Anda di halaman 1dari 12

POLIGAMI BERUJUNG PERCERAIAN DI KALANGAN PEMUKA

AGAMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata kuliah : Sejarah Peradilan Islam

Dosen Pengampu : M. Masrur. S.H. I, M.E.I

Irianti Dwi Muslimah : 2011116041

Kelas C

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM KELUARGA

INSTTUT AGAMA ISLAM NEGERI

PEKALONGAN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini istilah poligami menjadi suatu hal yang sudah tidak
asing lagi untuk diperdengarkan, banyak dikalangan masyarakat dan para
tokoh terkenal di Indonesia yang juga melakukan poligami. Poligami
dilakukan oleh orang yang sudah terikat dalam suatu pernikahan.
Pernikahan merupakan ikatan antara dua insan yang mempunyai banyak
perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir
(mental), pendidikan, diakui sah oleh Negara dan agama. Sedangkan
Poligami ialah suatu system pernikahan dimana salah satu pihak (suami)
mengawini lebih dari satu istri pada waktu bersamaan, artinya istri-istri
tersebut masih dalam tanggungan suami tidak diceraikan tetapi masih sah
menjadi istrinya. Hal ini tentu menjadi pro kontra dikalangan masyarakat
bangsa Indonesia.
Dalam kondisi tertentu poligami diperbolehkan bagi seseorang,
namun dengan ketentuan syarat yang berlaku. Dalam kesempatan ini kami
akan mencoba memaparkan tentang poligami, baik dari pendapat para
ulama, dari segi hukum Indonesia dan dari segi agama. Setiap apapun
perbuatan pasti memiliki dampak bagi pelakunya, begitupun dengan
poligami. Poligami membawa dampak tersendiri bagi orang yang
berpoligami baik positif maupun negatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus Poligami


Rumah Tangga Opick Tengah Berada di Ujung Tanduk.
Tak pernah tertimpa gosip miring, secara mengejutkan Opick dikabarkan
digugat cerai oleh istrinya, Dian Rositaningrum. Pemilik nama asli Aunur
Rofiq Lil Firdaus sudah menjalani biduk rumah tangga selama 14 tahun.
Kisah cinta mereka pun bisa dibilang tidak mudah. Keduanya bertemu di
Teater Warung Udix di Pulogadung, Jakarta Timur. Pertemuan mereka
terjadi sekitar tahun 2000. Saat itu hubungan keduanya hanya sebatas guru
dan murid saja. Opick merupakan guru di perkumpulan tersebut, sedangkan
Dian adalah muridnya. Opick, memproduseri Zaki (Gitar/vokal), Fikar
(Drum/Vokal) dan Bella (Vokal) yang tergabung dalam grup Boon Band,
untuk pembuatan mini album mereka, dengan single lagu pertamanya yang
berjudul Andai Waktu, di Space Kafe, Kemang, Jakarta Selatan, Senin (9/6).
Grup band yang beranggotakan 3 bersaudara ini , membawakan lagu-lagu
religi yang diciptakan dan diaransemen oleh Opick. Sesuai dengan namanya
Boon atau kepanjangan dari Born To Help Orphans (lahir untuk membantu
anak yatim), mereka sepakat untuk memberikan sebagian dari hasil
penjualan rekaman untuk membantu anak-anak yatim. Warta Kota/nur
ichsan (Warta Kota/Nur Ichsan).
Sebagai muridnya, Dian menyimpan kekaguman dengan Opick. Di
mata Dian, Opick merupakan orang yang memiliki rasa tanggung jawab
yang besar. Tak hanya kepribadian, penampilan Opick juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi Dian. Meski rock and rool dan gondrong, penampilan
tersebut ternyata berbanding terbalik dengan kepribadian Opick. Pada
kenyataannya, Opick adalah sosok yang penuh kasih sayang, halus dalam
bertutur kata. Penilaian itulah yang membuat Dian bersedia menjalin
hubungan dekat dengan Opick. Intensitas pertemuan antara keduanya yang
semakin sering membuat mereka berdua makin dekat. Sayangnya,
kedekatan mereka ternyata sempat tak berjalan mulus. Orang tua Dian
rupanya tak setuju dengan hubungan mereka. Mereka melihat penampilan
luar Opick yang rock and rool dan rambut gondrong, serta takpunya
penghasilan tetap. Mendapat penolakan dari mertua tak lantas
membuat Opick mundur. Ia justru semakin gigih untuk mendapatkan restu.
Melihat usaha yang dilakukan oleh pria pilihan putrinya, orangtua Dian
akhirnya luluh. Keduanya kemudian menikah pada 15 Juli 2002 dan sudah
dikarunia 4 orang anak. Namun di pertengahan Agustus 2017, Dian
menggugat cerai suaminya itu karena sang suami disebut sudah menikah siri
dengan wanita lain alias berpoligami tanpa sepengetahuannya.
Geram dengan hal tersebut, Dian bahkan sempat menyindiri suaminya
dan menyebut jika 'poligami tak semudah memuntahkan spermamu pada
lobang yang baru'. Usai curhatan Dian yang bernada amarah itu viral di
media sosial, Dian kini justru melakukan hal tak terduga. Jika sebelumnya ia
sengaja mengunci akun Instagram miliknya, kini Dian justru membukanya.
Dian Rositaningrum mencurahkan isi hatinya di media sosial. Ia
mengatakan jika sang suami menikahi istri keduanya lewat telepon dengan
maharnya yang hasil utang. Pada tulisan itu, Dian mengungkapkan jika sang
suami telah menikahi orang terdekatnya. Wanita itu adalah backing vocal
yang selama tujuh tahun terakhir bekerja sama dengannya.
Selain itu, Dian juga menuliskan jika Opick menikahi istri mudanya
lewat sambungan telepon. Bahkan, menurutnya, mahar pun belum disiapkan
pelantun 'Tombo Ati' itu. "Menikah melalui telepon, mahar ngutang, wali
nikah memakai wali hakim yang bukan dari turunan mahromnya (info
orangtua laki-laki masih hidup) dan janda setelah habis masa iddah hanya
selang beberapa hari saja," ungkap Dian mencurahkan hatinya dikutip
detikHOT, Selasa (21/8).
Yang menurut Dian makin sedih adalah prosesi itu dipimpin oleh
seorang ulama yang mengenal keluarga Opick."Dinikahkan dengan Ustadz
Bang Debby Nasution, yang beliau sendiri kenal dengan saya dan tahu anak
saya 6 orang dan 20 anak santri penghafal Al Quran," tuntasnya.
B. Analisis Kasus Menurut Al-Qur’an
Dalil Poligami Dalam Al-Qur’an, ayat yang kerap dijadikan dalil
hukum poligami adalah QS. An-Nisa’ ayat 3. Firman Allah tersebut
membolehkan poligami sebagai jalan keluar dari kewajiban berbuat adil
yang mungkin tidak terlaksana terhadap anak-anak yatim. Dulu orang-orang
Arab gemar menikah dengan anak perempuan yatim yang diasuhnya dengan
tujuan agar ia bisa ikut makan hartanya dan tidak perlu membayar
maskawin. Untuk menghindari kezaliman ini, seorang lelaki diizinkan
mengawini perempuan lain hingga dua sampai empat orang. Dalam konteks
ini, jenis poligami yang dimaksud di dalam ayat Al-Qur’an tersebut ialah
poligini. Sedangkan poliandri sendiri dilarang oleh Islam. Meski demikian,
jika ayat ini saja yang digunakan sebagai acuan, pemahaman yang diperoleh
menjadi kurang utuh. Dalam konteks alasan poligami, perlu dijabarkan pula
ayat sebelum dan setelahnya. Secara lengkap, firman Allah tentang poligami
bisa dilihat pada QS. An-Nisa’ ayat 1-4
An-Nisa ayat 1-4
َ َ ‫اح دَ ة ٍ َو َخ ل‬
‫ق ِم نْ هَ ا‬ ِ ‫اس ا ت َّق ُ وا َر ب َّ ك ُ مُ ال َّ ِذ ي َخ ل َ ق َ ك ُ ْم ِم ْن ن َ فْ ٍس َو‬
ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ن‬
‫َّللا َ ال َّ ِذ ي‬ ‫ج ا‬
َّ ‫اًل كَ ث ِ ي ار ا َو ن ِ سَ ا ءا ۚ َو ا ت َّق ُ وا‬ َ ‫ث ِم نْ هُ َم ا ِر‬ َّ َ ‫زَ ْو َج هَ ا َو ب‬
(1)‫َّللا َ كَ ا َن عَ ل َ يْ ك ُ ْم َر ق ِ ي ب اا‬َّ ‫اْل َ ْر َح امَ ۚ إ ِ َّن‬ ْ ‫ت َسَ ا َء ل ُ و َن ب ِ هِ َو‬
‫ث ب ِ الط َّ ي ِ بِ ۖ َو ًَل ت َأ ْك ُ ل ُ وا‬
َ ‫َو آ ت ُوا الْ ي َ ت َا َم ٰى أ َ ْم َو ا ل َ هُ ْم ۖ َو ًَل ت َت َب َ دَّ ل ُ وا الْ َخ ب ِ ي‬
(2)‫ح و ب اا كَ ب ِ ي ار ا‬ ُ ‫أ َ ْم َو ا ل َ هُ ْم إ ِ ل َ ٰى أ َ ْم َو ا لِ ك ُ ْم ۚ إ ِ ن َّ ه ُ كَ ا َن‬
‫ب ل َ ك ُ ْم ِم َن الن ِ سَ ا ِء‬ َ ‫ح وا َم ا طَ ا‬ ُ ‫َو إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ ًَّل ت ُقْ ِس ط ُ وا ف ِ ي الْ ي َ ت َا َم ٰى ف َ ا نْ ِك‬
ْ َ‫اح دَ ة ا أ َ ْو َم ا َم ل َ ك‬
‫ت‬ ِ ‫ث َو ُر ب َ ا ع َ ۖ ف َ إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ ًَّل ت َعْ ِد ل ُ وا ف َ َو‬ َ ‫َم ث ْ ن َٰى َو ث ُ ََل‬
(3)‫ك أ َ ْد ن َٰى أ َ ًَّل ت َع ُ و ل ُ وا‬ َ ِ ‫أ َيْ َم ا ن ُ ك ُ ْم ۚ ٰذ َ ل‬
‫ي ٍء ِم نْ هُ ن َ ف ْ س ا ا‬ ِ ‫ص دُ ق َ ا ت ِ ِه َّن ن ِ ْح ل َ ة ا ۚ ف َ إ ِ ْن‬
ْ َ‫ط بْ َن ل َ ك ُ ْم عَ ْن ش‬ َ ‫َو آ ت ُوا الن ِ سَ ا َء‬
ُ ‫( ف َ ك ُ ل ُ و ه‬4) ‫هَ ن ِ ي ئ اا َم ِر ي ئ اا‬

“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (2) Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang
sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang
buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa
yang besar. (3) Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (4) Berikanlah maskawin
(mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian
dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
Sesuai dengan munasabah pada surat An-Nisa’ ayat 1-4, diketahui
bahwa ayat 1 berbicara mengenai penciptaan laki-laki dan perempuan dari
sumber yang sama. Ini mengindikasikan adanya kesetaraan antara kaum
Adam dan Hawa. Sedangkan surat An-Nisa’ ayat 2 berisi perintah kepada
umat Islam supaya memberi harta anak yatim yang menjadi hak warisannya
dan tidak mengganggunya demi kepentingan si wali. Di dalam ayat 3, Allah
menawarkan alternatif bagi lelaki yang menjadi wali yang khawatir tidak
dapat berlaku adil kepada anak yatim agar melakukan poligami dengan cara
menikahi perempuan selain anak yatim yang masih dalam perwaliannya
tersebut. Ini dimaksudkan untuk menghindari kezaliman berupa penguasaan
harta milik sang anak yatim oleh walinya. Dalam hal ini, perintah poligami
bukan semata berbicara tentang pemenuhan nafsu seksual, melainkan lebih
kepada jalan untuk menegakkan keadilan bagi anak yatim.
C. Analisis Kasus Menurut Hadits
Dalam sebuah hadits Nabi Saw. Juga disebutkan:
‫ من كانت له‬:‫عن أبى هريرة رضى هللا عنه أن النبى صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫والنسائى والترمذى داود وشقّه مائل (رواه أبو يوم القيامة إمرأتان فمال إلى إحداهما جاء‬
)‫وابن حبان‬
Artinya: Dari Abi Hurairah r.a sesungguhnya Nabi Saw.
bersabda,” Barang siapa yang mempunyai dua orang istri lalu
memberatkan pada salah satunya, maka ia akan datang di hari kiamat
nanti dengan punggung miring”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i,
dan Ibnu Hibban).
Abi bakar bin Arabi mengatakan bahwa memang benar apabila
keadilan dalam cinta itu berada di luar kesanggupan manusia. Sebab, cinta
itu adanya dalam genggaman Allah Swt. Yang mampu membolak-
balikannya menurut kehendak-Nya. Begitu juga dengan bersetubuh,
terkadang ia bergairah dengan istri yang satu tapi tidak begitu bergairah
dengan istrinya yang lain. Dalam hal ini, apabila tidak sengaja, ia tidak
terkena hukuman dosa karena berada diluar kemampuannya. Oleh karen itu,
ia tidaklah dipaksa untuk melakukannya.[6]
Aisyah r.a. berkata:
‫ اللهم هذا قسمى فيما‬: ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقسم لنسائه فيعدل ويقول‬
.‫أملك فال تلمنى فيما تملك وال أملك قال ابوداود يعنى القلب‬
Artinya: Rasullullah Saw. selalu membagi giliran sesama
istrinya dengan adil dan beliau pernah berdo’a: Ya Allah! Ini bagianku
yang dapat aku kerjakan. Karena itu janganlah engkau
mencelakakanku tentang apa yang Engkau Kuasai, sedang aku tidak
menguasainya. “ Abu Dawud berkata bahwa yang dimaksud dengan
“Engkau tetapi aku tidak menguasai”, yaitu hati. (HR.Abu Dawud,
Tirmidzi,Nasa’i dan Ibnu Majah).[7]

Menurut sebagian Ulama, hadis tersebut sebagai penguat kewajiban


melakukan pembagian yang adil terhadap istri-istrinya yang merdeka dan
makruh bersikap berat sebelah dalam menggaulinya, yang berarti
mengurangi haknya, tetapi tidak dilarang untuk mencintai perempuan yang
satu daripada lainnya, karena masalah cinta berada diluar kesanggupannya.

D. Analisis Kasus Menurut Pendapat Ulama


Imam Syafi’i juga memberikan saran, apabila tidak bisa berlaku adil,
hendaknya beristri satu saja itu jauh lebih baik. Para ulama ahli Sunnah juga
telah sepakat, bahwa apabila seorang suami mempunyai istri lebih dari
empat maka hukumnya haram. Dan perkawinan yang kelima dan seterusnya
dianggap batal dan tidak sah, kecuali suami telah menceraikan salah seorang
istri yang empat itu dan telah habis pula masa iddah-nya. Dalam masalah
membatasi istri empat orang saja, Imam Syafi’i berpendapat bahwa hal
tersebut telah ditunjukkan oleh Sunnah Rasulullah saw sebagai penjelasan
dari firman Allah, bahwa selain Rasulullah tidak ada seorangpun yang
dibenarkan nikah lebih dari empat perempuan.

E. Analisis Kasus Poligami Menurut Sejarah


Bila melihat sejarah, akan terbukti bahwa poligami telah ada sejak
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu di kalangan bangsa-bangsa yang
hidup pada masa zaman purba. Seperti halnya agama Like di Cina
memperbolehkan poligami sampai 130 orang, bahkan ada raja Cina yang
beristri sampai 30.000 orang istri. Martin Luther King, pendiri Protestan
bersikap cukup toleran terhadap poligami dengan alasan, bahwa Tuhan tidak
melarang, dan bahwa Nabi Ibrahim a.s sendiri beristri dua. King menilai
poligami lebih baik daripada perceraian, kendati dia menganjurkan
monogami dan menyatakan, bahwa poligami baru dapat dilakukan jika ada
kondisi khusus yang membenarkannya.
Sekarang poligami turut berkembang secara modern mengikuti
perkembangan zaman. Perkembangan modern akhirnya melihat poligami
sebagai perkawinan yang terkutuk. Para orientalis barat mengklaim
perkawinan poligami sebagai sesuatu yang tidak bermoral. Ada indikasi,
bahwa praktek poligami dipengaruhi oleh gagasan Jerman dan Yunani-
Romawi atau pengaruh Kristen yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
secara historis. Dalam sejarahnya, tidak ditemukan ada informasi yang
membenarkan pendapat tersebut.
Jika ditelaah dalam kitab suci agama Yahudi dan Nasrani, maka akan
tertera bahwa poligami adalah jalan hidup yang diterima. Semua Nabi yang
disebutkan dalam Talmud, Perjanjian Lama, Al-Qur’an beristri lebih dari
seorang, kecuali Yesus atau Nabi Isa as.
Ketika Islam datang, kaum pria memiliki istri sampai sepuluh atau
lebih, tanpa batasan. Islam lalu memberitahu mereka, bahwa ada batasan
yang tidak boleh dilanggar, yakni empat saja. Karena poligami hanya boleh
dilakukan sebagai solusi dalam keadaan darurat. Poligami dalam Islam sama
sekali bukan sarana untuk mengumbar hawa nafsu tanpa batas. Jika melihat
kepada poligami yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya
perlu disadari, bahwasanya beliau baru berpoligami setelah pernikahan
pertamanya berlalu sekian lama, setelah wafatnya istri beliau Khadijah r.a.
Pada saat itu Nabi SAW telah bermonogami selama 25 tahun. Lalu tiga atau
empat tahun setelah kematian Khadijah r.a barulah beliau menikahi Aisyah
r.a. Disusul setelah itu pernikahan poligami beliau dengan Saudah binti
Zam’ah janda tua yang suaminya meninggal di perantauan, Hindun atau
Ummu Salamah janda yang suami gugur di peperangan, Ramlah janda yang
dicerai suaminya karena suaminya murtad, Huriyah binti Al Haris yang
seorang tawanan perang pasukan Islam, Hafsah seorang janda putri dari
Umar bin Khathab, Shafiyah binti Huyay salah seorang tawanan perang
yang dimerdekakan Rasul, Zainab binti Jahesy seorang janda yang dulunya
dinikahkan dengan seorang budak, dan yang terakhir Zainab binti
Khuzaimah yang suaminya gugur dalam perang uhud.

F. Analisis Kasus Menurut Pendapat Saya


Menurut pendapat saya mengenai poligami tersebut , dalam Islam
dibolehkan berpoligami namun harus dengan beberapa syarat. Seperti:
kedua belah pihak antara suami dan istri telah sependapat bahwa suami akan
melakukan poligami, poligami boleh dilakukan apabila si istri tidak
memenuhi salah satu kewajibannya, misalkan tidak dapat mempunyai
keturunan, poligami boleh dilakukan apabila si istri terbukti menderita
penyakit yang berbahaya seperti lumpuh,ayan dsb, sang suami harus berlaku
adil terhadap istri-istrinya, baik adil dalam dhahir maupun bathin. Boleh
melakukan poligami maksimal empat orang istri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalil Poligami Dalam Al-Qur’an, ayat yang kerap dijadikan dalil
hukum poligami adalah QS. An-Nisa’ ayat 3. Firman Allah tersebut
membolehkan poligami sebagai jalan keluar dari kewajiban berbuat adil
yang mungkin tidak terlaksana terhadap anak-anak yatim.
Imam Syafi’i juga memberikan saran, apabila tidak bisa berlaku adil,
hendaknya beristri satu saja itu jauh lebih baik. Para ulama ahli Sunnah juga
telah sepakat, bahwa apabila seorang suami mempunyai istri lebih dari
empat maka hukumnya haram.
Bila melihat sejarah, akan terbukti bahwa poligami telah ada sejak
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu di kalangan bangsa-bangsa yang
hidup pada masa zaman purba. Seperti halnya agama Like di Cina
memperbolehkan poligami sampai 130 orang, bahkan ada raja Cina yang
beristri sampai 30.000 orang istri.
Daftar Pustaka

http://www.tribunnews.com/seleb/2017/08/24/usai-sindir-soal-poligami-
istri-opick-kembali-lakukan-hal-mengejutkan

https://hot.detik.com/celeb/3608575/istri-ungkap-poligami-opick-nikah-
lewat-telepon-mahar-ngutang

http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/8b0e106767e73c68.pdf

http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/06/poligami-menurut-hukum-islam-
dan-hukum.html
http://www.matadunia.net/2015/05/sejarah-poligami-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai