Antonia Uteri
Antonia Uteri
PENDAHULUAN
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan
berkembang merupakan yang tertinggi, dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara
ibu hamil yang tidak terkait abortus. Mereka mendapatkan bahwa perdarahan
Bonar 2000, perdarahan adalah faktor utama pada kematian ibu hamil di Inggris
antara tahun 1985 dan 1996, tidak diragukan lagi bahwa telah terjadi kemajuan
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris
pada tahun 2000, separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh
Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup,
angka ini masih jauh dengan target yang ingin dicapai secara nasional di tahun
2010 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep.Kes RI, 2005).
sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post
ibu di Indonesia adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum dapat turun
seperti yang diharapkan pemerintah. Menurut laporan BKKBN pada bulan Juli
2005, AKI masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah
sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan AKI dari 390 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI, 1994) menjadi 225 per 100.000 pada tahun 1999, dan menurunkan
nya lagi menjadi 125 per 100.000 pada tahun 2010 (Prahardina, 2009).
dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 14,3 % - 76,17%, di Kabupaten Pinrang
dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6%
(1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data
tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan
angka rata – rata nasional. Sampai saat ini rata – rata angka kematian ibu di
Sumatera Utara sebanyak 330 per 100.000 kelahiran, sedangkan rata- rata angka
Perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam bisa
setelah Plasenta lahir. Akibat dari itu dapat menyebabkan perdarahan pada ibu
(1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari
kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran
etiologi antara lain: atonia uteri (50 – 60 %), sisa plasenta (23 – 24 %), retensio
plasenta (16 – 17 %), laserasi jalan lahir (4 – 5 %), kelainan darah (0,5 – 0,8 %).
(Admin, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karena terlepasnya sebagian plasennta dari uterus dan sebagian lagi belum
2009).
partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga
serabut otot uterus terjadi perdarahan post partum dimana terjadi setelah plasenta
lahir atau 4 jam setelah plasenta lahir (Anik dan Yulianigsih, 2009).
2.2 Etiologi
persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan
stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi yang
uterus couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif.
persalinan yang memanjang pada kala satu dan kala dua yang terlalu lama
(prawirahardjo, 2008).
6. Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta keadaan umum ibu
ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi
kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah
sendiri.
10. Dapat terjadi akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan mendorong
uterus kebawah sementara uterus belum terlepas dari tempat implannya atau
uterus.
Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat diketahui. Tetapi, bila
perdarahan sedikit dalam waktu banyak tanpa disadari, pasien (ibu) telah
kehilangan banyak darah sebelum ibu tanpak pucat dan gejala lainnya. Perdarahan
Tanda dan gejala yang selalu ada pada perdarahan postpartum akibat Atonia
Uteri adalah :
2. Pada palpasi, meraba Fundus Uteri disertai perdarahan yang memancur dari
jalan lahir.
2.4 Diagnosa
melalui dinding perut, fundus uteri terasa keras dan darah yang keluar berwarna
merah segar, dapatlah dikatakan pada umumnya perdarahan itu disebabkan oleh
laserasi atau robekan pada salah satu tempat dijalan lahir. Jika perabaan fundus
uteri terasa lembek dan laserasi telah disingkirkan, maka pada umumnnya
Diagnose ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri
masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Atonia uteri terjadi
jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(masase) pada daerah fundus uteri (Buku Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1.000 cc yang sudah keluar dari
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Manejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah (Hidayat, Juni 2009).
yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan
sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput
ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat menghalangi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimannual tidak
yang diberikan secara intramuskuler akan mulai bekerja dalam 5-7 menit
6. Berikan infuse cairan larutan ringer laktat dan oksitoksin 20 IU/500 ml :anda
telah memberikan oksitoksin pada waktu penatalaksanaan aktif kala tiga dan
selama kala tiga dan empat persalinan dapat menghindarkan ibu dari komplikasi
2.7 Prognosis
Jika tidak terjadi sampai syok prognosisnya baik, bila terjadi syok
pertolongan yang tepat disamping fasilitas sumber daya manusia yang terlatih dan
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Diakses oleh Asmayarni Panjaitan tanggal 16 Mei 2010 Pukul 13.56 wib
Diakses Oleh Asmayarni Panjaitan Pada Tanggal 14 Maret 2010 Pukul 10.25 wib
Khairuddin, dr. Bahar. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Pathologis. Jakarta : Trans Info
Media
Seto.
Prahardina, dr. 2009. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta : GM.
Prawirohardjo
Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Uteri.http://dady.blogspirit.com/archive/2006/04/11/perdarahan-pasca-persalinan-
1.htm. Diakses oleh Asmayarni Panjaitan pada tanggal 13 maret 2010 Pukul 13.47
wib.