Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan
oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala
sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 :
429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan
kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru
terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa
hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh
kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15
persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10
persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala
sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting, penyebabnya karena
mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen
dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis
diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya.
(Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini
haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga
klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui
rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi
masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian
makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat
diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan,
perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Hepatitis ?
2. Berapa Macamkah Hepatitis ?
3. Apa Penyebab Hepatitis ?
4. Apa Pemeriksaan Penunjang Dari Hepatitis ?
5. Bagaimana Terapi Gizi Hepatitis ?
6. Bagaimana Jenis Diet dari Hepatitis ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalahnya, maka yang menjadi tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian Hepatitis.
2. Memahami Macam-Macam Hepatitis.
3. Mengetahui Penyebab Hepatitis.
4. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hepatitis.
5. Memahami Terapi Gizi Hepatitis.
6. Memahami Jenis Diet dari Hepatitis
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 : 93)
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang
khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun
banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang
hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak
semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan
pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu
penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

B. Jenis-jenis Hepatitis
1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-
fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi
hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik.
Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering
terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau
hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah,
pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan
terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria
dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien
produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan
6 bulan sampai timbul gejala klinis.

3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang
sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering
terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial
risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada
darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.

4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik
HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah
infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai
HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering
pada dewasa muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala
serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah
jarum suntik.

C. Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.

1) Virus hepatitis A (HAV)


2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah
HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada
istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat
ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula
dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi
obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000:
205).

Tipe Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E

Jenishepatovir Virus rna genus Virus rna


Virus
Virus usdaripicornav Hepadnavirus hepaciviriusdarif hepatitis delta
darikotoran
irus family amiliflaviridae atauhdv
Parental jarang, Parental
Fekal oral Parenteral
Penye seksual, orang perinatal,
melalui orang seksual, Fekal oral
baran ke orang, infeksidari
lain parnatal
perinatal hepatitis tipe B
Menyebarluas,
Kepar Ikerikdanasimt Gagalheparaku Gagalhepar
Parah dapatberkemban
ahan omatik t akut
gsampaikronis
Darah, Darah, saliva, Darah,
Sumb
feses,saliva, semen, sekresi Melaluidarah Melaluidarah feses,
er
hepar, empedu vagina, saliva

D. Pemeriksaan Penunjang Hepatitis

Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium pada


pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui
penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati,diantaranya:

1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
3. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
4. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
6. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8. Albumin serum : menurun
9. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
11. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
12. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
13. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
14. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15. Biopsi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
16. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
17. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi

E. Terapi Gizi Pada Penderita Hepatitis

Diet khusus bagi penderita hepatitis dalam jumlah yang optimal membantu
penyembuhan luka pada sel-sel hati dan memulihkan kekuatan hati. Selain itu, dapat
meningkatkan regenerasi sel-sel hati yang rusak, memperbaiki penurunan berat badan akibat
kurang nafsu makan, mual dan muntah, mencegah katabolisme protein, mencegah atau
mengurangi ascites, dan koma hepatik.

Dalam diet Hepatitis mencakup pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh,
seperti:

1. Kalori dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberikan
bertahap sesuai kemampuan penderita hepatitis. Kalori diberikan dalam jumlah tinggi
karena adanya demam dan diperlukan untuk proses regenerasi jaringan serta untuk
menambah persediaan tenaga. Kebutuhan kalori bersifat individual sehingga perlu
perhitungan khusus.
2. Protein perlu diberikan dalam jumlah yang tinggi agar dapat memperbaiki jaringan
hati yang rusak dan mempertahankan fungsi-fungsi utama tubuh. Selain itu, protein
merupakan agen lipotropik yang merubah lemak menjadi lipoprotein agar dapat
keluar dari hati untuk mencegah perlemakan hati.
Tubuh membutuhkan protein untuk melawan infeksi . Menurut. John D. Scott,
MD, asisten kepala Hepatitis and Liver Clinic di Harborview Medical Center,
menyarankan kepada pasien hepatitis C kronis, yang juga mengidap sirosis, untuk
mengonsumsi setidaknya 6 ons protein per hari bagi pria dan 4-5 ons per hari bagi
wanita. Sumber protein yang baik untuk tubuh bisa didapat dari daging ayam, ikan,
daging sapi tanpa lemak, tahu, kacang-kacangan, susu, yogurt dan telur.

1. Pemberian lemak sesuai kondisi penderita hepatitis. Jika ada gangguan pencernaan
lemak/steatorhea dan mual, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang
(Medium Chain Triglyserida) karena jenis lemak ini tidak membutuhkan aktivitas
lipase dan asam empedu dalam proses absorpsinya. Selain itu, pemberian lemak harus
dikurangi tetapi pembatasan terlalu ketat tidak dianjurkan karena akan mengurangi
kelezatan makanan sehingga akan menurunkan nafsu makan. Lemak diberikan yang
mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.
2. Asupan Natrium diberikan dalam jumlah yang rendah, tergantung tingkat edema dan
ascites
3. Selain makanan, perlu suplemen B kompleks, vitamin K (untuk mencegah
perdarahan), vitamin C dan Zink untuk mempercepat penyembuhan.
4. Penambahan vitamin A dan D yang berlebihan sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat fungsi hati yang sakit
5. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
6. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai
dengan kemampuan saluran cerna.

F. Jenis Diet Hepatitis

Ada berbagai macam diet untuk penderita hepatitis, diet tersebut disesuaikan dengan
kondisi yang sedang dialami oleh pasien hepatitis.

Diet 1

Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana
misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya dihindarkan. Bila
terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing maka pemberian cairan maksimum 1
liter perhari. Diet ini sebaiknya diberikan lebih dari 3 hari.

Diet 2

Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai
timbul nafsu makan. Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan
penderita. Asupan protein dibatasi hingga 30 gram perhari, dan lemak diberikan
dalam bentuk yang mudah dicerna.
Diet 3

Untuk penderita yang nafsunya cukup baik. Bentuk makanan lunak atau biasa,
tergantung keadaan penderita. Kandungan protein bisa sampai 1 g/kg berat badan,
lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna.

Diet 4

Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima protein
dan tidak menunjukan sirosis aktif. Bentuk makanan lunak atau biasa, tergantung
kesanggupan penderita. Kalori, kandungan protein dan hidrat arang tinggi, lemak,
vitamin dan mineral cukup.

G. Anjuran Keamanan makanan untuk Penderita Hepatitis

1. Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.


2. Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau,
sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
3. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula,
sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.
4. Pemberian sayuran dipilih yang sedikit mengandung serat seperti bayam, wortel, bit,
labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung dan sebagainya.
5. Pengolahan makanan dengan cara direbus atau dikukus hingga cukup lunak.
6. Bila memasak daging, pilihlah daging yang kurus, lalu keluarkan bagian – bagian
yang berlemak.
7. Hindari :
 Makanan yang menimbulkan gas: ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, nangka,
durian, dll.
 Makanan tinggi garam dan makanan yang diawetkan: sosis, ikan asin, kornet,
dll.
 Makanan yang terlalu berlemak: gorengan, santan, jeroan, dll.
 Penambahan bumbu masak yang terlalu tajam.
H. Preskripsi Diet

1. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti timun, ubi, singkong,
kacang merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang telah diawetkan seperti sosis, ikan asin, kornet, dan lain-
lain.
3. Hindari makanan asam / cuka, gorengan, makanan berlemak tinggi.
4. Hindari makanan seafood, kepiting, cumi-cumi dan kepiting.
5. Hindari makanan atau minuman yang mengandung alkohol.
6. Hindari makanan jeroan.
7. Pilihlah bahan makanan yang kandungan lemaknya tidak banyak seperti daging
yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
8. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti bayam,
wortel, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung dan
sebagainya.
9. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang merah,
bawang putih dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak.
10. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat, otak,
sum-sum dan santan kental.
11. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa, minyak hewan, margarin dan mentega.
12. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu, makanlah sering ikan atau
ayam tanpa lemak sebagai pengganti.
13. Gunakan susu skim pengganti susu penuh.
14. Batasilah penggunaan kuning telur hingga 3 butir seminggu.
15. Gunakanlah sering tahu, tempe dan hasil olahan kacang – kacangan lainnya.
16. Batasilah penggunaan gula, makanan, minuman manis, seperti : sirup, coca – cola,
limun, gula, dodol, tarcis, kolak, es krim, dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam
bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi
lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan
penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan
lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat
menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang
hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu.
Dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah
HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental

Dalam diet Hepatitis mencakup pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan


tubuh, seperti: Kalori dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah pemecahan protein
yang diberikan bertahap sesuai kemampuan penderita hepatitis. Kalori diberikan
dalam jumlah tinggi karena adanya demam dan diperlukan untuk proses regenerasi
jaringan serta untuk menambah persediaan tenaga. Kebutuhan kalori bersifat
individual sehingga perlu perhitungan khusus.Protein perlu diberikan dalam jumlah
yang tinggi agar dapat memperbaiki jaringan hati yang rusak dan mempertahankan
fungsi-fungsi utama tubuh. Selain itu, protein merupakan agen lipotropik yang
merubah lemak menjadi lipoprotein agar dapat keluar dari hati untuk mencegah
perlemakan hati.

3.2 Saran

Mahasiswa dpat mengerti tentang pelajaran gizi dan diet terutama pada
pemberian nutrisi pada pasien hepatitis.
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.

Jakarta: Salemba Medika

Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru

Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2.

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai