Anda di halaman 1dari 11

A.

;ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

1. Anatomi
Payudara ( mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, atas otot dada dan
fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara
dengan berat kira- kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu
hamil payudara membesar, mencapai 600 gramdan pada waktu menyusui mencapai 800 gram.

Gambar 1.1 Anatomi Payudara


Ada tiga bagian utama pada payudara yaitu :
a. Korpus ( badan )
yaitu bagian yang membesar Dalam korpus mammae terdapat alveolus yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner yang menghasilkan
susu serta dikelilingi oleh sel-sel mioepitel yang berkontraksi mendorong susu keluar darai
kelenjar alveoli, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa
lobules berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dan setiap lobus terdiri dari 20
sampai 40 lobulus, sedangkan tiap lobules terdiri dari 10-100 alveoli.
b. Areola
yaitu bagian yang kehitaman ditengah Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan
warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan.
Pada daerah ini didpatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgometry yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan
menghasilkan suatu bahan yang melicinkan kalang payudara

selama menyusui. Pada kalang payudara terdapat duktuk laktiferus yang merupakan
tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara biasa 1/3 – ½ dari payudara.
c. Papilla/ putting
yaitu bagian yang menonjol dipuncak payudara. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi
berhubungan dengan adanaya variasi bentuk dan ukuran payudara. Maka letaknya pun akan
bervariasi pula. Pada tempat ini, terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara duktus
dari laktferus, ujung-ujung saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan putting susu ereksi sedangkan serat- serat oto yang longitudinal
akan menarik kembali putting susu tersebut.
Lakerus sinus/ ampulla bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu. Payudara
mendapat pasokan darah dari arteri mammary internl dan eksternal serta bercabang dari arteri
– arteri intercostals. Venanya diatur dalam bentuk bundar disekeliling putting susu. Cairan
limfa mengalir bebas keluar diantara payudara danterus ke node node limfa didalam axial dan
media stinum.
Bentuk putting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted).
Gambar 1.2 bentuk-bentuk payudara

2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi ASI ( prolaktin ) dan
pengeluaran ASI ( oksitosin ) merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara ransangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
a. Produksi ASI (prolaktin )

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusi 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai menstruasi. hormon yang berperan adalah hormone esterogen dan progesterone yang
membantu maturassi alveoli. Sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Volume ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi 500 – 800 ml/hari. ( 3000ml/Hr ).

Gambar 2.1 skema produksi ASI


Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormone esterogen yang masih tinggi. Kadar esterogen dan progesterone akan
menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI, pada
proses laktasi terdapat dua refleks aliran yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat peransangan putting susu akibat isapan bayi.

1. Refleks prolaktin
akhir kehamilan hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum
terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan progesterone yag masih
tinggi. Pasca persalinan,yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum
maka esterogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan meransang putting susu
dan kalangan payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Ransangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekan pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin
akan meransang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin . hormone ini meransang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut
tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2-3 . sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti
stress, atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan ransangan putting susu.
2. Refleks aliran ( let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,ransangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras ar susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan
masuk ke seistem duktus dan selnjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut
bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down ialah melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi . faktor- faktor yang menghambat
refleks let down adalah stress, seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah :
· Refleks menangkap
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kea rah
sentuhan. Bibir bayi diransang dengan papilla mammae, maka bayi akan membuka mulut
dan berusaha menangkap putting susu.
· Refleks menghisap ( sucking refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting. Agar
putting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada ibawwah areola, tertekan antar gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.
· Refleks menelan ( swallowing refleks ) Refleks ini timbul apabila mulut bayi
terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

b. Pengeluaran ASI (oksitosin)


Apabila bayi di susui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
ransangan saraf yang terdapat pada gandula pituitaria.posterior sehingga keluar hormone
oksitosin. Hal ini menyebabkan miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendirong
ASI masuk dalam pembuluh ampulla. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris
oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Gambar 2.2 skema pengeluaran ASI


c. Pengaruh hormonal

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang
berperan adalah :
1. Progesterone
Berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli, tingkat progesteron
dan esterogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secaraa
besar-besaran.
2. Esterogen
Berfungsi menstimulasi system saluran ASI untuk membesar. Tingkat esterogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui. Sebaiknya ibu menyusui untuk menghindari KB hormonal berbasis hormone
esterogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone ( FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
6. Oksitosin
Berfungsi mengencangkan otot halus pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti
halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan
otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperang
dalam proses turunnya susu let-down /milk ejection refleks.
7. Human plasenta lactogen ( HPL )
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan
dalam pertumbuhan payudara, putting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima
dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga
diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

d. Proses laktasi dan menyusui

Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai
proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari sisklus
reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benarserta anak mendapatkan
kekebalan tubuh secara alami.

Proses ini timbul setelah ari-ari dan plasenta lepas. Ari- ari mengandung hormone
penghambat prolaktin ( hormone plasenta ) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-
ari lepas, hormone plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susupun keluar. Sempurnanya, asi
keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum
yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan anti body pembunuh kuman.

Ketika bayi menghisap payudara, hormone yang bernama oksitosin membuat ASI
mengalir dari alveoli, melalui saluran susu ( duktus/milk canals) menuju reservoir susu sacs
yang berlokasi dibelakang areola, lalu kedalam mulut bayi.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dai ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan
menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh
secara alami (Ambarwati, 2010; h. 6).

Fisiologi laktasi
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi hormon esterogen dan
progesteron ber-kurang. Pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron
turun drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat bayi mulai
menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise
sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah:

a) Refleks prolaktin

Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise bagian depan untuk
mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah yang menye-babkan sel kelenjar mengeluarkan
ASI. Semakin sering bayi menghisap semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise.
Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi
menyebabkan produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and demand.

b) Refleks oksitosin (let down reflex)

Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon
oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan
duktuli berkon-traksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan
demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement
(pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI.

Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi sehingga mempercepat terlepasnya plasenta dari
dinding rahim dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu,
rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri.

Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:

a) Refleks mencari puting (rooting reflex)

Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke arah sentuhan, membuka mulutnya dan beru-
saha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung mengangkap puting dan areola.
b) Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum durum bayi bila areola masuk ke dalam mulut
bayi. Gusi bayi menekan areola, lidah dan langit – langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di
bawah areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara masuk ke dalam
mulut bayi.

c) Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

(Pinem, 2009; h. 16-18)


Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi


Oct 04, 200911 Commentsby lusa

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja,
melainkan untuk ibu, keluarga dan negara.
Manfaat ASI untuk Bayi
1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. ASI mengandung zat protektif.
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
5. Mengurangi kejadian karies dentis.
6. Mengurangi kejadian maloklusi.
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral, serta vitamin.
ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi
selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.

Gambar 1. Manfaat ASI sebagai nutrient lengkap


ASI mengandung zat protektif
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat
protektif tersebut antara lain:
1. Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang membantu
memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
2. Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.
3. Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti inflamatori bekerjasama dengan
peroksida dan askorbat untuk menyerang E-Coli dan Salmonela.
4. Komplemen C3 dan C4.
5. Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus.
6. Antibodi.
7. Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi membunuh dan memfagositosis
mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
8. Tidak menimbulkan alergi.

Gambar 2. Manfaat ASI sebagai zat protektif


empunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan
ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).

Gambar 3. Manfaat ASI sebagai efek psikologis


Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.

Gambar 4. Manfaat ASI meningkatkan kecerdasan


Mengurangi kejadian karies dentis.
Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.
Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusuidengan
botol dan dot.
Kata Kunci
manfaat pemberian asi, manfaat asi, fungsi asi, pemberian asi pada bayi, manfaat pemberian ASI bagi
bayi, manfaat asi pada bayi, manfaat pemberian ASI pada bayi, mengapa ASI sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi, manfaat asi untuk bayi, pemberian ASI, manfaat asi eksklusif,
tujuan pemberian asi, Mengapa pemberian ASI pada bayi begitu penting, Asi untuk bayi, ASI bagi bayi,
mengapa asi sangat baik bagi bayi, manfaat asi eksklusif bagi bayi, gambar pengertian dan manfaat ASI,
manfaat dari zat protektif.
Askeb III (Nifas)
Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu

Apapun yang ditawarkan oleh susu formula terhadap bayi anda, asi tetap
merupakan yang terbaik. Memberi asi kepada bayi anda memberikan manfaat
yang sangat besar, tidak hanya bagi bayi tetapi bagi ibunya juga. Semakin
cepat anda menyusui bayi anda semakin baik. Bahkan dianjurkan untuk
sesegera mungkin bayi anda begitu dilahirkan, yaitu sekitar 30 menit setelah
dia lahir. Bulan-bulan pertama bayi hendaknya tidak diberi makanan
tambahan lain kecuali asi dengan kata lain masa pemberian asi ekslusif. Masa
ini adalah 4-6 bulan pertama sejak kelahirannya. Dikatakan asi ekslusif berarti
benar-benar tidak memberikan apapun kecuali asi pada bayi. Jadi selama 4-6
bulan pertama tersebut tidak memberikan susu formula, madu, air putih, sari
buah, biskuit atau bubur bayi kepada bayi anda. Setelah melewati masa pemberian asi ekslusif barulah
anda dapat memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. Bahkan pada usia diatas 6 bulan,
makanan tambahan ini lebih dianjurkan.

Mengapa memberikan asi kepada bayi sangat dianjurkan? banyak alasan untuk membenarkan hal ini.
Seperti telah dikatakan manfaatnya sangat besar baik bagi bayi maupun ibunya. Inilah beberapa manfaat
bila ibu menyusui bayinya.

Mencegah Perdarahan

Menyusui bayi segera setelah lahir dapat mendorong terjadinya kontraksi rahim dan mencegah terjadinya
perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat proses kembalinya rahim ke posisi semula.

Mengurangi Berat Badan

Menyusui juga dapat membantu ibu mengurangi berat badan. Sebagai informasi ketika menyusui itu
berarti sama dengan membakar kalori sebesar 200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama
jika anda berenang selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.

Mengurangi Resiko Terkena Kanker Payudara dan Kanker Rahim

Menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Diperkirakan persentase pencegahannya
mencapai 20%. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa menyusui juga dapat membantu mengurangi
resiko terkena kanker indung telur dan kanker rahim.

Ungkapan Kasih Sayang

Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada bayinya. Hubungan batin
anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa
mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.

Praktis dan Ekonomis

Selain komposisinya yang sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis. Sekarang harga susu formula
cenderung terus meningkat, memberi asi dapat mengurangi biaya untuk susu formula yang cukup tinggi.
Selain itu asi sangat praktis, ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa pemberian asi
ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu, khususnya di malam hari.

Sebagai Alat Kontrasepsi

Pemberian asi secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi. Walaupun ini hanya berlaku
selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan catatan harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada
payudara ibu merangsang hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat menghambat terjadinya pematangan
sel telur sehingga menunda kesuburan.
Komposisi Gizi dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungangizi
dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1. Kolustrum,
2. Air susu transisi/ peralihan,
3. Air susu matur.
Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudarapada
hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental
, lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral,
garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolustrum adalah
imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam
payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24
jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-
4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan
ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.
Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat
bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk
maupun hindmilk.
Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.

Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI transisi dan ASI


matur
Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur
Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 – 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 – 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 – 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 – 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 – 250-270
Kata Kunci
kandungan asi, komposisi asi, komposisi gizi dalam asi, ASI transisi, kandungan dalam asi, ASI matur,
kandungan gizi asi, kandungan air susu ibu, kandungan gizi pada ASI, tabel komposisi asi, kandungan
gizi dalam ASI, komposisi air susu ibu, komposisi dalam asi, kandungan pada asi, zat antibodi,
kandungan asi dan manfaatnya, laktoferin, kolostrum dengan cairan viskositas, asi matang dan matur,
matur ML, komposisi gizi yang terkandung dalam asi, asi matur asi peralihan, jumlah kandungan gizi
yang terdapat di dalam asi, kompisisi asi, air susu ibu matur yang mengalir pada hari ke empat sampai
hari ke sepuluh disebut.

Konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI


1. Perubahan Sosial budaya
a. Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memerikan susu botol
c. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
2. Faktor psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik ibu
a. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
4. Faktor kekurangan petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan
tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Peneranga yang salah justru datang dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan pengganti ASI
dengan susu kaleng (Soedjiningsih, 1997:17).
1. Faktor Internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan tidak terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu:
1) Awarness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengatahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
2) Internest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
seperti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogens menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak
selalu melawan tahap-tahap tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003:121).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang akan diperoleh manusia melalui pengamatan
(Indrawati,2007), setelah muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, Indrawati,
2007). http://id.wikipedia.-org/wik/pengetahuan/
b. Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan
berkaitan dengan transmisi, pengetahuan sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek kelakuan yang lain.
Pendidikan adalah proses dan mengajar. Pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh
masyarakat (Rini, senin, 27 Oktober 2008).
c. Perilaku
Hasil output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan, di sini adalah perlaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum
atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi berikut ini:
1) Perubahan perilaku : perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau diri perilaku negatif, perilaku yang positif. Perilaku-perilaku
yang merugikan kesehatan yang perlu diubah misalnya : ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, ibu
menyusui yang tidak memberikan ASI pada bayinya.
2) Pembinaan perilaku, pembinaan disain diajukan pada perilaku masyarakat yang mempunyai perilaku
hidup sehat (healthy style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya olahraga teratur, membuang
sampah pada tempatnya dan sebagainya.
3) Pengembangan perilaku, yaitu ibu akan menjadi cepat tua, kekhawatiran akan hilangnya kecantikan dan
ibu tampak kelihatan tua, sungguh tidak beralasan, menjadi tua adalah proses alami yang padat dihindari,
yang harus dilakukan ialah memelihara kebugaran tubuh, makan makanan yang bergizi, olahraga di
samping memelihara kecantikan, jadi tidak ada hubungan dengan menyusui.
d. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan, penyelidikan epidemiologi,
angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan
umur. Dengan cara ini orang dapat membaca dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah
panjang interval di dalam pengelompokkan cukup, untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola
kesakitan atau kematian dan apakah, pengelompokkan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan
umur pada penelitian orang lain. Pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan buta huruf hendaknya
memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah, dan sebagainya. Hal ini
ditentukan tidak menjadi soal yang berat di kala pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang telah
bersekolah (Notoatmodjo, 2003).

Anda mungkin juga menyukai