Anda di halaman 1dari 11

TUGAS IKM

PERTEMUAN KE-5

EPIDEMIOLOGI

YENI VRISTIANA SARAGIH

16.007

DP IDA LESTARI TP.BOLON,AmKeb,SKM,M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN SARI HUSADA MEDAN

TAHUN AJARAN 2016/2017


METODE EPIDEMIOLOGI

1. EPIDEMIOLOGI DESKRIFTIF
Di dalam epidemiologi deskriftif di pelajari tentang bagaimana frekuensi
penyakit berubah menurut perubahan variable-variable epidemiologi yang
terdiri dari orang(person),tempat(place),dan waktu(time)

Orang (person)
Yang akan membahas tentang peranan umur,jenis kelamin,kelas
sosial,pekerjaan,golongan etnik,status perkawinan,besarnya
keluarga,struktur keluarga,dan paritas.
(1) Umur

Umur adalah variable yang selalu di perhatikan di dalam


penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur.

Di dalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat


pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya
memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas
agama,guru,lurah,dan sebagainya. Hal ini tentunya tidaklah menjadi
soal yang berat di kala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka
yang telah bersekolah.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-


pembagian umur sebagai berikut:

(a) Menurut tingkat kedewasaan,yaitu:


0-14 tahun : bayi dan anak-anak
15-49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun ke atas : orang tua
(b) Interval 5 tahun :
Kurang dari 1 tahun
1-4
5-9
10-14, dan sebagainya.
(c) Untuk mempelajari penyakit anak:
0-4 bulan
5-10 bulan
11-23 bulan
2-4 tahun
5-9 tahun
9-13 tahun
(2) Jenis kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan
lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di
kalangan pria pada semua golongan umur. Untuk indonesia masih perlu
dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
olehfaktor-faktor intrinsik. Yang pertama diduga meliputi faktor
keturunanya yang terkait dengan jenis kelamin, atau perbedaan hormonal,
sedangkan yang kedua di duga karena berperannya faktor-faktor
lingkungan(lebih banyak pria menghisap rorkok,minum minuman
keras,candu,bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan
berbahaya, dan seterusnya).
Sebab adanya angka kematian yang lebih tinggi di kalangan
wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa
wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan
tersebut belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
(3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini di tentukan oleh unsur-unsur, seperti
pendidikan,pekerjaan,penghasilan,dan banyak contoh di tentukan pula
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruh iberbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan
apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau
kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi di lapangan ialah bagaimana mendapatkan
indikator tunggal bagi kelas sosial. Di inggris penggolongan kelas sosial
ini di dasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I profesional, II
menengah, III tenaga terampil, IV tenaga setengah terampil, V tidak
mempunyai keterampilan. Di Indonesia penggolongan seperti ini sulit oleh
karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam
penghasilan. Hubungan antra kelas sosial dan angka kesakitan atau angka
kematian kita dapat mempelajari dalam hubungan dengan umur, dan
kelamin.
(4) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yakni :
a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat
menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia ,gas
beracun,radiasi,benda-benda fisik yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan sters (yang telah deikenal
sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi,dan
ulcus lambung).
c) Ada tidaknya ‘gerak badan’ di dalam pekerjaan, karena
kurangnya gerak badan dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner.
d) Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit
maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para
pekerja.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama di ketahui terkait
dengan pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan


banyak di kerjakan di Indonesia terutama pola penyakit
kronis,misalnya penyakit jantung,tekanan darah tinggi dan kanker.

(5) Penghasilan
Yang sering di lakukan ialah menilai hubungan antara tingkat
penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk
membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya.
(6) Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan,
susunan genetika , gaya hidup , dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.
Dalam memperbandingkan angaka kesakitan atau kematian suatu
penyakit antar golongan etnik hendaknya di ingat kedua golongan itu
harus distandarisasikan menurut susunan umur dan kelamin atau pun
faktor-faktor lain yang di anggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan
keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu
penyakit.
(7) Status perkawinan
Dari penelitian telah di tunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin,tidak
kawin,cerai,dan janda ; angka kematian karena penyakit-penyakit
tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam
urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tnggi pada yang
tidak menikah dibanding dengan orang yang menikah ialah karena ada
kecenderungan bagi orang-orang yang tidak menikah lebih sering
berhadapan dengan penyebab penyakit tertentu.
(8) Besarnya keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita
kaerna penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
(9) Struktur keluarga
Srtuktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara
relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di
kalangan anggota-anggotanya kerana persediaan harus di gunakan
untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.
(10) Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan umpamanya terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari
yang berparitas tinggi,penyakit tertentu, seperti asma,ulkus, pirolik.
Tetapi keseluruhannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Tempat (place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna


untuk perencanaan pelayanan kesehatan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

(1) Batas daerah pemerintahan


(2) Kota dan pedesaan
(3) Daerah atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan,sungai,laut atau
padang pasir)
(4) Negara-negar dan
(5) Regional.
Unutk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,
perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna dari pada menurut
batas-batas administrasi pemerintah. Hal-hal yang memberikan
kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah:
keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun
hujan, ketinggian di atas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air,
derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat
kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,
bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan pembangunan,
faktor sosial budaya yang tidak menguntngkan kesehatan atau
pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologoi suatu
penyakit menular dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu
wabah, yang akan diuraikan nanti.
Di dalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan
pedesaan, faktor yang baru saja disebutkan di atas perlu diperhatikan
selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau kedesa terhadap pola
penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap
pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan
maupun desa-desa sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis di dalam mengubah pola
penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin
lancarnya perhubungan darat, udara, dan laut. Contohnya penyakit demam
berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari
etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan
suatu wabah dan pada penyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran.
Di dalam memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antardaerah
(tempat) perlu di perhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah.
1) Susunan umum
2) Susunan kelamin
3) Kualitas data, dan
4) Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah diadakan standarisasi berdasarkan umur dan jenis
kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia
dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasiloitas
kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati , sebab data tersebut
belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor,
yakni:
(1) Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang
berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
(2) Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda,
bervariasi seperti karakteristik demografi.
(3) Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga,
praktik higiene perorangan, dan bahkan persepsi tentang sehat
sakit.
(4) Variasi administratif termasuk faktor-faktor seperti tersedianya
dan efesiensi pelayanan medis, program higeine (sanitasi) dan
lain-lain.

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya


penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin, yang disebabkan
oleh adanya infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu aedes aegypty), penduduk
yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab
penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan, tetapi tidak ada
sumber infeksi, disebut ‘receptive area’ untuk demam kuning.

Contoh-conton penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau


yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok andemik
di daerah yang kekurangan zat yodium.

Waktu (time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar didalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan
penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan maka
dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan angka kesakitan
berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. (2) perubahan-perubahan
secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara
berulang-ulang dengan antara beberapa hari, bebrapa bulan, tahunan, bebrapa
tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam
periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun, yang disebut
‘secular trends’.

Fluktuasi jangka pendek


Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi
keracunan makanan, epidemi influenza, epidemi cacar. Fluktuasi jangka pendek
atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:
(1) Penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaanatau
hampir bersamaan,
(2) Waktu inkubasi rata-rata pendek.

Perubahan-perubahan secara siklus


Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan di mana timbulnya
dan memuncaknya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian
terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun.
Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada
penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu
penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah hubungan dengan
(1) ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor
yang bersangkutan, yakni apakah temperatur dan kelembaban memungkinkan
transmisi,
(2) adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanaya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
(3) selalu adanya kerentanan dan
(4) adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan maka terserang oleh ‘vektor bornedisease’ tertentu.
(5) tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
(6) adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut.
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular
yang berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara
siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne disease yang
telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa
wabah influenza A bertendensi timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influenza B
timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun(di amerika
serikat).
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk
yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap.
Banyak penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka
kesakitan secara bermusim. Tentunya observasi ini dapat membantu dalam
memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatn bahwa
interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit pada perubahan musim, perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-
tumbuhan yang berperan tanpa perkembangbiakan. Perubahan dalam susunan
reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia, seperti
yang menyangkut pekerjaan, makanan, reaksi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya dan memuncaknya beberapa penyakit karena
gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi
musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara bermusim dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung
bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan
individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit infeksi dan
sebagainya.

EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data dan informasi-
informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
Tiga studi epidemiologi ;
1) Studi riwayat kasus
Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni
kelompok yang terkena penyakit dengan kelompok orang yang tidak
terkena.
Contoh : ada hipotesis mengatakan bahwa penyebab utama kanker paru-
paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok orang
penderita kanker paru-paru. Kepada penderita ini ditanyakan tentang
kebiasaan merokok.
Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni
penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dengan penderita yang
tidak merokok. Kemudian, kedua kelompok ini diuji dengan uji statistik,
apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut.
2) Study kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab
penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak
dipaparkan atau tidak dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok
kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah
ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara
kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
Contoh : untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama
penyebab kanker paru-paru, diambil dua kelompok orang yang satu
kelompok terdiri dari orang-orang yang merokok dan satu kelompok lagi
terdiri dari orang-orang yang tidak merokok. Kemudian, diperiksa apakah
ada perbedaan pengidap penyakit kanker paru-paru antara kelompok
perokok dan kelompok non-perokok.
EPIDEMIOLOGI EKSPERIMEN

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan)


kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).
Contoh: untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu
kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut.
Sementara itu diambil sekelompok anak pula sebaai kontrol yang
hanya diberikan placebo. Setelah beberapa tahun kemudian, dilihat
kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok
percobaan dan kelompok kontrol.
PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI

Ada 7 cara untuk pengukuran epidemiologi, yaitu :


1. Incidence Rate
Incidence rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang
terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.
Rumus :
jumlah kasus baru seuatu penyakit selama periode tertentu
Incidence rate = x 1.000
populasi yang mempunyai resiko

Contoh :
Pada bulan Agustus tahun 2015 di kecamatan pematang raya terdapat
penderita tifus sebanyak 20 anak prasekolah. Jumlah anak yang mempunyai risiko
penyakit tersebut (anak prasekolah) di kecamatan pematang raya = 3.000. maka
incidence rate penyakit tifus tersebut adalah.....
Penyelesaian :
Dik:a. jumlah kasus : 20 anak
b. populasi : 3.000
Dit: incidence rate ?
Jwb:

Anda mungkin juga menyukai