Anda di halaman 1dari 12

PENCEGAHAN PENYAKIT GIGI PADA ANAK

Kontrol Plak
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan adanya potensi patologis dan plak maka
perlu usaha untuk mencegah atau sedikitnya mengurangi pembentukan plak. Usaha ini
disebut dengan istilah kontrol plak.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan pada kontrol plak adalah:
1. Mengontrol makanan:
Berdasarkan pemikiran bahwa makanan/diet merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam pembentukan plak, maka untuk mencegah pembentukan plak perlu
dilakukan pengurangan konsumsi karbohidrat terutama sukrosa, serta menghindari makanan
yang lunak dane melekat pada gigi. Karbohidrat terutama sukrosa merupakan sumber energi
bagi bakteri dan merupakan bahan pembentuk polysakharida ekstraselluler.

2. Tindakan secara chemis:


a. Ditujukan terhadap bakteri, yaitu mencegah kolomsasi bakteri dengan menggunakan:
a. l. Antibiotika
Penelitian-penelitian dengan antibiotika untuk mencegah pembentukan plak
telah banyak dilakukan, antara lain:
 Loe dkk (1969): menggunakan 0,25% tetracyclin untuk kumur-kumur tiga kali
sehani. Hasilnya tidak terjadi pembentukan plak gigi
 Fitzgerald (1955), Muhlemann dkk (1961) dan Larses (1963): menggunakan
penicillin dan tetracyclin yang dimasukkan dalam diet tikus percobaan. Hasilnya
efektif mencegah pembentukan plak pada tikus percobaan.
 Keyes (1966): menggunakan penicillin yang diaplikasikan secara topikal, hasilnya
efektif untuk mencegah pembentukan plak.
 Keyes dkk (1966): menggunakan spiramycin dan vanconwcin yang diaplikasikan
secara topikal pada gigi tikus, hasilnya terjadi pengurangan kolonisasi bakteri
 Emslie, Cross dan Blake (1962): memasukkan penicillin dalam permen karet,
hasilnya efektif untuk mencegah pembentukan plak.
 Jenkins clkk (1968): menggunakan 0,25% vancomycin untuk berkumur-kumur
tiga kali sehari, hasilnya tidak banyak mengurangi pembentukan plak pada gigi
manusia.
Meskipun antibiotika dapat mencegah atau mengurangi pembentukan plak, tetapi
sampai saat ini belurn digunakan secara luas karena ada efek samping, yaitu:

Universitas Gadjah Mada 1


 Terjadi sensitisasi pada pasien. Pemakaian berulang-ulang antibiotik dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan hal ini harus dihindari.
 Timbul strain-strain bakteri barn yang resisten terhadap antibiotika

a.2.Senyawa antibakteri selain antibiotika:


 Chiorhexidine:
Penggunaan chiorhexidine clapat mencegah pembentukan plak dan dapat
menghilangkan plak yang telah terbentuk. Aplikasi berulang dengan clilorfiexidme
memungkinkan bahan tersebut penetrasi sampai ke lapisan dalam plak,
membunuh mikroorganisme dan mencegah proliferasinya. Akibatnya plak
menjadi nekrotik sehingga terjadi autolitik atau larut dalam saliva. Efek samping
penggunaan chiorhexidine adalah terjadi diskolorasi gigi dan lidah yaitu menjadi
coklat serta gangguan dalam rasa kecap karena rasa pahitnya.
 Fluor:
Penelitian yang dilakukan oleh Keyes (1966) dengan melakukan aplikasi
topikal fluor pada binatang percobaan menghasilkan pengurangan pembentukan
plak, tetapi pada manusia kurang berhasil karena unutk mendapatkan efek
antibakteri dibutuhkan fluor konsentrasi tinggi. Konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan toksisitas.
Penelitian dengan menggunakan fluor pada manusia antara lain telah
dilakukan oleh:
- Koch dan Lindhe (1967): melakukan aplikasi 0,5% NaF dua minggu sekali
selama 3 tahun
- Theilade dkk (1970): menggunakan 0,2% NaF kumur-kumur tiga kali sehari
selama 22 hari
b. Ditujukan terhadap polysakhanida ekstraselluler:
Bahan yang digunakan adalah enzim yaitu dekstranase untuk mencegah
pembentukan dekstran.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan antara lain:
 Gibbons dkk (1967): menemukan dekstranase yang berasal dari penicillium
funiculosem yang mampu menghidrolisa dekstran
 Guggenheim dan Schràeder (1968): menemukan dekstranase dan penicillium
lilacium
 Fitzgerald dkk (1968): memasukkan dekstranase pada makanan minuman yang
mengandung sukrosa kemudian diberikan pada tikus percobaan. Hasilnya plak

Universitas Gadjah Mada 2


tidak terbentuk dan gigi tidak karies. Pada penelitian-penelitian lain dekstranase
tidak begitu efektif jika dekstran telah terbentuk
 Mikkelsen, Jensen dan Loe (1970): melakukan penelitian dengan menggunakan
deksrane pada manusia dan hasilnya tidak memuaskan. Pada plak gigi manusia
banyak tipe dekstran dengan panjang rantai dan cabang-cabang berbeda, dan
juga polysakharida-polysakharida lain. Dekstranase hanya efektif pada tipe
dekstran tertextu. serta peka terhadap panas.
3. Tindakan secara mekams
a. Dengan menyikat gigi
Cara ini sudah dikenal secara luas untuk memelihara kebersthan gigi dan mulut.
Banyak teknik menyikat gigi telah dianjurkan tetapi belum ada rekomendasi tentang
teknik yang paling tepat, yang penting dalam menyikat gigi adalah penggunaan teknik
secara benar dan seksama. Menurut Snawder (1980) teknik menyikat gigi yang
sesuai dengan morfologi gigi desidui adalah teknik horizontal dan sirkulair.
b. Penggunaan dental floss, interdental stimulator
Prosedur kontrol plak di Klinik:
Di klinik kontrol plak dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Lakukan identifikasi plak.
Plak dapat terlihat setelah diolesi larutan disclosing. Bahan disclosing yang
dapat digunakan adalah: iodine, gentian violet, basic fuchsin, eiythrocyn, pewama
makanan.
2. Tunjukkan pada pasien daerah yang ada plaknya. Berikan penjelasan tentang
potensi patologis dan plak. Berikan penyuluhan tentang peranan diet dalam
pembentukan plak
3. Lakukan sekot plak
Sekor plak dapat dilakukan dengan metoda: OHI (Oral Hygiene Index),
OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index) dan Greene dan Vermillion, PHP (Patient
Hygiene Performance) dan Podshadlley dan Haley, PHP-M (Modified PHP) dan
Martens thin Meskin.
Syarat sekor plak dengan metoda OHI dan OHI-S: gigi yang dapat disekor
adalah gigi jermanen yang sudah erupsi penuh.
Pada OHI dan OHI-S permukaan gigi secara imajiner dibagi menjadi tiga
area yaitu 1/3 bagian servikal, 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian oklusal/insisal.

Universitas Gadjah Mada 3


Keterangan:
A: 1/3 bagianservikal
B: 1/3 bagian tengah
C: 113 bagian oklusal/insisal

Syarat sekor plak dengan PHP dan PFIP-M: gigi yang dapat disekor adalah
gigi desidui atau permanen yang telah erupsi 3/4.
Metoda ini sesuai untuk penoda gigi desidui atan bercampur. Pada PHP dan
PHP-M permukaan gigi secara imajmer dibagi menjadi 5 area.

A. 1/3 gingival dan area bagian tengah


B. 1/3 tengah dan area bagian tengah
C. 1/3 oklusallinsisal daii area bagian tengah
D. Area distal
E. Area mesial

Yang dinilai adalah pennukaan facial dan lingual dan gigi. Sekor 0: tidak ada plak,
sekor 1: ada plak. Pada PHP-M gigi yang diperiksa adalah:
a. Gigi paling posterior yang telah erupsi pada kwadran kanan atas.
b. Kaninus atas kanan (desidui atau permanen). Jika tidak ada diganti gigi
anterior lainnya.
c. Gigi molar pertama desidui kiri atas atau premolar pertama
d. Gigi paling posterior yang telah erupsi pada kwadran kiri bawah.
e. Kaninus bawah kiri (desidui atau permanen). Jika tidak ada diganti anterior
lainnya.
f. Gigi molar pertama desidui kanan bawah atau premolar pertama.

4. Pilih daerah plak yang mudah terlihat, tunjukkan bahwa plak merupakan lapisan
yang mudah dikerok.

Universitas Gadjah Mada 4


5. Berikan petunjuk cara menyikat gigi yang benar, cara menggunakan dental floss
dan juga cara menggunakan interdental stimulator.
6. Beri saran pada pasien untuk menggunakan bahan disclosing guna mengecek
pelaksanaan pemehharaan oral higienenya
7. Beri suplemen fluor jika kadar fluor air minum tidak optimal
8. Rekomendasikan penggunaan pasta gigi berfluor
9. Lakukan prophylaxis untuk menghilangkan sisa plak.

Universitas Gadjah Mada 5


Fluoridasi
Penemuan sifat kariostarik fluor memiliki arti penting di bidang kedokteran gigi.
Penggunaan fluor sebagai bahan kariostatik telah dilakukan secara meluas di seluruh dunia.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya penurunan karies berkaitan
dengan penggunaan fluor.
Fluor menipakan unsur halogen, terdapat di alam tidak sebagai unsur atau ion bebas
tetapi dalam bentuk senyaw& Sumber utama fluor adalah air, tetapi terdapat pula pada tanah
sebagai fluorspar (calcium fluoride), cryolite (sodium aluminium fluoride) & mineral lain-lain
seperti fluorapatite, fluorocarbonate, fluorophosphate dan fluorosilicate. Fluorterdapat pula
pada ikan (misal: sarden, salmon), daun teli mengandung fluor pula. Pda makanan dan
minuman seperti cereal, beer, coca cola, coffee instan, sayur-mayur, umbi-umbian
mengandung fluor juga. Pada tubuh manusia fluor terdapat dalam tulang dan gigi karena
afinitas dengan kalsium.

Metabolisme Fluor
Metabolisme fluor di dalam tubuh manusia penn untuk diketahui sebagai
pertimbangan untuk pembenan fluor secara aman. Berikut mi akan diuraikan tentang
absorpsi, distribusi, ekskresi, penyimpanan dan toksisitas fluor.
a. Absorpsi fluor:
Di dalam tubuh manusia, absorpsi fluor berlangsung 30 sampai 90 menit setelah
ingesi. Absorpsi terutama melalui membran mukosa intestinum, hanya sebagian kecil
melalui lambung. Senyawa fluorida yang lebih soluble persentase absorpsi lebih besar.

b. Distribusi fluor:
Distribusi fluor di dalam tubuh manusia berlangsung cepat, konsentrasi dalam
darah tercapai dalam waktu ± 1 jam. sesudah itu menurun dan dalam 4 jam kembali
pada konsentrasi fluor darah normal yaitu antara 0,1 - 0,15 ppm. Pada darah 75% fluor
ada pada plasma & sisanya pada sel darah merah
Pada plasma 90% fluor dalam bentuk terikat. Konsentrasi normal fluor pada
saliva dan air susu: ± 0,1 ppm. Pada ibu hamil plasenta merupakan barier transfer fluor
dan ibu ke fetus.

c. Ekskresi fluor:
Ekskresi fluor terutama melalui urine (90 - 95 %), sisanya (5 -10 %) melalui feses.
Sejumlah kecil fluor diekskresikan melalui keringat.
Ekskresi fluor berjalan dengan cepat. Pada orang dewasa normal yang
mengkonsumsi air minum yang telah difluoridasi, ekskresi fluor akan tenjadi dalam waktu

Universitas Gadjah Mada 6


± 3 jam. Setelah 24 jam 50 - 60% fluor telah diekskresi. Jumlah ekskresi fluor melalui
urine berhubungan langsung dengan derajat aktif pertumbuhan tulang. Secara umum
sekitar setengah dan dosis fluor yang diabsorpsi diekskresikan melalui urine setiap han.
Efisiensi ekskresi fluor melalui ginjal dan afinitas struktur yang mengalami kalsifikasi
terhadap fluor merupakan mekanisme homeostatik untuk mempertahankan kadar fluor
tetap rendah dalam janngan dan cairan tubuh.

d. Penyimpanan fluor:
Di dalam tubuh fluor terutama tenikat pada tulang dan gigi ketika tulang dan gigi
pada tahap mineralisasi aktif. Kandungan fluor pada tulang secana bertahap meningkat
dengan bertambahnya usia, meskipun kecepatan dan jumlah deposisi fluor paling besan
adalah selama tahun-tahun pertumbuhan aktif. Mekanisme deposisi fluor pada tulang
adalah dengan cara pertukaran ion antara ion fluor dan cainan ekstraselular dengan ion
hidroksil dani molekul hidroksiapatit membentuk fluorhidroksiapatit atau fluorapatit. Pada
gigi-geligi yang belum erupsi, fluor dilaeposisikan meiaiui jalur sistemik. Pada individu
yang mengkonsumsi air minum difluoridasi dengan konsentrasi 1 ppm, kandungan fluor
pada emailnya mencapai 800 - 900 ppm. Email gigi yang telah matur tidak dipengaruhi
secara langsung oleh fluor yang diberikan secara sistemik.

e. Toksisitas
Toksisitas akut dan kematian akibat fluor mungkin terjadi karena ingesi dosis
single 2,5 - 5,0 gram sodium fluorida. Pemberian fluor yang tidak tepat dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan penibahan fisik sebagai berikut:
2 - 8 ppm Fluor → mottled tooth enamel
8 - 20 ppm Fluor → osteosklerosis
50 ppm Fluor → depresi pertumbuhan
5 - 10 gram Fluor → kematian
Pada mottled enamel secara klinis karakteristiknya adalah adanya diskolorasi dan
kekasaran permukaan enamel. Resiko mottled enamel hanya terjadi pada gigi yang
sedang dalam tahap formative (pembentukan) yaitu ketika metabolisme ameloblas dapat
dipengaruhi. Jika gigi yang sedang dalam tahap pembentukan ini terpapar fluor
konsentrasi tinggi akan terjadi opasitas enamel. Hasil penelitian menunjukkan adanya
korelasi antara kadar fluor yang tinggi dalam air dengan endemik mottled enamel.

Cara pemberian Fluor:


Pembenan fluor secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara
sistemik dan secara lokal.

Universitas Gadjah Mada 7


 Pemberian Fluor secara sistemik:
1. Fluoridasi air minum:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluoridasi air minum efektif untuk
mereduksi karies. Anak-anak yang mengkonsumsi air minum yang difluoridasi
menunjukkan reduksi karies 40-60% dibanding anak-anak yang tidak minum air
yang difluoridasi. Anak-anak yang minum air yang difluoridasi sejak lahir
mempunyai proteksi maksimal terhadap karies. Gigi desidui akan mendapat
proteksi terhadap karies jika fluor dikonsumsi sejak lahir, sedang untuk gigi
permanen proteksi terhadap karies akan diperoleh jika anak mengkonsumsi air
minum yang difluoridasi ketika usianya tidak lebih dari 2 tahun. Konsentrasi
optimum tluor pada air minum adalah 1 ppm.
2. Tablet Fluor dan lozenges
Tablet fluor dan lozenges merupakan cara yang efektif untuk pemberian
Fluor secara sistemik. Lozenges yang dihisap memungkinkan untuk
mendapatkan efek fluo secara topikal dan sistemik. Terdapat juga sediaan
vitamin yang mengandung fluor. Sediaan fluor dalam bentuk obat tetes/drop tiap
sam tetes mengandung sodium fluorida 0,1 mg. Pemberian suplemen fluor pada
anak harus mempertimbangkan usia anak dan kandungan fluor pada air minum
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini ;
Suplemen Flour
(dalam mg Flour/hari)
Kandungan Fluor dalam Lahir - usia 2 Usia 2 - 3 th Usia 3 - 13 th
air minum (ppm) th (mg) (mg) (mg)
kurang dari 0,3 0,25 0,50 1,00
0,3 – 0,7 0 0,25 0,500
lebih dari 0,7 Tidak diindikasikan pemberian suplemen fluor

Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies antara 18 - 87% pada


pemberian suplemen fluor.

3. Garam berfluor
Garam terbukti efektif sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga
dapat pula dipakai sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200 -
300 mg fluor pada 1 kg garam. Kebutuhan konsumsi garam belum dapat ditentukan,
tetapi rata-rata orang dewasa mengkonsumsi 6 pertian. Jika efek garam berfluor
dibandingkan dengan efek air berfluor dalam hal reduksi karies maka efek garam
berfluor adalah setengah efek air berfluor.
Universitas Gadjah Mada 8
4. Pemberian Fluor pada susu:
Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada ½ pint
susu per hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies
80%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor pada susu sama
efektifnya dengan fluondasi air minum dalam hal mereduksi karies.

Efek pemberian fluor secara sistemik:


Pada tahap perkembangan dan matunasi gigi fluor diendapkan clalam email
melalui jalan sistemik. Ion fluor akan bergabung dengan body kristal email. Fluor
yang dibenikan secara sistemik konsentrasinya rendah yaitu sekitar 1 ppm, sehingga
terjadi reaksi kimia yang berupa substitusi ion hidroksil dan bidroksiapatit [Ca10 (PO4)6
(OH)2] oleh ion fluor membentuk fluorapatit [Ca10 (PO4)6 F2) yang bersifat Iebih stabil
dan tidak mudah larut dalam asam.

Pemberian fluor secara lokal:


Pemberian fluor secara lokal dilakukan antara lain dengan menggosok gigi
memakai pasta gigi yang mengandung fluor, kumur-kumur dengan larutan fluor,
penggunaan gel berfluor serta topikal aplikasi fluor oleh tenaga profesional.
Selanjutnya akan diuraikan tentang topikalaplikasi fluor.

Topikal AplikAsi fluor:


Ada tiga bahan yang biasa digunakan untuk topikal aplikasi fluor, yaitu:
sodium fluoride, acidulated phosphate fluoride dan stannous fluoride
1. Sodium fluoride (Na F)
Ada dua prosedur/ teknik topikal aplikasi dengan menggunakan bahan
sodium fluoride sebagaimana dikemukakan oleb Knutson dan Bibby

Teknik dari Knutson


a. Bersihkan selunth permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan pasta
prophylaxis standard (mis: pumice). Untuk permukaan licin gunakan rubber
cup sedang permukaan okiusal gunakan pointed brush
b. Isolasi gigi dengan cotton roll
c. Keringkan gigi dengan seksama
d. Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit agar
kering.
Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval satu minggu.
Prophylaxis tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat.

Universitas Gadjah Mada 9


Perawatan dilakukan pada usia 3,7, 11 dan 13 tahun

Teknik dari Bibby:


 Tahap a sampai c sama dengan teknik Knutson
 Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi dijaga
tetap basah dengan lanutan selama 7 sampai 8 mernt.
Perawatan dilakukan 3 kali dalam sam tahun.

Keberhasilan perawatan:
Topikal aplikasi dengan sodium fluoride efektif untuk anak yang tinggal di
daerah rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30 - 40%. Pada daerah dengan
kandungan fluor optimum dan orang dewasa manfaatnya hanya sedikit
Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui oleh
FDA/ADA adalah 2% dalam bentuk gel atau solution
Keuntungan sodium fluoride: pH netral, rasa lebih dapat diterima
dibanding SnF2, tak ada pengaruh yang merugikan pada bahan restorasi, larutan
bersifat stabil.
Kerugian sodium fluoride: berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar.

2. Acidulated phosphate fluoride (APF)


APF merupakan campuran dan: sodium fluoride, hydrofluonc acid dan
phosphoric acid.
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah
1,23% APF dalam bentuk gel atau solution. Prosedur/tekniknya adalah sebagai
berikut:
a. Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan pasta
prophylaxis standard yaitu pumice.
b. Isolasi gigi dengan cotton roll.
c. Keringkan gigi dengan seksama.
d. Aplikasikan larutan APF dan jaga tetap tetap basah dengan larutan selama 4
menit. Setelah aplikasi iistruksikan jangan makanlminum selama 30 menit
setelah perawatan. Larutan APF bersifat stabil dan dapat disimpan dalam
tempat dan plastik. Perawatan dilakukan satu kali dalam 1 tahun, tetapi akan
Iebih efektif jika dilakukan tiap 6 bulan.

Keuntungan APF:
- Rasa Iebih dapat diterima dibanding Sn F2

Universitas Gadjah Mada 10


- Tidak menyebabkan staining atau pigmentasi; hanya terjadi sedikit pemucatan
dari jaringan gmgiva
- Dapat diaplikasikan pada kedua lengkung rahang secara bersamaan
- Larutan bersifat stabil

Kerugian APF:
- Merusak restorasi porcelain
- Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar

3. Stannous fluoride (Sn F2)


Konsentrasi yang tetafi disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah
8% SnF2 dalam bentuk larutan/solution.
SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan, sebagai
komponen pasta prophylaxis ataupun sebagai komponen pasta gigi. Meskipun tiap
bentuk komponen SnF2 tersebut efektif untuk mereduksi karies, tetapi manfaat
optimum dicapai jika tiga bentuk komponen tersebut digunakan bersama-sama.
Prosedur perawatan dengan menggunakan tiga bentuk komponen SnF2 ini dikenal
dengan istilah “multiple stannous fluoride therapy”, tekniknya adalah sebagai berikut
(menurut Dudding dan Muhier):
a. Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan pasta
prophylaxis yang mengandung SnF2
b. Isolasi gigi dengan cotton roll
c. Keringkan gigi dengan seksama
d. Aplikasikan larutan SnF2 10°%pada permukaan gigi dan jaga tetap basah dengan
larutan selama 4 menit. Larutan hanis baru untuk flap pasien.
e. Pasien melanjutkan prosedur tersebut di atas dengan secara rutin menggunakan
pasta gigi yang mengandung SnF2.

Instruksi: pasien jangan makanlminum selama 30 menit setelah perawatan.


Frekwensi perawatan bervariasi tergantung pada kebutuhan individual. Biasanya
untuk anak-anak tiap 6 bulan sedang orang dewasa flap satu tahun.

Keuntungan SnF2: tidak menyebabkan pengetsaan pada restorasi porcelain.

Kerugian SnF2:
- Rasa tidak enak
- Menyebabkan pigmentasi pada lesi karies awal

Universitas Gadjah Mada 11


- Mengiritasi gingival
- Menyebabkan staining pada restorasi silikat
- Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar
- Larutan tidak stabil

Multiple fluoride therapy:


Untuk mendapatkan manfaat optimal fluor dalam mereduksi karies dapat
dilakukan Multiple fluoride therapy yang meliputi:
a. Pemberian fluor secara sistemik (pilih salah satu)
1. Fluoridasi air minum
2. Pemberian suplemen fluor
b. Pemberian fluor secara lokal
1. Topikal aplikasi fluor di klinik
2. Penggunaan pasta gigi berfluor
3. Pemakaian obat kumur berfluor atau gel berfluor

Efek pemberian fluor secara lokál:


Pemberian fluor secara lokal sesudah gigi erupsi menyebabkan terikatnya ion
fluor pada permukaan kristal email. Konsentrasi fluor untuk aplikasi lokal biasanya
tinggi. Konsentrasi fluor yang tinggi menimbulkan reaksi kimia awal yaitu terjadinya
pembentukan calcium fluoride yang mengendap pada permukaan email.
[Ca10 (PO4)6 (OH)2] +20 F → 10 Ca F2 + 6 PO4 +2011
calcium fluoride
Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email dan secara bertahap
akan larut, tetapi ada sedikit ion fluor yang akan mengganti ion hidroksil dan
hidroksiapatit dan membentuk fluorapatit.
[Ca10 (PO4)6 (OH)2] +2 F → Ca10 (PO4)6 F2 + 2 OH
Fluorapatit
Mekanisme aksi fluor dalam mereduksi kanies:
Aksi fluor dalam mereduksi kanes dapat terjadi melalui satu atau Iebih cara
berikut:
a. Dengan meningkatkan stabilitas kristal email
b. Dengan meningkatkan remineralisasi
c. Dengan menghambat system enzim bakteri yang mengubah gula menjadi asam.
d. Dengan efek antibacterial secara langsung.

Universitas Gadjah Mada 12

Anda mungkin juga menyukai