Perihal
Cari untuk:
ASKEP
BRONCOPNEUMONIA
aplikasi NANDA NIC NOC
26 Februari 2014Tak Berkategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di
dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul
pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas,
resiko tonggi terhadap infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak
efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia berdasarkan
data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 16,6-X.
Proporsi berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 2-11 bulan 48,5%, sex
ratio168%, dan Kota Medan 71,0%. Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah
kunjungan berulang satu kali 94,1%, gizi buruk 4,2%, imunisasi tidak lengkap 82,9%,
pendidikan ayah dan ibu SLTA dan Akademi/PT masing –masing 42,9% dan 42,1%,
pekerjaan ayah pegawai swasta 39,1%, ibu rumah tangga 45,5%, jumlah anak orang
tua tiga 60,0%, anak ke tiga 60,0%, lama rawatan rata-rata 4,70 hari, dan meninggal
4,8%.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai
pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas,
bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah
lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui
bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan
pendekatan proses keperawatan yang benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan penyakit broncopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.
b. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak Broncopneumonia dengan
aplikasi NANDA NIC NOC.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping
hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana
tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas
dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan,
keletihan, kelelahan yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika
kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan
asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga
timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga
terjadi demam dan berkeringat yang dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan
volume cairan dan hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat
adanya infeksi traktus respiratori yang akan menimbulkan masalah bersihan jalan
nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman
sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala
dan disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga bertanya-
tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah kecemasan orangtua.
4. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi
makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas
kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi
jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun,
terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan
nafas akan timbul reaksi jaringan berupa edema alveolar dan pembentukan eksudat.
Hal tersebut akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli,
alveoli dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya
konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi
terhambat dan terjadilah gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru
terutama pada alveolus menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam
alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi
alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang CO2
sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah
gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke
jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak segera
ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan
beberapa manifestasi klinis.
5. WOC
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
j. virus
7. Komplikasi
Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis
media, perikarditis, bronkiektasis, empiema dan lain-lain.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
b. Bila kondisi berat harus dirawat
c. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotic
3. Intervensi
NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan
nafas.
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau sumbatan dari saluran pernapasan
untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik :
1. Batuk tidak ada
2. Bunyi napas tambahan
3. Perubahan dalam frekuensi napas
4. Perubahan dalam irama pernapasan
5. Sianosi
6. Dyspnea
7. Sputum terlalu banyak
8. Batuk tidak efektif
9. Mata terbelalak ( Melihat ) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24
jam jalan napas pasien efektif dengan kriteria hasil :
Definisi :
Penurunan jalanya gas oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan system
vaskuler.
Batasan Karakteristik :
1. Abnormalnya gas darah arteri
2. Abnormalnya pH arteri
3. Abnormalnya pernapasan
4. Abnormalnya warna kulit
5. Hipoksemia
6. Takikardi
7. Diphoresis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam ventilasi
dan pertukaran gasefektifi dengan kriteria hasil :
Indikator skala :
1: ekstrim
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: Tidak ada NIC :
Aktivitas
Manajemen asam basa
Aktivitas :
1. Pertahankan kepatenan akses IV
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pantau kadar eletrolit
4. Pantau pola nafas
5. Sediakan terapi oksigen
Terapi Oksigen
Aktivitas :
1. Bersihkan secret mulut dan trakea
2. Jaga kepatenan jalan napas
3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi
4. Pantau aliran oksigen
5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien
6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen
3 Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses
inflamasi.
Definisi :
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.
Batasan Karakteristik :
1. Napas dalam
2. Perubahan gerakan dada
3. Bradipnea
4. Penurunan tekanan ekspirasi
5. Penurunan tekanan inspirasi
6. Dispnea
7. Napas cuping hidung
8. Ortopnea Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam …x 24 jam pola napas
efektif dengan criteria hasil :
Indikator skala :
1: ekstrim
2 : Berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC :
Manajemen Jalan Napas
Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial
3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan
5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk
6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
Bantuan Ventilasi
Aktivitas :
1. Jaga kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea
3. Bantu perubahan posisi dengan sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Pantau status respirasi dan respirasi.
Definisi :
Suatu keadaan yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intra
selular.
Faktor resiko :
1. Penyimpanan yang mempengaruhi akses cairan
2. Penyimpangan yang memperngaruhi pemasukan cairan
3. Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs cairan Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama … x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan
criteria hasil :
NOC: Hidrasi
1. Dehidrasi kulit
2. Membran mucus yang basah
3. Edema perifer
4. Nafas pendek tidak ditemukan
5. Mata cekung tidak ditemukan
6. Bunyi napas tambahan tidak ditemukan
Indikator skala :
1: ekstrim
2: Sangat
3: Sedang
4: Sedikit
5: tidak ada NIC:
Manajemen cairan
Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari
2. Hitung haluaran
3. Pertahankan intake yang adekuat
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV
Definisi :
Suatu kondisi individu yang berisiko untuk mengalami cidera sebagai akibat dari
kondisi lingkungan yang berhubungan dengan sumber – sumber adaptif dan
pertahanan.
Indikator skala :
1 : tidak adekuat
2 : sedikit adekuat
3 : kadang – kadang adekuat
4 : Adekuat
5 : Sangat adekuat
1 NIC:
Manajemen kejang
Aktivitas :
1. Tunjukkan gerakan yang dapat mencegah injury / cidera.
2. Monitor hubungan antara kepala dan mata selama kejang.
3. Longgarkan pakaian klien
4. Temani klien selama kejang
Mengatur airway
Aktivitas :
1. Berikan oksigen bila perlu
2. Berikan terapi iv line bila perlu
3. Monitor status neurology
4. Monitor vital sign
5. Orientasikan kembali klien setelah kejang
6. Laporkan lamanya kejang
7. Laporkan karakteristik kejang: bagian tubuh yang terlibat, aktivitas motorik, dan
pening-katan kejang.
8. Dokumentasikan informasi tentang kejang
9. Kelola medikasi (kolaborasi)
10. Kelola anti kejang (kolaborasi) bila diperlukan.
Manajemen Lingkungan
Aktivitas:
1. Diskusikan tentang upaya-upaya mencegah cedera, seperti lingkungan yang
aman untuk klien, menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
2. Memasang pengaman tempat tidur
3. Memberikan penerangan yang cukup
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
5. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Bersama tim kesehatan lain, berikan penjelasan pada klien dan keluarga adanya
perubahan status kesehatan
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Implementasi dapat
dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau tidak mandiri serta inter-
dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi, (Gaffar, 1999). Implementasi
berdasarkan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
dengan SOAP dan disesuaikan dengan kriteria hasil atau NOC yang pada intervensi
keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak. Penyebab
Broncopneumonia adalah bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Adapun manifestasi
klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia,
dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak. Komplikasi dapat muncul jika
terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media, perikarditis, bronkiektasis,
empiema dan lain-lain.
B. Saran
Penulis mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan
kuliah pada mata kuliah keperawatan anak di program S1 Keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah
dan kekhilafan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun.
Report this ad
Report this ad
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
Tinggalkan Balasan
Cari untuk:
Tulisan Terakhir
ASKEP BRONCOPNEUMONIA aplikasi NANDA NIC NOC
Komentar Terbaru
Arsip
Februari 2014
Kategori
Tak Berkategori
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Report this ad
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti