Polewali Mandar.
melaksanakan penilaian secara tuntas. Hal ini Subjek Penelitian
terlihat saat proses pembelajaran, guru tidak
bisa melaksanakan semua penilaian sesuai Subjek uji coba dalam penelitian ini
dengan alokasi waktu pembelajaran. adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Polewali.
Pada tahun 2015 Rolina Amriyanti Subjek ujicoba terbatas adalah satu orang guru
meneliti tentang pengembangan perangkat mitra dan 26 orang peserta didik semua kelas
penilaian autentik untuk pembelajaran SMP Negeri 3 Polewali yang mewakili
matematika di kelas VII semester I, hasil kelompok kemampuan rendah, sedang dan
tinggi dan untuk subjek uji coba lapangan pada penerapan penilaian autentik dalam
penelitian ini yang dipakai adalah tiga orang pembelajaran.
guru matematika sebagai guru mitra, dan
peserta didik semua kelas SMP Negeri 3 Identifikasi permasalahan
Polewali sebanyak 168 orang yang memiliki Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan akademik yang heterogen. kendala yang dihadapi oleh guru dalam
menyusun dan pengimplementasikan instrumen
Prosedur
penilaian yang sesuai tuntutan kurikulum 2013.
Hasil dari identifikasi masalah ini kemudian
dijadikan acuan untuk menentukan fokus
permasalahan yang akan diteliti.
Penetapan Kompetensi
Kegiatan ini meliputi menentukan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) pembelajaran geometri SMP yang akan
disusun instrumen penilaian dan menentukan
indikator pencapaian kompetensi. Penetapan KI
dan KD yang digunakan untuk penelitian
pengembangan instrumen penilaian autentik
dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran
yang mengampu dengan pertimbangan
kebutuhan guru yang bersangkutan.
Barber. W., King. S,. & Buchanan. S. (2015). Janesick, J.V. (2013). Authentic Assessment.
“Problem based learning and authentic New York. Peter Lang Publishing.
assessment in digital pedagogy:
embracing the role of collaborative Kartono. (2012). Hands on activity pada
communities” The Electronic Journal of pembelajaran geometri sekolah sebagai
e-Learning Volume 13 Issue 2. (pp59-67) asesmen kinerja siswa. Jururan
available online at www.ejel.org Matematika FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
Borg, W. R., & Gall, M. D (1983). Educational
reseach. New York: Longman. Kemendikbud. (2017). Panduan Penilaian oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk
Chambers, P. (2008). Teaching mathematics: Sekolah Menengah Pertama (edisi
Developing as a reflective secondary revisi). Jakarta: Kemendikbud
teachers. London: SAGE
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor
Ferita, R.A., & Retnawati, H. (2015). 23 Tahun 2016 tentang Standar
Pengembangan Perangkat Penilaian Penilaian Pendidikan. Jakarta:
Autentik untuk Pembelajaran Kemendikbud
Matematika di Kelas VII Semester 1.
Jurnal Pendidikan Matematika. Volume Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor
11 – Nomor 1 (69-76) 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
French, D. (2004). Teaching and learning Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar
geometry: Issues and methods in dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud
mathematical education. New York:
Continuum Internasional Publishing Kunandar. (2014). Penilaian autentik:
Group. (Penilaian hasil belajar peserta didik
berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu
Frey, B. B. & Schmitt, V. L. (2007). Coming to Pendekatan Praktis disertai dengan
term with classroom assessment. Journal Contoh (edisi revisi). Depok. PT. Raja
of Advanced Academic, 18(3), 402-423. Grafindo Persada.
Frey, B. B., Schmitt, V. L. & Allen, J. P. (2012). Linn, R.L., and Grounlund, N.E. (1995).
Defining authentic classroom Measurement and Assessment in
assessment. Practical Assessment, Teaching. New Jersey: Prentice Hall.
Research & Evaluation, 17(2), 1531-
7714.
Majid, A. (2014). Penilaian Autentik Proses Retnawati, H., dkk. (2017). Menyusun laporan
dan Hasil Belajar. Bandung. PT Remaja hasil asesmen pendidikan di sekolah.
Rosdakarya. Yogyakarta. UNY Press.
Mardapi, D. (2012). Pengukuran, Penilaian, & Sardjana. A. (2008). Geometri Ruang (edisi 1).
Evaluasi. Yogyakarta. Nuha Medika. Jakarta. Universitas Terbuka.
Miller, M.D., Linn, R.L., & Gronlund, N.E. Serra, M. (2008). Discovering geometry an
(2009). Measurement and assessment in investigate approach. Emeryville, CA:
teaching. Upper Saddle River: Pearson Key Curiculum Press
Education, Inc.
Sunarti., & Rahmawati. S. (2014). Penilaian
Mueller, John. (2008). Authentic Assessment dalam Kurikulum 2013 Membentu Guru
Toolbox. North Central College dan calon Guru Mengetahui Langkah-
http://www.noctrl.edu/,Naperville,http:// langkah Penilaian Pembelajaran.
jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolb Yogyakarta. CV. Andi Offset.
ox/index.htm (Diunduh 18 Agustus 2016
Pukul 22.35). Todorov, K. (1998). Authentic Assesment of
Social Studies. Michigan: Michigan
Newman, F.M., King, M.B., & Carmicahel, Departement of Education.
D.L. (2007). Authentic Instructional and
Assessment. Des Moines: Grimes State of Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Offie Building Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Nitko, A.J., Brookhart, S.M. (2011).
Educational assessment of students. Usiskin, Z. (1982). Van Hiele levels of
Upper Saddle River: Pearson Education Achievement in Secondary School
Geometry. Final report of the Cognitive
O’Malley, J. Michael, and Lorraine Valdez Development andAchievement in
Pierce. Authentic Assessment for English Secondary School Geometry Project.
Language Learning: Practical Chicago, University of Chicago.
Approaches for Teachers. New York:
Addison-Wesley Publishing, 1996. Van de Walle, Jhon A. (2001). Geometric
Thinking and Geometric Concepts. In
Ozerem, A. (2012). Misconceptions in elementary and middle School
Geometry and Suggested Solutions for Mathematics: teaching developmentally,
Seventh Grade Students. International 4th ed. Boston: Allyn and Bacon
journal of new treads in art, sports &
science education-2012, I (A): 23-35 Wiana. J.A.E., Gading. I. Kt., & Kusmariyanti.
N. (2017). The application of authentic
Pantiwati. Y. (2013). Authentic Assessment for assessment to improve the learning
Improving Cognitive Skill, Critical- outcomes of science in the fourth-grade
Creative Thinking and Meta-Cognitive students of SD Negeri 2 Pupuan. Journal
Awareness. Journal of Education and of Education Research and Evaluation.
Practice. Vol.4, No.14 Vol. 1 (2) pp. 106-112.
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Widoyoko, E.P. (2014). Evaulasi program
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pembelajaran panduan praktis bagi
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan pendidik dan calon pendidik.
Menengah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.